Minggu, 27 Oktober 2013

PENGENDALIAN HAMA TERPADU





 
Sejarah Kelahiran PHT
Perspektif global

1. Era prapestisida
•Mistik
•Pengendalian bukan kimiawi

2. Era Optimisme (1945-1962)
•Diawali dengan penemuan DDT(insektisida), 2,4-D(herbisida)
•Pengendalian tradisional ditinggalkan
•Pestisida menjadi bagian rutin dari cara bercocok tanam
•Aplikasi pestisida secara berjadwal
•Jaminan keberhasilan panen
•Efektif
•Bekerja cepat
•Sesuai untuk berbagai keadaan
•Sering memberikan keuntungan yang nyata

3. Era keraguan (1962-1972)
•Pesticide syndrome: hanya mengandalkan pestisida, tanpa
pertimbangan apakah aplikasi perlu atau tidak.
•Pesticide treadmill: peningkatan dosis dan frekuensi aplikasi,
penggantian satu jenis pestisida dengan yang lainnya karena
tidak efektif lagi.

Dampak samping: 4 R
•Resisten (500 sp hama, 270 sp gulma, 150 sp patogen
•Resurgensi
•Pergeseran spesies (Replacement) = Hama sekunder
•Residu

Krisis usahatani

4. Era PHT (1972-sekarang)
Istilah IPM lahir
Pelarangan penggunaan DDT di berbagai negara
PHT menjadi kebijakan Gedung Putih
Diikuti banyak negara lain (1980-1990)
Awalnya (1956) diartikan sebagai perpaduan antara pengendalian kimiawi dengan hayati (integrated control); pestisida digunakan kapan dan dimana diperlukan melalui cara-cara yang kurang merugikan bagi musuh alami
muncul konsep ambang ekonomi
Sejak tahun 1966 PHT diartikan sebagai perpaduan berbagai teknikpengendalian (integrated pest control)
Tahun 1972diperkenalkan istilah pengelolaan hama terpadu (Integrated Pest Management/IPM).

Perspektif Indonesia
1.Era kolonial (s/d 1945): bercocok tanam, hayati
Cacar daun teh: mengurangi peneduh, pangkas miring
Scirpophaga innotata(1925-30): penundaan waktu semai
Artona catoxantha(1930-an): pemantauan, parasitoid, tuba
Brontispa longissima: mendatangkan parasitoid dari Jawa ke
Sulawesi (1935)
Helopeltisspp. di perkebunan kakao: penggunaan semut

2. Era pascakemerdekaan (1950-an s/d 1960-an)
•1950-an mulai penggunaan pestisida sintetik (sayuran)
•1960-an: Program SSBM (Swa Sembada Bahan Makanan; pestisida di sawah meningkat

3. Era Bimas (1970-1986)
•Awal “revolusi hijau”
•Pestisida sebagai paket produksi (disubsidi hingga 80%)
•Aplikasi insektisida yang intensif di persawahan
•Muncul permasalahan hama wereng cokelat

4. Era SL-PHT (1986-sekarang)
Diawali Inpres No. 3 Tahun 1986
•Pencabutan subsidi pestisida
•Pelarangan 57 insektisida di persawahan
•Pelatihan petani melalui SL-PHT

KONSEPSI PHT
Integrated Pest Management (IPM)
1. Pest = OPT (hama, penyakit, gulma)
Seluruh organisme yang hidup di lingkungan pertanaman
yang menyebabkan kerusakan pada tanaman
dan menurunkan hasil panen (kuantitas/kualitas)
2. Management = Pengelolaan
Proses pengambilan keputusan dalam mengendalikan OPT
yang didasarkan pada prinsip ekologi dan ekonomi
3. Integrated = Terpadu
•Mencakup berbagai OPT
•Ramuan berbagai teknologi pengendalian yang selaras
•Pengendalian OPT merupakan bagian dari sistem usahatani
•Pertimbangan ekonomi, ekologi, dan sosial

Definisi: terdapat sebanyak 67 definisi tentang PHT
Secara umum memiliki kesamaan:
•Perpaduan yang serasi dari berbagai teknik pengendalian
•Populasi OPT dipertahankan di bawah tingkat yang merugikan
•Memberi manfaat ekonomi bagi petani dan khalayak
•Melestarikan lingkungan hidup
•Mempertimbangkan kompleks OPT

Kogan (1998):
Sistem penunjang pengambilan keputusan dalam memilih dan
menerapkan taktik pengendalian OPT yang didasarkan pada
analisis biaya/manfaat, dan pertimbangan kepentingan dari
dan dampak pada petani/produser, khalayak,dan lingkungan

Tujuan:
•Mengupayakan agar OPT tidak menimbulkan kerugian melalui cara-cara pengendalian yang efektif, ekonomis, dan aman
Sasaran
•Mengupayakan produksi yang tetap tinggi dan menguntungkan (profitability)
•Memelihara kesehatan manusia dan kualitas lingkungan hidup (safety)
•Menjamin agar hasil pengendalian bersifat awet (durability)


KOMPONEN UTAMA PHT
1. Informasi dan Pengetahuan
•Bioekologi

2. Sarana pengambilan keputusan
•Metode pemantauan dan/atau model peramalan
•Ambang tindakan (action threshold)

3. Teknologi pengendalian (toolbox)
•Pengendalian secara bercocok tanam
•Pengendalian hayati
•Pengendalian fisik/mekanis
•Pengendalian kimiawi, dll

4. Sumberdaya manusia
•Pelaku langsung PHT di lapangan
•Pelaku penunjang

Prinsip dasar penerapan PHT
•Mengupayakan pertanaman yang sehat dan tahan OPT
•Meningkatkan peran komponen pengendali alami (hayati/fisik)yang ada di pertanaman
•Melakukan pemantauan untuk menentukan perlu-tidaknya tindakan intervensi untuk mengamankan hasil panen

Manfaat penerapan PHT
•Meningkatkan pendapatan bersih petani
•Mengurangi risiko kegagalan panen
•Memelihara kualitas lingkungan hidup
•Mengurangi risiko keracunan pestisida pada produsen dan konsumen
•Memelihara keberlanjutan sistem ekologi (musuh alami, keanekaragaman hayati)
•Menurunkan ongkos usahatani




 Agroekosistem dan OPT
Pengertian
•Populasi

•Komunitas

•Ekosistem

•Agroekosistem: Ekosistem yang dipelihara manusia untuk memenuhi
kebutuhan pangan, sandang, dan produk pertanian
lainnya
Perbandingan Agroekosistem vsEkosistemAlami
Karakteristik Ekosistem alami Agroekosistem
•Keanekaragaman spesies Tinggi Rendah

•Keanekaragaman genetis Tinggi Rendah

•Fenologi tanaman Tumpang-tindih Serempak

•Seleksi vegetasi Alami Manusia

•Siklus hara Tertutup Terbuka

•Jala trofik Kompleks Sederhana

•Tahapan suksesi Klimaks Efemer

Agroekosistem terbukti sangat produktif, tapi selalu tergantung
pada masukan eksternal:
•Penyemaian benih menggantikan proses pemencaran benih
•Pemuliaan tanaman menggantikan proses evolusi dan seleksi
•Pemupukan menggantikan proses siklus hara
•Pengendalian kimiawi menggantikan proses predasi / Parasitisasi

Agroekosistem sebagai unit ekologi dan unit usahatani

Unit ekologi:
•Kompetisi
•Herbivori
•Predasi
•Dekomposisi
•Parasitisme
•Evolusi

Unit usahatani:
•Pengolahan tanah
•Penanaman
•Pemupukan
•Penyiraman
•Pengendalian OPT
•Pemanenan

Kelimpahan populasi OPT

Hubungan trofik
Analisis rantai trofik: “Siapa makan siapa ?”


Pendekatan ekosistem:
•Menyadari bahwa agroekosistem adalah sesuatu yang kompleks
•Mempertimbangkan bahwa sesuatu berinteraksi dengan sesuatu lainnya
•Mengajarkan kepada kita bahwa untuk mengelola OPT, kita perlu memahami interaksi yang terjadi dalam agroekosistem

Diseminasi, invasi, dan kolonisasi OPT:
Setiap awal musim tanam agroekosistem terpapar
untuk dikolonisasi oleh OPT (dan musuh alaminya)

Sumber OPT:
•Berasal dari lahan itu sendiri (sebelum tanam)
•Berasal dari benih atau bibit
•Berasal dari pertanaman / vegetasi di sekitarnya
•Berasal dari tempat yang jauh

Mekanisme diseminasi:
•Pasif
•Aktif
•Melalui vektor

Keragaman genetis OPT
Tekanan seleksifrekuensi genotipe berubah
•OPT menjadi resistan terhadap pestisida
•Hama/penyakit mampu mematahkan sifat ketahanan tanaman yang dibudidayakan (biotipe)

Faktor agronomis:
•Pola pertanaman monokultur
•Keseragaman genetis tanaman
•Jarak tanam yang terlalu rapat
•Pemupukan yang berlebihan
•Gangguan terhadap musuh alami




Kehilangan Hasil dan Pengambilan
Keputusan Pengendalian

Injury (= kerusakan)
          Gejala fisik pada tanaman karena serangan OPT
Damage (=kehilangan hasil)
          Penurunan kuantitas atau kualitas hasil panen
Loss (= kerugian)
          Penurunan finansial dari hasil panen (Rp)

Kerapatan OPT
Kerusakan tanaman
Kehilangan hasil
Kerugian


A. Aspek OPT
1. Tipe serangan              tipe kerusakan
          penjarang pertanaman
          pelahap biomassa
          penyadap asimilat
          penular penyakit tanaman
          pelemah turgor
          pengubah bentuk
2. Jenjang perkembangan
          larva instar-1 vs larva instar-5
3. Masa tinggal
          wereng cokelat: makroptera vs brakhiptera
          walang sangit: imago vs nimfa)
4. Kerapatan populasi
          rendah vs tinggi

B. Aspek tanaman
1. Bagian tanaman yang dirusak
          langsung vs tak langsung
2. Saat kerusakan terjadi
          Bibit
          Tanaman muda
          Pembungaan
          Perkembangan buah/polong/umbi
          Pematangan buah/polong/umbi
3. Tipe kerusakan
          terkait dengan cara makan
4. Intensitas kerusakan
          ringan, sedang, berat

C. Aspek kondisi lingkungan
1. Abiotik
          Kesuburan tanah
          Kelembaban (tanah, udara)
2. Biotik
          Musuh alami
          Hama yang lain
3. Sosial ekonomi
          Harga hasil panen
          Biaya pengendalian
          Perubahan persepsi

Bentuk kehilangan hasil:
          Kehilangan biomassa
          Kehilangan kosmetik (sayuran, buah-buahan)
          Kehilangan estetik (tanaman hias)


Kapan kita mengendalikan OPT dengan pestisida ?
Menyangkut 3 konsep:
1.      Economic damage (= kehilangan ekonomi)
Tingkat kerusakan tanaman yang membenarkan adanya
     pengeluaran biaya untuk pengendalian dengan pestisida
     Kehilangan ekonomi mulai terjadi ketika biaya pengendalian
     setara dengan nilai potensi kehilangan hasil yang dapat
     diselamatkan oleh adanya tindakan pengendalian


Bila harga hasil panen = P, dan biaya pengendalian = C
Nilai potensi kehilangan hasil = Yc.P – Yn.P = (Yc-Yn).P
Kehilangan ekonomi mulai terjadi bila C = (Yc-Yn).P
Yc –Yn = C/P       disebut ambang perolehan (gain threshold)

Ambang perolehan (AP)= Biaya pengendalian (Rp/ha)
                   Harga hasil panen (Rp/kg)

Bila biaya pengendalian = Rp. 100.000,- per ha
Harga hasil panen = Rp. 200 per kg
Maka AP =                   = 500 (kg/ha)
           Minimum potensi kehilangan hasil yang perlu
diselamatkan dari tindakan pengendalian yang dilakukan

2. Economic injury level (=tingkat kerusakan ekonomi) (TKE)
Kerapatan OPT dimana manfaat tindakan pengendalian sama
dengan biaya yang dikeluarkan untuk pengendalian tersebut


Bagaimana menentukan TKE ?
         Berapa kerapatan hama yang berpotensi menyebabkan
 kehilangan sebesar (Yc-Yn) ?
         Bila b = koefisien kehilangan hasil
Maka TKE = Yc-Yn = C/P = C
  b           b       P.b

Bagaimana bila tidak seluruh hama terbunuh ?
Katakanlah efisiensi pengendalian  = k,
TKE = C
P.b.k

Bagaimana memperoleh koefisien kehilangan hasil (b) ?
Regresi hubungan antara kerapatan hama dengan hasil panen
    Y = Yo – bX
    Yo = hasil panen tanpa serangan hama (kg/ha)
    Y = hasil panen nyata
    X = kerapatan hama (individu hama/rumpun)
    b = koefisien kehilangan hasil (kg/ha)/(individu hama/rumpun)

Misalkan Y = 5.000 – 25X
b = 25      1 ekor hama/rumpun menyebabkan kehilangan hasil
                 sebesar 25 kg/ha
Berdasarkan contoh sebelumnya, maka:
TKE = 100.000 (Rp/ha)                                                          = 20 ekor/rumpun
200 (Rp/kg) x 25 (kg/ha per ekor/rumpun)

TKE = C       
P.b.k

Apa yang terjadi dengan TKE ?
          Bila harga pestisida meningkat
          Bila harga pestisida menurun
          Bila harga jual meningkat
          Bila harga jual menurun
          Bila ditanam varietas yang lebih toleran
          Bila pestisida yang digunakan daya bunuhnya
        lebih rendah

Bagaimana menentukan hubungan antara kerapatan hama
dan kehilangan hasil ?:
1.      Pengamatan langsung di lapangan
- Paling sederhana tapi tidak terlalu tepat
- Untuk OPT yang populasi/serangannya selalu tinggi
- Dipilih petak-petak yang memperlihatkan tingkat
populasi/serangan yang berbeda-beda
2. Modifikasi populasi lapangan
- Untuk OPT yang populasi/serangannya selalu tinggi
- Dirancang untuk memperoleh tingkat populasi/
serangan yang berbeda-beda
- Dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida

3. Menciptakan populasi buatan
- Bila diinginkan populasi/serangan secara
lebih tepat
- Populasi/serangan di alam tidak tentu
- Biasanya dilaksanakan dalam kurungan
4. Simulasi kerusakan
- Menggunting daun
- Mematikan tunas
- Mematikan bibit
- Memotong bunga
Apa kesulitan penentuan hubungan antara kerusakan daun dan
kehilangan hasil pada tanaman tahunan ?

3. Economic threshold (=ambang ekonomi)
  Kerapatan populasi hama dimana tindakan pengendalian
    perlu dilakukan untuk mencegah peningkatan populasi
    mencapai tingkat kerusakan ekonomi (TKE)
AE : Acuan operasional untuk menentukan kapan
        pengendalian(kimiawi) perlu diberlakukan
Sekarang lebih sering disebut action threshold (=ambang tindakan) = AT
AT umumnya terletak sedikit di bawah TKE
Mengapa demikian ?


         Apa perbedaan antara TKE dan AT ?
          AT tidak perlu didasarkan pada instar yang merusak
- Oryctes rhinoceros pada kelapa (?)
- Spodoptera litura pada kedelai (?)
- Helicoverpa armigera pada tomat (?)
          AT sering dinyatakan dalam intensitas kerusakan (%)
- Apa kelemahan AT yang demikian ?

Bagaimana menentukan AT ?
1. AT diperoleh dari tempat lain
2. AT diperoleh dari pengalaman lapangan
3. AT diperoleh secara empirik dari penelitian TKE
Sebelum dianjurkan, AT perlu diujiterapkan terlebih
dahulu di lahan petani untuk beberapa musim tanam
AT dianggap sudah tepat bila:
          Menurunkan penggunaan pestisida
          Menghemat biaya pengendalian
          Memberikan hasil panen yang memuaskan
          Meningkatkan pendapatan bersih petani

Berapa banyak pengurangan pestisida ?

Bagaimana memasukkan musuh alami dalam pengambilan
keputusan pengendalian ?


Kesulitan menerapkan AT:
         Kondisi pertumbuhan tanaman
         Kehadiran berbagai jenis hama
         Kehadiran berbagai jenis musuh alami
         Harga hasil panen yang fluktuatif
         Harga pestisida yang berbeda-beda
         Persepsi dan sikap petani

Penarikan Contoh dan
Pengamatan Hama

SAMPLING
•samplingis concerned with the selection of a subset of individuals from within apopulationto estimate characteristics of the whole population.
•Researchers rarely survey the entire population because the cost of acensusis too high.
•cost is lower,
•data collection is faster, and
•since the data set is smaller it is possible to ensure homogeneity and to improve the accuracy and quality of the data.

Process
•Defining the population of concern
•Specifying asampling frame, asetof items or events possible to measure
•Specifying asampling methodfor selecting items or events from the frame
•Determining the sample size
•Implementing the sampling plan
•Sampling and data collecting

Penarikan contoh: pemeriksaan contoh untuk membuat dugaan status
populasi hama
Tujuan penarikan contoh:
•Mendeteksi keberadaan hama sasaran
•Menentukan status hama sasaran
•Menentukan kerapatan populasi hama dengan tingkat ketepatan dan ketelitian yang tinggi

Pemantauan (monitoring) dalam PHT:
Kegiatan penarikan contoh yang dilakukan secara berkala untuk
menentukan kecenderungan perubahan status populasi hama sasaran
Pengambilan keputusan pengendalian

Tipe dugaan kerapatan populasi hama
1. Kerapatan populasi absolut/mutlak(per unit luas lahan)
•per m2lahan, per ha lahan, dsb

2. Kerapatan populasi relatif
a. Kerapatan populasi (per unit habitat)
•per rumpun, per pucuk, per 1 m baris tanaman dsb

b. Kerapatan populasi (per unit usaha)
•per ayunan jaring, per perangkap, per 15 menit pencarian, dsb

3. Indeks populasi (hasil/dampak kegiatan hama)
•tingkat kerusakan, embun jelaga, jejak, kotoran, dsb

Program penarikan contoh
Prosedur menerapkan teknik penarikan contoh (apa, berapa, kapan ?)
1.Penentuan semesta contoh (sampling universe)

Habitat tempat hama berada
2. Penentuan unit contoh (sampling unit)
Proporsi ruang hunian tempat dilakukan penghitungan hama
Informasi
Jenis hama
Kondisi tanaman

Baris tanaman
Individu tanaman
Bagian tanaman
Ayunan jaring
Perangkap

Kriteria pemilihan unit contoh
•Unit contoh harus stabil
•Proporsi hama pada unit contoh harus konstan
•Unit contoh harus mudah dikenali di lapangan

3. Sasaran yang akan diamati
Telur, larva, pupa, imago, gejala kerusakan ?
4. Banyaknya contoh yang akan diamati
Perlu ada kompromi antara ketelitian, biaya, tenaga, waktu
5. Pola penempatan contoh di pertanaman

6. Kapan pengamatan dimulai (menyangkut efisiensi dan risiko)
•Sistem kalender ?
•Fase rentan tanaman ?
•Cuaca/iklim ?

7. Frekuensi pengamatan
•Setiap minggu ?
•Perlu dihubungkan dengan fase perkembangan tanaman dan populasi hama

8. Waktu pengamatan (pagi, siang, sore, malam ?)
•Biologi hama
•Saat hama menyerang
•Perlu konsisten

Teknik Penarikan Contoh
• Cara untuk mengumpulkan informasi dari suatu unit contoh
• Teknik langsung vs tidak langsung

A. Teknik langsung

1. Pada tajuk tanaman

Penghitungan di tempat
(in situ)
Perontokan
Pengisapan
Penjaringan

2. Pada ruang udara di pertanaman
Lampu perangkap
Panci perangkap
Perangkap lekat
Perangkap Malaise
Jendela perangkap

3. Pada permukaan tanah
Perangkap jebakan
4. Dalam tanah
Ekstraksi tanah

B. Teknik tidak langsung
Embun jelaga
Jejak
Kotoran
Eksuvia

Intensitas kerusakan
•Insidensi
Proporsi tanaman atau bagian tanaman yang terserang

•Keparahan (severity)
Proporsi jaringan tanaman yang terserang