TANAMAN TAHUNAN
(perennial plant)
n
Webster’s
dictionary → tanaman yang
hidup selama 3 tahun atau lebih, biasanya berbunga dan berbuah setiap tahun
n
Oxford
dictionary → tanaman yang
hidup lebih dari 2 tahun
n
Tanaman
tahunan t.d.: tanaman kehutanan, tanaman perkebunan, tanaman hortikultura,
peneduh jalan, taman dll.
Tanaman
kehutanan
n
Ditanam
sebagai bahan baku kertas (pulp) → akasia, pinus, eukaliptus, dll.
n
Ditanam
untuk menghasilkan kayu (timber) → jati, meranti, mahoni, dll.
n
Lain-lain:
cendana (minyak), kayu putih (minyak), kayu manis (kulit batang), kina
(obat-obatan), dll.
Tanaman
perkebunan
n
Ditanam
untuk menghasilkan buah: kakao, kopi, kelapa, kelapa sawit, vanili, lada, pala
dll.
n
Lain-lain:
daun (teh, tembakau), getah (karet), bunga (cengkeh), dll.
Tanaman
hortikultura
n
Umumnya
ditanam untuk menghasilkan buah: jeruk, mangga, manggis, durian, rambutan,
jambu, alpokat, apel, salak dll.
n
Lain-lain:
bunga potong (mawar, melati, anggrek), tanaman hias (anturium, krisan), dll.
Tanaman lansekap
n
Ditanam
untuk berbagai keperluan: rumput olahraga (lapangan golf, lapangan sepak bola,
taman, dll.), pelindung jalan (angsana, asam, dll.) → estetika (keindahan)
Tanaman
kehutanan
n
Bahan baku
kertas (pulp wood) → 10 – 50 tahun
n
Kayu (timber)
→ 30 – 100 tahun
n
Investasi
jangka panjang, gangguan terhadap keberhasilan investasi harus sudah
diperhitungkan sangat cermat sebelum usaha dimulai
Kerugian akibat
kebakaran hutan
n
Kebakaran
hutan selama 1997/1998, mencapai luas 11,7 juta hektar
n
Kerugian
total ditaksir mencapai 1,62 – 2,70 milyar dolar Amerika Serikat
n
Kerugian
akibat asap dan polusi ditaksir 674 – 799 juta dolar Amerika Serikat
n
Lain-lain:
flora dan fauna lain, kesehatan masyarakat, rasa tidak nyaman, dll. (tidak
dapat dihitung)
PENYAKIT-PENYAKIT
BENIH DAN PEMBIBITAN
BUDIDAYA KELAPA SAWIT
1. PENYEDIAAN BENIH
Syarat pohon induk
(Delidura):
-
Pertumbuhan
vegetatif lambat
-
Produksi
tinggi
-
Persentase
buah per tandan 60 – 70%
-
Kadar
minyak dalam daging buah ± 60%, per tandan 27%
-
Bentuk
pohon baik, sudut pelepah tidak sempit
-
Tumbuh
subur dan bebas gangguan OPT
Syarat pohon bapak
(Pisifera):
-
Daya
gabung sifat genetis baik
-
Kadar
minyak dalam daging buah > 24%
-
Tumbuh
subur dan bebas gangguan OPT
Penyerbukan buatan
(assisted pollination)> Tenera
2. PERKECAMBAHAN
BENIH
n
Perkecambahan
kering: pengupasan, perendaman dalam air (5 hari), kering angin (1 hari),
pengecambahan (80 hari), penunasan (15 – 20 hari)
n
Diperlukan
waktu 100 – 120 hari
3.a. PEMBIBITAN
(prenursery)
n
Dederan (prenursery),
tunas → bibit berdaun 4 – 5 helai
n
Dalam
polybag 12 x 23 cm, berisi 1,5 – 2,0 kg tanah
n
Diperlukan
waktu 3 – 4 bulan
3.b. PEMBIBITAN
(nursery)
n
Polybag 40
cm x 50 cm atau 45 cm x 60 cm, tebal 0,11 mm, berisi tanah 15 – 30 kg
n
Jarak
tanam 100 cm x 100 cm x 100 cm (segitiga sama sisi)
n
Bibit siap
ditanam ke lapangan / lahan setelah berumur 10 – 14 bulan
4. PEMELIHARAAN
n
Diperlukan
agar bibit sehat dan subur → ditanam pada umur dan waktu tanam yang tepat
n
Tindakan
pemeliharaan: penyiraman, penyiangan, pengawasan dan seleksi, pemupukan,
dll.
n
Pengawasan
dan seleksi: pengamatan dan pengendalian OPT, sanitasi, penjarangan (thinning
out), dll.
5. PENANAMAN
n
Persiapan
lahan → bekas hutan, bekas perkebunan karet atau lainnya (konversi), bekas
kelapa sawit (replanting, peremajaan setiap 25 tahun)???
n
Pengajiran
/ memancang → merancang jarak tanam yang tepat, misalnya 9 m x 9 m x 9 m (segitiga sama sisi) →
populasi tanaman ± 143 pohon / hektar
n
Pembuatan
lubang tanam (50 cm x 40 cm x 40 cm) secara manual
n
Waktu
yang diperlukan ???, tergantung kondisi medan, dana, peralatan
pendukung, tenaga kerja, kondisi cuaca, dll.
n
Menanam
bibit → cara yang tepat, pemberian pupuk dasar, awal musim penghujan
n
Pemeliharaan
→ penyulaman, penanaman tanaman penutup tanah (LCC / legume creeping cover:
Centrosema pubescens Calopogonium mucunoides, Pueraria phaseoloides),
membentuk piringan (r = 1-2 m dari pohon), pemupukan, pemangkasan daun, dll.
6. PEMANGKASAN
n
Pemangkasan
pasir (umur 16 – 20 bulan) → daun-daun kering, buah pertama, dengan dodos
(linggis bermata lebar dan tajam)
n
Pemangkasan
produksi (umur 20 – 28 bulan) → persiapan pelaksanaan panen
n
Pemangkasan
pemeliharaan → jumlah daun per batang 28 – 54 helai
Contoh penyakit
kelapa sawit
n
OPT 2 →
penyakit blas (Pythium splendes dan Rhizoctonia lamellifera),
antraknosa bibit, penyakit daun
n
OPT 3 →
penyakit benih Schizophyllum / jamur grigit (Schizophyllum commune Fr.)
n
OPT 4 →
akar (putih, merah, coklat), busuk pangkal batang, hawar / bercak daun
Catatan penting
n
Tenggang
waktu yang relatif lama antara waktu tanam sampai panen
n
Perhitungan
yang cermat → kegagalan pada salah satu mata rantai akan mempengaruhi seluruh
proses produksi
n
OPT
menjadi ancaman serius sepanjang proses produksi. Manajemen OPT yang cermat
akan mengurangi biaya dan resiko kegagalan berproduksi
n
Variasi
terjadi pada komoditas tanaman tahunan lain: metode penyediaan benih, pembibitan,
penanaman, perawatan dll.
PENYAKIT BENIH
(pregermination diseases)
n
Patogen-patogen
di tempat penyimpanan (storage pathogens): Aspergillus, Penicillium,
dll.
n
Mampu
beradaptasi terhadap kelembaban udara yang relatif rendah
n
Patogen-patogen
di lapang (field pathogens):
Aspergillus, Penicillium, Alternaria, Cephalosporium, Chaetomium,
Cladosporium, Gliocladium, Aureobasidium, Trichoderma, dll.
ilustrasi:
penyakit benih kelapa sawit
n
Penyakit
benih Schizophyllum, menyerang kecambah di perkecambahan atau dalam
pengangkutan
n
Disebabkan
cendawan Schizophyllum commune Fr., cendawan saprofit yang biasa
berkembang pada jaringan berkayu (jawa: jamur grigit)
n
Indikator
penanganan biji kurang baik (kurang bersih)
PENYAKIT BIBIT
1.
PENYAKIT
KECAMBAH (postgermination diseases)
n
Lebih
dikenal sebagai penyakit rebah kecambah (damping off)
n
Merupakan
penyakit utama di pembibitan bila tidak dikelola dengan baik
n
Penyebab →
fungi penghuni tanah: Pythium, Phytophthora, Fusarium, dan
Rhizoctonia atau patogen-patogen terbawa benih
Tipe damping off
1. Benih terinfeksi patogen segera setelah mulai
proses berkecambah → gagal berkecambah (tidak muncul di permukaan tanah),
dikenal sebagai preemergence damping off
2. Akar dan batang bibit muda terinfeksi, bibit
rebah dan mati setelah muncul di permukaan tanah, dikenal sebagai normal
damping off
3. Infeksi terjadi pada kulit benih dan kotiledon
hingga muncul di atas permukaan tanah → kematian bibit, dikenal sebagai top
damping off
4. Infeksi terjadi setelah akar dan batang bibit
mulai berkayu, dikenal sebagai late damping off
Faktor-faktor
yang berpengaruh
n
Kelengasan
tanah (tinggi)
n
Suhu /
temperatur (optimum bagi patogen)
n
Cahaya
matahari (kualitas dan kuantitas kurang)
n
Komposisi
tanah (kurang tepat, kelengasan tinggi)
n
pH tanah
n
Nutrisi /
kandungan hara tanah kurang tepat
n
Kerapatan
bibit / semai (terlalu tinggi)
2. PENYAKIT BIBIT /
TANAMAN MUDA
n
Ada
beberapa metode pembibitan (nursery): ditanam langsung pada tanah, tanah
steril (bedengan, kantong plastik/polybag), dll.)
n
Kondisi
lingkungan: ditanam di lahan / di rumah kaca
n
Prosedur
pembibitan: langsung dari kecambah / perlakuan tambahan: penempelan tunas,
penyambungan batang atas, dll.
