PENDAHULUAN
AGRO-PESTISIDA
DALAM PENGELOLAAN PENYAKIT TUMBUHAN
Tinjauan Singkat
tentang Pengendalian Terpadu Penyakit Tanaman
•
Produksi
Tanaman dan Kehilangan Hasil Karena Penyakit
–
Faktor-Faktor
Penyebab Kerusakan dan Kehilangan Hasil dalam Pertanian, kehutanan dan
aktivitas lingkungan
•
Faktor
abiotik
•
Faktor
biotik
–
Faktor
biotik sebagai kompetitor
bagi manusia dalam produksi tanaman pertanian adalah organisme pengganggu tanaman (OPT)
•
–
Satu
kelompok organisme di antara berbagai OPT adalah patogen :
•
Cendawan,
FLO, bakteri, nematode, algae
•
Virus,
viroid, molikut, benalu
PENGENDALIAN OPT
–
Pengendalian
Alamiah
–
Aplikasi
Pengendalian non alamiah
–
Pestisida
hayati
–
Pestisida
nabati
–
Pestisida
kimiawi sintetis
PESTISIDA (umum)
•
Klasifikasi
menurut Pengaruhnya terhadap OPT
•
Antifidan:
Menghambat makan, meyebabkan serangga lapar sampai mati
•
Anti-transpiran:
Meredukasi taranspirasi
•
Attraktan:
Memikat hama, atraktan seks
•
Kemosterilan:
Mengganggu kemampuan reproduksi
•
Defolian:
Merontokkan bagian tanaman yang tidak dikehendaki tanpa mematikan tanaman
•
Desikan:
Pengering bagian tanaman dan serangga
•
Disinfektan:
Merusak menginaktifkan organisme berbahaya
•
Klasifikasi
menurut Tipe OPT yang Dikendalika
•
Adulticide
•
Akaricie
•
Algicide
•
Arboricide
•
Avicide
•
Bactericide
•
Blasticide
•
Fungicide
•
Insecticide
•
Ixodicide
|
•
Larvicide
•
Miticide
•
Molluscicide
•
Nematicide
•
Ovicide
•
Piscicide
•
Predacide
•
Rodenticide
•
Silvicide
•
Termicide
|
Klasifikasi menurut
Pengaruhnya terhadap OPT
•
Feeding
stimulant : Menyebabkan serangga makan lebih bersemangat
•
Zat
pengatur tumbuh: Menghentikan, mempercepat atau meperlambat proses
pertumbuhan tanaman atau serangga
•
Repelen:
Mengusir atau menghalau hama dari
obyek yang diberi perlakuan
•
Semiokemikal:
Feromon, alomon dan kairomon; senyawa yang
dipancarkan oleh tumbuhan atau
hewan, yang mengambat atau menstimulir aktivitas perilaku serangga
•
Sinergi:
Meningkatkan keefektifan suatu agens
aktif
•
Antisporulan
: mencegah pembentukan spora cendawan
•
Nematostat
: mnginaktifkan nematoda
FUNGISIDA
Klasifikasi Berdasarkan Tipenya
Klasifikasi Berdasarkan Tipenya
Ada 3 tipe :
q
Protektan
(protectant)
m
Memberikan
proteksi pada tempat aplikasi
q
Eradikan
(eradicant)
m
Penyembuh
infeksi pada tempat aplikasi
q
Sistemik
(systemic)
m
Dapat
mencegah perkembangan penyakit pada tempat yang tidak diaplikasi; ada
translokasi
Perbedaan 3-tipe tersebut berdasar :
Waktu
aplikasi relatif terhadap infeksi
Penyerapan
dan mobilitas dalam jaringan tanaman
FUNGISIDA (FS)
Klasifikasi Menurut Sifat atau Asal Bahan
FS Inorganik
•
Belerang
•
Tembaga
•
Merkuri
•
Timah
FS Organik
•
Dithiocarbamates
(Ditiokarbamat)
•
Ftalimid
(Phtalimides)
•
Sulphamides
(Sulfamid)
•
Triazines
(Triazin)
•
Chlorophenyls
(Klorofenil)
•
Quinones
(Kuinon)
•
Nitroparaffins
(Nitroparafin)
•
Quinoxalines
(Kuinoksalin)
Klasifikasi Menurut Sifat atau Asal Bahan Kimianya
•
Produk Berasal Dari Sumberdaya Alam
–
Fenilpirol
–
Strobilurin
–
Biosintesis
ootridial
Produk-Produk
Fermentasi
•
Griseofulvin
•
Mildiomisin
•
Validamisin
•
Polioksin
•
Blastisidin
•
Kasugamisin
•
Natamisin
•
Prumisin
•
Irumamisin
Klasifikasi Menurut Cara Kerja (Mode of Action) Biokimianya terhadap Cendawan
Patogen
•
Inhibitor
multi site (inhibitor fungsi sel umum)
•
Inhibitor Spesifik i
•
Cara
Kerja Yang Tidak Teridentifikasi
Inhibitor Spesifik
–
Gangguan
Fungsi Membran Sel
–
Gangguan
Proses-proses Nukleus
–
Pengaruh
Pada Fungsi Dinding Sel
–
Penghambatan
Sintesis Protein
–
Penghambatan
Respirasi
–
Gangguan
Nonspesifik pada Integritas Membran Sel
–
Penghambatan
Biosintesis Poliamin
BAKTERISIDA (BS)
Klasifikasi
Menurut sifat bahannya
–
Kimiawi
•
BS inorganik tradisionil
•
BS sintetik
–
Antibiotik
NEMATISIDA (NS)
Klasifikasi Menurut
sifat bahannya
–
Volatil
(Fumigans)
•
Hidrokarbon alifatik
berhalogen
•
Senyawa-senyawa prekursor
methyl isothio-sianate
•
–
Nonvolatil
•
Fosfat organik
(organophosphates)
•
Oksim-karbamat (oxime-carbamates)
Klasifikasi Menurut cara kerjanya
•
General
toksikan mematikan telur dan larva - dewasa
–
Hidrokarbon alifatik
berhalogen
–
Senyawa-senyawa prekursor
methyl isothio-sianate
•
Nematostat
–
Fosfat organik
(organophosphates)
–
Oksim-karbamat (oxime-carbamates)
FUNGISIDA - I
PENDAHULUAN, DEFINISI DAN NOMENKLATUR,
SEJARAH
I. Pendahuluan
# Difinisi
dan Nomenklatur Fungisida (FS)
q
Difinisi
fungisida
Fungus (cendawan)
– caedo (to kill; pembunuh)
Secara
harfiah : Agens
(Agents) Pembunuh cendawan
Dalam
praktik pertanian : Tidak hanya yang membunuh
Fungistat
Antisporulan
Senyawa
peningkat ketahanan tanaman thd cendawan
Juga digolongkan FS
Pengertian Praktis
Menjadi :
۞ Fungisida (FS) adalah Berbagai Agens
q
Dari
Alam (Mikroba, Virus, tumbuhan Dll)
q
Dari
Bahan Sintetis (Kimiawi)
Yang dapat melindungi tanaman
q
Dari
Invasi Cendawan (Pra-Infeksi)
dan/atau
q
Mengeradikasi
Cendawan yang Telah Menginfeksi (Pasca-Infeksi)
Bagaimana dengan :
•
Bakterisida
•
Nematisida
•
Algasida
•
Benalusida
(?)
•
Virusida
(?)
Preventif versus Kuratif
r
Preventif atau propilaksis,
Ø
pencegahan
infeksi dengan penghambatan patogen sebelum terjadinya penetrasi
Ø
disebut FS
protektif atau
protektan
r
Kuratif
Ø
Penyembuhan
atau terapi, mengeliminasi patogen setelah infeksi
Ø
Disebut fungisida kemoterapeutan atau kuratif
Pergerakan FS
dalam jaringan tanaman
Cara aplikasi fungisida yang umum dilakukan
:
q
Kecuali injeksi (infus) ke dalam batang tanaman
q
Pencelupan
atau pembasahan benih
q
Penyemprotan
pada daun
q
Penyiraman
tanah di sekitar akar
Tidak
dapat menyembuhkan infeksi internal
Hanya
dapat digunakan sebagai protektan
Dapat sebagai kemoterapeutan untuk Erysiphaceae, Meliolaceae
Hubungan antara
mobilitas dalam tanaman dan potensi FS dalam pengendalian penyakit
•
Tingkat mobilitas
ð
Tidak
terabsorbsi
ð
Terabsorbsi
-tidak ditranslokasi
ð
Terabsorbsi
- ditranslokasi
•
Potensi
FS
ð
Protektan
Terapeutan untuk Patogen permukaan
ð
Kemoterapeutan
atau eradikan untuk patogen daun
ð
Sistemik
Keuntungan fungisida sistemik
Ø
Dapat
mencapai tempat yang tidak diaplikasi
Ø
Tidak
perlu aplikasi berulang-ulang
Ø
Tidak
mudah hilang oleh hujan atau angin
Ø
Tidak
mudah terdegradasi oleh cuaca
Tempat bekerja
fungisida sistemik
Protektan atau
Terapetan ?
q
Aplikasi
pada akar melindungi daun dari
Perkecambahan
spora (dimetirimol dan etirimol
Ø
perkembangan
patogen setelah penetrasi
Cara translokasi
sehubungan dengan aktivitas sistemik
Ø
Sistemik
lokal
Ø
aplikasi
permukaan daun atas
Ø
melindungi
permukaan bawah daun (difusi)
Ø Translokasi melalui silem, aplikasi akar
melindungi daun
Cara Kerja Senyawa
Sistemik
۞ Aktivitas langsung
ð
FS
in vitro mempunyai aktivitas
fungisidal
۞ Aktivitas tidak langsung
ð
Senyawa in vitro tidak
memiliki aktivitas fungisidal
ð
Secara in vivo dapat
menekan aktivitas cendawan patogen
FS sistemik
versus kemoterapeutan sistemik
Kebutuhan Fungisida
Ø
Dikondisikan
oleh adanya:
ð
Permasalahan
penyakit tanaman
ð
Peningkatan
populasi dunia
ð
Meningkatnya
pendapatan
Keuntungan secara
langsung
q
Bagi
petani
ð
rendahnya
biaya produksi
ð
peningkatan
hasil
ð
disertai
peningkatan keuntungan
r
Bagi
konsumen
ð
peningkatan
kualitas dan kuantitas produk
ð
variasi
pangan
ð
rendahnya
harga produk
Empat
faktor dalam proses produksi tanaman :
•
Varietas
tanaman
•
b.
Nutrisi mineral
•
c.
Suplai air
•
d.
Pengelolaan tanaman
ð
teknik
budidaya
ð
pengendalian
OPT
q
Tiap
faktor dapat sebagai
Ø
Faktor
dominan
Ø
Faktor
pembatas
Ø
Tergantung
ð
jenis
tanaman,
ð
praktik
pertanian
ð
kondisi
setempat
Contoh :
Irigasi (suplai
air),
Ø
faktor
penentu dalam produktivitas tanaman
Ø
Kombinasi
irigasi dan varietas produksi tinggi
ð
peningkatan
hasil yang dramatis
ð
tetapi harus disertai input pupuk kimia tinggi
Ø
pasti akan
diikuti oleh
ð
pertumbuhan
gulma
ð
infestasi
artropoda hama
ð
infestasi
berbagai macam patigen
ð
Ancaman yang harus ditanggulangi
Diperlukan Pestisida !!!???
r
Produktivitas
tanaman karena aplikasi FS
Ø
sekitar
tiga kali dari biaya aplikasi
Ø
1970-an,
pengendalian penyakit tepung pada barley
ð
menningkatkan
hasil sekitar 6.5 %
ð
biaya
perlakuan sekitar $ 7/ha (nilai 1972)
ð
mendapat
tambahan $ 21/ha
Ø
Penggunaan
FS spektrum luas seperti strobilurin dan triazol
ð
Peningkatan
hasil lebih dari 15 %
ð
equivalen
dengan keuntugan $100/ha untuk biaya pengendalian $25/ha, dengan rasio B/C 4:1
Penggunaan
FS pada cerealia di Eropa Barat
Ø
senilai
2-3 juta ton biji per tahun
Ø
sama
dengan $300 – 400 juta
Ø
Pada
varietas tanaman tertentu yang tidak dapat dibudidayakan tanpa pengendalian
penyakit
ð
keuntungan
yang diperoleh melalui penggunaan FS sangat signifikan
ð
Akhir
1800-an, masalah penyakit karat kopi sering terjadi di India, Sri Lanka dan
Afrika
ð
tingkat
produksi menjadi tidak ekonomis
ð
perubahan
dari budidaya kopi menjadi teh
ð
Industri
kopi sampai saat ini masih sepe-nuhnya tergantung pada penggunaan FS
Sejarah
Penggunaan
Fungisida
Sejarah
Penggunaan Fungisida
q
Penderitaan
manusia akibat penyakit Tanaman
q
Penyakit
karat pada gandum telah diketahui sejak jaman Romawi
ð
dulu
dianggap akibat kemarahan para dewa
ð
pencegahan
melalui upacara-upacara persem-bahan kepada dewa Robigus dan Robigo
ð
saat itu
dewa tidak sepenuhnya dipercaya
ð
pengendalian
secara kimiawi juga dilakukan, dengan belerang, yang saat itu masih misterius
Dampak
kejadian lain dari penyakit tanaman :
۞ 943 penyakit cendawan di Eropa, yang disebut
penyakit “St Anthony’s fire” pada manusia
۞ dengan gejala “meratap dan kejang”
۞ kini diketahui akibat megkonsumsi biji rye
yang terkontaminasi alkaloid yang terdapat dalam Claviseps purpurea
۞ 1750, di Eropa penyakit-penyakit pada
cerealia secara ekonomi sangat merugikan
ð
Akademi
Seni dan Sain Perancis adakan sayembara untuk tulisan terbaik mengenai penyebab
dan pengendalian penyakit smut (bunt) pada gandum solusi belum dite-mukan hingga 10 tahun
kemudian
q
10
tahun kemudian lebih dari setengah tanaman gandum di Perancis gagal oleh Ustilago
nuda
q
Seorang
peneliti bernama Tillet
Ø
Menjelaskan
penyebab penyakit bunt, diberi nama Tilletia tritici
Ø
percobaan
efikasi berbagai macam perlakuan terhadap T. tritici
ð
tanaman
diaplikasi dengan bahan campuran kapur atau urin relativ terbebas dari penyakit bunt
ð
Tillet
perlakuan benih terhadapT. tritici perintis pertama praktik perlakuan
fungisi-da pada benih
r
Faktor
penyakit tanaman dalam keberlangsungan beberapa industri
Industri anggur
Ø
penyakit
tepung, Uncinula necator, mula-mula di Belanda dalam 1845,
Ø
diikuti
oleh penyakit embun bulu, Plasmopara viticola akhir 1850-an
Ø
Dalam
periode ini juga tercatat sebagai awal penggunaan fungisida modern
Ø
sulfur
untuk pengendalian U. necator di Belanda
Ø
belum
didapat produk sulfur yang dapat diaplikasikan secara mudah dalam area luas
Ø
1855,
Bequerel memproduksi bentuk sulfur lembut (halus) dapat diaplikasikan secara
merata pada permukaan tanaman (bagaimana proses pembuatannya ?)
Ø
1885,
campuran Bordeaux oleh Millardet (tembaga sulfat dan kapur) untuk pengendalian P.
viticola
ð
efektif
terhadap penyakit hawar pada kentang
ð
Banyak
versi campuran ini,
ð
tetapi
campuran yang esensial sampai saat ini masih digunakan untuk mengendalikan
penyakit cendawan pada berbagai macam tanaman
q
Pengembangan
FS thd penyakit pada anggur di Perancis, merangsang penelitian FS internasional
ð
1886,
percobaan di USA untuk evaluasi semua jenis FS unggulan di Perancis terhadap :
X penyakit busuk hitam (Guignardia bidwellii)
pada anggur
X kudis,Venturia inaequalis pada apel
X tepung, Sphaerotheca fuliginea pada
anggur
X dan sejumlah patogen pada sayuran
ð
Kolaborasi
USDA dan para pakar Perancis
X menguji hubungan dosis, biaya serta waktu
optimum penyemprotan dan fitotoksisitas
X produksi gandum sangat dibatasi penyakit karat,
hingga datangnya fungisida sistemik dalam pertengahan tahun 1960-an
q
Tanaman
lainnya juga mengalami gangguan penyakit karat
۞ 1869, pada kopi di Sri Lanka, dalam 10
tahun produktivitas turun lebih dari 50 %
۞ Banyak perkebunan kopi diganti dengan teh
۞ Perkebunan kopi di Sri Lanka dan India
saat ini sepenuhnya tergantung pada fungisida
۞ Senyawa organik kompleks untuk perlakuan benih pada gandum dalam pengendalian penyakit karat
۞ Senyawa arsenik dan
intermediat dyestuff dalam industri farmasi, memicu fitopatologis German
dalam penelitian yang sama
ð
Hasilkan
FS sintetik fenol yang mengandung unsur merkuri, tembaga dan timah
Ø
Ditemukan oleh Bayer senyawa bermerkuri dan fenol berklor, mendorong
pengembangan perlakuan benih dengan merkuri organik
Ø
Produk
yang pertama adalah :
ð
Uspulum,
ð
diintroduksi
dalam 1915 oleh Bayer,
ð
diikuti
oleh Ceresan dari ICI (1929)
ð
diikuti
Agrosan G, juga dari ICI (1933)
r
Produk-produk
merkuri, tembaga dan timah
Ø
Populer dan menyebar luas
Ø
Bayer, ICI berkembang menjadi perusahaan-perusahaan
utama dalam industri agrokimia dari akhir 1850-an
Ø
produk-produk
berbasis merkuri dilarang dalam 1970-1980-an karena mencemari tanah
q
FUNGISIDA NON-SISTEMIK
ð
tidak
dapat mengendalikan patogen-patogen yang sudah mapan di dalam jaringan tanaman
ð
aplikasi
harus sebelum kolonisasi patogen
ð
Patogen
berkembang pada jaringan baru yang terbebas dari deposit fungisida
ð
Aplikasi
harus berkali-kali
۞ Namun FS-NS cara kerjanya non-spesifik
۞ masih handal dalam pengendalian patogen
minor
۞ untuk mengatasi resistansi patogen
terhadap FS-
sistemik
Berkembangnya FS sistemik
ð
Sebelum
dikembangkannya FS-S akhir 1960-an, semua senyawa FS bersifat protektan
non-sistemik
ð
Fungisida
sistemik (FS-S) telah merebut pasar FS non-sistemik (FS-NS)
FS-S, pada daun
dapat mengendalikan penyakit dengan membunuh miselium cendawan tepung atau lebih umum melalui pencegahan
germinasi spora
q
Sifat-sifat
FS-S
Ø
Tingkat
dan durasi pengendaliannya lebih baik
Ø
Lebih fleksibel dalam penggunaannya
Ø
Namun
gagal memberikan hasil pengendalian penyakit secara sempurna
Ø
Karena
itu, penelitian terus berlangsung untuk
ð
mendapatkan
produk yang lebih efektif
ð
mendapatkan
teknologi pengendalian yang lebih baik
r
Persyaratan
penting yang diperlukan
ð
Aman
terhadap
Ø
pekerja
pabrik
Ø
pengguna
Ø konsumer tanaman yang diaplikasi
Ø
harus
dijamin tidak mencemari lingkungan
Ø
Selain
itu, fungisida harus memiliki sifat-sifat seperti dalam Tabel 1.3.
Sifat
Keananan
Keragaan
Penggunaan
Biaya
|
Tipe produk
yang diharapkan
Aman bagi pengguna
Diterima lingkungan
Aman terhadap
konsemer produk yang diaplikasi
Memiliki
spektrum pengendalian yang
luas
Memiliki
periode pengendalian yang cukup lama
Meningkatkan
kepercayaan
Memiliki
aktivitas anti resistan
Memperbaiki
keamanan tanaman
Kompatibel
dengan produk lainnya
Mudah dibuat
formulasi
Aman
diaplikasikan
Biaya
tiap perlakuan murah karena hal sebagai berikut :
X Harga fungisida lebih murah
X Tingkat (dosis) penggunaan yang rendah
X Sedikit perlakuan tiap musimBiaya aplikasi
lebih
X murah
|
Eksplorasi Fungisida
Performa dan Cara Kerja Fungisida
EKSPLORASI FUNGISIDA
r
Target Eksplorasi Fungisida
Ø
didasarkan
pada nilai ekonominya bukan oleh sifat biologinya semata
Ø
FS
ditargetkan untuk penyakit-penyakit
ð
penting
secara ekonomi
ð
komoditas
tanaman komersial yang ditanam dalam skala luas
q
Pentingnya
patogen sebagai target tergantung pada :
Ø
Frekuensi
penyakit
Ø
Beratnya
penyakit
Ø
Nilai
kerugian secara ekonomis
Ø
Resiko
komersial
rencana pengembangan tiap produk FS harus memperhitungkan bahwa FS
itu dapat mencapai level penjualan yang dapat mengembalikan modal investasi
Biaya eksplorasi fungisida
۞ Rataan biaya industri
pengembangan satu pestisida sintetik sekitar $ 200 juta,
۞ Perlu waktu sekitar 8
tahun sebelum produk lengkap (siap dipasarkan)
۞ Satu produk
perdagangan dihasilkan dari sekitar 40 000 senyawa yang diseleksi (disekrining)
Biaya lain-lain
Duapertiga
dari total biaya untuk
Ø biaya percobaan efikasi
Ø pengujian toksikologi dan
Ø keamanan terhadap lingkungan setara dengan
$ 80 juta dalam 1976
Untuk
memenuhi keperluan-keperluan regulasi ?
Skrining Fungisida
ð
Merupakan
suatu seri tahapan pengujian kandidat FS
§ Cara kerja (mode of action)
§ Tingkat dosis (konsentrasi) aplikasi yang
efektif
§ Spektrum penggunaan terhadap patogen sasaran
§ Fitotoksisitas
§ redistribusi dalam tanaman
§ Keamanan terhadap organisme bukan sasaran
§ Dampak negatif lainnya (lingkungan, konsumen,
pengguna)
Performa dan Cara Kerja Fungisida
•
PERFORMA FUNGISIDA
Klasifikasi
Fungisida
Menurut
°
Cara kerja (mode of action) biokimianya
°
Spektrum pengendaliannya terhadap penyakit
°
protektan,
kuratif atau eradikan,
°
Mobilitasnya dalam tanaman
ð
Fungisida
non-sistemik
ð
Fungisida
sistemik
°
Aktivitas-ktivitas
kuratif dan eradikan merupakan karakter hampir semua fungisida sistemik
°
Protektan
sistemik merupakan suatu fenomena yang tidak umum
Cara
Kerja (Mode Of Action) Biokimianya
Gangguan
Umum Pada Fungsi Sel
r
Fungisida non-sistemik
ð
berperan dalam pembentukan lapisan protektan sebagai barier terhadap
infeksi,
ð
mempunyai spektrum yang sangat luas,
ð
bila masuk ke dalam jaringan tanaman memungkinkan tarjadinya fitotoksik
ð
FS anorganik :
ð
Belerang,
ð
Tembaga, Merkuri, Timah
ð
FS organik sintetis :
ð
ditiokarbamat, ftalimid,
sulfamid, triazin, klorofenil, quinon, nitroparafin
Gangguan Fungsi
Membran Sel
q
Inhibitor
Biosintesis Sterol
q
Inhibitor
demetilasi-C14
q
Inhibitor
Biosintesis Gliserofosfolipid
Inhibitor
Biosintesis Sterol
°
sangat
efektif sebagai agens pengendali penyakit tanaman
°
bersifat
sistemik, sebagai
ð
protektan,
curativ dan eradikan
°
Sterol
adalah pemeliharaan integritas membran sel cendawan
ð
reduksi
dalam ketersediaan ergosterol (sterol) mengakibatkan kekacauan dalam
membran dan kebocoran elektrolit
°
sintetis ergosterol merupakan
sifat sebagian besar cendawan (Ascomycetes, Deuteromycetes dan Basidiomycetes)
°
Tidak terdapat pada Phycomycetes (Oomycetes)
°
Oomycetes mencukupi kebutuhan sterolnya langsung dari inangnya
°
Perbedaan ini menyebabkan
ð
Inhibitor biosintesis sterol
°
tidak dapat digunakan untuk
pengendalian cendawan Phycomycetes (Oomycetes) :
°
P. viticola,
°
Pythium spp. dan
°
P. infestans.
°
tidak dapat digunakan untuk
menghambat perkecambahan spora,
°
karena sterol sudah terdapat
sebagai produk simpanan dalam spora dan
°
perkecambahan dapat berjalan
tanpa proses biosintesis sterol
Inhibitor
demetilasi-C14
r
Kekuatan
komersial inhibitor-inhibitor dimetilasi C14 (DMI) timbul dari spektrum
aktivitas dan penggunaannya yang sangat luas, dengan penggunaan terhadap
berbagai jenis patogen TIDAK termasuk anggauta Phycomycetes
r
Fungisida DMI
ð
1,2,4-triazol
ð
Imidazol
ð
Pirimidinilbenzhidrol
Fungisida DMI (lanjutan)
Siprokonazol, untuk cendawan
tepung
Imazalil, digunakan untuk
ð
cereal, buah-buahan, sayuran
dan tanaman hias terhadap Fusarium, Helminthosporium dan Septoria
ð
Juga untuk perlakuan
pascapanen pada jeruk dan pisang
Prokloraz, untuk
ð
Pseudocercosporella
herpotrichoides,
ð
Septoris spp., Fusarium, Alternaria, Botrytis, Cercospora, Erysiphe,
Colletotrichum dan Pirycularia
ð
Juga untuk perlakuan pascapanen
pada buah
Penghambatan
Biosintesis Gliserofosfolipid
۞ Gliserofosfolipid
Ø
senyawa esensial pada fungsi
membran sel,
Ø
menyediakan
suatu barier permeabilitas terhadap
ð
pergerakan
ion-ion,
ð
molekul-molekul
makro dan
ð
suatu
matrik cair
Ø
untuk
aktivitas protein-protein yang berasosiasi dengan membran,
Ø
Senyawa-senyawa
tersebut terdapat dalam semua organisme eukayota,
Ø
tetapi
sedikit fungisida tanaman komersial yang spesifik menghambat biosintesis
senyawa-senyawa tersebut
r
Fungisida-fungisida Inhibitor Biosintesis Gliserofosfolipid :
Ø
Iprobenfos
Ø
Edifenfos
Ø
Isoprotiolan
Ø
Validamisin A :
ð
Produk sekunder hasil
fermentasi Streptomyces hygroscopicus
var limoneus
Pengaruh Pada
Fungsi Dinding Sel (lanjutan)
Penghambatan
biositesis melanin
۞ Sintesis melanin penting dalam
patogenisitas cendawan
۞ Melanizasi dinding-dinding apresorium
esensial dalam
ð
perkembangan
infeksi hifa dan penetrasi pada epidermis inang
ð
Mutan
P. grisea yang tidak mengandung melanin tidak patogenik.
۞ Penemuan trisiklazole mengawali
pengembangan senyawa-senyawa lain seperti, piroquilon dan klobentiazone)
۞ Efektif terhadap
ð
Ascomycetes
dan Deutermycites berpigmen
ð
Penghambatan
senyawa-senyawa tersebut terhadap sintesis melanin memberikan pengendalian yang
sangat baik terhadap P. grisea pada padi
Pengaruh Pada
Fungsi Dinding Sel
q
Inhibitor
biosintesis kitin
q
Inhibitor
biositesis melanin
Inhibitor
biosintesis kitin
۞ Kitin
ð
komponen
dinding sel beberapa cendawan
ð
equivalen
dengan selulosa dalam tumbuhan
ð
terdapat
dalam cendawan Ascomycetes dan Basidiomycetes
ð
tetapi
tidak terdapat dalam Phycomycetes yang selulosa sebagai unsur utama
dinding selnya
ð
tidak
aktif terhadap Plasmopara, Phytophthora atau Pythium
q
Fungisida dengan cara kerja ini :
Polioksin
Ø
Sangat mirip dengan produk
sekunder Sterptomyces cacaoi var. asoensis
Ø
Untuk pengendalian
ð
R. solani (hawar seludang pada padi)
ð
C. miyabeanus (bercak daun pada padi)
ð
Alternaria kikuchianna (bercak hitam pada pir)
Penghambatan
Sintesis Protein
q
Blastisidin
S, diisolasi
dari produk fermentasi biakan Streptomyces griseochromagens,
q
selektif
terhadap P. grisea dengan aktivitas sistemik moderat
q
Blastisidin
S berinteraksi dengan subunit ribosomal
q
menghalangi
tempat ikatan untuk molekul-molekul aminoasil-tRNA yang baru masuk,
q
mencegah
pemanjangan rantaian protein.
Penghambatan
Respirasi
q
Gangguan
pada fosforilasi oksidatif
q
Penghambatan
kompleks II
Penghambatan
Respirasi
Gangguan pada
fosforilasi oksidatif
Senyawa-senyawa
yang melepaskan fosforilasi oksidatif memungkinkan transport elektron
diteruskan dengan pengambilan oksigen secara maksimum tetapi tanpa produksi ATP
Sejumlah
produk yang mengeksploitir cara kerja ini telah tersedia
Secara
khas, senyawa-senyawa ini memiliki spektrum aktivitas yang luas yang menjangkau
bidang-bidang utama dari penggunaan pestisida
Fungisida yang bekerja pada fosforilasi oksidatif
۞ Dinokap, untuk cendawan tepung
۞ Binapikril, protektan lebih efektif dari dinokap
۞ Draksolon,
ð
untuk perlakuan tanah terhadap Pythium,
Fusarium
ð
Perlakuan tajuk terhadap cendawan
tepung
۞ Fentin, untuk tanaman kentang, bit gula, kopi, padi, dan
sayuran, terhadap
ð
P. infestans, Alternaria spp. Helminthosporium spp., C. beticola, Ramularis spp.,
G. cingulata dan P. grisea
Penghambatan
kompleks II
Suksinat
dehidrogenase
ð
muncul
dalam rantaian respirasi
ð
sebagai
bagian dari kompleks suksinat dehdrogenase, atau kompleks II.
Kompleks
ini mengandung protein besi-sulfur yang berperan dalam transfer elektron dari
flavin adenin dinukleotida tereduksi (FAD) ke coenzim Q
Inhibitor-inhibitor
suksinat dehidrogenase merupakan fungisida spesifik terhadap basidiomycetes,
termasuk manjur terhadap Rhizoctonia, tingkat seksual dari Corticium
۞ Fungisida yang ganggu compleks II
°
Karboksamid,
untuk perlakuan benih pada
cereal, jagung, kapas, oilseed
rape dan legum, terhadap
ð
Helminthosporium spp.
ð
Rhizoctonia spp
ð
Ustilago spp.
ð
Sphaerotheca reilana
ð
Tilletia caries
Gangguan
Nonspesifik Pada Integritas Membran Sel
Gangguan
Nonspesifik Pada Integritas Membran Sel
Guadinin
berpengaruh non-spesifik pada membran melalui suatu daya
kerja detergen bagian lipofilik dari molekulnya
berinteraksi
dengan lipid moieti membran,
bagian
polar bereaksi dengan kelompok fosfolipid dalam fase encer
mengakibatkan
ð
perubahan-perubahan
permeabilitas,
ð
gangguan
pengambilan nutrisi,
ð
perubahan
komposisi membran dan
ð
pengham-batan
respirasi
Gangguan
Proses-proses Nukleus (lanjutan)
Inhibitor
sintesis RNA
r
Fungisida dengan cara kerja ini :
Ø
Senyawa-senyawa
Fenilamid meliputi
ð
asilalanin,
ð
butirolakton
dan
ð
satu
anggauta oksazolidinon
Ø
mempunyai
aktivitas spesifik terhadap Oomycetes
Ø
Basis
spesifitasnya sampai saat ini belum diketahui
Tubulin
q
Membentuk
bagian esensial sitoskeleton
q
Aktif
dalam pembentukan spindel dan segregasi kromosom dalam pembelahan sel
ó
Benzimidazol
mengganggu mitosis selama pembelahan sel pada metafase
ó
Spindel
mitotik mengalami distorsi dan inti keturunannya gagal memisah, menghasilkan
kematian sel
ó
karena
afinitas yang tinggi bezimmidazol terhadap protein-protein tubulin pada cendawan
yang sensitif
Penghambatan
Biosintesis Poliamin
°
Pada cendawan, biosintesis poliamin terbatas oleh enzim ornitin
dekarboksilase,
°
hambatannya dianggap menjadi suatu sasaran potensial untuk fungisida
selektif baru
°
Agens-agens berhubungan dengan farmasi yang ada diketahui memiliki
aktivitas fungisidal yang baik
°
perhatian langsung ditujukan pada penggunaan senyawa-senyawa analog
dengan poliamin seperti
ð
putrescin, spermidin dan spermin dalam gangguannya terhadap pertumbuhan
dan perkembangan cendawan.
Cara Kerja Yang
Tidak Teridentifikasi
Anilinopirimidin
q
Mepanipirim,
pirimetanil dan siprodanil, juga diketahui sebagai pirimidinamin merupakan
fungisida berspektrum luas dan memiliki penggunaan potensial pada berbagai
varietas tanaman
q
Mepanipirim
dan pirimetanil aktif terhadap B. cinerea pada tanaman anggur dan
buah-buahan lainnya serta terhadap V. Inaequalis pada apel
q
Siprodanil
memiliki aktivitas tambahan terhadap P. herpotrichoides, E. graminis, P.
teres, R. solani, Helminthosporium graminearum dan S. nodorum, pada
cereal
PERTEMUAN – III
q
Cara Aplikasi Fungisida
Cara Aplikasi
²
Perlakuan
pratanam
²
Perlakuan
di lapangan (pascatanama)
²
Perlakuan
pascapanen
Perlakuan pratanam
q
Beberapa jenis patogen terpencar melalui
bahan biakan tanaman
q
biji,
q
tunas
q
umbi,
q
Batang
(stek)
Terdapat banyak
cara (kimia)untuk mengatasi masalah ini
q
Perlakuan bahan biakan tanaman
q
Perlakuan
benih (biji)
q
Perlakuan umbi dan tunas
q
Perlakuan akar
q
Perlakuan
batang (stek)
q
Perlakuan tanah
q
Senyawa
Fumigan
(fumigasi)
q
Senyawa
Non-volatil
q
Perlakuan
melalui air irigasi
q
Perlakuan bahan biakan tanaman
q
Perlakuan
benih (biji, umbi dan tunas, batang (stek))
±
Fumigasi
±
Dusting
±
Pembasahan
(penyemprotan)
±
Perendaman
±
Pasta
(pelumuran)
q
Perlakuan akar bibit
±
Perendaman
atau pencelupan (paling umum)
q
Perlakuan
tanah
Keuntungan teknik
perlakuan bahan biakan tanaman (seed treatment)
ð
Lebih
efektif
ð
Lebih
praktis
ð
Lebih aman
ð
Lebih
efisien dan murah
dibandingkan dengan
perlakuan pasca
tanam
Contoh perlakuan
bahan biakan tanaman
Aplikasi pada Benih
q
Bronopol direkomendasikan sebagai bahan perlakuan benih
secara kering
ð
1 kg 12% formulasi debu (dust)
dicampur dengan 150 kg biji kapas untuk memupuri benih sebelum ditebar
ð
Efektif
untuk pengendalian hawar bakteri X. campestris
Perlakuan dengan
pasta (pelumuran)
ð
Bisa
menggunakan formulasi pasta atau
ð
Formulasi
WP dibuat pasta
Kemudian dilumurkan
pada
benih (dicampur dan
diaduk);
Benih tebungkus
oleh pasta
Aplikasi pratanam
pada tanah
Fumigasi tanah
q
Cara aplikasi campuran D-D
ð
diinjeksikan ke dalam tanah
sebagai perlakuan pratanam dalam kisaran dosis 200 – 1000 l/hektrar,
ð
Kemudian
ditutup sit (tarping) atau
ð
Rolling
(emadatan) tanah, atau
ð
Aplikasi
terpilih
ð
terbukti sebagai bahan kimia
yang efektif untuk pengendalian berbagai jenis nematoda parasit tumbuhan.
•
Dampak
negatif DD
q
bakteri pengoksidasi amonia
menjadi nitrat dapat tereduksi, mengakibatkan
ð
Penghambatan proses nitrifikasi
terjadi hanya sementara
ð
setelah fumigasi dengan D-D
tingkat konsentrasi amonia
(NH4) meningkat
ð
sehingga nitrogen dalam bentuk nitrat harus ditambahkan ke dalam tanah yang
mengandung banyak bahan organik setelah fumigasi
ð
kecuali bila diaplikasikan pada
tanaman kapas, tebu atau nenas yang toleran terhadap amonia
q
D-D dijual dalam berbagai merek
dagang, yaitu :
q
Vidden D,
q
Nemafume dan
q
Nematox
Perlakuan Fumigasi
dengan Dazomet
q
Sebagai
insektisida, nematisida, fungisida, bakterisida dan herbisida (formulasi : GR,
DP, WP)
q
Ditaburkan
pada permukaan tanah kemudian diaduk sampai pada kedalaman lapisan olah
q
Disiram
q
Ditutup
sit atau pemadatan tanah
q
Inkubasi +
2 minggu
q
Sangat
fitotoksik
Terhidrolisis
menjadi karbon disulfid,
formaldehide,
metilamin
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUH EFIKASI
NEMATISIDA
FUMIGAN
q
Porositas
q
Kelengasan
q
Suhu
q
Dosis Efektif
q
Cara Kerja
Perlakuan di
lapangan (pascatanam)
Perlakuan
pascatanam
q
Perlakuan
pada daerah perakaran :
q
Penaburan
(butiran, WP, dust)
q
Penyiraman
enceran (WP, EC, SC, WDG, WG)
q
Perlakuan
pada tajuk
q
Penyemprotan
q
Dusting
q
Perlakuan
pada batang
q
Pengolesan/pengecatan
q
Luka
sadap; luka pangkasan; luka lainnya
q
Takikan
q
Infus/injeksi
Perlakuan pada
daerah perakaran :
q
Penaburan
(butiran, WP, dust)
q
Persyaratan
utama harus tidak fitotoksik
q
Umun
dilakukan dalam pengendalian nematoda dan patogen tular tanah lainnya
ð
Biasanya
dalam formulasi G
ð
Dapat juga
dalam formulasi yang lain tapi mahal
q
Penyiraman
enceran (WP, EC, SC, WDG, WG)
Aplikasi penaburan
di daerah perakaran
Aplikasi pada Daun
Aplikasi untuk petakan pembibitan terhadap
penyakit hawar bakteri
±
30 – 40 liter dengan enceran
2000-kali 10% phenazine monookside dalam formulasi WP per 0.1 ha
±
Aplikasi untuk padi di lapangan
terhadap
±
120 – 150 liter enceran 500 – 1000
kali 10% phenazine mono-okside dalam formulasi WP per 0.1 ha dengan
penyemprotan 2-3 kali pada waktu bunting hingga sebelum keluarnya malai
±
Batas waktu aplikasi adalah 45
hari sebelum panen
±
Jumlah aplikasi dibatasi 3 kali
±
Duapuluh persen dalam formulasi WP
tersedia untuk aplikasi melalui udara dengan helikopter
Injeksi pada batang
pengeboran
Injeksi formulasi
larutan
Penutupan lubang
injeksi
Aplikasi Tanah atau
Air Irigasi (sebagai contoh)
q
Untuk petakan pembibitan terhadap bakteri
hawar daun
ð
20-30 g 8% probenazol granuler per
sekitar 5 l tanah dalam 30 x 60 x 3 cm3 kotak pembibitan
ð
diaplikasikan secara merata di
atas bibit padi 1-3 hari sebelum transplantasi
q
Pada padi di lapangan terhadap
bakteri hawar daun
ð
3-4 kg 8% probenazol granuler per
0.1 ha diaplikasikan dengan aplikator granuler ke dalam sistem pengairan
ð
Pada saat setelah pencabutan bibit
dan 4 minggu sebelum malai terbentuk
BAKTERISIDA
SENYAWA EFEKTIF TERHADAP BAKTERI
q
Bakterisida Sintetik (BSSt)
q
Bakterisida Anorganik Tradisionil
q
Antibiotik (AB)
Bakterisida Sintetik (BSSt)
q
Penyakit oleh bakteri:
ð
relatif tidak dapat disembuhkan
dengan BSSt kemoterapetan yang digunakan dalam praktik proteksi tanaman secara
kimiawi
CONTOH BAKTERISIDA
SINTETIK
²
2-Bromo-2-nitropropanol-1,3-diol
(bronopol, Bronocol”)
²
Nickel dimethyldithiocarbamate
(Sankel”)
²
Phenazine mono-oxide (Phenazin”)
²
3-allylkoxy-1,2-benzisothiazol
1,1-dioxide (probenazole, Oryzemate”)
²
2-(2,3-dichlotophenyl)-aminocarboxyl-3,4,5,6-tetrachlorobenzoic
acid (teeloftalam, Shirahagen)
Bakterisida Anorganik Tradisionil
q
(Cu (OH)2).CaSO4 (Bordeaux
mixture dan sejenisnya)
q
Campuran basic Copper Chloride
Kasugamycin (Kasugamycin”-Bordeaux)
Antibiotik (AB)
±
Senyawa kimia yang diproduksi oleh
suatu mikro-organisme
±
dalam jumlah sangat kecil dapat
menghambat pertumbuhan atau membunuh organisme yang lain
Kelemahan AB dalam pengendalian bakteri
²
tidak seefektif bahan kimia terhadap cendawan
²
tidak memiliki persistensi yang
cukup tinggi
²
bila diaplikasikan sebagai agens
protektif
ð
konsentrasi efektif harus
dipertahankan selama jaringan tanaman rentan terhadap bakteri
ð
diperlukan aplikasi berulang-ulang
dalam inter-val waktu yang pendek
²
Fitotoksik
²
Ketepatan waktu aplikasi merupakan
hal yang kritis
Waktu aplikasi biasanya didasarkan atas
²
Monitoring atau prediksi
keberadaan patogen pada jaringan yang rentan
²
Kepekaan musiman tanaman inang
²
Konidisi cuaca yang sesuai untuk terjadinya infeksi
²
Informasi tentang biologi &
epidemiologi penyakit
Tipe aplikasi antibiotik
q
Penyemprotan pada tanaman
q
Injeksi pada tanaman berkayu
ð
infus berdasarkan
gravitasi
ð
injeksi bertekanan
q
Perlakuan benih
Perlakuan pada
air irigasi
Penyemprotan pada tanaman
Yang paling umum digunakan adalah :
q
Streptomisin sulfat,
oksitetrasiklin dan kasugamisin
q
Aplikasi
²
Sebagai suspensi WP
²
Streptomisisin umumnya 50-100 g/ml
atau 1.7-3.4 kg per ha
²
Harus melapisi seluruh permukaan
tanaman
ð
Perlu volume semprot tinggi 560 –
3400 l per ha tergantung ukuran pohon (tanaman)
²
Aplikasi seyogyanya dilakukan pada
periode tidak berangin
Injeksi antibiotik pada tanaman berkayu
q
Yang paling umum digunakan dalam
cara ini :
q
Oksitetrasiklin-HCl
q
Aplikasi dilakukan satu kali dalam
satu tahun setelah panen, tetapi sebelum daun gugur
Terdapat dua metode umum untuk memasukkan
tetrasiklin ke dalam tanaman berkayu
q
Metode pertama
q
infus berdasarkan gravitasi yang
dikembangkan oleh Nylan dan Moller (1973)
ð
dibuat lubang sedalam 4 cm ; diameter
0.5 cm dengan menggunakan bor pada batang di bawah cabang utama
ð
2 - 8 lubang tiap tanaman
tergantung ukuran pohon
ð
Pipa plastik kones dimasukkan ke
dalam lubang, sebagai adaptor memasukkan cairan dari selang infus ke dalam
pohon
ð
1- 4 liter larutan antibiotik
dalam konsentrasi 50-200 g/ml akan berdifusi ke dalam pohon dalam waktu 2-7
hari
Keefektifan infus
grafitasi
ð
Keefektifan tergantung pada
transpirasi air secara aktif dalam tanaman
ð
infus harus dilakukan pada periode
sebelum daun gugur (menua)
ð
cara ini paling efektif untuk
memasukkan tetrasiklin ke dalam pohon peach (Rosen-berger dan Jones1977)
ð
Dapat dengan volume lebih rendah
tentunya dengan konsentrasi antibiotik yang lebih tinggi, tetapi berisiko
meningkatkan fitoto-ksisitas pada batang atau daun
Metode kedua (Cara
injeksi bertekanan )
q
Lubang (dengan bor) dipasak dengan
“jarum” injeksi”
ð
larutan antibiotik ditekan dengan
injektor tekanan hidrolik sebesar 2.5 – 14.0 kg/cm2
ð
waktu lebih singkat dibandingkan
metode infus gravitasi
ð
masalah metode ini, sejumlah
larutan keluar sebagai bocoran melalui luka yang terdapat pada pohon
ð
Dosis akan sangat tergantung pada
ukuran pohon
q
Rosenberger dan Jones (1977)
ó
1.25 g oksitetrasiklin–HCl
menghasilkan remisi gejala penyakit-X pada tanaman peach dengan diameter batang
17 cm
ó
Dengan dosis 2.5 g oksitetrasiklin–HCl pada
batang berukuran 9 cm tidak menyebabkan gangguan pada tanaman
ó
Di negara bagian New York, USA,
0.4-1.25 g bahan aktif tiap pohon direkomendasikan untuk perlakuan tarhadap penyakit-X pada
tanaman peach
ó
pohon yang bediameter 7.5 cm atau
kurang direkomendasikan tidak diberi perlakuan dengan injeksi karena batangnya
akan mengalami kerusakan
Perlakuan benih
dengan
perendaman
Perlakuan benih
q
Antibiotik fitotoksik
²
Membatasi penggunannya pada benih
²
Perlakuan benih dalam bentuk debu
(dust) tidak efektif
²
Taylor dan Dye (1976), pelumuran
2.5 g streptomisin per kg benih efektif dalam pengendalian
ð
penyakit halo blight pada
buncis dan
ð
hawar bakteri pada pea
q
Perendaman benih dalam 0.5 %
larutan strepto-misin selama 2 jam
ó
efektif untuk mengeliminasi
bakteri
ó
biasanya fitotoksik
ó
fitotoksik direduksi melalui
pembilasan benih dengan 0.5 % (w/v) NaOCl setelah perlakuan antibiotik
(Humaydan et al. 1980)
ó
Benih mengalami
gangguan ketika ditumbuhkan pada kondisi intensitas cahaya
tinggi (Harman et al 1986)
Perlakuan dengan
pasta (pelumuran)
ð
Bisa
menggunakan formulasi pasta atau
ð
Formulasi
WP dibuat pasta
Kemudian dilumurkan
pada
benih (dicampur dan
diaduk);
Benih tebungkus
oleh pasta
Faktor pembatas penggunaan
antibiotik dalam pengendalian bakteri patogen
q
Faktor pembatas utama
ð
Resistansi fitobakteri terhadap
antibiotik
q
Cara penanggulangan resistansi
ð
antibiotik seyogyanya tidak
digunakan sebagai cara tunggal
ð
Pendekatan PHT dengan berbagai
kom-ponen pengendalian, seperti
²
sanitasi,
²
tanaman resistan dan
²
penggunaan bahan kimia tipe lain
Sebagai contoh
Beer 1978 :
q
pada tanaman pir dan apel pada
awal musim untuk mereduksi inokulum primer
ð
Penyemprotan campuran Bordeaux
ð
dikombi-nasikan dengan antibiotik
selama periode pembungaan sangat efektif dalam pengendalian penyakit fire
blight
q
Kemampuan eradikan antibiotik sangat terbatas
Konsel dan Cornils 1978
q
Streptomisin tidak mampu mencegah
per-kembangan penyakit fire bliht bila
ð
jumlah sel Erwinia amylovora
yang menginfiltrasi tunas Cotoneaster melebihi 103 sel
ð
bakteri sudah dalam suatu stadium
pertumbuhan eksponensial sebelum aplikasi streptomisin
Aplikasi antibiotik pada permukaan tanaman
q
bersifat sistemik hanya secara
lokal
q
tidak dapat diharapkan sebagai
pengeradikasi bakteri yang telah mapan secara sistemik, seperti
q
Pseudomonas solanacearum
q
Agrobacterium tumefaciens
q
Sedikit antibiotik yang
tersedia dalam pengendalian penyakit tanaman secara komersial
METODE APLIKASI BAKTERISIDA
±
Aplikasi pada Benih
±
Aplikasi pada Daun
±
Injeksi
pada batang
±
Aplikasi Air Irigasi atau Tanah
NEMATISIDA
MENGINGAT
KEMBALI :
HABITAT NEMATODA
q
Hampir semua nematoda parasit
tumbuhan
ð
melaksanankan siklus hidupnya
di dalam tanah,
ð
untuk mendapatkan hasil efektif
ð
pengendalian harus dilakukan di
dalam tanah
ð
dengan desinfestasi tanah
PENGGUNAAN
NEMATISIDA
q
bila cara pengendalian lainnya,
ð
seperti pemanasan dengan uap
air,
ð
terlalu mahal atau
ð
terlalu sulit dilakukan, atau
ð
metode seperti rotasi dan varietas tanaman tidak
cukup efektif
Pengendalian kimia thd fitonematoda
q
sangat berguna untuk tanaman
bernilai tinggi seperti kebanyakan komoditas hortikultura dan
q
sangat esensial dalam menghasilkan produk bebas nematoda
untuk
ð
keperluan ekspor
ð
bahan
propagasi tanaman bebas nematoda
TIPE NEMATISIDA
q
Fumigan
ð
Nematisida sejati
ð
Fumigan multiguna
q
Senyawa Non-volatil
ð
Carbamate
ð
Organophsphates
Fumigan:
nematisida sejati
nematisida sejati
Nematisida sejati
±
pada tingkat dosis/konsentrasi
aplikasi tidak bersifat general biosida
ð
1,3-dikhloropropane dan 1,2
dikhloropropene (D-D)
ð
1,3-dikhloropropane (1,3-D)
ð
Etilen dibromid (EDB)
ð
1,2-dibromo-3-chloropropene
(DBCP)
Fumigan multiguna
Fumigan multiguna :
²
biosida yang dapat digunakan
bukan hanya untuk pengendalian nematoda
²
juga untuk penyakit-pemyakit
tular tanah lainnya dan gulma, seperti
²
Metil bromid
²
Kloropikrin
²
Metil isotianat (MIT)
Senyawa Non-volatil
q
Organophsphates
²
Fenamiphos
²
Ethoprophos
²
Isazophos
q
Carbamate
²
Aldicarb
²
Oxamyl
²
Carbofuran
Nematisida komersial digolongkan
dalam empat kelompok :
q
Hidrokarbon alifatik berhalogen
q
Senyawa-senyawa prekursor
methyl isothio-sianate
q
Fosfat organik
(organophosphates)
q
Oksim-karbamat (oxme-carbamates)
Kelompok Hidrokarbon alifatik berhalogen
ð
metil bromomid,
ð
etilen dibromid (EDB),
ð
campuran 1,3-dichloropropene
(telone II),
ð
1,2-dibromo-3-chloropropane
(DBCP) dan
ð
kloropikrin
Kelompok senyawa-senyawa prekursor
methyl isothiosianate
²
dazomet
²
metam sodium
²
campuran metil isotianat,
²
kloropikrin dapat juga dalam
campuran
Kelompok fosfat organik (organophosphates)
ð
fenamifos,
ð
etoprofos,
ð
tionazin.
Kelompok oksim-karbamat (oxme-carbamates)
ð
aldikarb,
ð
oksamil dan
ð
metil karbamat lainnya
(karbofuran)
Nematisida Yang
Tersedia Di Pasar
Chemical name
|
Trade name
|
Formulation
|
Methyl bromide
|
Dowfume
|
Gas
|
1,3-Dichloropropene
|
Telone
|
Liquid
|
Dichloropropane-dicholopropene
|
D-D
|
Liquid
|
Ethylene dibromide*
|
Dowfume W-85
|
Liquid
|
Dibromochloropropanet
|
Nemagon
|
Emulsifiable and nonemulsifiable liquid
|
Metham sodium
|
Vapam
|
Liquid
|
Dazomet
|
Basamid
|
Dust (prill)
|
Methyl isothiocyanate
|
Di-Trapex
|
Liquid
|
Chloropicrin
|
Larvacide
|
Liquid
|
Organophosphates
Chemical name
|
Trade name
|
Formulation
|
Thionazin
|
Nemafos
|
Granular or emulsifiable
liquid
|
Ethoprophos
|
Mocap
|
Granular or emulsifiable
liquid
|
Fenamiphos
|
Nemacur
|
Granular or emulsifiable
liquid
|
Fensulfothion
|
Dasanit
|
Granular
|
Terbufos
|
Counter
|
Granular
|
Isazophos
|
Miral
|
Granular
|
Carbamates
Chemical name
|
Trade name
|
Formulation
|
Aldicarb
|
Temix
|
Granular
|
Aldoxycarb
|
Standak
|
Flowable
|
Oxamyl
|
Vydate
|
Granular or emulsifiable
liquid
|
Carbofuran
|
Furadan/curaterr
|
Granular or flowable
|
Cloethocarb
|
Lance
|
Granular
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar