I.
Pendahuluan
ISU GLOBAL
·
Populasi Global ↑ à kebutuhan pangan&pakan ↑
·
Urbanisasi ↑ à diversifikasi diet
·
Kebutuhan akan “sistem produksi
ramah lingkungan” à
Jaminan Mutu
·
Kebutuhan “transparansi” &
“keterlacakan” pada produksi tanaman à pencatatan rekaman dan audit
·
Globalisasi perdagangan à transfer lintas negara &
mengacaukan keseimbangan neraca hara pada lokasi produksi
·
Konsumen (negara lebih maju)
mendiktekan aturan2 lokal dan regulasi mereka kepada petani di negara lain
KENYATAAN
PADA PERUBAHAN DI BIDANG PERTANIAN
•
Areal Pertanian semakin
menyempit à peningkatan produktivitas
•
Akses air irigasi ↓à pola tanam dan varietas spesifi lokasi
•
Lahan terdegradasi ↑ &
Penurunan muka air tanah
•
Produktivitas lahan ↓à Asupan tambahan cadangan nutrien ↑
•
Produksi limbah yang semakin
berlebih
•
Kompetisi penggunaan lahan à
pangan vs perkebunan, pangan vs bioenergi
•
Kelangkaan tenaga kerja à Input rendah, mekanisasi
ARAH
PERKEMBANGAN PERTANIAN TROPIKA DEWASA INI
•
Pertanian Indigenous > Konvensional, Industrial/modern
> tidak
ramah lingkungan
Ketidakramahan
sistem pertanian terjadi karena penggunaan teknologi, pergeseran lahan
pertanian ke perbukitan akibat tekanan penduduk dan konversi lahan menjadi
pemukiman
SISTEM
PERTANIAN KONVENSIONAL
•
Tidak ramah lingkungan,
~
Terjadi karena penggunaan
teknologi yang sarat masukan luar berupa agrokimia terutama pupuk inorganik dan
pestisida buatan.
•
Tidak efisien
~
Lahan luas
~
Mengelola satu sub sektor
•
Tidak mandiri
~
Tergantung input dari luar
Di
Negara berkembang yang beriklim tropika,
ketidakramahan sistem pertanian lebih besar lagi
•
Akibat bergesernya lahan-lahan
pertanian ke daerah perbukitan.
•
Tekanan penduduk dan konversi
lahan pertanian menjadi lahan pemukiman dan industri/pabrik.
Sistem
Pertanian Industrial/Modern
Sistem pertanian yang dilakukan secara industri dalam skala besar
Jumlah produk dan profik menjadi tujuan utama
Digunakan teknologi maju dengan cara padat modal
Orientasi pada produk bukan pada manusia yang mengelola
Semua asupan (termasuk manusia) dinilai sebagai barang, sehingga
aspek sosial sering terlupakan
Pengembangan teknologi dipilih yang paling menguntungkan tidak
peduli dari mana asalnya
Orientasi pada efisiensi sumberdaya
Sering mengabaikan kaidah etika dan budaya yang berlaku di
masyarakat
Jenis komoditi dipilih secara tepat dengan asumsi aspek sosial tidak
terjadi penyimpangan
Analisis terhadap dampak akibat teknologi sudah diperhitungkan
secara baik melalui simulasi dan teori
Penelitian dan pengembangan teknologi menjadi faktor yang sangat
penting
Cara
merespon:
Fakta
dan Angka
Melihat ke depan
Menggunakan
Kerangka Kerja Sistematis
Tantangan
akan selalu berubah dan berkembang
Fokus dan Langkah Pertanian ke Depan
v Mereduksi Pemanasan Global
v Menyelamatkan Lingkungan
v Meningkatkan Produktivitas
v Mengelola Sumber Daya Secara Efisien
v Menuju Pertanian Berkelanjutan
Keberlanjutan:
1.
Produktivitas
2.Ekologis
3.
Sosial dan ekonomi
Cakupan Pertanian Terpadu:
•
Sistem Produksi
•
Ekonomi
•
Wilayah
•
Komunitas
•
SDM
•
Sistem Energi dan Biomas
DEFINISI
SISTEM PERTANIAN TERPADU
Merupakan sistem pertanian yang meng-integrasikan kegiatan sub
sektor pertanian (tanaman, ternak, ikan) untuk
meningkatkan efisiensi dan produktivitas sumber daya (lahan, manusia,
dan faktor tumbuh lain), kemandirian, dan kesejahteraan petani secara berkelanjutan.
Integrasi dapat dilakukan secara vertikal dan atau horisontal
Untuk menjamin keberlanjutan, diperlukan ketepatan rancangan,
keterukuran dan keterlacakan
PRINSIP
Pertanian Terpadu
Memaksimalkan
keterkaitan input-output dan aliran antar sistem produksi (produktifitas dan
efisiensi produksi biomass/energi/nilai tambah Z)
·
f(Z) = f(p,i,lk, w, c)
·
Memaksimalkan:
p :
Output/produk utama
i : income/nilai tambah
lk : lapangan kerja
·
Meminimalkan:
w : produksi limbah
c : produk samping untuk input
eksternal
II.
SISTEM KETERPADUAN
KARAKTERISTIK PERTANIAN TERPADU
q LINGKUP:
Pemaduan sistem-sistem produksi dengan
menggunakan/share sumber daya
-
Nilai Tambah/keuntungan
-
Pemanfaatan produk samping dan limbah (zero
waste)
-
Keamanan dan keselamatan lingkungan serta
konsumen
-
(tidak sama dg pengelolaan
tanaman terpadu: persiapan tanam-panen-pasca panen)
q CIRI UTAMA SISTEM PERTANIAN:
1. Tradisional: rendahnya prod.- kurang
sesuai dengan kebutuhan
2. Pertanian konvensional-monokultur: -
degradasi lahan dan lingkungan, biodiversitas serta keseimbangan ekosistemnya
3. Pertanian terpadu: efisiensi
penggunaan sumberdaya, pengelolaan limbah dan lingkungan
Basis
-
sektor dan komoditi
- tanaman,
ternak, ikan, agroforestry
Beberapa
ciri keterpaduan menuju berkelanjutan
- Sharing
lahan/sumber daya
- Sharing
dan minimasi/efisiensi input/energi
- Pemanfaatan limbah:
kompos, daur ulang
- Pemanfaatan
teknologi: agen hayati, EM –fermentasi
pupuk organik
- LEISA
Berkelanjutan
- Intercropping, - rotasi - agroforestry
- silvipasture - agrofisheries - green manuring
- conservation tillage - biological control, - integrated
pest management
Types of Sustainable Farming
q Organic farming
q Biodynamic
q Permaculture
q Agroecological Systems
q Low-input
BANGUNAN
PERTANIAN TERPADU
PRODUCT
TRACEABILITY
ENVIRONMENT
SUSTAINABILITY
NUTRIENT
BALANCE
ENERGY
BALANCE
CARBON
CYCLE
NITROGEN
CYCLE
ALTERNATIF
SOURCE
INPUT
EFFICIENCY
ZERO WASTE
ECONOMIC SUSTAINABILITY
Definisi Pertanian
Berkelanjutan (1990 Farm Bill)
Menurut hukum itu, "pertanian berkelanjutan berarti sistem terpadu antara
tanaman dan praktek produksi ternak yang memiliki aplikasi situs-spesifik dalam
jangka panjang:
memenuhi kebutuhan manusia makanan dan serat
meningkatkan kualitas lingkungan dan sumber daya alam yang di atasnya ekonomi pertanian tergantung
membuat penggunaan sumber daya tak terbarukan dan sumber daya on-farm yang paling efisien dan mengintegrasikan, bila sesuai, siklus biologis alami dan kontrol
mempertahankan kelangsungan hidup ekonomi dari operasi pertanian
meningkatkan kualitas hidup petani dan masyarakat secara keseluruhan ".
memenuhi kebutuhan manusia makanan dan serat
meningkatkan kualitas lingkungan dan sumber daya alam yang di atasnya ekonomi pertanian tergantung
membuat penggunaan sumber daya tak terbarukan dan sumber daya on-farm yang paling efisien dan mengintegrasikan, bila sesuai, siklus biologis alami dan kontrol
mempertahankan kelangsungan hidup ekonomi dari operasi pertanian
meningkatkan kualitas hidup petani dan masyarakat secara keseluruhan ".
KEBERLANJUTAN
I.
Basic Concepts (Antle, 2005)
q Land use & management
practices increase or decrease ecosystem
C (key indicator of soil health)
•
Sistem pertanian organik
- Sumber input utama adalah bahan organik
- CHO dari air dan matahari
- Hara dari dekomposisi
materi organik: sisa tumbuhan, rambut, tulang, darah
- Sistem tertutup: tertutup untuk input dari luar:
barier, rembesan air tanah, aliran air irigasi, bahan non organik dan organik
dari tempat lain
- Pasar tersendiri
- Sertifikasi
Issue Negatif terkoreksi dalam
kaitannya dengan keberlanjutan:
•
Pencemaran limbah (kotoran,
bau, pencemaran badan-air)
•
Eutrifikasi pada air P>0.03
ppm, N>50 ppm
•
Penguapan NH3 dari kandang dan
penggembalaan ternak
•
Efisiensi penggunaan pupuk N
(energià Fossil dan Efisiensi energi (M.B.
Santoso, 2005, terutama 80% dari N dan Pestisida).
•
15-20% pencemaran gas rumah
kaca dunia oleh metan bersumber dari padi sawah. Usaha pengurangan fluks metan
(2 (tanah debu) – 40 (tanah liat) mg m−2 h−1
CH4 : pemberian Fe3+, pengaturan air (kadang dikeringkan), aplikasi (Fe3+,
pupuk fosfat, silikat, ZA, Nitrat) dapat menekan 20% fluks. Pengembalian jerami dan pemberian pupuk hijau
di tanah sawah meningkatkan emisi CH4. Peningkatan emisi CH4 pada sistem
kombinasi padi-ikan.
•
Akumulasi nitrat 4000 – 10.000
ppm pada pucuk daun tanaman muda (sayuran, langsung tanpa proses melalui
buah-biji), terutama tanaman dengan
minimal pencahayaan/di bawah naungan.
•
Peningkatan penyerapan logam
berat oleh penggunaan kompos dari sisa tumbuhan (Kelatisasi kompos dari
tumbuhan, Greger et al., 2006)
KARAKTERISITIK PERTANIAN TERPADU
1.
PENGELOLAAN TANAH
-
Humus, Bahan organik C = 2.0%->8.5 ton/ha (lembab)
2.
UNSUR HARA – Aliran, neraca,
daur ulang
3.
Iklim mikro-stratifikasi
tanaman, pengendalian erosi dan kerusakan tanah
4.
OPT: Sanitasi, penanaman ganda,
teknik budidaya, fisik/mekanik, biologis, ekploitasi inang, kimiawi.
5.
Pengelolan SD Genetik:
sinergis, pencampuran berbagai jenis dan varietas
Penggunaan bioagent :
¢ Biofertilizer
¢ Fungi Mikoriza Arbuskular, Infeksi
nodulasi nitrobakter
¢ Preparat Alga
untuk mobilisasi dan fiksasi N dan peningkatan aktivitas biologi tanah
¢ Spora bakteri tanah Coniothyrium
mintans melawan Sclerotinia sclerotiorum (1 g=10 exp 9 spora) -3
tahun (contans wg)
¢ BioAct® Paecilomyces lilacinus,
Line251 untuk melawan Meloidogyne
spp. , Heterodera spp., Globodera spp. Pratylenchulus spp.
¢ Pheromon
¢ Agen alelopati
Beberapa Ilustrasi Sistem
pertanian Terpadu
A.
Gagasan (Horisontal)
¢ Suprapto (2004) menjelaskan, dalam pelaksanaan sistem pertanian
terpadu setidaknya petani minimal memiliki lahan seluas 1000 meter persegi.
Dengan modal Rp.15-20 juta, maka di lahan tersebut mereka bisa beternak itik seratus
ekor, kambing sebanyak lima ekor, beternak ikan, dan menanam padi.
¢ Pembagian lahannya, 10 persen untuk ternak, 20 persen untuk sayur,
10 persen untuk ikan dan 60 persen untuk padi. Kalau pemerintah punya anggaran,
ini bisa dilakukan dengan memberikan pinjaman bergulir, juga perbankan kalo
bisa memberi pinjaman yang sangat lunak. Tapi itu pun jika mereka memang
betul-betl peduli dengan petani.
¢ Konsep pertanian terpadu ini, sedikitnya penghasilan petani setiap
bulan ditaksir 820 ribu perbulan, artinya dengan empat orang anggota keluarga
akan mencukupi.
¢ Suprapto menerangkan bahwa hasil panen padi ini bisa mencapai 11,2
ton per hektar dengan metode sistem padi sri melalui penggunaan pupuk organik.
Sedangkan pengelolaan tanah, bibit, pengendalian hama terpadu, dilakukan tanpa
menggunakan bahan non kimia.
Perkembangan sistem kebun talun:
Kebun, kebun campuran, kebun talun.
B.
Gagasan (vertikal):
1.
AGROTECNOPARK: merupakan kawasan untuk memfasilitasi
percepatan ahli teknologi yang dihasilkan oleh lembaga litbang pemerintah,
perguruan tinggi dan swasta yang sekaligus sebagai model percontohan pertanian
terpadu bersiklus biologi (bio-cyclo farming).
Klaster
inovasi yang terdiri dari komponen-komponen pendukung yaitu pasokan
teknologi (Lembaga); Industri pemasok pendukung (lahan, benih, pupuk,
pestisida, dll); finansial ; industri/pasar/masyarakat dan regulasi (PEMDA,
Pemerintah Pusat).
Strategi
: keterpaduan berbagai usaha tanihulu-hilir,
kemandirian bisnis dan iptek, keberlanjutan sumber daya, pemberdayaan
masyarakat serta total iptek
2.
AGROPOLITAN: Friedmann dan Mc.Doughlas (1974) sebagai suatu siasat untuk
percepatan pembangunan perdesaan : pembangunan dalam arti luas, seperti
redistribusi tanah, kesesuaian lahan, mendesain tata guna lahan dan pembangunan
sarana dan prasarana.
(1). Produksi dengan bobot sektor
pertanian;
(2). Prinsip ketergantungan dengan
aktivitas pertanian sehingga neuro-systemnya;
(3) Prinsip pengaturan kelembagaan;
(4). Prinsip seimbang dinamis.
MODEL
SUBSIDI PERTANIAN TERPADU:
Landasan
Konseptual dan Faktual serta Sistem
Operasinya
DEPARTEMEN
PERTANIAN
3
April 2006
5.3.
Tahapan Pelaksanaan
Untuk
mewujudkan penerapan model subsidi terpadu, maka diperlukan
beberapa tahapan pelaksanaan sebagai berikut:
1.
2006 : perumusan model
operasional Subsidi Terpadu, dilanjutkan
dengan uji coba (pilot
Proyek) di beberapa lokasi. Evaluasi hasil uji coba dan redesign model
operasional Subsidi Terpadu (hanya membutuhkan satu tahun karena kita punya pengalaman dengan KUT/KKP)
2.
2007 : Penyiapan infrastruktur pelaksanaan
subsidi terpadu termasuk sistem managemen dan organisasinya, berikut
sosialisasinya.
3.
2008 : Penerapan sistem Subsidi Terpadu secara
Modus
subsidi terpadu diberikan dalam bentuk subsidi
input secara tidak
langsung
yaitu melalui selisih harga dalam bentuk natura. Adapun komponen
subsidi
terpadu meliputi : (1) Sarana produksi : Benih dan pupuk serta
pestisida;
(2) Modal Kerja untuk membayar upah. Komponen subsidi terpadu
tersebut
akan diberikan secara terpadu dalam satu paket sesuai dengan
kebutuhan lahan bukan kebutuhan petani dan diikuti
oleh kebijakan
dukungan
harga output.
Mengukur
tingkat keterpaduan dapat didekati dari penggunaan input sumber daya,
baik energi, air, hara (N,P,K,Ca,Mg,K,S dan hara mikro lainnya), bahan baku
serta sumber daya lainnya yang berupa berupa sumber daya ekonomi dan sosial,
dengan cara membanding input sumber daya dari dalam sistem dibandingkan dengan
keseluruhan input sumberdaya yang digunakan.
•
Tingkat
Keterpaduan= jumlah input
dalam/jumlah input (luar+dalam) x 100%
III.
ALIRAN DAN NERACA AIR-HARA-ENERGI
DAN KOMODITAS PADA PERTANIAN TERPADU
ENERGI ?
Kemampuan
untuk memberikan pengaruh atau akibat, baik berupa panas yang ditimbulkan
maupun berupa akibat mekanik (abdullah 1979 dalam moechalil 1983).
Klasifikasi
energi pertanian menurut Stout (1990)
Energi
komersial
bahan
bakar, alat dan mesin pertanian, pupuk, pestisida, pompa air, irigasi dan
lain-lain yang dibutuhkan untuk peningkatan produksi pertanian.
Energi
nonkomersial
energi
surya, air, angin dan sebagainya yang dapat diperoleh secara bebas.
Aliran Energi:
Aliran energi adalah
jalur sinar matahari melalui sistem biologi
Dalam kaitannya
dengan pertanian, menangkap
energi ditingkatkan dengan
memaksimalkan luas daun yang
tersedia untuk fotosintesis dan
dengan siklus
energi yang tersimpan melalui rantai makanan
Kami membuat uang
dalam pertanian dengan menangkap sinar matahari pada dasarnya, kita petani matahari............
Siklus Air
Sebuah siklus air yang efektif terdiri dari: tidak
ada erosi tanah, kecepatan air masuk kedalam tanah, dan kemampuan tanah untuk
menyimpan air.
Management decision on the farm that add to ground
cover and soil organic matter only enhance the natural water cycle
Effective water use on the farm result in low
surface evaporation, low drought incidence, low food incidence, high
transpiration by plants and high seepage of water to underground reservoirs
IV.
AGROFORESTRY (1)
Definisi Agroforestri
Dalam Bahasa Indonesia, kata Agroforestry dikenal
dengan istilah wanatani atau agroforestri yang arti sederhananya adalah menanam
pepohonan di lahan pertanian
Koppelman (1996)
mendefinisikan Agroforestry sebagai bentuk menumbuhkan dengan sengaja dan
mengelola pohon secara bersama-sama dengan tanaman pertanian dan atau makanan
ternak dalam sistem yang bertujuan menjadi berkelanjutan secara ekologi, sosial
dan ekonomi
Agroforestri dapat dikelompokkan menjadi :
-
sistem agroforestri
sederhana
-
sistem agroforestri
kompleks
Sistem agroforestri sederhana
•
adalah suatu
sistem pertanian dimana pepohonan
ditanam secara tumpang-sari dengan satu atau lebih jenis tanaman
semusim.
•
Pepohonan
bisa ditanam sebagai pagar mengelilingi petak lahan tanaman pangan, secara acak
dalam petak lahan, atau dengan pola lain misalnya berbaris dalam larikan
sehingga membentuk lorong/pagar.
•
Jenis-jenis
pohon yang ditanam juga sangat beragam, bisa yang bernilai ekonomi tinggi
misalnya kelapa, karet, cengkeh, kopi, kakao (coklat), nangka, melinjo, petai,
jati dan mahoni atau yang bernilai ekonomi rendah seperti dadap, lamtoro dan
kaliandra.
•
Jenis tanaman
semusim biasanya berkisar pada tanaman pangan yaitu padi (gogo), jagung,
kedelai, kacang-kacangan, ubi kayu, sayur-sayuran dan rerumputan atau
jenis-jenis tanaman lainnya
Sistem agroforestri kompleks
•
adalah suatu
sistem pertanian menetap yang melibatkan banyak jenis tanaman pohon (berbasis
pohon) baik sengaja ditanam maupun yang tumbuh secara alami pada sebidang
lahan dan dikelola petani mengikuti pola tanam dan ekosistem menyerupai hutan.
•
Di dalam
sistem ini, selain terdapat beraneka jenis pohon, juga tanaman perdu, tanaman
memanjat (liana), tanaman musiman dan rerumputan dalam jumlah besar.
•
Ciri utama
dari sistem agroforestri kompleks ini adalah kenampakan fisik dan dinamika di
dalamnya yang mirip dengan ekosistem hutan alam baik hutan primer maupun hutan
sekunder
Tiga komponen pokok dalam agroforestri : kehutanan, pertanian dan peternakan
Contohnya
:
• Agrisilvikultur = Kombinasi antara
komponen atau kegiatan kehutanan
(pepohonan, perdu, palem, bambu, dll.) dengan komponen pertanian.
• Silvopastura = Kombinasi antara komponen
atau kegiatan kehutanan dengan peternakan
• Agrosilvopastura = Kombinasi antara
komponen atau kegiatan pertanian dengan kehutanan dan peternakan/hewan
•
Agropastura
= Kombinasi antara komponen atau
kegiatan pertanian dengan peternakan/hewan
Beberapa indikator terselenggaranya sistem
pertanian yang berkelanjutan
•
dapat
dipertahankannya sumber daya alam sebagai penunjang produksi tanaman dalam jangka panjang,
•
penggunaan
tenaga kerja yang cukup rendah,
•
tidak adanya
kelaparan tanah,
•
tetap
terjaganya kondisi lingkungan tanah dan air,
•
rendahnya
emisi gas rumah kaca serta
•
terjaganya
keanekaragaman hayati
CONTOH
sistem PHBM (sistem pengelolaan hutan bersama masyarakat)
No
|
lokasi
|
Komoditi
|
Petani terlibat
|
1
|
Perhutani KPH
Madiun dan Ngawi
|
Jati + tanaman pangan (jagung, kedelai,
|
|
2
|
KPH Banyuwangi Selatan
|
Hutan + jagung (550 ha)
|
2750
|
3
|
KPH Banyuwangi Barat
|
Damar
/ pinus + vanili + lidah buaya
|
2250
|
4
|
KPH Kediri
|
Sengon + nanas (4000 ha)
|
8700
|
5
|
KPH Blitar
|
Jati + jeruk + pepaya
|
550
|
6
|
Lampung
|
gamal (Gliricisidia sepium), dadap (Erythrina
sp.), sengon (Paraserianthes falcataria) atau lamtoro (Leucaena
leucocephala)
Kopi (Coffea canephora)
|
750
|
Integrasi tanaman Albizia dan kopi
Aspek Ekologi :
• Albizia sebagai tanaman pelindung bagi tanaman kopi
• Albizia sebagai tanmanan
legum dapat menyumbangkan N bagi tanah
• Konservasi tanah dan air dan
mengurangi erosi tanah
• Sebagai rosot karbon
• Memperbaiki iklim mikro
Aspek Ekonomi :
• Pendapatan semesteran dari biji
kopi
• Tabungan pendapatan dari tanaman
Albizia
integrasi tanaman lada-gamal-kambing
Aspek Ekologi :
• Gamal sebagai tanaman pelindung dan tiang panjat
bagi tanaman lada dan menyumbangkan bahan organik bagi tanah
• Kotoran kambing dapat menyumbang
bahan organik dan N bagi tanah.
• Bahan organik akan meningkatkan
kesuburan tanah dan sangat baik untuk menunjang pertumbuhan tanaman lada
Aspek Ekonomi :
• Adanya sumbangan unsur N dari
tanaman Gamal dapat menghemat pemberian pupuk urea pada tanaman lada
• Kotoran kambing dapat diolah
menjadi bokashi dan mengurangi pengeluaran petani untuk pembelian pupuk
organik.
• Produktivitas tanaman lada meningkat (rata-rata 576 kg/ha/tahun, lebih
baik dari cara petani dengan produksi hanya 266 kg/ha/thn)
Siklus energi dan hara pada Agroforestry
• siklus nitrogen,
• siklus phosfor,
• siklus kalium
• Siklus air
• siklus karbon
• Siklus bahan organik tanah (BOT)
Bagi tumbuhan,
keberadaan siklus tersebut sangat penting, karena kehilangan atau putusnya
suatu rantai siklus akan mengakibtakan kerusakan pada sistem pertumbuhan pohon,
sehingga akan menimbulkan penyakit, gangguan fisiologi dan kematian.
Di dalam ekosistem hutan
alami tercipta “siklus hara tertutup” yaitu suatu sistem yang memiliki jumlah
kehilangan hara lebih rendah dibandingkan dengan jumlah masukan hara yang
diperoleh dari penguraian seresah atau dari serap ulang (recycle) hara
pada lapisan tanah dalam.
Sistem hutan memiliki daya serap ulang yang tinggi
(efisiensi penggunaan hara tinggi),
Sistem pertanian memiliki siklus hara yang ‘terbuka’ atau
‘bocor’ karena memiliki jumlah kehilangan hara yang besar. Sistem agroforestri
berada di antara ke dua sistem tersebut di atas.
Ada 3 pool utama pemasok
C ke dalam tanah adalah:
(a) tajuk tanaman pohon
dan tanaman semusim yang masuk sebagai serasah dan sisa panen;
(b) akar tanaman,
melalui akar-akar yang mati, ujung-ujung akar, eksudasi akar dan respirasi
akar;
(c) biota. Serasah dan akar-akar mati yang
masuk ke dalam tanah akan segera dirombak oleh biota heterotrop, dan
selanjutnya memasuki pool bahan organik tanah.
Kehilangan C dari dalam tanah dapat melalui :
(a) respirasi tanah,
(b) respirasi tanaman,
(c) terangkut panen,
(d) dipergunakan oleh biota,
(e) erosi
beberapa keunggulan
agroforestri dibandingkan sistem penggunaan lahan lainnya
1. Produktivitas (Productivity):
Produk total sistem campuran dalam agroforestri jauh lebih
tinggi dibandingkan pada monokultur (penanaman satu jenis). Adanya tanaman
campuran memberikan keuntungan, karena kegagalan satu komponen/jenis tanaman
akan dapat ditutup oleh keberhasilan komponen/jenis tanaman lainnya.
2. Diversitas (Diversity):
Adanya pengkombinasian
dua komponen atau lebih daripada sistem
agroforestri menghasilkan diversitas (keragaman) yang tinggi, baik menyangkut
produk maupun jasa.
Dari segi ekonomi dapat
mengurangi risiko kerugian akibat fluktuasi harga pasar.
Dari segi ekologi dapat menghindarkan kegagalan fatal
pemanen sebagaimana dapat terjadi pada penanaman satu jenis (monokultur).
3. Kemandirian (Self-regulation):
Diversifikasi yang tinggi dalam agroforestri diharapkan mampu memenuhi
kebutuhan pokok masyarakat, dan petani kecil dan sekaligus melepaskannya dari ketergantungan terhadap produk produk luar.
Kemandirian sistem untuk berfungsi akan lebih baik dalam arti tidak
memerlukan banyak input dari luar (a.l. pupuk, pestisida), dengan diversitas
yang lebih tinggi daripada sistem monokultur.
4. Stabilitas (Stability):
Praktek agroforestri yang memiliki diversitas dan produktivitas yang
optimal mampu memberikan hasil yang seimbang sepanjang pengusahaan lahan,
sehingga dapat menjamin stabilitas (dan kesinambungan) pendapatan petani.
V.
AGROPASTURAL
Apakah
Pertanian Terpadu
• Sistem Pertanian Terpadu (integrated
farming system) adalah satu
sistem yang menggunakan ulang dan
mendaurulang, menggunakan tanaman dan hewan sebagai mitra, menciptakan suatu
ekosistem yang “tailor-made”, meniru cara alam bekerja.
·
Satu
praktek budidaya aneka tanaman/aneka kultur yang beragam dimana "micro output"
dari
satu budidaya menjadi input kultur lainnya, sehingga meningkatkan kesuburan
tanah dengan tindakan alami menyeimbangkan semua unsur hara organik yang pada
akhirnya
membuka
jalan untuk pertanian organik ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Komponen
Integrated Farming
1.
Manusia
• Manusia sebagai makhluk hidup
membutuhkan energi sebagai motor kehidupannya. Dengan integrated farming
system, manusia tidak hanya mendapatkan keuntungan finansial tetapi juga
pangan sebagai kebutuhan primer dan energi panas serta listrik.
2.
Peternakan
• Peternakan memainkan peran sebagai
sumber energi dan penggerak ekonomi dalam integrated farming system.
Sumber energi berasal dari daging, susu, telur serta organ tubuh lainnya bahkan
kotoran hewan. Sedangkan fungsi penggerak ekonomi berasal dari hasil penjualan
ternak, telur, susu dan hasil sampingan ternak (bulu dan kotoran).
• Dalam mendesain komponen
peternakan yang akan digunakan untuk integrated farming system faktor
biosekuriti adalah faktor penting yang harus selalu diperhatikan. Adalah
pencegahan penularan penyakit antar hewan yang menjadi fokus biosekuriti
tersebut.
3.
Tanaman
• Syarat tanaman yang dapat
diusahakan adalah: bernilai ekonomi dan dapat menyediakan pakan untuk
peternakan.
4.
Perikanan
• Ikan yang digunakan untuk integrated
farming system adalah ikan air tawar yang dapat beradaptasi dengan
lingkungan air yang keruh, tidak membutuhkan perawatan ekstra, mampu
memanfaatkan nutrisi yang ada dan memiliki nilai ekonomis.
• Ikan yang sering digunakan adalah ikan nila,
gurami, mas, tambakan dan lele. Ikan dapat dipeli-hara secara tunggal (monoculture)
atau campuran (polyculture), asalkan jenis yang dipelihara mempunyai
kebiasaan makan berbeda agar tidak terjadi perebutan pakan, misalnya ikan mas
dengan gurami.
5. Waste
Treatment
• Komponen ini berperan dalam
penyediaan energi dan penekan pencemaran lingkungan. Hasil dari pengolahan
limbah tersebut adalah:
– Kompos dan pupuk kandang
– Biogas
Arti Pertanian
Ø Arti Sempit :
- Tanaman Pangan
-
Tanaman Perkebunan/Industri
-
Tanaman Hortikultura
-
Pakan/Makanan Ternak
Ø Arti Luas
:
- Tanaman
-
Ikan
-
Ternak
-
Hutan
Ø Farm : unit pertanian terkecil yang utuh dan yang
berdiri sendiri atau independen.
Ø Untuk pertanian rakyat,
farm adalah unit pertanian terkecil yang dimiliki para petani kecil.
Ø Untuk perkebunan besar, farm adalah perkebunan besar yang dimiliki petani-petani
besar, baik sebagai perorangan ataupun badan (pemerintah/swasta)
Tujuan Budidaya Tanaman
Ø Tujuan utama : produksi maksimum yang berkesinambungan.
Ø Aspek produksi dalam
agronomi dapat dirumuskan sbb :
Y = f (E, G, C)
Y = produksi
E = lingkungan (tanah, iklim,pengelolaan, dsb.)
G = genotype (jenis tanaman, varietas/klon)
C = kultur teknis, alat, dsb.
Sistem Produksi Tanaman Dilihat dari Sistem Lingkungan dan Teori Sistem
Ø Dalam sistem lingkungan
(ekosistem) dikenal teori atau hukum keseimbangan (aksi-reaksi), ketergantungan
serta pengaruh mempengaruhi.
Ø Semua sistem kegiatan,
selalu dipengaruhi oleh keadaan (sistem) lingkungan, yang di dalamnya berlaku
hukum ketergantungan yang pengaruh mempengaruhi.
Ø Suatu sistem kegiatan,
termasuk sistem produksi tanaman, yang menganut teori sistem pada hakekatnya
adalah:
·
Suatu sistem kegiatan yang selalu memperhatikan ekosistem.
·
Selalu berusaha mengembangkan sistem kegiatan, sistem produksi yang sistematis, efektif, efisien, serasi dan lestari, yang di dalamnya telah
menyatu
sistem pemantauan dan evaluasi.
Ø Di dalam pertanian, farm
adalah unit/bagian lingkungan budidaya pertanian terkecil yang independen, yang
di dalamnya terlibat faktor atau sub bagian (sub sistem) manusia, alam,
biologi, alat-alat pertanian, dsb.
Ø Definisi farm tersebut
adalah pendekatan pengertian yang berdasarkan pada sistem lingkungan
(ekosistem).
Ø Sebagai contoh penjelasan dari sistem lingkungan, yaitu : mikroorganisme
tanah adalah merupakan bagian (sub sistem) dari sistem tanah, dan tanah adalah
merupakan sub sistem dari sistem budidaya tanaman, dan budidaya tanaman
merupakan sub sistem dari farming, dst.
Ø Berdasarkan teori
lingkungan dan teori sistem, maka sistem produksi tanaman adalah sistem
kegiatan dalam mencapai produksi tanaman secara optimal yang berkesinambungan,
yang dipengaruhi oleh faktor-faktor kegiatan atau bagian kegiatan (sub sistem)
yang saling berpengaruh.
Ø Sistem budidaya tanaman
atau sistem produksi tanaman yang bagian kegiatannya adalah: pemanfaatan tanah,
iklim, varietas, alat-alat, modal, tenaga kerja, kemampuan pengelolaan dari
petani, pemasaran, dsb., semuanya saling
berpengaruh.
Sistem Pertanian Terpadu (Integrated Farming System)
Ø Sistem pertanian terpadu
: suatu sistem kegiatan yang mengintegrasikan sub sistem budidaya pertanian
dalam arti luas (tanaman, ternak, ikan, hutan) yang saling menguntungkan dengan
memperhatikan ekosistem dan memperhitungkan nilai sosial dan ekonomi yang akan
dicapai.
Ø Integrasi sub sistem
budidaya pertanian (tanaman, ternak, ikan, hutan) yang saling menguntungkan
dapat dijelaskan sbb :
· Tanaman :
-
Sumber pangan
(karbohidrat/vitamin) bagi
manusia
-
Sumber pakan (hijauan/pelet) bagi
ternak
dan ikan
-
Sumber bahan organik bagi tanah dan unsur
hara bagi tanaman
- Sumber pelestari
lingkungan (ekosistem)
·
Ternak :
- Sumber
pangan (protein, lemak) bagi manusia
-
Kotoran padat dan cair, sumber pakan
(phytoplankton) bagi ikan, sumber bahan organik
bagi tanah dan unsur hara bagi tanaman
- Sumber biogas
- Sumber tenaga kerja, tenaga pengangkut
- Sumber pelestari
lingkungan (ekosistem)
·
Ikan :
- Sumber
pangan (protein, lemak) bagi manusia
- Sumber bahan organik bagi
tanah dan
unsur hara bagi tanaman
- Sumber pelestari
lingkungan (ekosistem)
·
Hutan
:
-
Sumber mata air dan oksigen bagi kehidupan
- Sumber bahan organik bagi tanah dan
unsur
hara bagi
tanaman
- Sumber pelestari
lingkungan (ekosistem)
Ø Integrasi antar sub
sistem dalam sistem pertanian terpadu dapat terjadi :
·
Antara
semua sub sistem (tanaman, ternak, ikan, hutan)
· Antara dua sub sistem (tanaman-ternak, tanaman-ikan, ternak-ikan).
Contoh: Sawit-Sapi-Jagung Terpadu (SSJT), Mina Padi (Padi
Sawah-Ikan=Parla), Padi
Sawah-Itik, Kolam
Ikan-Ternak Unggas (Longyam)
Sistem Pertanian Terpadu (Integrated Farming System): Pola Sawit-Sapi-Jagung
Terpadu (SSJT)
Ø Potensi Perkebunan
Kelapa Sawit
·
Penghasil
minyak nabati yang cukup penting (Crude Palm Oil, Palm Kernel
Oil)
·
Penghasil
limbah tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk bahan pakan (pelepah daun,
anak daun) dan pupuk organik (tandan kosong)
·
Penghasil
limbah pengolahan yang dapat dimanfaatkan untuk bahan pakan: bungkil kelapa sawit (palm kernel cake), lumpur minyak sawit (palm oil sludge),
dan serat perasan buah sawit (palm press fibre). Biomasa tanaman dan olahan
kelapa sawit untuk setiap hektar (Tabel
1).
·
Sebagai sumber
rumput alam yang dapat mendukung pakan ternak.
Ø Potensi Ternak Sapi
·
Penghasil
daging dan susu.
· Sebagai tenaga kerja, tenaga pengangkut
·
Penghasil
bahan organik yang berasal dari
kotoran padat dan
kotoran cair. Kotoran yang
dihasilkan 1 ekor sapi ±
20
kg/hari
·
Penghasil biogas
Ø Potensi Tanaman Jagung
·
Sumber penghasil pangan.
· Sumber penghasil pakan
·
Penghasil bahan
organik yang berasal limbah tanaman.
·
Sumber bahan baku
industri
Keterangan :
- 1 ha k.sawit = 130 pohon
-
1 pohon dapat menyediakan pelepah sejumlah 22
pelepah/tahun
-
1 pelepah bobotnya 2.2 kg (hanya 1/3 bagian yang
dimanfaatkan)
- Bobot daun per pelepah 0.5 kg
- Tandan kosong 23 % dari TBS
- Produksi minyak sawit 4
ton/ha/tahun (Liwang, 2003)
-
1 000 kg TBS
menghasilkan 250 kg minyak sawit, 294
kg
lumpur sawit,180 kg serat perasan dan 35 kg
bungkil kelapa
sawit (Jalaludin et al., 1991).
-
Kebutuhan pakan 1 ekor sapi dewasa 20 – 25 kg/hari.
-
Potensi per ha kebun kelapa sawit dapat mendukung
pakan ternak sebanyak 4
ekor sapi Bali.
Manfaat Sistem Pertanian Terpadu SSJT
Ø Peningkatan
produktivitas secara efisien dengan pemanfaatan lahan, tenaga kerja, serta
menekan biaya pemupukan, dan pengangkutan sarana produksi dan hasil panen.
Ø Peluang pengembangan
ternak sapi, untuk memenuhi permintaan daging sapi yang cenderung meningkat
seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan
gaya hidup, kesadaran gizi, dan perbaikan tingkat pendidikan (Delgado et al.,
1999).
Ø Mengatasi terjadinya
penyusutan lahan yang mengakibatkan berkurangnya peluang produksi hijauan dan
persediaan hasil samping pertanian yang dapat dijadikan pakan ternak.
Ø Sistem Pertanian
Terpadu SSJT menuju ke arah konsep LEISA (Low External Input
Sustainable Agriculture), yaitu konsep perkebunan terpadu,
berkesinambungan, menekan penggunaan input eksternal dan memaksimalkan
penggunaan input internal, sehingga akan diperoleh suatu sistem usaha
perkebunan yang efisien dan berdaya saing global.
Kajian Sosial Ekonomi Sistem Integrasi Sapi dengan Kelapa Sawit (SISKA)
(Sumber: Manti et al., 2003)
Ø Pengelolaan SISKA
·
Diperlukan perpaduan teknis dari kedua komoditas (sapi
dan sawit)
·
Dikendalikan dan dikelola dalam satu wadah
·
Pengelola yang terlibat: pihak perkebunan, koperasi karyawan, dan peternak yang
sekaligus pekebun (karyawan perkebunan dan petani plasma)
· Peran dan fungsi :
§ Pihak perkebunan :
-
Perencana, penggerak dan pengendali dengan menyediakan tenaga ahli peternakan
-
Mengusahakan modal untuk pembelian sapi
-
Memberikan wawasan pengembangan
§ Koperasi karyawan :
-
Wadah karyawan dan petani plasma
-
Pengelola dana untuk pembelian sapi dan biaya lain
-
Memberi pelayanan kebutuhan
-
Penyambung kepentingan anggota dan perusahaan
-
Kegiatan pemasaran
-
Imbalan bagi koperasi berupa keuntngan dalam bentuk sisa
hasil usaha (SHU)
Ø Pengadaan dan
Perkembangan Sapi
·
Sapi yang diintroduksi sapi Bali dan terutama sapi betina:
-
Sudah beradaptasi baik di daerah
-
Jenis ternak yang
umum dipelihara di daerah
-
Daya berkembangbiaknya tinggi
Ø Teknologi Pemeliharaan
Sapi
Pemeliharaan sapi
-
Dilakukan dengan pola penggembalaan dan di kandang
-
Penyediaan pakan dari bagian dalam pelepah, rumput King Grass, rumput kebun
-
Sapi dikandangkan yang dilengkapi dengan penampungan
kotoran
- Kandang dibangun berkelompok pada lokasi dekat rumah
karyawan agar mudah melakukan pengawasan, perawatan, pengumpulan kotoran, penjagaan keamanan secara bergilir, memudahkan
pengamatan masa berahi, dan memudahkan melakukan penimbangan
Ø Daya Tampung Sapi
·
Bergantung pada jumlah tandan buah segar (TBS) yang
diturunkan, setiap TBS yang diturunkan menghasilkan 2 buah pelepah
·
Daya dukung pakan ternak dari pelepah, daun dan hijauan
rumput per hanca (15 ha) (Tabel 2
Ø Sumber Modal
· Dari pihak perkebunan dengan
cara kredit
Ø Analisis Kelayakan Usaha
·
Tingkat suku bunga
·
Revenue per Cost (R/C)
·
Net Present Value (NPV)
·
Internal Rate of Return)
Ø Manfaat dan Efisiensi
SISKA
·
Aset petani meningkat berupa sapi, 2 – 11 ekor dengan
rata-rata 6 ekor/petani.
·
Meningkatkan pendapatan.
·
Efisien dalam penggunaan tenaga kerja pengangkutan hasil panen.
·
Meningkatkan kemampuan pemanen dalam mengelola kebun.
·
Penghematan
pemakaian pupuk kimia.
·
Memperbaiki struktur dan tingkat kesuburan tanah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar