Sejarah
Kelahiran PHT
Perspektif
global
1. Era
prapestisida
•Mistik
•Pengendalian
bukan kimiawi
2. Era
Optimisme (1945-1962)
•Diawali
dengan penemuan DDT(insektisida), 2,4-D(herbisida)
•Pengendalian
tradisional ditinggalkan
•Pestisida
menjadi bagian rutin dari cara bercocok tanam
•Aplikasi
pestisida secara berjadwal
•Jaminan
keberhasilan panen
•Efektif
•Bekerja
cepat
•Sesuai
untuk berbagai keadaan
•Sering
memberikan keuntungan yang nyata
3. Era
keraguan (1962-1972)
•Pesticide
syndrome: hanya mengandalkan pestisida, tanpa
pertimbangan
apakah aplikasi perlu atau tidak.
•Pesticide
treadmill: peningkatan dosis dan frekuensi aplikasi,
penggantian
satu jenis pestisida dengan yang lainnya karena
tidak
efektif lagi.
Dampak
samping: 4 R
•Resisten
(500 sp hama, 270 sp gulma, 150 sp patogen
•Resurgensi
•Pergeseran
spesies (Replacement) = Hama sekunder
•Residu
Krisis
usahatani
4. Era PHT
(1972-sekarang)
Istilah
IPM lahir
Pelarangan
penggunaan DDT di berbagai negara
PHT
menjadi kebijakan Gedung Putih
Diikuti banyak
negara lain (1980-1990)
Awalnya
(1956) diartikan sebagai perpaduan antara pengendalian kimiawi dengan hayati
(integrated control); pestisida digunakan kapan dan dimana diperlukan melalui
cara-cara yang kurang merugikan bagi musuh alami
muncul
konsep ambang ekonomi
Sejak
tahun 1966 PHT diartikan sebagai perpaduan berbagai teknikpengendalian
(integrated pest control)
Tahun
1972diperkenalkan istilah pengelolaan hama terpadu (Integrated Pest
Management/IPM).
Perspektif
Indonesia
1.Era
kolonial (s/d 1945): bercocok tanam, hayati
Cacar daun
teh: mengurangi peneduh, pangkas miring
Scirpophaga
innotata(1925-30):
penundaan waktu semai
Artona
catoxantha(1930-an):
pemantauan, parasitoid, tuba
Brontispa
longissima:
mendatangkan parasitoid dari Jawa ke
Sulawesi
(1935)
Helopeltisspp. di perkebunan kakao:
penggunaan semut
2. Era
pascakemerdekaan (1950-an s/d 1960-an)
•1950-an
mulai penggunaan pestisida sintetik (sayuran)
•1960-an:
Program SSBM (Swa Sembada Bahan Makanan; pestisida di sawah meningkat
3. Era
Bimas (1970-1986)
•Awal
“revolusi hijau”
•Pestisida
sebagai paket produksi (disubsidi hingga 80%)
•Aplikasi
insektisida yang intensif di persawahan
•Muncul
permasalahan hama wereng cokelat
4. Era
SL-PHT (1986-sekarang)
Diawali
Inpres No. 3 Tahun 1986
•Pencabutan
subsidi pestisida
•Pelarangan
57 insektisida di persawahan
•Pelatihan
petani melalui SL-PHT
KONSEPSI
PHT
Integrated
Pest Management (IPM)
1. Pest =
OPT (hama, penyakit, gulma)
Seluruh
organisme yang hidup di lingkungan pertanaman
yang
menyebabkan kerusakan pada tanaman
dan
menurunkan hasil panen (kuantitas/kualitas)
2.
Management = Pengelolaan
Proses
pengambilan keputusan dalam mengendalikan OPT
yang
didasarkan pada prinsip ekologi dan ekonomi
3.
Integrated = Terpadu
•Mencakup
berbagai OPT
•Ramuan
berbagai teknologi pengendalian yang selaras
•Pengendalian
OPT merupakan bagian dari sistem usahatani
•Pertimbangan
ekonomi, ekologi, dan sosial
Definisi:
terdapat sebanyak 67 definisi tentang PHT
Secara
umum memiliki kesamaan:
•Perpaduan
yang serasi dari berbagai teknik pengendalian
•Populasi
OPT dipertahankan di bawah tingkat yang merugikan
•Memberi
manfaat ekonomi bagi petani dan khalayak
•Melestarikan
lingkungan hidup
•Mempertimbangkan
kompleks OPT
Kogan
(1998):
Sistem
penunjang pengambilan keputusan dalam memilih dan
menerapkan
taktik pengendalian OPT yang didasarkan pada
analisis
biaya/manfaat, dan pertimbangan kepentingan dari
dan dampak
pada petani/produser, khalayak,dan lingkungan
Tujuan:
•Mengupayakan
agar OPT tidak menimbulkan kerugian melalui cara-cara pengendalian yang
efektif, ekonomis, dan aman
Sasaran
•Mengupayakan
produksi yang tetap tinggi dan menguntungkan (profitability)
•Memelihara
kesehatan manusia dan kualitas lingkungan hidup (safety)
•Menjamin
agar hasil pengendalian bersifat awet (durability)
KOMPONEN
UTAMA PHT
1.
Informasi dan Pengetahuan
•Bioekologi
2. Sarana
pengambilan keputusan
•Metode
pemantauan dan/atau model peramalan
•Ambang
tindakan (action threshold)
3.
Teknologi pengendalian (toolbox)
•Pengendalian
secara bercocok tanam
•Pengendalian
hayati
•Pengendalian
fisik/mekanis
•Pengendalian
kimiawi, dll
4.
Sumberdaya manusia
•Pelaku
langsung PHT di lapangan
•Pelaku
penunjang
Prinsip
dasar penerapan PHT
•Mengupayakan
pertanaman yang sehat dan tahan OPT
•Meningkatkan
peran komponen pengendali alami (hayati/fisik)yang ada di pertanaman
•Melakukan
pemantauan untuk menentukan perlu-tidaknya tindakan intervensi untuk
mengamankan hasil panen
Manfaat
penerapan PHT
•Meningkatkan
pendapatan bersih petani
•Mengurangi
risiko kegagalan panen
•Memelihara
kualitas lingkungan hidup
•Mengurangi
risiko keracunan pestisida pada produsen dan konsumen
•Memelihara
keberlanjutan sistem ekologi (musuh alami, keanekaragaman hayati)
•Menurunkan
ongkos usahatani
Agroekosistem dan OPT
Pengertian
•Populasi
•Komunitas
•Ekosistem
•Agroekosistem:
Ekosistem yang dipelihara manusia untuk memenuhi
kebutuhan
pangan, sandang, dan produk pertanian
lainnya
Perbandingan
Agroekosistem vsEkosistemAlami
Karakteristik
Ekosistem alami Agroekosistem
•Keanekaragaman
spesies Tinggi Rendah
•Keanekaragaman
genetis Tinggi Rendah
•Fenologi
tanaman Tumpang-tindih Serempak
•Seleksi
vegetasi Alami Manusia
•Siklus
hara Tertutup Terbuka
•Jala
trofik Kompleks Sederhana
•Tahapan
suksesi Klimaks Efemer
Agroekosistem
terbukti sangat produktif, tapi selalu tergantung
pada
masukan eksternal:
•Penyemaian
benih menggantikan proses pemencaran benih
•Pemuliaan
tanaman menggantikan proses evolusi dan seleksi
•Pemupukan
menggantikan proses siklus hara
•Pengendalian
kimiawi menggantikan proses predasi / Parasitisasi
Agroekosistem
sebagai unit ekologi dan unit usahatani
Unit
ekologi:
•Kompetisi
•Herbivori
•Predasi
•Dekomposisi
•Parasitisme
•Evolusi
Unit
usahatani:
•Pengolahan
tanah
•Penanaman
•Pemupukan
•Penyiraman
•Pengendalian
OPT
•Pemanenan
Kelimpahan
populasi OPT
Hubungan trofik
Analisis
rantai trofik: “Siapa makan siapa ?”
Pendekatan
ekosistem:
•Menyadari
bahwa agroekosistem adalah sesuatu yang kompleks
•Mempertimbangkan
bahwa sesuatu berinteraksi dengan sesuatu lainnya
•Mengajarkan
kepada kita bahwa untuk mengelola OPT, kita perlu memahami interaksi yang
terjadi dalam agroekosistem
Diseminasi,
invasi, dan kolonisasi OPT:
Setiap
awal musim tanam agroekosistem terpapar
untuk
dikolonisasi oleh OPT (dan musuh alaminya)
Sumber
OPT:
•Berasal
dari lahan itu sendiri (sebelum tanam)
•Berasal
dari benih atau bibit
•Berasal
dari pertanaman / vegetasi di sekitarnya
•Berasal
dari tempat yang jauh
Mekanisme
diseminasi:
•Pasif
•Aktif
•Melalui
vektor
Keragaman
genetis OPT
Tekanan
seleksifrekuensi
genotipe berubah
•OPT
menjadi resistan terhadap pestisida
•Hama/penyakit
mampu mematahkan sifat ketahanan tanaman yang dibudidayakan (biotipe)
Faktor
agronomis:
•Pola
pertanaman monokultur
•Keseragaman
genetis tanaman
•Jarak
tanam yang terlalu rapat
•Pemupukan
yang berlebihan
•Gangguan
terhadap musuh alami
Kehilangan Hasil dan Pengambilan
Keputusan Pengendalian
Injury (= kerusakan)
•
Gejala fisik pada
tanaman karena serangan OPT
Damage (=kehilangan hasil)
•
Penurunan
kuantitas atau kualitas hasil panen
Loss (= kerugian)
•
Penurunan
finansial dari hasil panen (Rp)
Kerapatan OPT
Kerusakan tanaman
Kehilangan hasil
Kerugian
A. Aspek OPT
1. Tipe serangan tipe kerusakan
•
penjarang
pertanaman
•
pelahap biomassa
•
penyadap asimilat
•
penular penyakit
tanaman
•
pelemah turgor
•
pengubah bentuk
2. Jenjang perkembangan
•
larva instar-1 vs
larva instar-5
3. Masa tinggal
•
wereng cokelat:
makroptera vs brakhiptera
•
walang sangit:
imago vs nimfa)
4. Kerapatan populasi
•
rendah vs tinggi
B. Aspek tanaman
1. Bagian tanaman yang dirusak
•
langsung vs tak
langsung
2. Saat kerusakan terjadi
•
Bibit
•
Tanaman muda
•
Pembungaan
•
Perkembangan
buah/polong/umbi
•
Pematangan
buah/polong/umbi
3. Tipe kerusakan
•
terkait dengan
cara makan
4. Intensitas kerusakan
•
ringan, sedang,
berat
C. Aspek kondisi lingkungan
1. Abiotik
•
Kesuburan tanah
•
Kelembaban (tanah,
udara)
2. Biotik
•
Musuh alami
•
Hama yang lain
3. Sosial ekonomi
•
Harga hasil panen
•
Biaya pengendalian
•
Perubahan
persepsi
Bentuk kehilangan hasil:
•
Kehilangan
biomassa
•
Kehilangan
kosmetik (sayuran, buah-buahan)
•
Kehilangan estetik
(tanaman hias)
Kapan kita mengendalikan OPT dengan pestisida ?
Menyangkut 3 konsep:
1. Economic
damage (= kehilangan ekonomi)
Tingkat kerusakan tanaman yang membenarkan adanya
pengeluaran
biaya untuk pengendalian dengan pestisida
Kehilangan
ekonomi mulai terjadi ketika biaya pengendalian
setara dengan
nilai potensi kehilangan hasil yang dapat
diselamatkan
oleh adanya tindakan pengendalian
Bila harga hasil panen = P, dan biaya pengendalian = C
Nilai potensi kehilangan hasil = Yc.P – Yn.P = (Yc-Yn).P
Kehilangan ekonomi mulai terjadi bila C = (Yc-Yn).P
Yc –Yn = C/P
disebut ambang perolehan (gain threshold)
Ambang perolehan (AP)= Biaya pengendalian (Rp/ha)
Harga hasil
panen (Rp/kg)
Bila biaya pengendalian = Rp. 100.000,- per ha
Harga hasil panen = Rp. 200 per kg
Maka AP = = 500 (kg/ha)
Minimum
potensi kehilangan hasil yang perlu
diselamatkan dari tindakan pengendalian yang dilakukan
2. Economic injury level (=tingkat kerusakan ekonomi)
(TKE)
Kerapatan OPT dimana manfaat tindakan pengendalian sama
dengan biaya yang dikeluarkan untuk pengendalian tersebut
Bagaimana menentukan TKE ?
•
Berapa kerapatan hama yang berpotensi menyebabkan
kehilangan sebesar
(Yc-Yn) ?
•
Bila b = koefisien kehilangan hasil
Maka TKE =
Yc-Yn
= C/P = C
b b P.b
Bagaimana bila tidak seluruh hama terbunuh ?
Katakanlah efisiensi pengendalian = k,
TKE = C
P.b.k
Bagaimana memperoleh koefisien kehilangan hasil (b) ?
Regresi hubungan antara kerapatan hama dengan hasil panen
Y = Yo – bX
Yo = hasil
panen tanpa serangan hama (kg/ha)
Y = hasil panen
nyata
X = kerapatan
hama (individu hama/rumpun)
b = koefisien
kehilangan hasil (kg/ha)/(individu hama/rumpun)
Misalkan Y = 5.000 – 25X
b = 25 1 ekor
hama/rumpun menyebabkan kehilangan hasil
sebesar 25 kg/ha
Berdasarkan contoh sebelumnya, maka:
TKE = 100.000 (Rp/ha)
= 20 ekor/rumpun
200 (Rp/kg) x 25 (kg/ha per
ekor/rumpun)
TKE = C
P.b.k
Apa yang terjadi dengan TKE ?
•
Bila
harga pestisida meningkat
•
Bila harga
pestisida menurun
•
Bila harga jual
meningkat
•
Bila harga jual
menurun
•
Bila ditanam
varietas yang lebih toleran
•
Bila pestisida
yang digunakan daya bunuhnya
lebih
rendah
Bagaimana menentukan hubungan antara kerapatan hama
dan kehilangan hasil ?:
1. Pengamatan
langsung di lapangan
- Paling sederhana tapi tidak terlalu tepat
- Untuk OPT yang populasi/serangannya selalu tinggi
- Dipilih petak-petak yang memperlihatkan tingkat
populasi/serangan yang berbeda-beda
2. Modifikasi populasi lapangan
- Untuk OPT yang populasi/serangannya selalu tinggi
- Dirancang untuk memperoleh tingkat populasi/
serangan yang berbeda-beda
- Dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida
3. Menciptakan populasi buatan
- Bila diinginkan populasi/serangan secara
lebih tepat
- Populasi/serangan di alam tidak tentu
- Biasanya dilaksanakan dalam kurungan
4. Simulasi kerusakan
- Menggunting daun
- Mematikan tunas
- Mematikan bibit
- Memotong bunga
Apa kesulitan penentuan hubungan antara kerusakan daun
dan
kehilangan hasil pada tanaman tahunan ?
3. Economic threshold (=ambang ekonomi)
Kerapatan
populasi hama dimana tindakan pengendalian
perlu dilakukan
untuk mencegah peningkatan populasi
mencapai
tingkat kerusakan ekonomi (TKE)
AE : Acuan operasional untuk menentukan kapan
pengendalian(kimiawi) perlu diberlakukan
Sekarang lebih sering disebut action threshold (=ambang tindakan) = AT
AT umumnya terletak sedikit di bawah TKE
Mengapa demikian ?
•
Apa perbedaan antara TKE dan AT ?
•
AT tidak perlu
didasarkan pada instar yang merusak
- Oryctes rhinoceros pada kelapa (?)
- Spodoptera litura pada kedelai (?)
- Helicoverpa armigera pada tomat (?)
•
AT sering
dinyatakan dalam intensitas kerusakan (%)
- Apa kelemahan AT yang demikian ?
Bagaimana menentukan AT ?
1. AT diperoleh dari tempat lain
2. AT diperoleh dari pengalaman lapangan
3. AT diperoleh secara empirik dari penelitian TKE
Sebelum dianjurkan, AT perlu diujiterapkan terlebih
dahulu di lahan petani untuk beberapa musim tanam
AT dianggap sudah tepat
bila:
•
Menurunkan
penggunaan pestisida
•
Menghemat biaya
pengendalian
•
Memberikan hasil
panen yang memuaskan
•
Meningkatkan
pendapatan bersih petani
Berapa banyak pengurangan pestisida ?
Bagaimana memasukkan musuh alami dalam pengambilan
keputusan pengendalian ?
Kesulitan menerapkan AT:
•
Kondisi pertumbuhan tanaman
•
Kehadiran berbagai jenis hama
•
Kehadiran berbagai jenis musuh alami
•
Harga hasil panen yang fluktuatif
•
Harga pestisida yang berbeda-beda
•
Persepsi dan sikap petani
Penarikan Contoh dan
Pengamatan Hama
SAMPLING
•samplingis
concerned with the selection of a subset of individuals from within
apopulationto estimate characteristics of the whole population.
•Researchers rarely
survey the entire population because the cost of acensusis too high.
•cost is lower,
•data collection is
faster, and
•since the data set
is smaller it is possible to ensure homogeneity and to improve the accuracy and
quality of the data.
Process
•Defining the
population of concern
•Specifying asampling
frame, asetof items or events possible to measure
•Specifying asampling
methodfor selecting items or events from the frame
•Determining the
sample size
•Implementing the
sampling plan
•Sampling and data
collecting
Penarikan contoh:
pemeriksaan contoh untuk membuat dugaan status
populasi hama
Tujuan penarikan
contoh:
•Mendeteksi
keberadaan hama sasaran
•Menentukan status
hama sasaran
•Menentukan
kerapatan populasi hama dengan tingkat ketepatan dan ketelitian yang tinggi
Pemantauan
(monitoring) dalam PHT:
Kegiatan penarikan
contoh yang dilakukan secara berkala untuk
menentukan
kecenderungan perubahan status populasi hama sasaran
Pengambilan
keputusan pengendalian
Tipe dugaan
kerapatan populasi hama
1. Kerapatan
populasi absolut/mutlak(per unit luas lahan)
•per m2lahan,
per ha lahan, dsb
2. Kerapatan
populasi relatif
a. Kerapatan
populasi (per unit habitat)
•per rumpun, per pucuk,
per 1 m baris tanaman dsb
b. Kerapatan
populasi (per unit usaha)
•per ayunan jaring,
per perangkap, per 15 menit pencarian, dsb
3. Indeks populasi
(hasil/dampak kegiatan hama)
•tingkat kerusakan,
embun jelaga, jejak, kotoran, dsb
Program penarikan
contoh
Prosedur menerapkan
teknik penarikan contoh (apa, berapa, kapan ?)
1.Penentuan semesta
contoh (sampling universe)
Habitat tempat hama
berada
2. Penentuan unit
contoh (sampling unit)
Proporsi ruang
hunian tempat dilakukan penghitungan hama
Informasi
Jenis hama
Kondisi tanaman
Baris tanaman
Individu tanaman
Bagian tanaman
Ayunan jaring
Perangkap
Kriteria pemilihan
unit contoh
•Unit contoh harus
stabil
•Proporsi hama pada
unit contoh harus konstan
•Unit contoh harus
mudah dikenali di lapangan
3. Sasaran yang akan
diamati
Telur, larva, pupa,
imago, gejala kerusakan ?
4. Banyaknya contoh
yang akan diamati
Perlu ada kompromi
antara ketelitian, biaya, tenaga, waktu
5. Pola
penempatan contoh di pertanaman
6. Kapan pengamatan
dimulai (menyangkut efisiensi dan risiko)
•Sistem kalender ?
•Fase rentan tanaman
?
•Cuaca/iklim ?
7. Frekuensi
pengamatan
•Setiap minggu ?
•Perlu dihubungkan
dengan fase perkembangan tanaman dan populasi hama
8. Waktu pengamatan
(pagi, siang, sore, malam ?)
•Biologi hama
•Saat hama menyerang
•Perlu konsisten
Teknik Penarikan
Contoh
• Cara untuk
mengumpulkan informasi dari suatu unit contoh
• Teknik langsung vs
tidak langsung
A. Teknik langsung
1. Pada tajuk
tanaman
Penghitungan di
tempat
(in situ)
Perontokan
Pengisapan
Penjaringan
2. Pada ruang udara
di pertanaman
Lampu perangkap
Panci perangkap
Perangkap lekat
Perangkap Malaise
Jendela
perangkap
3. Pada permukaan
tanah
Perangkap jebakan
4. Dalam tanah
Ekstraksi
tanah
B. Teknik tidak
langsung
Embun jelaga
Jejak
Kotoran
Eksuvia
Intensitas kerusakan
•Insidensi
Proporsi tanaman
atau bagian tanaman yang terserang
•Keparahan
(severity)
Proporsi
jaringan tanaman yang terserang