n
Semua
jenis patogen: virus, cendawan, bakteri, nematoda, dll. tergantung komoditas
n
Perlu
tindakan khusus → jumlah bibit yang berkualitas tinggi (dapat ditanam) tinggi
ilustrasi:
penyakit bibit kelapa sawit
n
Penyakit
blas (Pythium splendes dan Rhizoctonia lamellifera)
n
Antraknosa
bibit (Botryodiplodia, Melanconium, Glomerella) → timbul di
pre-nursery (bibit sampai umur 3 bulan)
n
Penyakit
daun (Curvularia, Cochliobolus, Drechslera, dan Helminthosporium)
→ timbul di main nursery (pembibitan utama)
Penyakit blas
n
Disebabkan
oleh gabungan 2 cendawan tanah: Pythium splendes dan Rhizoctonia
lamellifera
n
Masalah
blas meningkat setelah penggunaan kantong plastik (polybag) untuk
pembibitan
n
Tanah
menjadi cepat kering dan panas bila pengairan tidak mencukupi
n
Bibit muda
(3 – 7 bulan, kekurangan unsur hara, dan dipindah pada musim kemarau → lebih
rentan terhadap blas
PENYAKIT-PENYAKIT
AKAR
PENYAKIT AKAR
§
Akar muda
(ujung-ujung akar): diameter kecil, relatif lunak → berfungsi dalam proses
penyerapan air dan unsur hara tanaman (feeder roots)
§
Akar
dewasa → diameter lebih besar, sudah berkayu sehingga kuat dan keras →
berfungsi mendukung tegakan pohon
§
Patogen
akar: ada spesialis menginfeksi feeder roots (misalnya nematoda), akar
dewasa (umumnya penyakit akar), atau sistim perakaran
§
Patogen
akar tanaman tahunan yang dominan → fungi/cendawan dan nematoda
NEMATODA
n
Kata
Yunani / Greek: nematos →benang (thread), eidos →
menyerupai (likeness)
n
Secara
harfiah: nematoda adalah binatang yang bentuk tubuhnya menyerupai benang
§
Jumlahnya
sangat melimpah di biosfir bumi (± 500.000 species, 15.000 telah didiskripsi)
n
Dalam 1 m2
tanah yang subur terdapat ± 12 g nematoda (setara 10 – 30 juta ekor)
n
Hidup pada
berbagai habitat: air (tawar / laut), tanah, parasit (hewan, manusia, tumbuhan),
dll.
Strategi makan
nematoda
§
Nematoda
memarasit tumbuhan inang dengan berbagai cara: sebagai ektoparasit, semi
endoparasit, atau endoparasit
§
Dari
ketiga cara tsb., ada yang sebagai parasit menetap (sedenter) atau parasit
berpindah (migrator)
§
Parasit
berpindah menimbulkan kerusakan bersifat distruktif dan dianggap lebih primitif
dari parasit menetap yang menimbulkan
kerusakan bersifat adaptif yaitu terbentuknya
sel transfer makanan nematoda: sel asuh, sinsitium, atau sel raksasa
Cara memarasit
tumbuhan
§
Cara
memarasit dengan menusukkan stilet dan menyerap cairan makanan dari sel
inangnya
§
Cara
memarasit: ektoparasit, semi-endoparasit, dan endo-parasit baik yang
berpindah-pindah (migrator) atau menetap (sedenter)
§
Parasit
berpindah (migrator) baik yang ekto-, semi-, maupun endoparasit tetap berbentuk
spt. cacing (vermiform) dan menimbulkan kerusakan tipe distruktif
pada sel tumbuhan (sel-sel mati)
§
Parasit
menetap (sedenter), baik yang ekto-, semi-, maupun endoparasit tubuhnya
membengkak dan menimbulkan kerusakan tipe adaptif (membentuk sel asuh,
sinsitium atau sel raksasa) pada sel tumbuhan
SPREADING DECLINE
JERUK (Radopholus similis)
§
Radopholus
similis menyerang jeruk dari
pembibitan sampai tanaman dewasa (spreading decline)
Nematoda lesio /
luka akar kopi (Pratylenchus
coffeae)
Pratylenchus
coffeae menyerang akar kopi
dari pembibitan hingga tanaman dewasa (BP 42), tanaman tahan (BP 308)
Ilustrasi penyakit
akar pinus (Heterobasidium annosum)
PENYAKIT AKAR
(KARET)
No.
|
Nama penyakit
|
Patogen
|
1
|
Akar putih
|
Rigidoporus lignosus (Klotzch) Imazeki
|
2
|
Akar merah
|
Ganoderma philippii (Bres. et P. Henn.) Bres.
|
3
|
Akar coklat
|
Phellinus noxius (Corner) G.H. Cunn.
|
4
|
Akar hitam
|
Xylaria thwaitesii Cke.
|
5
|
Akar berbau
|
Sphaerostilbe repens B. et Br.
|
6
|
Leher akar
|
Ustulina deusta (Hoffm. ex Fr.) Lind
|
7
|
Busuk Helicobasidium
|
Helicobasidium compactum Boedijn
|
Penyakit akar putih
(Rigidoporus lignosus)
§
Merupakan
penyakit akar yang paling merugikan pada budidaya karet (terutama di pembibitan
dan kebun karet muda: 2 – 5 tahun)
§
Gejala
pada tajuk: daun kusam,kurang mengkilat, menguning, dan akhirnya rontok
§
Gejala
pada akar: permukaan akar kasar, rhizomorf putih di permukaan, sporokarp pada
leher akar
§
Penularan
terutama melalui kontak antara tanaman sakit dengan yang sehat: rhizomorf dapat
menjalar bebas di dalam tanah hingga 180 cm dari ujung akar sakit
§
Cendawan
polifag: dilaporkan menyerang lebih dari 30 jenis tanaman (perkebunan,
hortikultura, kehutanan, termasuk LCC)
§
Menyukai
tanah berpori dan bereaksi netral (pH 6 – 7)
TEH
No.
|
Nama penyakit
|
Patogen
|
1
|
Akar putih
|
Rigidoporus lignosus (Klotzch) Imazeki
|
2
|
Akar merah
|
Ganoderma philippii (Bres. et P. Henn.) Bres.
|
3
|
Akar merah bata
|
Poria hypolateritia Berk.
|
4
|
Akar coklat
|
Phellinus noxius (Corner) G.H. Cunn.
|
5
|
Akar hitam
|
Rosellinia arcuata Petch dan R. bunodes (B. et Br.) Sacc.
|
6
|
Penyakit akar Diplodia
|
Botryodiplodia theobromae Pat.
|
7
|
Akar berbau
|
Sphaerostilbe repens B. et Br.
|
8
|
Leher akar
|
Ustulina deusta (Hoffm. ex Fr.) Lind
|
9
|
Busuk Helicobasidium
|
Helicobasidium compactum Boedijn
|
10
|
Penyakit semai Rhizoctonia
|
Rhizoctonia bataticola (Taub.) Butl.
|
Penyakit akar merah
(Ganoderma philippii )
§
merupakan
penyakit akar yang paling merugikan pada teh, terutama kebun-kebun teh yang
relatif rendah
§
Tanaman
sakit daunnya menguning, layu, rontok, dan akhirnya tanaman mati. penyakit
menyebar ke segala arah dengan kecepatan hampir sama → rumpang luas, bundar dan
bersih
Akar mengalami
busuk basah, kayu menjadi lunak dan bila ditekan mengeluarkan air. Permukaan
akar terdapat benang-benang berwarna merah (rizomorf) yang di beberapa tempat
meluas membentuk selaput, permukaan halus dan tidak mengikat partikel tanah.
Sporokarp dibentuk pada pangkal batang yang sakit lanjut
§
Penularan
terutama melalui kontak antara akar tanaman sakit dengan tanaman sehat
§
Cendawan
polifag, banyak tanaman inang termasuk beberapa tanaman pelindung (sengon,
glirisidia, dadap, lamtoro, dll.)
§
Menyukai
tanah berat (latosol) dengan kisaran netral (pH 6 – 7), ketinggian kurang dari
900 m d.p.l.
penyakit akar merah
(Ganoderma philippii)
KONSEP PIRAMIDA
PENYAKIT TUMBUHAN
n
Konsep
piramida penyakit (disease tetrahedron) menerangkan proses terjadinya
penyakit pada populasi tanaman
n
Manusia
menjadi salah satu faktor dominan terjadinya epidemi karena dapat mengatur
faktor-faktor yang lain (tanaman inang, patogen dan lingkungan
n
Semakin
tinggi piramida (waktu semakin panjang) maka jumlah tanaman sakit (volume
piramida) akan semakin besar
epidemik penyakit
akar ???
§
Jumlah
inokulum awal (kemampuan patogen dorman tinggi, polifag (bertahan pada tanaman
inang lain), efisiensi infeksi tinggi)→ sangat berpengaruh terjadi / tidak
epidemik
§
Faktor
lingkungan (tanah) yang paling berpengaruh: jenis dan pH tanah, elevasi /
ketinggian tempat dan iklim/cuaca
§
Tingkat
ketahanan tanaman → sangat berpengaruh terjadi / tidak epidemik
§
Kultur
teknis (pemilihan dan persiapan lahan, sanitasi, pemupukan, jarak tanam dll)
yang baik → mencegah / mengurangi terjadinya epidemik
Manajemen
penyakit akar
n
Terutama
diarahkan pada upaya-upaya pencegahan penyakit: (1) penghindaran (eksklusi)
melalui pemilihan lahan bebas patogen, (2) eradikasi sumber infeksi melalui
cara fisik,biologi, maupun kimia, dan (3) kultur teknis melalui sanitasi lahan,
pemupukan, pembuatan selokan isolasi, dll.
n
Varietas
tahan diarahkan untuk patogen akar yang tidak polifag, misalnya nematoda
parasit tertentu misalnya melalui penggunaan batang bawah yg tahan
n
Kemoterapi tanaman sakit dapat dilakukan bila
didukung sistim pengamatan dini yang memadai
PENYAKIT BATANG DAN
RANTING
JAMUR UPAS Upasia salmonicolor
Jamur upas (pink
disease)
§
Penyakit
penting pada tanaman tahunan
§
Disebabkan
oleh cendawan Upasia salmonicolor (B. et Br.) Tjokr. atau Corticium
salmonicolor (B. et Br.)
§
Dapat
menginfeksi lebih dari 141 jenis tumbuhan, dalam 104 marga (perkebunan,
buah-buahan, kehutanan, dll.)
§
Infeksi
mulai dari pangkal cabang atau bagian bawah cabang (bagian yang lebih lembab)
perkembangan
jamur upas
Stadium
|
Nama stadium
|
Perkembangan penyakit
|
1
|
Rumah laba-laba
|
Cendawan membentuk miselium
tipis seperti perak atau sutera
|
2
|
Bongkol semu
|
Terjadi gumpalan-gumpalan
hifa di depan sel lenti
|
3
|
Teleomorf (kortisium)
|
Membentuk kerak berwarna
merah jambu (spt warna ikan salmon), terbentuk basidium dan basidiospora
|
4
|
Bongkol
|
Pada sisi atas cabang
(tempat infeksi) terbentuk bongkol
|
5
|
Anamorf (nekator)
|
Bongkol berkembang menjadi
sporodokium berwarna merah bata, membentuk konidium
|
faktor-faktor
yang berpengaruh
•
Faktor
yang paling berpengaruh adalah kelembaban udara yang tinggi
•
Curah
hujan tinggi, karena spora yang lengket terutama tersebar melalui percikan air
•
Faktor
yang berkontribusi: jarak tanam terlalu
rapat, kebun terletak di lembah, di dekat rawa atau persawahan, dll.
KANKER BATANG
Gejala pada batang
yang terjadi karena matinya kulit batang sehingga terjadi luka terbuka, yang
biasanya dikelilingi oleh jaringan kalus
penggolongan
kanker
Diffuse
cancer → tidak ada
pembentukan kalus, kanker terus menyebar
Target shaped
cancer → ada
pembentukan kalus, kanker punya bentuk dan ukuran tertentu
bentuk lain
kanker batang: mouldy rot (karet), busuk kulit batang
Pendarahan /stem
bleeding kelapa (Ceratocystis
paradoxa)
GANGGUAN LAIN
PADA BATANG
Puru / gall
batang (Agrobacterium
tumefaciens)
Busuk kayu (wood
decay)
MATI PUCUK (DIE
BACK)
-
Kematian
ranting yang dimulai dari ujung, meluas ke pangkal (die back), sering
juga disebut mati ujung
Benalu (mistletoe)
Tali putri (dodder)
CONTOH KASUS
PENYAKIT BATANG TANAMAN TAHUNAN
PENYAKIT BATANG
KARET
No.
|
Nama penyakit
|
Patogen
|
1
|
Mouldyrot
|
Ceratocystis fimbriata Ell. et Hals.
|
2
|
Kanker garis
|
Phytophthora palmivora (Butl.)
Butl.
|
3
|
Kanker bercak
|
Phytophthora palmivora (Butl.)
Butl. dan Pythium vexans de Bary
|
4
|
Kulit dalam coklat
|
Gangguan fisiologi
|
5
|
Nekrosis kulit
|
Fusarium sp.
|
6
|
Jamur upas
|
Upasia salmonicolor (B. et Br.) Tjokr.
|
PENYAKIT BATANG
KAKAO
No.
|
Nama penyakit
|
Patogen
|
1
|
Vascular streak dieback /
VSD
|
Oncobasidium theobromae Talbot
et Keane.
|
2
|
Kanker batang
|
Phytophthora palmivora (Butl.)
Butl.
|
3
|
Jamur upas
|
Upasia salmonicolor (B. et Br.) Tjokr.
|
4
|
Tunas bengkak
|
Cocoa Swollen Shoot Virus
|
5
|
Sapu (Witches Broom)
|
Crinipellis perniciosa (Stahel) Singer
|
6
|
Jamur rumah laba-laba
|
Marasmius scandens Mass.
|
7
|
Layu Ceratocystis
|
Ceratocystis fimbriata Ell. et Hals.
|
8
|
Busuk Botryodiplodia
|
Botryodiplodia theobromae Pat.
|
PENYAKIT BATANG
KOPI
No.
|
Nama penyakit
|
Patogen
|
1
|
Jamur upas
|
Upasia salmonicolor (B. et Br.) Tjokr.
|
2
|
Kanker batang
|
Ascospora coffeae von Faber
|
3
|
Kanker belah
|
Armillaria sp.
|
4
|
Jamur Gardenia
|
Corticium gardeniae Zimm.
|
5
|
Mati pucuk
|
Rhizoctonia sp.
|
6
|
Jamur Helicobasidium
|
Helicobasidium compactum Boedijn
|
7
|
Jamur Koleroga
|
Koleroga noxia Donk
|
Phytophthora
palmivora
•
Cendawan
kosmopolit dan polifag → dapat menginfeksi 138 jenis tumbuhan
•
Faktor
yang berpengaruh kelembaban udara tinggi: iklim, topografi, jarak tanam, lebar
tajuk, dll.
•
Luka
pada kulit batang: misal karet (sistim sadap: kedalaman, tinggi bidang sadapan
dari permukaan tanah), binatang, anging, petir, dll.
Catatan
penting tentang penyakit batang dan ranting
•
Patogen
mempunyai kisaran tanaman inang yang luas
•
Faktor
cuaca dan cara kultur teknis → kelembaban udara tinggi, sangat berpengaruh
terhadap terjadinya epidemi penyakit
•
Luka
pada batang: kultur teknis, serangga dan binatang lain, iklim/cuaca →
meningkatkan terjadinya epidemi penyakit
CONTOH KASUS DI
LUAR NEGERI
1.
PENYAKIT
CINCIN MERAH KELAPA DAN
KELAPA SAWIT
Penyakit cincin
merah
§ Disebabkan oleh nematoda Radinaphelenchus
cocophilus dan the African palm weevil (Rynchoporus palmarum)
§ Tanaman inang kelapa (Cocos nucifera)
dan kelapa sawit (Elaeis guinensis)
§ Kumbang tertular larva nematoda sebelum
metamorfosis dan membawa nematoda dalam tubuhnya hingga dewasa. Nematoda akan ditularkan ke pangkal daun atau
luka pada tanaman ketika meletakkan telur.
§ Tanaman rentan dapat mati beberapa bulan
setelah infeksi.
§ Gejala penyakit: buah gugur prematur, bunga
berwarna putih dan nekrosis, daun-daun muda menguning, berubah keperakan, dan
mati.
Penyakit Penting
kelapa sawit yang belum ada di INDONESIA
§ Red Ring Nematode
(Nematoda Cincin Merah) Bursaphelenchus cocophilus (Cobb) Baujard
(Nematoda: Secernentea: Tylenchida: Aphelenchina: Aphelenchoidea: Bursaphelechina) sebelumnya Rhadinaphelenchus cocophilus
(Nematoda Cincin Merah) Bursaphelenchus cocophilus (Cobb) Baujard
(Nematoda: Secernentea: Tylenchida: Aphelenchina: Aphelenchoidea: Bursaphelechina) sebelumnya Rhadinaphelenchus cocophilus
§ Lethal Yellowing Fitoplasma
§ Layu Fusarium (F. oxysporum f.sp elaeides)
Penyebaran Red Ring Rot
§ Red ring nematode ditemukan di area kelapa
sawit Central America, South America danbanyak
pulau di Caribbean, terutama Barbados, Belize, Brazil, Colombia, Costa Rica,
Ecuador, El Salvador, French Guiana, Grenada, Guyana, Honduras, Mexico,
Nicaragua, Panama, Peru, San Blas Islands, St. Vincent, Surinam, Tobago,
Trinidad and Venezuela.
§ Pada beberapa area, terutama dari Mexico
menyebar ke South America dan dibagian bawah Antilles,
§ Red ring nematoda belum pernah dilaporkan ada
di daratan Amerika, Hawaii, Puerto Rico atau Virgin Islands (pada 2000).
§ R. palmarum ditemukan di Central dan Amerika Selatan dan
Timur,serta beberapa India Barat ke Kuba
§ B. cocophilus disebarkan dengan vektor primer :
R. palmarum.
Red Ring
disease Bursaphelenchus cocophilus (nematoda)
Daun muda
menguning dan keperakan diikuti kematian yang cepat Penguningan daun biasanya
di mulai dari ujung pelepah berlanjut pada rachis danterus ke dasar petiole. Penampang melintang batang
terinfeksimenunjukkan lingkaran cincin berwarna merah kecolatan dengan lebar 2-6
cm danterjadi 2-6 cm di dalam stem
Lethal Yellowing disease fitoplasma
Daun mengecil berwarna kuning.
Sangat mematikan.
Buah-buah kecil gugur.
Berbeda dengan strain fitoplasma
penyebab lethal yellowing pada fitoplasma.
Fusarium wilt (F
oxysporum f.sp. elaeides)
•
Layu
Fusarium pada kelapa sawit Fusarium
oxysporum fsp.elaeidis.
•
Daun
mengecil
•
Petiol/pelepah
daun mengalami nekrosis dan mengering di satu sisi
•
Pada
petiol daun nampak bercak garis. Berwarna coklat kemerahan yang mengakibatkan
kematian /kering daun sebagian atau satu
sisi saja karena serangan Fusarium
penyakit
dutch elm disease
•
Menimbulkan
epidemi di Belanda dan daratan Eropa
•
Penyebab
fungi Ceratocystis dan kumbang Scolytus
•
Introduksi
ke Amerika Serikat (USA) bersama importasi log pohon elm yang mati dari Belanda
→ membawa fungi patogen dan kumbang Scolytus strain Eropa
•
Bekerjasama
dengan Scolytus strain lokal → penyakit lebih ganas dan menyebar secara
ekstensif mematikan seluruh pohon elm di pantai Timur USA dan Canada
PENYAKIT-PENYAKIT
DAUN DAN BUAH
Kerugian
langsung (penyakit buah)
busuk buah
anggur
antraknosa kopi
kudis jeruk
Kerugian
langsung (daun)
tembakau
pucuk teh
kerugian tidak
langsung (daun)
antraknosa
embun tepung
kudis
bercak daun
penyakit buah
(kakao)
No.
|
Nama penyakit
|
Patogen
|
1
|
Busuk buah
|
Phytophthora palmivora (Butl.) Butl.
|
2
|
Penyakit antraknosa
|
Colletotrichum gloeosporioides (Penz.)
Sacc.
|
3
|
Moniliasis
|
Moniliophthora / Monilia roreri Cif. et
Parodi
|
Busuk buah /
pod rot (Phytophthora
palmivora)
•
Penyakit
terpenting kakao, kerugian 26% - 50%
•
Timbul
pada berbagai umur buah, mulai ujung buah atau dekat tangkai → busuk dan
akhirnya berwarna hitam
•
Patogen
juga masuk ke dalam buah → biji membusuk
•
Faktor
yang berpengaruh: kelembaban udara, curah hujan, cara bercocok tanam, banyaknya
buah, dan varietas tanaman
PENYAKIT DAUN
TEH
No.
|
Nama penyakit
|
Patogen
|
1
|
Cacar teh
|
Exobasidium vexans Mass
|
2
|
Bercak kelabu
|
Pestalotiopsis theae (Saw.) Steyaert
|
3
|
Bercak coklat
|
Colletotrichum camelliae Mass
|
4
|
Bercak cercospora
|
Cercospora theae vBdH
|
5
|
Penyakit Cercosporella
|
Cercosporella theae Petch
|
6
|
Cacar jala
|
Exobasidium reticulatum Ito et Sawada
|
7
|
Karat merah
|
Ganggang hijau (Cephaleuros
parasiticus Karst, C. virescens Kunze)
|
8
|
Penyakit pesemaian
|
Cylindrocladium ilicicola (Hawley) Boedijn et Reitsma, Glomerella cingulata
(Stonem.) Spauld. et Schrenk
|
CACAR DAUN TEH (Exobasidium
vexans Mass)
•
Penyakit paling merugikan pada teh, merusak daun
dan ranting-ranting muda
•
Masuk ke Indonesia 1949, merubah cara budidaya teh
•
Faktor yang berpengaruh: RH tinggi, ketinggian di
atas 900 m d.p.l., cahaya matahari, angin, letak lereng, dll.
•
Peramalan epidemi penyakit (Huysmans, Homburg, van
der Knapp, dll.) → menggunakan faktor cuaca: RH, lamanya penyinaran matahari,
dll.
PENYAKIT DAUN KOPI
No.
|
Nama penyakit
|
Patogen
|
1
|
Karat daun
|
Hemileia vastatrix B.
et Br.
|
2
|
Bercak daun Cercospora
|
Cercospora coffeicola B. et Cke.
|
3
|
Bercak daun
|
Ascochyta coffeae Henn., Colletotrichum incarnatum B. et Cke., Gloeosporium
coffeanum Del., dan Phyllosticta spp.
|
4
|
Embun jelaga
|
Aithaloderma setosum (Zimm.) Boedijn / Chaetothyrium setosum
(Zimm.) Hansf.
|
5
|
Karat merah
|
Cephaleuros coffeae Went
|
6
|
American leaf spot
|
Mycena citricolor (B. et Curt.) Sacc.
|
Karat daun kopi (Hemileia
vastatrix B. et Br.)
•
Penyakit kopi paling penting di seluruh dunia,
merubah bangsa Inggris dari peminum kopi ke the
•
1876 terdeteksi di Jawa, menghentikan perkembangan
perkebunan kopi di Indonesia terutama kopi arabica (kopi Jawa)
•
Sejarah perkebunan kopi Indonesia, kopi arabica –
kopi liberia – kopi robusta
•
Patogen (H. vastatrix) memiliki 33
ras fisiologi → sulit mengembangkan varietas tahan
•
Peraturan karantina internasional pertama di dunia
PENYAKIT DAUN KARET
No.
|
Nama penyakit
|
Patogen
|
1
|
Embun tepung
|
Oidium heveae Stein
|
2
|
Penyakit daun Colletotrichum
|
Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Penz. et
Sacc.
C. acutatum Simm.
|
3
|
Gugur daun Corynespora
|
Corynespora cassiicola (Berk. et Curt.) Wei
|
4
|
Penyakit daun Phytophthora
|
Phytophthora palmivora (Butl.) Butl.
P. botryosa Chee
|
5
|
Bercak daun Drechslera
|
Drechslera heveae (Petch) M.B. Ellis
|
6
|
Hawar daun Amerika Selatan /SALB
|
Microcyclus ulei (P. Henn.) von Arx.
|
Penyakit embun tepung / powdery mildew (Oidium heveae Stein)
•
Penyakit penting karet, menimbulkan kerugian hingga 20%
•
Menginfeksi daun-daun muda yang baru terbentuk
menyebabkan gugur daun sekunder (dapat terjadi berulang) → melemahkan tanaman
sehingga produksi lateks menurun
•
Faktor yang berpengaruh: kelembaban udara tinggi
tetapi tidak ada lapisan air pada permukaan daun (sedikit hujan, tidak banyak
sinar matahari, suhu agak rendah)
Hawar daun Amerika Selatan / SALB (Microcyclus ulei (P. Henn.) von Arx.)
•
Penyebaran masih terbatas di Amerika Selatan dan
Tengah, awal terdeteksi pada 1900
•
Banyak ras fisiologi → tidak dapat dikendalikan
dengan varietas tahan
•
Produksi karet sangat menurun, hanya 300 – 400
kg/Ha/tahun → rata-rata produksi karet di Indonesi 1200 – 1500 kg/Ha/tahun
•
Menyebabkan gugur daun → tanaman lemah (tajuk
titpis, ranting dan cabang mati) → tanaman mati
•
Faktor lingkungan yang berpengaruh sama dengan
embun tepung → sesuai sepanjang tahun sehingga tanaman tidak punya kesempatan
regenerasi
Cendawan penyebab SALB : Deteksi dan Identifikasi
n Penyebab : Microcylus
ulei
n Ascomycetes :
aseksual dan seksual
n Menghasilkan tiga
tipe spora :
n Konidia (aseksual)
n Piknidiospora
n Askospora (seksual)
NOMENCLATURE
Dothidella
ulei (P. Henn.)
Apospheria
ulei (P. Henn.)
Fusicladium
macrosporium (Kuyper)
Passalora
heveae (G. Masee)
Scolecotrichum
ulei (Griffon and Maublanc)
Melanosammopsis
ulei (Stahel)
Microcyclus
ulei (P. Henn.) von Arx
Microcyclus
ulei (Perfect stage/ sexual) : nama
yang diterima
Synonyms :
Dothidella
ulei (P. Henn.)
Fusicladium
macrosporium (Kuyper
Morfologi Konidia
n satu septa (dua sel)
atau tanpa septa (satu sel). Konidia dua sel berbentuk obclavate dengan
sel bagian atas yang melebar dan rata di
ujung. Ciri khusus : konidia melintir (twisted conidia)
n Tidak berwarna
(Hyaline) ketika muda dan kemudian menjadi keabu-abuan.
n Ukuran bervariasi
: 23-65 x 5-10 µm (Chee); 23-62 x 5-10
µm (Holliday); 12-30 x 5-8 µm (Langford).
Morfologi Pikniospora
•
Berbentuk menyerupai lonceng
•
Bagian ujung
yang satu lebih besar (12-25 µm) dibanding bagian ujung yang lain (2-5 µm)
•
Panjang 6
-10 µm
•
Berkecambah
tetapi tidak menimbulkan infeksi
•
Piknidia berukuran kecil (120-160 µm diameter),
tubuh buah berwarna gelap yang terbentuk di permukaan atas daun
•
Piknidia menghasilkan pycnosspores
Morfologi Askospora
n Bersepta dengan
bagian yang menyempit di ujung bagian bawah
n Sel tidak terbagi
secara sama
n Ukuran bervariasi :
12-20 x 2-5 µm (Chee); 10-15 x 3-5 µm (Holliday); 3-5 x 10-15 µm (Langford)
n Berebentuk elip dan
tidak berwarna (Hyaline)
n Piknidia berkembang
lebih lanjut menjadi peritecia yang berukuran tubuh buah lebih besar (200-400
µm diameter) dan berwarna hitam
n Peritecia (stromata)
menghasilkan askospora
Bagian Tanaman Yang Terinfeksi
n Bagian tanaman
berumur muda – daun, batang, bunga, dan buah
n Daun pada stadia copper
brown paling peka terinfeksi
n Semakin tua daun
akan semakin tahan, daun yang sudah tua bersifat imun.
Gejala
n Tipe gejala
tergantung pada umur daun ketika terinfeksi
n Daun pada umur muda
(copper brown leaflets) akan mengalami
kelayuan, mengeriting, dan berwarna kehitaman, daun akhirnya gugur namun
tetap menyisakan petiol pada batang untuk beberapa hari
n Lesio yang
mengandung banyak konidia tampak di permukaan bawah daun
n Lesio yang dipenuhi
konidia tersebut akan menimbulkan warna abu-abu gelap hingga coklat kehijauan
DISTRIBUSI SALB
n Dijumpai di Brazil,
Bolivia, Colombia, Peru, Venezuela, Guyana, Surinam, French Guiana, Trinidad
& Tobago, Haiti, Panama, Costa Rica, Nicaragua, Salvador, Honduras,
Guatemala, Belize and Mexico
n Asia dan Africa
bebas SALB
Arti Ekonomi
n Menurunkan laju
pertumbuhan pohon
n Memperpanjang masa
immature
n Mengurangi produksi
latex sebesar 70%
n Mematikan tanaman
sehingga mengurangi kepadatan tanaman per area
n Meningkatkan biaya
pengendalian : SALB dan Gulma
Contoh Kasus
SURINAM 1911 -
40,000 pohon ditanam
1918 -
Tanaman mengalami kerusakan
PANAMA & 1935 -
Penanaman awal (Good year)
Costarica 1941 - Tanaman mengalami kerusakan
BRASIL 1927 - 3,200 ha ditanam di Fordlandia
1993 -
Pertanaman ditutup
1936 -
6,478 ha ditanam di Belterra
1943 -
Pertanaman ditutup
1967 -
150,000 ha ditanam (PROBOR)
1986 -
100,000 ha terinfeksi SALB (PROBOR ditutup
Pengaruh Terhadap Pertanaman
n Mati ujung
n Kanopi pohon buruk
n Memicu tumbuhnya gulma
Pengaruh Terhadap Lingkungan
Kontaminasi udara adanya perlakuan fungisida untuk mengendalikan SALB
dan Gulma
Epidemiologi (Bio-ekologi, dispersi)
INFEKSI PENYAKIT
Konidia dan askospora yang bertanggung jawab terhadap kejadian infeksi
penyakit
Lingkungan Optimum
Suhu : Konidia berkecambah pada
8 – 36 ºC
Kelembaban : lebih dari 18
hari dengan RH 95% selama 10 jam : infeksi semakin parah
Perkecambahan Konidia
n Konidia berkecambah
dalam waktu 2 jam;
n Hifa menetrasi
jaringan secara langsung dengan membentuk apresoria;
n Pembentukan
apresoria dipengaruhi oleh ketahanan tanaman;
Cendawan akan menyebar antar sel
Dispersi Penyakit
n Angin dan percikan
air hujan;
n Serangga dan
binatang lain;
n Askospora sebagai
penginisiasi siklus penyakit, sedangkan konidia bertanggung jawab terhadap
dispersi penyakit secara lokal
Pengaruh Curah hujan terhadap Keparahan Penyakit
n Keparahan Tinggi
n Curah Hujan Tahuan
> 250 cm sepanjang tahun dengan periode kering yang pendek
n Keparahan Medium
n Curah Hujan
tahunan > 200- <250 cm sepanjang
tahun dengan periode kering yang pendek
n Keparahan Rendah
n Curah Hujan tahuan
bervariasi dengan sedikitnya 4 bualn kering bercurah hujan < 7 cm per bulan.
PRODUKSI SPORA
n Bervariasi
tergantung dari kondisi cuaca;
n Suhu optimum adalah
24 ºC;
n Kelembaban relatif
tinggi sangat sesuai untuk produksi spora.
Viabilitas Spora
n Viabilitas spora
tergantung pada kondisi cuaca (kelembaban dan suhu);
n Spora yang ada di
dalam tubuh buah bertahan lebih lama dibanding konidia;
n Beberapa studi telah
dilakukan untuk mempelajari viabilitas spora.
n LANGFORD (1945)
n Konidia dan
askospora masih mempunyai perkecambahan yang tinggi jika disimpan selama 3 hari
pada 27 0C and 70%
n Dan masih tetap bisa
berkecambah setelah disimpan lebih dari 7 hari
n Konidia yang disemprotkan
pada daun muda, kemudian disimpan kering selama 7 hari, masih infektif ketika
dilembabkan kembali.
HOLLIDAY (1970)
- Penyimpanan
pada suhu ruang selama 18 hari, konidia masih
berkecambah (10%)
n Spora disimpan
dibawah suhu dingin dan kondisi keringakan bertahan lebih lama;
n Konidia and
ascospora Yang diperoleh dari daun terinfeksi disimpan pada refrigerator masih
bisa berkecambah,
n Ascospora disimpan
di dalam desicator bertahan sampai 15 hari;
n Spora disimpan pada
suhu -74 ºC masih dapat hidup.
Kemungkinan masuk, menetap dan menyebar di Negara Asia Tropik Bebas
SALB
n Kondisi iklim yang
sesuai
n Klon peka banyak
ditanam
n Are tanam karet yang
saling berdekatan
n Tanaman karet paling
banyak ditanam oleh petani
Kemungkinan Masuk SALB
n Tanaman karet yang
terinfeksi
n Kontaminasi Spora
pada penumpang, barang bawaan penumpang,
dan komoditi lain yang diimpor
Richard Evan Shultes (rubber botanist, 1997)
Memprediksi bahwa jika
terjadi outbreak SALB di wilayah Asia Tenggara akan menimbulkan kerusakan
serius pada industri perkaretan dalam jangka waktu tidak terlalu lam (5 tahun)
Strategi Pengendalian dan Pencegahan
Pengendalian Kimia
n Penyemprotan
fungisida pada daun muda;
n Penyemprotan diulang
setiap minggu hingga daun tua;
n Bermacam komposisi
perlu diubah;
n Penggunaan traktor
yang dipadu dengan blower uap, helikopter, atau pesawat penyemprot bisa
diaplikasikan;
n Mesin Fogging juga
digunakan;
n Peningkatan produksi
lateks
Fungisida yang Efektif
n Dithane M-45 (mancozeb)
n Benlate (benomyl)
n Cercobin M (thiophanatemethyl)
n Daconil (chlorothalonil)
n Bayleton (triadimefon)
n Saprol (triforine)
n Bayfidan (triadimenol)
n Tilt (propiconazole)
Pengendalian Biologi
n Hansfordia pulvinata (Dicyma pulvinata)
adalah cendawan antagonis;
n Terbukti dapat
mengendaliakn pada tingkat rumah kaca dan percobaan di lapangan berskala kecil.
Agen Pengendali Biologi Lain
n Periconia manihoticola
n Avirulent strain of M.
ulei
n VA mycorhiza
Pola Bercocok Tanam
n Escaped areas.
n Disease escaped areas are areas with climatic conditions not suitable for serious
disease development;
n Areas with low
rainfall and long dry periods;
n Contoh : Sao Paolo
and Matto Grosso;
n Common oriental
clones such as Gt 1, RRIM 600 and PB 260, PB 235 were successfully planted.
n Klon yang tahan
dengan produksi tinggi kurang tersedia;
n Terjadi pematahan
ketahanan klon (ex. Klon IAN 717 dipatahkan oleh adanya ras baru/Ras 2);
n beberapa klon
toleran telah ditanam,
n Spesies Hevea yang
imun seperti H. pauciflora (PA 31) telah digunakan sebagai sumber ketahanan.
n Sangat penting
mengembangkan ketahanan horisontal.
Resistensi yang diperoleh melalui induksi gen dari ras M. ulei yang incompatible
Pengendalian Terpadu
n Perpaduan
pengendalian menggunakan fungisida dengan agen hayati
n Perpaduan
pengendalian kimia dengan penggunaan klon yang toleran
KARANTINA
1. Peraturan Karantina Tumbuhan
- Pencegahan SALB : SK
Mentan 861/1989
Pelarangan
impor tanaman atau bagian tanaman Hevea
Untuk
keperluan penelitian saja
Untuk
selain Hevea : Karantina antara, Perlakuan, PC, KPM
Untuk biji
Hevea : Perlakuan, KA, PC, Perlakuan, KPM
- Perlakuan (selain
Hevea, barang bawaan penumpang,dll)
Lampiran SK Mentan 861/89)
- SK Mentan 559/1985 :
Persyaratan pemasukan materi perbanyakan
tanaman karet, dll.
2. Implementasi Peraturan Karantina Tumbuhan
Tindakan Karantina Di Tempat pemasukan
- Kewajiban mengisi formulir Karantina Tumbuhan (???)
Penumpang Udara
n Mengisi Kartu
Karantina pada saat datang
n Melewati saluran
udara (Air tunnel)
n Perlakuan UV selama
1 jam
n Perlakuan bagasi
dengan deterjen/dettol
MANAJEMEN PENYAKIT
PENGENDALIAN
PENYAKIT DAN MANAJEMEN PENYAKIT
1. Pengendalian Penyakit
Abad ke-19 à Pengendalian penyakit secara ilmiah> teknologi baru> Modifikasi teknologi lama
Ø metode pengendalian
untuk berbagai penyakit
à prinsip dasar mengurangi xo
Ø Tahun 1930-1960 ilmu penyakit
tumbuhan meyakini bahwa penyakit tidak hanya dapat
dikendalikan tetapi juga bisa dieradikasi
Tingkat
kepuasan pengendalian diatasi secara singkat dengan :
Ø breakdown ketahanan hipersensitif
(pengurangan xo),
Ø menggunakan pengendalian kimiawi
pada banyak pertanaman,
Ø penggunaan fungisida berbahan logam
berat
Ø pengembangan toleransi cendawan
terhadap pengendalian kimiawi yang berbeda
Laporan para ahli penyakit tumbuhan menjadi sumber pengetahuan untuk
melakukan berbagai metode pengendalian yang tersedia, menggunakan pendekatan
secara utuh untuk : tanaman, patogen dan lingkungan
untuk taktik secara ekonomi dan secara biologi.
Terdapat berbagai klasifikasi
metode pengendalian yang telah digunakan dengan berbagai metode yang bervariasi (Tabel 1 )
Tabel 1. Metode general
pengendalian penyakit dan efek epidemiologisnya,
yang memberikan pengaruh dominan untuk xo atau r.
yang memberikan pengaruh dominan untuk xo atau r.
|
|
Efek Mayor Pada
|
|
A.
B
C
|
Menghindarkan dari patogen
1.
Menggunakan
area geografik
2.
Menggunakan
palnting site dalam area lokal
3.
Menggunakan
tanggal penanaman
4.
Penggunaan
stok tanaman yang bebas penyakit
5.
Modifikasi
cara bercocok tanam.
Eksklusi patogen
1. Perlakuan pada benih atau material tanaman
2. Pengamatan dan sertifikasi
3. eksklusi atau pencegahan dengan karantina
tanaman
4. Eliminasi vektor serangga
Pemusnahan (eradikasi) patogen
1. Pengendalian biologis
2. Rotasi tanaman
3. Penghilangan dan penghancuran tanaman peka
atau bagian berpenyakit pada tanaman
a.
Roguing
b.
eliminasi inang alternatif dan inang gulma
c.
sanitasi
4. Aplikasi pemanasan dan perlakuan kimiawi
pada persediaan bibit
5. Perlakuan pada tanah
|
x0
x0
x0
x0
x0
x0
x0
x0
x0
x0
x0
x0
x0
x0
x0
|
r
r
r
r
r
r
r
|
|
|
Efek Mayor Pada
|
|
D
E
F
|
Proteksi tanaman
1.
Penyemprotan
atau pengabutan dan perlakuan propagul tanaman untuk mencegah infeksi
2.
Pengendalian
serangga vektor penyakit
3.
Modifikasi
lingkungan
4.
Inokulasi
dengan virus lemah untuk memprotek serangan yang lebih virulen (imunisasi)
5.
Modifikasi
nutrisi/hara
Pengembangan
Inang resisten
1.
Seleksi dan pemuliaan untuk ketahanan
a.
Resistensi
vertikal
b.
Resistensi
horisontal
c.
Dua
dimensi resistensi
d.
Resistensi
populasi (multiline)
2.
Resistensi
dengan kemoterapi
3.
Resistensi
dengan nutrisi
Aplikasi
terapi pada penyakit tanaman
1.
Kemoterapi
2.
Perlakuan
pemanasan
3.
perawatan
|
x0
x0
x0
x0
x0
x0
|
r
r
r
r
r
r
r
r
r
|
rangkaian pengendalian tersebut merupakan tindakan umum yang mungkin
digunakan untuk menurunkan penyakit :
Ø penghindaran (avoidance),
Ø eksklusi atau pencegahan dan
Ø pemberantasan patogen (eradikasi),
Ø melindungi inang,
Ø meningkatkan ketahanan inang
Ø terapi langsung pada penyakit
tanaman yang ada.
Tabel 1 menunjukan indikasi dari semua
metode pengendalian penyakit
2. Konsekuensi epidomologi dari metode
pengendalian
Tujuan dari pengendalian penyakit adalah untuk mencegah kerusakan oleh
penyakit agar tidak melampui tingkat dimana keuntungan atau kebutuhan hasil
berkurang secara signifikan
Epidemologi mengatakan kepada kita bahwa metode pengendalian dilakukan
hanya untuk dua cara umum:
ü mengurangi (memperlambat) penyakit pada stadia awal (xo),
ü atau mengurangi laju perkembangan penyakit
(r) yang terjadi pada periode pertumbuhan.
ü Mensiasati untuk menekan periode infeksi (t)
¢ Absis : t, waktu
¢ Ordinat : xt,
keparahan penyakit
¢ Entri : 1,
kurva perkembangan penyakit orisinil
2, sama setelah pengurangan x0 atau xt (Tindakan
a dan b) atau penundaan epidemic (tindakan b dan e);
kurva 1 dan 2 memiliki nilai r yang sama.
3, perubahan r setelah tindakan f diambil pada action time
4, perubahan r dari awal musim/penanaman dengan tindakan c.
¢ Tindakan (hanya contoh): a, sanitasi. b, perubahan waktu penanaman, c, parsial
resisten. d, perlakuan dengan fungisida pembasmi, e, perlakuan
dengan fungisida pencegahan, f, ketahanan residual pada fase dewasa,
atau perlakuan regular dengan fungisida.
¢ grafik tersebut memperlihatkan
peningkatan keparahan x pada waktu t.
v Beberapa tahap krusial dari x
terlihat pada sumbu ordinat dan beberapa titik kritis pada waktu tertentu
terlihat pada sumbu absis.
v Titik xo
dilambangkan sebagai nilai tengah dari tindakan a dan b,
v xt dilambangkan oleh
tindakan analog dari d dan e,
v r diatur oleh aksi c dan f.
¢ Pengendalian beberapa penyakit yang
berbeda membutuhkan prosedur pengendalian yang berbeda.
¢ Regulasi dari beberapa patosistem,
secara spesifik dilihat dari
pendekatan sederhana dan penyakit polietik yang dapat efektif dengan menggunakan
metode pengurangan xo.
¢ Untuk penyakit lainnya dibutuhkan
lebih dari satu metode pengendalian yang digunakan yaitu pengurangan xo dan penurunan
r.
¢ Tradisi ini telah lama digunakan
pada ilmu penyakit tumbuhan yang ekuivalen dengan pengendalian terpadu pada
ilmu hama yaitu : kombinasi metode budidaya,
§ tindakan dengan peraturan,
§ pemuliaan ketahanan
§ pengendalian secara kimiawi
§ pengendalian secara biologi
3. Pengendalian Terpadu Dalam Ilmu Penyakit
Tumbuhan
¢ Definisi pengendalian terpadu pada
sub bab terdahulu mencakup pengendalian pada level kompleksitas yang
berbeda.
¢ Pada level terendah adalah pengendalian terpadu penyakit
tunggal.
¢ Masalah pengelolaan patosistem
contohnya adalah pengelolaan
patosistem penyakit kentang P. infestans pada lahan tunggal.
¢ Contoh tersebut sederhana tetapi
menyesatkan, sebab pada prakteknya tanaman selalu merupakan sebagai subyek dari berbagai hama
dan penyakit berbeda pada waktu yang sama
¢ Permasalahan penting muncul dalam
pengendalian terpadu, sebagai contoh, ketika fungisida pengaruhnya dapat merugikan terhadap serangga dan tungau yang menguntungkan. Termasuk hal yang tidak diinginkan sebagai
efek samping pestisida
Contoh 1 Permasalahan
dalam teknik pengendalian terpadu.
Budidaya pada rumah kaca adalah diantara salah satu yang paling lanjut
dari berbagai integrasi metode pengendalian:
perlakuan pemanasan tanah, resistensi, perlakuan kimiawi dan pengendalian
biologis.
¢ Persoalan khas mungkin muncul
sebagaimana metode pengendalian lainnya,
tungau red spider pada ketimun dikendalikan dengan predator Phytoseiulus
persimilis.
¢ Benlate
menjadi fungisida ideal melawan beberapa penyakit ketimun tetapi dapat menyebabkan sterilnya predator
tungau, sehingga membinasakan pengendali biologis.
¢ level kompeksitas ketiga yaitu
pengelolaan penyakit (dan hama) pada tanaman tunggal, dimana beberapa tanaman
mungkin tumbuh dalam satu atau lebih lahan.
4. Level Kompleksitas Pertama: Satu Lahan-satu Patosistem
¢ Pada level ini dicontohkan pada
tanaman kentang yang terserang late blight.
¢ Penyakit klasik ini aktifitasnya
musiman berasal dari
spora yang dihasilkan pada kentang musim sebelumnya.
¢ Umbi yang tidak mudah rusak, atau umbi
berpenyakit terpisah dari umbi yang dimakan (A4 dalam tabel).
Onggokan yang tersisih ini sebagai sumber inokulum pertama.
¢ Bagian umbi yang tidak rusak lainnya yang berpenyakit dibuang dari penyimpanan
atau rumah sebagai sumber kedua.
¢ Beberapa kentang lain yang tertinggal di lahan saat panen sebagai sumber ketiga, dan
umbi terinfeksi dan potongan bibit sebagai sumber keempat.
Untuk
menghindari sumber inokulum tersebut, lahan dirotasi (C2); seleksi, umbi yang
tidak berpenyakit digunakan sebagai benih (B2); dan semua umbi secara hati-hati
diambil untuk dibuang dari lahan pada saat panen dan dimusnahkan atau
didesinfeksi semua tumpukan dan sampah/serasah tersisa (C3). Setiap metode tersebut mengurangi x0
secara efektif.
¢ Meskipun demikian, hanya mengandalkan metode tersebut tidaklah cukup.
¢ Spora dapat terbawa angin dari daerah kentang lainnya, petani yang
menggunakan teknik di atas masih dapat
berharap inokulum muncul dari tempat di luar kendali mereka.
¢ Secara teoritis, dengan menjaga daun
pertanaman ditutupi dengan bahan kimiawi pelindung dari kemunculan patogen seterusnya, x0
dapat dijaga pada kondisi sangat rendah ataupun nol.
¢ Pada prakteknya hal ini tidak
ekonomis, dan budidaya kentang lanjut hadir pada dua alternative : Inang resisten
(E1) dan program penyemprotan khusus (D1, F1).
¢ Vertikal resisten (E1a) hanya
efektif jika patogen berada pada area yang tidak mempunyai ras dengan
gen virulen untuk gen ketahanan inang, akan menyebabkan reaksi hipersensitif,
mengurang x0.
¢ Jika terdapat ras
virulen dan periode cuaca memungkinkan untuk cendawan tumbuh, penyakit dapat
berkembang.
¢ Perkembangan rata-rata, r, level
penyakit meningkat, dan kehilangan yang diderita mungkin dapat dikurangi lebih
baik dengan horisontal resisten (E1b).
¢ Jika horisontal
resisten hilang atau tidak cukup, petani harus menyemprot (D1, F1).
¢ Untuk mengurangi
biaya, petani jangan memulai menyemprot sebelum penyakit diobservasi, atau
sampai ada data spesifik bahwa secara
histori diketahui waktu biasanya penyakit terlihat; atau sampai mereka
disarankan untuk melakukannya oleh penyuluh menggunakan teknik peramalan.
¢ Dalam banyak kasus,
kimiawi sering digunakan, apakah mereka mencegah infeksi atau menghambat
sporulasi, tindakan rata-rata untuk mengurangi.
¢ Untuk melakukan
pencegahan tanaman setelah pemanenan, petani sekarang harus mengurangi inisiasi
inokulum pada tahun berikutnya (x0), mengeluarkan semua umbi
berpenyakit dari persediaan benih dan lahan, dan memusnahkan semua umbi
terinfeksi.
¢ Teknik lain yang kadang-kadang
digunakan yaitu mematikan kentang secara kimia, memperlambat dalam musim
setelah pembentukan umbi lengkap, mencegah infeksi umbi oleh inokulum dari daun
berpenyakit.
¢ Jelaslah bahwa,
program pengelolaan penyakit lengkap untuk satu patosistem dalam satu lahan
yaitu mengkombinasikan berbagai teknik pengendalian baik berupa pengurangan x0
atau menurunkan r.
5. Level Kompleksitas Kedua
: Satu Pertanaman-berbagai Patosistem.
¢ Sistem pengendalian
penyakit yang dideskripsikan pada bagain terdahulu penggunaannya hanya
merupakan beberapa dari sekian banyak teknik.
¢ Dilaporkan bahwa
kentang dapat diinfeksi kurang lebih 18 virus, 46 penyakit oleh cendawan, 6
penyakit oleh bakteri, 5 penyakit oleh nematoda dan lebih dari 40 penyakit
nonparasitik.
¢ Untungnya tidak terjadi terdapat
keseluruhannya pada satu daerah, ataupun tidak, ketika terjadi, keparahannya
selalu menjadi perhatian yang khusus.
¢ Meskipun demikian,
tingkat kompleksitas pengendalian penyakit muncul pada pertanaman ini cukup
untuk menjustifkasi ide bahwa menghidari penyakit dan pengendalian merupakan
tindakan utama dari manajemen.
¢ Produksi benih bebas
penyakit membutuhkan teknik khusus dan harus digunakan untuk mengurangi x0,
termasuk untuk penyakit oleh virus.
¢ Jika secara
sungguh-sungguh sertifikasi benih bebas penyakit digunakan, dan hal ini tidak
selalu memungkinkan, benih terbaik tersedia mungkin selalu membutuhkan
perlakuan pada pertumbuhan termasuk penggunaan kimiawi pada potongan bibit dan
desinfeksi pada pisau untuk mencegah
penyebaran bakteri ring rot pada potongan bibit.
¢ Meskipun yakin bahwa
bibit telah bebas penyakit, petani kini harus berhadapan dengan organisme tanah
yang telah menunggu untuk menyerang bibit dan tanamn baru.
¢ Melawan hal
tersebut, petani menggunakan rangkaian teknik, semua rotasi pengurangan x0,
perlakuan benih, perlakuan pada tanah (terkadang dengan kimiawi berbeda untuk
organisme berbeda), dan teknik budidaya, termasuk penentuan tanggal penanaman
untuk lebih membantu perkembangan pertumbuhan mendahului menghindari
perkecambahan Rhizoctonia.
¢ Prosedur
pengendalian penyakit dikerjakan pada seleksi benih, pemeliharaan, dan
penanaman tidak hanya menolong dalam menghasilkan pertahanan yang baik tetapi
juga mencegah dari kekurang hati-hatian introduksi patogen tular tanah ke dalam
lapisan tanah yang tidak terinfeksi, dimana akan memunculkan masalah dikemudian
hari.
¢ Di antara teknik
budidaya, termasuk petani harus memberikan fertilizer, mikronutrien dan serasah
tanah untuk menyediakan pertumbuhan dan hasil yang baik dan menghindari
kelebihan nutrisi.
¢ Sekali tanaman muda
muncul, mereka akan tetap hampir bebas
penyakit selama periode tertentu, disediakan semua kemungkinan metode
mengurangi x0 yang dapat diambil. Secara realistis, kasus ini jarang, beberapa inokulum hadir, dan iRc
akan melibihi 1 untuk beberapa patogen.
¢ Penyakit akan
meningkat. Jika kondisi lingkungan inang
secara periodik mendukung, penyakit dapat secara tiba-tiba muncul pada level
merusak untuk satu atau lebih penyakit.
¢ Ditambah perlakuan
permanen dari inokulum cendawan yang baru dan vektor yang viruliferous
sebaiknya dibutuhkan mengendalikan serangga perusak, dan petani memiliki
rangkaian tugas pengelolaan untuk hal tersebut.
¢ Tidak hanya mesti
mengurangi r, tetapi ketika memungkinkan penyemprotan anticendawan
diaplikasikan, secara ekonomis harus dibuat dengan mengkombinasi fungisida dan
insektisida melawan lebih dari satu cendawan dan serangga.
¢ Pengelolaan yang baik menghendaki bahwa
jumlah bahan semprot yang digunakan, dosis, jumlah total aplikasi per musim
sebaiknya sekecil mungkin
¢ Mengusahakan tanaman
untuk dipanen tidak menghentikan resposibilitas pengendalian penyakit oleh
petani.
¢ Petani harus melatih
perhatian pada pemanenan, pemeliharaan, dan transportasi produk untuk
meminimalkan pelukaan yang dapat menyediakan tempat infeksi untuk organisme
pembusuk pada penyimpanan.
¢ Temperatur penyimpanan harus diutamakan diatur
untuk menyiapkan terbentuknya umbi dari pelukaan, jadi bahwa efektivitas inokulum E dan
menyebabkan x0 dikurangi dan setelah periode ini, diatur
kembali, sebagimana secara lingkungan mengurangi r dari organisme
pembusuk pada penyimpanan.
¢ Lahan harus
dibersihkan dari umbi dan daun terinfeksi, dimusnahkan dengan pembajakan atau
perlakuan kimiawi.
¢ Penyiapan lahan yang
akan digunakan pada tahun berikutnya dalam rotasi harus sebelum dilakukan. Sebagai tambahan, umbi berpenyakit
dikeluarkan sebelum penyimpanan atau penjualan harus dilakukan dihilangkan dan
atau dihancurkan (pengendalian x0)
¢ Kebersihan merupakan
pekerjaan intensif. Sekarang, pekerjaan
manusia telah digantikan oleh energi kimiawi; pada agrikultur intensif,
perlakuan kimia menggantikan perhatian personal secara detail.
¢ Meskipun perubahan ini dapat mengurangi petani
dari beban berat, hal itu tidak selalu menguntungkan.
¢ Ketika pertanian
Belanda dimekanisasi, penyakit black scurf pada kentang (Rhizoctonia
solani) meningkat
6. Level Lebih Tinggi Pertama
Dari Kompleksitas Manajemen : One Farm.
¢ Perencanaan
pertanian yang kuat dan praktis terspesialisasi dan pertanian intensif memiliki
tingkat kompleksitas pengendalian yang tinggi.
¢ Pada pertanian
dengan lebih dari satu tanaman, setiap masalah penyakit dan hama berbeda,
petani/manajer harus dapat mengintegrasikan semua ke dalam sistem pengelolaan
tanaman.
¢ Dalam satu musim,
tanaman dapat dipengaruhi oleh setiap hal positif ataupun negatif
¢ Contoh praktek yang
buruk menumbuhkan tanaman sugar beet untuk memperoleh benih pada tahun kedua
dalam perkiraan untuk suatu pertanaman produksi gula tahun pertama, sebab
penyebaran aphis dari virus kuning dari pembentukan ke berikutnya akan
menyebabkan kehilangan produksi.
¢ Praktek yang baik
menumbuhkan kultivar tanaman berbeda pada lahan berbeda (intraspesifik diantara
diversifikasi lahan), terutama ketika kultivar tersebut memiliki gen resisten
vertikal berbeda, patut untuk meningkatkan
resiko kehilangan hasil yang serius.
¢ Contoh 2: Cross-infeksi
diantara tanaman. Pada tahun 1920
produksi jagung Amerika serikat didesak diutara dalam musim semi pada area
barley Minnesota. Ascospora Gibberella
berasal dari debris jagung diinisiasi Fusarium (bentuk aseksual) terjadi
epidemi pada barley dan mengancam industri malting barley.
¢ Apa yang terjadi
pada pertanaman tiga tahun kemudian mungkin relevan dengan keadaan sekarang,
sebagai contoh, pada outbreak penyakit tular tanah dengan unit
penyebaran yang daya hdupnya lama.
¢ Apa yang terjadi
sekarang dapat mempengaruhi tanaman pada tahun berikutnya; contoh infeksi
terpisah pada bahan perbanyakan atau infestasi berbeda pada tanah dengan benih
gulma berdaya hidup lama.
7. Level Lebih Tinggi Kedua
Dari Kompleksitas Pengelolaan
¢ Pelayanan penyuluhan
daerah, korporat farming yang besar, dan kelompok petani daerah memiliki
kapabilitas lebih baik untuk pengelolaan penyakit.
¢ Mereka dapat
menintegrasi semua sistem pengendalian hama dan penyakit untuk banyak
pertanaman dan banyak tanaman, dimana setiap hal tersebut dapat memilki
penyakit penting, hama, tanah, mikroklimat, topografi, dan lain-lain.
¢ Kapabilitas lebih
baik terdiri dari beberapa hal berikut :
§ Investasi dalam
pengembangan sistem pengendalian
§ Investasi dalam
peralatan yang superior
§ Penyewaan tenaga
spesialis untuk mengoptimalkan pengendalian
§ Tindakan dengan
peraturan
¢ Unit area yang lebih
besar, berupa corporat farm, estate, state, atau negara, memudahkan untuk
mengeluarkan tindakan dengan peraturan.
¢ Peraturan yang
terbaik yang diketahui adalah tindakan karantina tanaman, pengekangan atau
larangan membawa atau memindahkan tanaman atau perlengkapan yang diduga sebagai
pembawa penyakit.
¢ Hal tersebut
seringkali dipaksakan dengan hukum dan dikendalikan atau dilaksanakan oleh
petugas khusus.
MANAJEMEN / PENGELOLAAN PENYAKIT TUMBUHAN
§ Manajemen penyakit
umumnya diarahkan terhadap populasi tanaman daripada sebagai individu.
§ Metode pengendalian
bervariasi dari penyakit satu ke penyakit lain tergantung: macam patogen,
tanaman inang, tipe epidemi penyakit, dll..
§ Hampir semua metode
pengendalian ditujukan untuk melindungi tanaman supaya tidak sakit.
§ Apapun metode /
kombinasi metode pengendalian yang dipilih harus memenuhi prinsip dasar
manajemen penyakit tumbuhan: efektif, fisibel, dan ramah lingkungan.
§ Metode pengendalian
dapat dikelompokkan sebagai: peraturan / regulasi, cara bercocok tanam / kultur
teknis, biologi, dan fisik dan kimia.
PENCEGAHAN PENYAKIT
LEGISLASI
§ Legislasi merupakan
peraturan-peraturan internasional, regional, maupun nasional yang bertujuan
untuk membatasi penyebaran suatu penyakit / patogen
§ Mencegah terjadinya
kontak / pertemuan antara patogen dengan tanaman inangnya (eksklusi)
§ Eksklusi patogen t.
d. : eksklusi patogen antar negara dan eksklusi patogen di dalam suatu negara
Eksklusi
patogen antar negara / karantina internasional & regional
§ Embargo tanaman atau
produk pertanian tertentu
§ Inspeksi atau
sertifikasi bahan tanaman di negara asal
§ Inspeksi dan
perlakuan bahan tanaman di pintu masuk suatu negara (pelabuhan, bandar udara,
dll.)
§ Karantina pasca
masuk
§ Introduksi tanaman
secara terkendali (pembatasan jumlah inport)
§ Fasilitas karantina
perantara (di Florida, Inggris) untuk mencegah penyakit SALB karet
Contoh
patogen yang masuk dalam OPTK A1 (jangan sampai masuk ke wilayah Indonesia)
•
Cincin merah / red ring merupakan penyakit
utama pada kelapa dan kelapa sawit
•
Disebabkan oleh nematoda Radinaphelenchus cocophilus
dan disebarkan oleh kumbang kelapa (vektor)
•
Masih terbatas penyebarannya di wilayah Karibia
Eksklusi
patogen di dalam suatu negara / karantina domestik
§ Sertifikasi tanaman
§ Pelarangan /
pengaturan transportasi tanaman atau buah tertentu antar propinsi
§ Evasi atau
penghindaran patogen
§ Penggunaan bahan
tanaman bebas patogen (benih, setek, bibit, dll.)
§ Pemberantasan
patogen yang terbawa bahan perbanyakan tanaman. Cara fisik perlakuan panas, uap
panas, penjemuran, pendinginan dll.) dan dengan pestisida (fumigan, fungisida,
bakterisida, nematisida, dll.)
OPTK A2
(CVPD jeruk)
•
Citrus
vein phloem degeneration (CVPD) merupakan penyakit terpenting pada jeruk Siem
/ keprok di Jawa dan Sumatra
•
Disebabakan oleh mycoplasm-like organism atau
bacteria-like organism
•
Ditularkan dari tanaman sakit ke tanaman sehat oleh
Diaphorina citri
•
Dicegah supaya tidak tersebar ke pulau-pulau lain
di luar Jawa dan Sumatra
ERADIKASI
§ Tindakan eradikasi
(pemberantasan) ditujukan untuk menghilangkan patogen yang ada di lahan pertanian
atau bahan perbanyakan tanaman (benih, bibit, setek, dll.)
§ Eradikasi patogen
dapat dilakukan dengan perlakuan fisik, bahan kimia (pestisida), dan cara
kultur teknis / bercocok tanam
§ Dapat mengurangi
jumlah inokulum awal patogen dan menekan penularan patogen di pertanaman
Perlakuan
panas
§ Patogen tumbuhan
dapat dimatikan dengan perlakuan suhu (panas / dingin)
§ Kisaran suhu untuk
tiap jenis patogen berbeda, misalnya: suhu 50oC dapat membunuh
nematoda dan fungi rendah, 60 – 70oC (sebagian besar fungi dan
bakteri), dst.
§ Contoh perlakuan
panas: bibit jeruk terserang Radopholus similis (gambar A,B) ð direndam dalam air suhu 42oC
selama 3 jam
Kultur teknis
untuk menekan jumlah inokulum awal patogen
§ Persiapan dan
pemilihan bahan perbanyakan tanaman (varietas tahan, perlakuan benih / bahan
perbanyakan tanaman)
§ Membinasakan
sisa-sisa tanaman sakit / sanitasi: membakar, memangkas,dll.
§ Pembersihan gulma
dan tanaman volentir (inang perantara / inang alternatif, tempat bertahan
patogen)
§ Menciptakan kondisi
yang tidak cocok untuk patogen
Kultur teknis
untuk menekan pemencaran patogen
§ Cara penebaran benih
dan panen
§ Pengolahan tanah
yang baik (pembalikan tanah, pembajakan dalam, dll.)
§ Cara irigasi dan
penggenangan
§ Penjarangan dan
sanitasi penyelamatan
§ Pemupukan
KETAHANAN TANAMAN / RESISTENSI
§ Ketahanan
tanaman ada yang monogenik (diatur oleh 1 gen), oligogenik (2-3 gen) dan
poligenik (banyak gen)
§ Gen ketahanan ada
yang disebut gen mayor, yaitu yang mempunyai pengaruh / ekspresi pada fenotipe
yang kuat dan gen minor (mempunyai pengaruh kecil)
§ Ketahanan vertikal
(kualitatif) ð diatur oleh 1 - 3
gen mayor dan tahan secara mutlak terhadap ras patogen tertentu
§ Ketahanan horizontal
(kuantitatif) ð diatur oleh banyak
gen minor dan tahan secara parsial terhadap semua varian (ras) patogen yang ada
Penggunaan
varietas tahan
§ Penanaman varietas
tahan (resisten) ð cara yang paling
mudah, aman, murah, dan efektif untuk pengendalian penyakit tanaman
§ Proteksi silang ð inokulasi strain
lemah patogen tertentu (virus) dapat melindungi tanaman dari strain ganas
patogen yang bersangkutan. Mekanisme
tersebut seperti immunisasi pada manusia, walaupun pembentukan antibody pada
tanaman belum diketahui
§ Induced resistance ð tanaman yang tidak mempunyai gen ketahanan
tetapi bila diperlakukan dengan patogen atau senyawa kimia tertentu selanjutnya
menjadi lebih tahan terhadap patogen.
Contoh: inokulasi strain lemah TMV tertentu pada tembakau dapat membuat
tanaman tidak hanya tahan terhadap strain ganas TMV, tetapi juga terhadap virus-virus
lain, Pseudomonas tabaci, dan Phytophthora nicotianae.
METODE FISIK DALAM MANAJEMEN PENYAKIT TUMBUHAN
Metode fisik
yang banyak digunakan
§ Perlakuan suhu
(tinggi atau rendah)
§ Perlakuan udara
kering
§ Modifikasi panjang
gelombang cahaya yang tidak sesuai untuk patogen
§ Penggunaan beberapa
tipe radiasi
Sterilisasi
tanah
§ Sterilisasi
tanah dengan panas (uap panas, air panas)
§ Perlakuan ð media tumbuh di
rumah kaca atau pembibitan
§ Suhu tidak boleh
terlalu tinggi dan perlakuan terlalu lama ð membunuh mikroflora tanah yang bermanfaat dan
timbul senyawa-senyawa toksik (ammonia, garam Mangaan)
§ Kisaran suhu dan
macam patogen yang dapat terbunuh disajikan pada gambar A
Contoh
perlakuan fisik
§ Perlakuan panas
bahan perbanyakan tanaman. Bibit jeruk terinfeksi Radopholus similis
dapat dimatikan dengan perendaman pada air hangat (42oC) selama 3
jam
§ Perlakuan udara
panas organ penyimpanan makanan (ubi, biji-bijian). Perlakuan udara panas selama waktu tertentu
dapat menghilangkan kelembaban / air dan dapat membantu penyembuhan luka-luka
yang timbul pada permukaan organ.
Contoh: penyimpanan ubi jalar pada 28 – 32oC selama 2 minggu
dapat mencegah infeksi bakteri busuk lunak dan fungi Rhizopus.
§ Menghilangkan cahaya
dengan panjang gelombang tertentu.
Contoh: fungi Alternaria, Botrytis, dan Stemphylium
tidak akan membentuk spora bila tidak menerima cahaya ultraviolet (panjang
gelombang < 360 nm). Pelapisan rumah
kaca dengan film vinyl penyerap cahaya ultraviolet dapat melindungi tanaman
infeksi patogen
§ Pengeringan biji-bijian
dan buah-buahan yang akan disimpan.
Contoh: biji-bijian dikeringkan hingga kelembabannya sekitar 12% sebelum
disimpan. Beberapa produk pertanian dipasarkan dalam bentuk awetan kering:
mangga, apel, peach, nangka, dll.
§ Pendinginan. Pendinginan (sedikit di atas titik beku)
produk-produk pertanian (buah segar)
dapat menghambat perkembangan penyakit-penyakit pascapanen
§ Radiasi. Walaupun dilaporkan aman dan efektif untuk
pengendalikan penyakit, belum ada produk pertanian komersial yang diperlakukan
dengan radiasi elektromagnetik (cahaya ultraviolet, sinar X, sinar γ) atau
radiasi partikel (partikel α dan partikel β)
METODE KIMIA DALAM MANAJEMEN PENYAKIT TUMBUHAN
PESTISIDA
§ Pestisida
(fungisida, bakterisida, nematisida, insektisida, dll.) ð melindungi
permukaan tanaman dari infeksi patogen atau untuk membasmi (eradikasi) patogen
yang sudah terlanjur menginfeksi
§ Beberapa pestisida
juga digunakan untuk mengurangi inokulum patogen sebelum mencapai tanaman,
misalnya melalui perlakuan tanah (PCNB, metalaxyl, diazoben, dll.)
§ Fumigasi tanah atau
bahan tanaman (chloropicrin, methyl bromide, metham sodium)
§ Sanitasi gudang
(fumigant, larutan tembaga sulfat)
§ Pengendalian vektor
patogen (insektisida, nematisida)
FUNGISIDA
§ Fungisida adalah
bahan kimia yang dapat membunuh fungi/cendawan
§ Berdasarkan cara
bekerjanya, digolongkan menjadi: (1) fungsida protektan: melindungi tanaman
atau permukaan tanaman dari infeksi patogen; (2) fungisida eradikan:
mengeradikasi / memberantas patogen yang sudah ada atau sudah menginfeksi
tanaman; dan (3) fungisida sistemik → senyawa baru bersifat fungisidal setelah
diserap dan ditranslokasikan dalam sistem sirkulasi tanaman
Jenis bahan
kimia fungisida
§ Senyawa
Anorganik. Senyawa anorganik yang banyak
digunakan untuk bahan dasar fungisida, antara lain: tembaga (Cu), belerang (S), karbonat dan
fosfat. Umumnya senyawa-senyawa tersebut
mempunyai spektrum yang luas (mampu mengendalikan banyak macam penyakit)
§ Senyawa
Organik. Senyawa-senyawa organik
(alamiah / hasil sintesa) pada saat ini memegang peranan penting untuk pengendalian
penyakit-penyakit utama tanaman.
Beberapa senyawa: senyawa belerang organik (dithiocarbamate),
senyawa aromatis, senyawa heterosiklik, merupakan bahan baku fungisida
berspektrum luas yang banyak digunakan petani
Contoh
fungisida anorganik
§ Tembaga (Cu) →
fungisida pertama yang dikembangkan secara komersial dan paling banyak
digunakan hingga saat ini. Contoh: bubur bordo / BB: campuran tembaga sulfat dan
kapur tohor → efektif untuk mengendalikan penyakit oleh fungi dan bakteri
§ Belerang (S) → merupakan
unsur tertua yang diketahui bersifat fungisidal. Sebagai debu, tepung terbasahkan (WP), pasta,
atau larutan → penyakit embun tepung (powdery mildew), karat, hawar
daun, dan busuk buah
Contoh
fungisida organik
§ Belerang organik
(dithiokarbamat): thiram, ferbam, nabam, maneb, zineb, dan mancozeb ð fungisida
serbaguna, mempunyai spektrum yang luas dan efektif terhadap penyakit-penyakit
daun dan buah
§ Senyawa aromatis: Pentachloronitrobenzene
(PCNB, Terrachlor) efektif terhadap patogen-patogen tanaman yang hidup di dalam
tanah. Chlorotalonil (Bravo) merupakan fungisida berspektrum luas dan
efektif terhadap beberapa penyakit bercak daun, hawar, karat, embun bulu (downy
mildew), antraknosa, dan busuk buah
§ Senyawa
heterosiklik: Captan ð berspektrum luas dan efektif untuk pengendalian
bercak daun, hawar, dan busuk buah, perlakuan benih tanaman sayuran, rumput
padang golf, dll.
§ Quinone: chloranil
dan dichlone merupakan senyawa yang secara alami dapat diproduksi
tanaman melalui proses oksidasi senyawa-senyawa fenol
§ Fungisida
Sistemik: diserap melalui akar atau
daun dan ditranslokasikan ke seluruh tubuh tanaman melalui pembuluh xylem.
Contoh: metalaxyl (Ridomil) adalah senyawa sistemik terbaik untuk
mengendalikan fungi dari kelas Oomycetes (Pythium, Phytophthora, downy
mildew). Benomyl (Benlate), yang sangat efektif terhadap sejumlah
besar patogen
§ Antibiotika: senyawa yang diproduksi oleh suatu organisme
dan bersifat toksik terhadap mikroorganisme lainnya. Antibiotika yang paling
penting dalam pengendalian penyakit tanaman: streptomycin dan tetracycline ð mempunyai spektrum
yang luas
Cara
penggunaan fungisida
§ Penyemprotan dan
penghembusan daun. Penyemprotan
dilakukan dengan menggunakan alat sprayer.
Fungsisida umumnya diformulasikan dalam bentuk tepung (WP, SC, WSC) atau
butiran (WDG) dan dilarutkan ke dalam air sebelum disemprotkan. Untuk penghembusan, fungisida diformulasikan
dalam bentuk tepung (D) dan dilakukan dengan duster
§ Perlakuan benih /
bahan perbanyakan tanaman. Perlakuan
untuk membunuh patogen yang terbawa benih / bahan tanaman atau untuk melindungi
bibit dari patogen-patogen yang ada di lapang.
§ Perlakuan
tanah. Perlakuan untuk menekan jumlah
inokulum patogen tumbuhan penghuni tanah (nematoda, fungi, bakteri). Cara yang banyak dilakukan: fumigasi,
pembasahan tanah, penaburan (broadcast), pencampuran, melalui air
irigasi, dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar