Minggu, 07 April 2013

Penyakit Tanaman Tahunan (k) I



TANAMAN TAHUNAN (perennial plant)
n  Webster’s dictionary → tanaman yang hidup selama 3 tahun atau lebih, biasanya berbunga dan berbuah setiap tahun
n  Oxford dictionary → tanaman yang hidup lebih dari 2 tahun
n  Tanaman tahunan t.d.: tanaman kehutanan, tanaman perkebunan, tanaman hortikultura, peneduh jalan, taman dll.

Tanaman kehutanan
n  Ditanam sebagai bahan baku kertas (pulp) → akasia, pinus, eukaliptus, dll.
n  Ditanam untuk menghasilkan kayu (timber) → jati, meranti, mahoni, dll.
n  Lain-lain: cendana (minyak), kayu putih (minyak), kayu manis (kulit batang), kina (obat-obatan), dll.

Tanaman perkebunan
n  Ditanam untuk menghasilkan buah: kakao, kopi, kelapa, kelapa sawit, vanili, lada, pala dll.
n  Lain-lain: daun (teh, tembakau), getah (karet), bunga (cengkeh), dll.

Tanaman hortikultura
n  Umumnya ditanam untuk menghasilkan buah: jeruk, mangga, manggis, durian, rambutan, jambu, alpokat, apel, salak dll.
n  Lain-lain: bunga potong (mawar, melati, anggrek), tanaman hias (anturium, krisan), dll.

Tanaman lansekap
n  Ditanam untuk berbagai keperluan: rumput olahraga (lapangan golf, lapangan sepak bola, taman, dll.), pelindung jalan (angsana, asam, dll.) → estetika (keindahan)

Tanaman kehutanan
n  Bahan baku kertas (pulp wood) → 10 – 50 tahun
n  Kayu (timber) → 30 – 100 tahun
n  Investasi jangka panjang, gangguan terhadap keberhasilan investasi harus sudah diperhitungkan sangat cermat sebelum usaha dimulai

Kerugian akibat kebakaran hutan
n  Kebakaran hutan selama 1997/1998, mencapai luas 11,7 juta hektar
n  Kerugian total ditaksir mencapai 1,62 – 2,70 milyar dolar Amerika Serikat
n  Kerugian akibat asap dan polusi ditaksir 674 – 799 juta dolar Amerika Serikat
n  Lain-lain: flora dan fauna lain, kesehatan masyarakat, rasa tidak nyaman, dll. (tidak dapat dihitung)





PENYAKIT-PENYAKIT BENIH DAN PEMBIBITAN

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

1. PENYEDIAAN BENIH
Syarat pohon induk (Delidura):
-        Pertumbuhan vegetatif lambat
-        Produksi tinggi
-        Persentase buah per tandan 60 – 70%
-        Kadar minyak dalam daging buah ± 60%, per tandan 27%
-        Bentuk pohon baik, sudut pelepah tidak sempit
-        Tumbuh subur dan bebas gangguan OPT

Syarat pohon bapak (Pisifera):
-        Daya gabung sifat genetis baik
-        Kadar minyak dalam daging buah > 24%
-        Tumbuh subur dan bebas gangguan OPT

Penyerbukan buatan (assisted pollination)> Tenera

2. PERKECAMBAHAN BENIH
n  Perkecambahan kering: pengupasan, perendaman dalam air (5 hari), kering angin (1 hari), pengecambahan (80 hari), penunasan (15 – 20 hari)
n  Diperlukan waktu 100 – 120 hari

3.a. PEMBIBITAN (prenursery)
n  Dederan (prenursery), tunas → bibit berdaun 4 – 5 helai
n  Dalam polybag 12 x 23 cm, berisi 1,5 – 2,0 kg tanah
n  Diperlukan waktu 3 – 4 bulan

3.b. PEMBIBITAN (nursery)
n  Polybag 40 cm x 50 cm atau 45 cm x 60 cm, tebal 0,11 mm, berisi tanah 15 – 30 kg
n  Jarak tanam 100 cm x 100 cm x 100 cm (segitiga sama sisi)
n  Bibit siap ditanam ke lapangan / lahan setelah berumur 10 – 14 bulan

4. PEMELIHARAAN
n  Diperlukan agar bibit sehat dan subur → ditanam pada umur dan waktu tanam yang tepat
n  Tindakan pemeliharaan: penyiraman, penyiangan, pengawasan dan seleksi, pemupukan, dll.
n  Pengawasan dan seleksi: pengamatan dan pengendalian OPT, sanitasi, penjarangan (thinning out), dll.

5. PENANAMAN
n  Persiapan lahan → bekas hutan, bekas perkebunan karet atau lainnya (konversi), bekas kelapa sawit (replanting, peremajaan setiap 25 tahun)???
n  Pengajiran / memancang → merancang jarak tanam yang tepat, misalnya  9 m x 9 m x 9 m (segitiga sama sisi) → populasi tanaman ± 143 pohon / hektar
n  Pembuatan lubang tanam (50 cm x 40 cm x 40 cm) secara manual
n  Waktu yang diperlukan ???,  tergantung kondisi medan, dana, peralatan pendukung, tenaga kerja, kondisi cuaca, dll.
n  Menanam bibit → cara yang tepat, pemberian pupuk dasar, awal musim penghujan
n  Pemeliharaan → penyulaman, penanaman tanaman penutup tanah (LCC / legume creeping cover: Centrosema pubescens Calopogonium mucunoides, Pueraria phaseoloides), membentuk piringan (r = 1-2 m dari pohon), pemupukan, pemangkasan daun, dll.

6. PEMANGKASAN
n  Pemangkasan pasir (umur 16 – 20 bulan) → daun-daun kering, buah pertama, dengan dodos (linggis bermata lebar dan tajam)
n  Pemangkasan produksi (umur 20 – 28 bulan) → persiapan pelaksanaan panen
n  Pemangkasan pemeliharaan → jumlah daun per batang 28 – 54 helai

Contoh penyakit kelapa sawit
n  OPT 2 → penyakit blas (Pythium splendes dan Rhizoctonia lamellifera), antraknosa bibit, penyakit daun
n  OPT 3 → penyakit benih Schizophyllum / jamur grigit (Schizophyllum commune Fr.)
n  OPT 4 → akar (putih, merah, coklat), busuk pangkal batang, hawar / bercak daun

Catatan penting
n  Tenggang waktu yang relatif lama antara waktu tanam sampai panen
n  Perhitungan yang cermat → kegagalan pada salah satu mata rantai akan mempengaruhi seluruh proses produksi
n  OPT menjadi ancaman serius sepanjang proses produksi. Manajemen OPT yang cermat akan mengurangi biaya dan resiko kegagalan berproduksi
n  Variasi terjadi pada komoditas tanaman tahunan lain: metode penyediaan benih, pembibitan, penanaman, perawatan dll.

PENYAKIT BENIH (pregermination diseases)
n  Patogen-patogen di tempat penyimpanan (storage pathogens): Aspergillus, Penicillium, dll.
n  Mampu beradaptasi terhadap kelembaban udara yang relatif rendah
n  Patogen-patogen di lapang (field  pathogens): Aspergillus, Penicillium, Alternaria, Cephalosporium, Chaetomium, Cladosporium, Gliocladium, Aureobasidium, Trichoderma, dll.

ilustrasi: penyakit benih kelapa sawit
n  Penyakit benih Schizophyllum, menyerang kecambah di perkecambahan atau dalam pengangkutan
n  Disebabkan cendawan Schizophyllum commune Fr., cendawan saprofit yang biasa berkembang pada jaringan berkayu (jawa: jamur grigit)
n  Indikator penanganan biji kurang baik (kurang bersih)

PENYAKIT BIBIT

1.      PENYAKIT KECAMBAH (postgermination diseases)
n  Lebih dikenal sebagai penyakit rebah kecambah (damping off)
n  Merupakan penyakit utama di pembibitan bila tidak dikelola dengan baik
n  Penyebab → fungi penghuni tanah: Pythium, Phytophthora, Fusarium, dan Rhizoctonia atau patogen-patogen terbawa benih

Tipe damping off
1.      Benih terinfeksi patogen segera setelah mulai proses berkecambah → gagal berkecambah (tidak muncul di permukaan tanah), dikenal sebagai preemergence damping off
2.      Akar dan batang bibit muda terinfeksi, bibit rebah dan mati setelah muncul di permukaan tanah, dikenal sebagai normal damping off
3.      Infeksi terjadi pada kulit benih dan kotiledon hingga muncul di atas permukaan tanah → kematian bibit, dikenal sebagai top damping off
4.      Infeksi terjadi setelah akar dan batang bibit mulai berkayu, dikenal sebagai late damping off

Faktor-faktor yang berpengaruh
n  Kelengasan tanah (tinggi)
n  Suhu / temperatur (optimum bagi patogen)
n  Cahaya matahari (kualitas dan kuantitas kurang)
n  Komposisi tanah (kurang tepat, kelengasan tinggi)
n  pH tanah
n  Nutrisi / kandungan hara tanah kurang tepat
n  Kerapatan bibit / semai (terlalu tinggi)

2. PENYAKIT BIBIT / TANAMAN MUDA
n  Ada beberapa metode pembibitan (nursery): ditanam langsung pada tanah, tanah steril (bedengan, kantong plastik/polybag), dll.)
n  Kondisi lingkungan: ditanam di lahan / di rumah kaca
n  Prosedur pembibitan: langsung dari kecambah / perlakuan tambahan: penempelan tunas, penyambungan batang atas, dll.
n  Semua jenis patogen: virus, cendawan, bakteri, nematoda, dll. tergantung komoditas
n  Perlu tindakan khusus → jumlah bibit yang berkualitas tinggi (dapat ditanam) tinggi

ilustrasi: penyakit bibit kelapa sawit
n  Penyakit blas (Pythium splendes dan Rhizoctonia lamellifera)
n  Antraknosa bibit (Botryodiplodia, Melanconium, Glomerella) → timbul di pre-nursery (bibit sampai umur 3 bulan)
n  Penyakit daun (Curvularia, Cochliobolus, Drechslera, dan Helminthosporium) → timbul di main nursery (pembibitan utama)

Penyakit blas
n  Disebabkan oleh gabungan 2 cendawan tanah: Pythium splendes dan Rhizoctonia lamellifera
n  Masalah blas meningkat setelah penggunaan kantong plastik (polybag) untuk pembibitan
n  Tanah menjadi cepat kering dan panas bila pengairan tidak mencukupi
n  Bibit muda (3 – 7 bulan, kekurangan unsur hara, dan dipindah pada musim kemarau → lebih rentan terhadap blas





PENYAKIT-PENYAKIT AKAR

PENYAKIT AKAR
§  Akar muda (ujung-ujung akar): diameter kecil, relatif lunak → berfungsi dalam proses penyerapan air dan unsur hara tanaman (feeder roots)
§  Akar dewasa → diameter lebih besar, sudah berkayu sehingga kuat dan keras → berfungsi mendukung tegakan pohon
§  Patogen akar: ada spesialis menginfeksi feeder roots (misalnya nematoda), akar dewasa (umumnya penyakit akar), atau sistim perakaran
§  Patogen akar tanaman tahunan yang dominan → fungi/cendawan dan nematoda

NEMATODA
n  Kata Yunani / Greek: nematos →benang (thread), eidos → menyerupai (likeness)
n  Secara harfiah: nematoda adalah binatang yang bentuk tubuhnya menyerupai benang
§  Jumlahnya sangat melimpah di biosfir bumi (± 500.000 species, 15.000 telah didiskripsi)
n  Dalam 1 m2 tanah yang subur terdapat ± 12 g nematoda (setara 10 – 30 juta ekor)
n  Hidup pada berbagai habitat: air (tawar / laut), tanah, parasit (hewan, manusia, tumbuhan), dll.

Strategi makan nematoda
§  Nematoda memarasit tumbuhan inang dengan berbagai cara: sebagai ektoparasit, semi endoparasit, atau endoparasit
§  Dari ketiga cara tsb., ada yang sebagai parasit menetap (sedenter) atau parasit berpindah (migrator)
§  Parasit berpindah menimbulkan kerusakan bersifat distruktif dan dianggap lebih primitif dari  parasit menetap yang menimbulkan kerusakan bersifat adaptif yaitu terbentuknya  sel transfer makanan nematoda: sel asuh, sinsitium, atau sel raksasa

Cara memarasit tumbuhan
§  Cara memarasit dengan menusukkan stilet dan menyerap cairan makanan dari sel inangnya
§  Cara memarasit: ektoparasit, semi-endoparasit, dan endo-parasit baik yang berpindah-pindah (migrator) atau menetap (sedenter)
§  Parasit berpindah (migrator) baik yang ekto-, semi-, maupun endoparasit tetap berbentuk spt. cacing (vermiform) dan menimbulkan kerusakan tipe distruktif pada sel tumbuhan (sel-sel mati)
§  Parasit menetap (sedenter), baik yang ekto-, semi-, maupun endoparasit tubuhnya membengkak dan menimbulkan kerusakan tipe adaptif (membentuk sel asuh, sinsitium atau sel raksasa) pada sel tumbuhan

SPREADING DECLINE JERUK (Radopholus similis)
§  Radopholus similis menyerang jeruk dari pembibitan sampai tanaman dewasa (spreading decline)

Nematoda lesio / luka akar kopi (Pratylenchus coffeae)
Pratylenchus coffeae menyerang akar kopi dari pembibitan hingga tanaman dewasa (BP 42), tanaman tahan (BP 308)

Ilustrasi penyakit akar pinus (Heterobasidium annosum)

PENYAKIT AKAR (KARET)
No.
Nama penyakit
Patogen
1
Akar putih
Rigidoporus lignosus (Klotzch) Imazeki
2
Akar merah
Ganoderma philippii (Bres. et P. Henn.) Bres.
3
Akar coklat
Phellinus noxius (Corner) G.H. Cunn.
4
Akar hitam
Xylaria thwaitesii Cke.
5
Akar berbau
Sphaerostilbe repens B. et Br.
6
Leher akar
Ustulina deusta (Hoffm. ex Fr.) Lind
7
Busuk Helicobasidium
Helicobasidium compactum Boedijn

Penyakit akar putih (Rigidoporus lignosus)
§  Merupakan penyakit akar yang paling merugikan pada budidaya karet (terutama di pembibitan dan kebun karet muda: 2 – 5 tahun)
§  Gejala pada tajuk: daun kusam,kurang mengkilat, menguning, dan akhirnya rontok
§  Gejala pada akar: permukaan akar kasar, rhizomorf putih di permukaan, sporokarp pada leher akar
§  Penularan terutama melalui kontak antara tanaman sakit dengan yang sehat: rhizomorf dapat menjalar bebas di dalam tanah hingga 180 cm dari ujung akar sakit
§  Cendawan polifag: dilaporkan menyerang lebih dari 30 jenis tanaman (perkebunan, hortikultura, kehutanan, termasuk LCC)
§  Menyukai tanah berpori dan bereaksi netral (pH 6 – 7)


TEH
No.
Nama penyakit
Patogen
1
Akar putih
Rigidoporus lignosus (Klotzch) Imazeki
2
Akar merah
Ganoderma philippii (Bres. et P. Henn.) Bres.
3
Akar merah bata
Poria hypolateritia Berk.
4
Akar coklat
Phellinus noxius (Corner) G.H. Cunn.
5
Akar hitam
Rosellinia arcuata Petch dan R. bunodes (B. et Br.) Sacc.
6
Penyakit akar Diplodia
Botryodiplodia theobromae Pat.
7
Akar berbau
Sphaerostilbe repens B. et Br.
8
Leher akar
Ustulina deusta (Hoffm. ex Fr.) Lind
9
Busuk Helicobasidium
Helicobasidium compactum Boedijn
10
Penyakit semai Rhizoctonia
Rhizoctonia bataticola (Taub.) Butl.

Penyakit akar merah (Ganoderma philippii )
§  merupakan penyakit akar yang paling merugikan pada teh, terutama kebun-kebun teh yang relatif rendah
§  Tanaman sakit daunnya menguning, layu, rontok, dan akhirnya tanaman mati. penyakit menyebar ke segala arah dengan kecepatan hampir sama → rumpang luas, bundar dan bersih
Akar mengalami busuk basah, kayu menjadi lunak dan bila ditekan mengeluarkan air. Permukaan akar terdapat benang-benang berwarna merah (rizomorf) yang di beberapa tempat meluas membentuk selaput, permukaan halus dan tidak mengikat partikel tanah. Sporokarp dibentuk pada pangkal batang yang sakit lanjut
§  Penularan terutama melalui kontak antara akar tanaman sakit dengan tanaman sehat
§  Cendawan polifag, banyak tanaman inang termasuk beberapa tanaman pelindung (sengon, glirisidia, dadap, lamtoro, dll.)
§  Menyukai tanah berat (latosol) dengan kisaran netral (pH 6 – 7), ketinggian kurang dari 900 m d.p.l.

penyakit akar merah (Ganoderma philippii)

KONSEP PIRAMIDA PENYAKIT TUMBUHAN
n  Konsep piramida penyakit (disease tetrahedron) menerangkan proses terjadinya penyakit pada populasi tanaman
n  Manusia menjadi salah satu faktor dominan terjadinya epidemi karena dapat mengatur faktor-faktor yang lain (tanaman inang, patogen dan lingkungan
n  Semakin tinggi piramida (waktu semakin panjang) maka jumlah tanaman sakit (volume piramida) akan semakin besar

epidemik penyakit akar ???
§  Jumlah inokulum awal (kemampuan patogen dorman tinggi, polifag (bertahan pada tanaman inang lain), efisiensi infeksi tinggi)→ sangat berpengaruh terjadi / tidak epidemik
§  Faktor lingkungan (tanah) yang paling berpengaruh: jenis dan pH tanah, elevasi / ketinggian tempat dan iklim/cuaca
§  Tingkat ketahanan tanaman → sangat berpengaruh terjadi / tidak epidemik
§  Kultur teknis (pemilihan dan persiapan lahan, sanitasi, pemupukan, jarak tanam dll) yang baik → mencegah / mengurangi terjadinya epidemik

Manajemen penyakit akar
n  Terutama diarahkan pada upaya-upaya pencegahan penyakit: (1) penghindaran (eksklusi) melalui pemilihan lahan bebas patogen, (2) eradikasi sumber infeksi melalui cara fisik,biologi, maupun kimia, dan (3) kultur teknis melalui sanitasi lahan, pemupukan, pembuatan selokan isolasi, dll.
n  Varietas tahan diarahkan untuk patogen akar yang tidak polifag, misalnya nematoda parasit tertentu misalnya melalui penggunaan batang bawah yg tahan
n   Kemoterapi tanaman sakit dapat dilakukan bila didukung sistim pengamatan dini yang memadai




PENYAKIT BATANG DAN RANTING

JAMUR UPAS Upasia salmonicolor
Jamur upas (pink disease)
§  Penyakit penting pada tanaman tahunan
§  Disebabkan oleh cendawan Upasia salmonicolor (B. et Br.) Tjokr. atau Corticium salmonicolor (B. et Br.)
§  Dapat menginfeksi lebih dari 141 jenis tumbuhan, dalam 104 marga (perkebunan, buah-buahan, kehutanan, dll.)
§  Infeksi mulai dari pangkal cabang atau bagian bawah cabang (bagian yang lebih lembab)

perkembangan jamur upas
Stadium
Nama stadium
Perkembangan penyakit
1
Rumah laba-laba
Cendawan membentuk miselium tipis seperti perak atau sutera
2
Bongkol semu
Terjadi gumpalan-gumpalan hifa di depan sel lenti
3
Teleomorf (kortisium)
Membentuk kerak berwarna merah jambu (spt warna ikan salmon), terbentuk basidium dan basidiospora
4
Bongkol
Pada sisi atas cabang (tempat infeksi) terbentuk bongkol
5
Anamorf (nekator)
Bongkol berkembang menjadi sporodokium berwarna merah bata, membentuk konidium

faktor-faktor yang berpengaruh
         Faktor yang paling berpengaruh adalah kelembaban udara yang tinggi
         Curah hujan tinggi, karena spora yang lengket terutama tersebar melalui percikan air
         Faktor yang berkontribusi:  jarak tanam terlalu rapat, kebun terletak di lembah, di dekat rawa atau persawahan, dll.

KANKER BATANG
Gejala pada batang yang terjadi karena matinya kulit batang sehingga terjadi luka terbuka, yang biasanya dikelilingi oleh jaringan kalus

penggolongan kanker
Diffuse cancer → tidak ada pembentukan kalus, kanker terus menyebar
Target shaped cancer → ada pembentukan kalus, kanker punya bentuk dan ukuran tertentu

bentuk lain kanker batang: mouldy rot (karet), busuk kulit batang

Pendarahan /stem bleeding kelapa (Ceratocystis paradoxa)

GANGGUAN LAIN PADA BATANG
Puru / gall batang (Agrobacterium tumefaciens)
Busuk kayu (wood decay)
MATI PUCUK (DIE BACK)
-        Kematian ranting yang dimulai dari ujung, meluas ke pangkal (die back), sering juga disebut mati ujung
Benalu (mistletoe)
Tali putri (dodder)

CONTOH KASUS PENYAKIT BATANG TANAMAN TAHUNAN

PENYAKIT BATANG KARET
No.
Nama penyakit
Patogen
1
Mouldyrot
Ceratocystis fimbriata Ell. et Hals.
2
Kanker garis
Phytophthora palmivora  (Butl.) Butl.
3
Kanker bercak
Phytophthora palmivora  (Butl.) Butl. dan Pythium vexans de Bary
4
Kulit dalam coklat
Gangguan fisiologi
5
Nekrosis kulit
Fusarium sp.
6
Jamur  upas
Upasia salmonicolor (B. et Br.) Tjokr.

PENYAKIT BATANG KAKAO
No.
Nama penyakit
Patogen
1
Vascular streak dieback / VSD
Oncobasidium theobromae  Talbot et Keane.
2
Kanker batang
Phytophthora palmivora  (Butl.) Butl.
3
Jamur  upas
Upasia salmonicolor (B. et Br.) Tjokr.
4
Tunas bengkak
Cocoa Swollen Shoot Virus
5
Sapu (Witches Broom)
Crinipellis perniciosa (Stahel) Singer
6
Jamur rumah laba-laba
Marasmius scandens  Mass.
7
Layu Ceratocystis
Ceratocystis fimbriata Ell. et Hals.
8
Busuk Botryodiplodia
Botryodiplodia theobromae Pat.

PENYAKIT BATANG KOPI
No.
Nama penyakit
Patogen
1
Jamur  upas
Upasia salmonicolor (B. et Br.) Tjokr.
2
Kanker batang
Ascospora coffeae von Faber
3
Kanker belah
Armillaria sp.
4
Jamur Gardenia
Corticium gardeniae Zimm.
5
Mati pucuk
Rhizoctonia sp.
6
Jamur Helicobasidium
Helicobasidium compactum Boedijn
7
Jamur Koleroga
Koleroga noxia Donk

Phytophthora palmivora
         Cendawan kosmopolit dan polifag → dapat menginfeksi 138 jenis tumbuhan
         Faktor yang berpengaruh kelembaban udara tinggi: iklim, topografi, jarak tanam, lebar tajuk, dll.
         Luka pada kulit batang: misal karet (sistim sadap: kedalaman, tinggi bidang sadapan dari permukaan tanah), binatang, anging, petir, dll.

Catatan penting tentang penyakit batang dan ranting
         Patogen mempunyai kisaran tanaman inang yang luas
         Faktor cuaca dan cara kultur teknis → kelembaban udara tinggi, sangat berpengaruh terhadap terjadinya epidemi penyakit
         Luka pada batang: kultur teknis, serangga dan binatang lain, iklim/cuaca → meningkatkan terjadinya epidemi penyakit

CONTOH KASUS DI LUAR NEGERI
1.      PENYAKIT CINCIN MERAH KELAPA DAN KELAPA SAWIT

Penyakit cincin merah
§  Disebabkan oleh nematoda Radinaphelenchus cocophilus dan the African palm weevil (Rynchoporus palmarum)
§  Tanaman inang kelapa (Cocos nucifera) dan kelapa sawit (Elaeis guinensis)
§  Kumbang tertular larva nematoda sebelum metamorfosis dan membawa nematoda dalam tubuhnya hingga dewasa.  Nematoda akan ditularkan ke pangkal daun atau luka pada tanaman ketika meletakkan telur.
§  Tanaman rentan dapat mati beberapa bulan setelah infeksi. 
§  Gejala penyakit: buah gugur prematur, bunga berwarna putih dan nekrosis, daun-daun muda menguning, berubah keperakan, dan mati.

Penyakit Penting kelapa sawit yang belum ada di INDONESIA
§  Red Ring Nematode
(Nematoda Cincin Merah) Bursaphelenchus cocophilus (Cobb) Baujard
(Nematoda: Secernentea: Tylenchida: Aphelenchina: Aphelenchoidea: Bursaphelechina) sebelumnya  Rhadinaphelenchus cocophilus
§  Lethal Yellowing Fitoplasma
§  Layu Fusarium (F. oxysporum f.sp elaeides)

Penyebaran Red Ring Rot
§  Red ring nematode ditemukan di area kelapa sawit   Central America, South America danbanyak pulau di Caribbean, terutama Barbados, Belize, Brazil, Colombia, Costa Rica, Ecuador, El Salvador, French Guiana, Grenada, Guyana, Honduras, Mexico, Nicaragua, Panama, Peru, San Blas Islands, St. Vincent, Surinam, Tobago, Trinidad and Venezuela.
§  Pada beberapa area, terutama dari Mexico menyebar ke South America dan dibagian bawah Antilles,
§  Red ring nematoda belum pernah dilaporkan ada di daratan Amerika, Hawaii, Puerto Rico atau Virgin Islands (pada 2000).
§  R. palmarum ditemukan di Central dan Amerika Selatan dan Timur,serta beberapa India Barat ke Kuba
§   B. cocophilus disebarkan dengan vektor primer :
                R. palmarum.

Red Ring disease Bursaphelenchus cocophilus (nematoda)
Daun muda menguning dan keperakan diikuti kematian yang cepat Penguningan daun biasanya di mulai dari ujung pelepah berlanjut pada rachis danterus ke dasar  petiole.  Penampang melintang batang terinfeksimenunjukkan lingkaran cincin berwarna merah kecolatan dengan lebar 2-6 cm danterjadi 2-6 cm di dalam stem

Lethal Yellowing disease fitoplasma
Daun mengecil berwarna kuning.
Sangat mematikan.
Buah-buah kecil gugur.
Berbeda dengan strain fitoplasma penyebab lethal yellowing pada fitoplasma.

Fusarium wilt (F oxysporum f.sp. elaeides) 
         Layu Fusarium  pada kelapa sawit Fusarium oxysporum fsp.elaeidis.
         Daun mengecil            
         Petiol/pelepah daun mengalami nekrosis dan mengering di satu sisi
         Pada petiol daun nampak bercak garis. Berwarna coklat kemerahan yang mengakibatkan kematian /kering  daun sebagian atau satu sisi saja karena serangan Fusarium

penyakit dutch elm disease
         Menimbulkan epidemi di Belanda dan daratan Eropa
         Penyebab fungi Ceratocystis dan kumbang Scolytus
         Introduksi ke Amerika Serikat (USA) bersama importasi log pohon elm yang mati dari Belanda → membawa fungi patogen dan kumbang Scolytus strain Eropa
         Bekerjasama dengan Scolytus strain lokal → penyakit lebih ganas dan menyebar secara ekstensif mematikan seluruh pohon elm di pantai Timur USA dan Canada




PENYAKIT-PENYAKIT DAUN DAN BUAH

Kerugian langsung (penyakit buah)
busuk buah anggur
antraknosa kopi
kudis jeruk

Kerugian langsung (daun)
tembakau
pucuk teh

kerugian tidak langsung (daun)
antraknosa
embun tepung
kudis
bercak daun

penyakit buah (kakao)
No.
Nama penyakit
Patogen
1
Busuk buah
Phytophthora palmivora  (Butl.) Butl.
2
Penyakit antraknosa
Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Sacc.
3
Moniliasis
Moniliophthora / Monilia roreri Cif. et Parodi

Busuk buah / pod rot (Phytophthora palmivora)
         Penyakit terpenting kakao, kerugian 26% - 50%
         Timbul pada berbagai umur buah, mulai ujung buah atau dekat tangkai → busuk dan akhirnya berwarna hitam
         Patogen juga masuk ke dalam buah → biji membusuk
         Faktor yang berpengaruh: kelembaban udara, curah hujan, cara bercocok tanam, banyaknya buah, dan varietas tanaman

PENYAKIT DAUN TEH
No.
Nama penyakit
Patogen
1
Cacar teh
Exobasidium vexans  Mass
2
Bercak kelabu
Pestalotiopsis theae (Saw.) Steyaert
3
Bercak coklat
Colletotrichum camelliae Mass
4
Bercak cercospora
Cercospora theae vBdH
5
Penyakit Cercosporella
Cercosporella theae Petch
6
Cacar jala
Exobasidium reticulatum Ito et Sawada
7
Karat merah
Ganggang hijau (Cephaleuros parasiticus Karst, C. virescens Kunze)
8
Penyakit pesemaian
Cylindrocladium ilicicola (Hawley) Boedijn et Reitsma, Glomerella cingulata (Stonem.) Spauld. et Schrenk

CACAR DAUN TEH (Exobasidium vexans  Mass)
         Penyakit paling merugikan pada teh, merusak daun dan ranting-ranting muda
         Masuk ke Indonesia 1949, merubah cara budidaya teh
         Faktor yang berpengaruh: RH tinggi, ketinggian di atas 900 m d.p.l., cahaya matahari, angin, letak lereng, dll.
         Peramalan epidemi penyakit (Huysmans, Homburg, van der Knapp, dll.) → menggunakan faktor cuaca: RH, lamanya penyinaran matahari, dll.

PENYAKIT DAUN KOPI
No.
Nama penyakit
Patogen
1
Karat daun
Hemileia vastatrix  B. et Br.
2
Bercak daun Cercospora
Cercospora coffeicola B. et Cke.
3
Bercak daun
Ascochyta coffeae Henn., Colletotrichum incarnatum B. et Cke., Gloeosporium coffeanum Del., dan Phyllosticta spp.
4
Embun jelaga
Aithaloderma setosum (Zimm.) Boedijn / Chaetothyrium setosum (Zimm.) Hansf.
5
Karat merah
Cephaleuros coffeae Went
6
American leaf spot
Mycena citricolor (B. et Curt.) Sacc.

Karat daun kopi (Hemileia vastatrix B. et Br.)
         Penyakit kopi paling penting di seluruh dunia, merubah bangsa Inggris dari peminum kopi ke the
         1876 terdeteksi di Jawa, menghentikan perkembangan perkebunan kopi di Indonesia terutama kopi arabica (kopi Jawa)
         Sejarah perkebunan kopi Indonesia, kopi arabica – kopi liberia – kopi robusta
         Patogen (H. vastatrix) memiliki 33 ras fisiologi → sulit mengembangkan varietas tahan
         Peraturan karantina internasional pertama di dunia

PENYAKIT DAUN KARET
No.
Nama penyakit
Patogen
1
Embun tepung
Oidium heveae  Stein
2
Penyakit daun Colletotrichum
Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Penz. et Sacc.
C. acutatum Simm.
3
Gugur daun Corynespora
Corynespora cassiicola (Berk. et Curt.) Wei
4
Penyakit daun Phytophthora
Phytophthora palmivora (Butl.) Butl.
P. botryosa Chee
5
Bercak daun Drechslera
Drechslera heveae (Petch) M.B. Ellis
6
Hawar daun Amerika Selatan /SALB
Microcyclus ulei (P. Henn.) von Arx.

Penyakit embun tepung / powdery mildew (Oidium heveae  Stein)
         Penyakit penting karet, menimbulkan kerugian  hingga 20%
         Menginfeksi daun-daun muda yang baru terbentuk menyebabkan gugur daun sekunder (dapat terjadi berulang) → melemahkan tanaman sehingga produksi lateks menurun
         Faktor yang berpengaruh: kelembaban udara tinggi tetapi tidak ada lapisan air pada permukaan daun (sedikit hujan, tidak banyak sinar matahari, suhu agak rendah)

Hawar daun Amerika Selatan / SALB (Microcyclus ulei (P. Henn.) von Arx.)
         Penyebaran masih terbatas di Amerika Selatan dan Tengah, awal terdeteksi pada 1900
         Banyak ras fisiologi → tidak dapat dikendalikan dengan varietas tahan
         Produksi karet sangat menurun, hanya 300 – 400 kg/Ha/tahun → rata-rata produksi karet di Indonesi 1200 – 1500 kg/Ha/tahun
         Menyebabkan gugur daun → tanaman lemah (tajuk titpis, ranting dan cabang mati) → tanaman mati
         Faktor lingkungan yang berpengaruh sama dengan embun tepung → sesuai sepanjang tahun sehingga tanaman tidak punya kesempatan regenerasi

Cendawan penyebab SALB : Deteksi dan Identifikasi
n  Penyebab : Microcylus ulei 
n  Ascomycetes : aseksual dan seksual
n  Menghasilkan tiga tipe spora :
n  Konidia (aseksual)
n   Piknidiospora
n   Askospora (seksual)

NOMENCLATURE
Dothidella ulei (P. Henn.)
Apospheria ulei (P. Henn.)
Fusicladium macrosporium (Kuyper)
Passalora heveae (G. Masee)
Scolecotrichum ulei (Griffon and Maublanc)
Melanosammopsis ulei (Stahel)
Microcyclus ulei (P. Henn.) von Arx

Microcyclus ulei  (Perfect stage/ sexual) : nama yang diterima
Synonyms :
Dothidella ulei (P. Henn.)
Fusicladium macrosporium (Kuyper

Morfologi Konidia
n  satu septa (dua sel) atau tanpa septa (satu sel). Konidia dua sel berbentuk obclavate dengan sel bagian atas yang melebar dan rata di  ujung. Ciri khusus : konidia melintir (twisted conidia)
n  Tidak berwarna (Hyaline) ketika muda dan kemudian menjadi keabu-abuan.
n  Ukuran bervariasi :  23-65 x 5-10 µm (Chee); 23-62 x 5-10 µm (Holliday); 12-30 x 5-8 µm (Langford).

Morfologi Pikniospora
         Berbentuk menyerupai lonceng
          Bagian ujung yang satu lebih besar (12-25 µm) dibanding bagian ujung yang lain (2-5 µm)
          Panjang 6 -10 µm
          Berkecambah tetapi tidak menimbulkan infeksi
         Piknidia berukuran kecil (120-160 µm diameter), tubuh buah berwarna gelap yang terbentuk di permukaan atas daun
         Piknidia menghasilkan pycnosspores

Morfologi Askospora
n  Bersepta dengan bagian yang menyempit di ujung bagian bawah
n  Sel tidak terbagi secara sama
n  Ukuran bervariasi : 12-20 x 2-5 µm (Chee); 10-15 x 3-5 µm (Holliday); 3-5 x 10-15 µm (Langford)
n  Berebentuk elip dan tidak berwarna (Hyaline)
n  Piknidia berkembang lebih lanjut menjadi peritecia yang berukuran tubuh buah lebih besar (200-400 µm diameter) dan berwarna hitam
n  Peritecia (stromata) menghasilkan askospora

Bagian Tanaman Yang Terinfeksi
n  Bagian tanaman berumur muda – daun, batang, bunga, dan buah
n  Daun pada stadia copper brown paling peka terinfeksi
n  Semakin tua daun akan semakin tahan, daun yang sudah tua bersifat imun.

Gejala
n  Tipe gejala tergantung pada umur daun ketika terinfeksi
n  Daun pada umur muda (copper brown leaflets) akan mengalami  kelayuan, mengeriting, dan berwarna kehitaman, daun akhirnya gugur namun tetap menyisakan petiol pada batang untuk beberapa hari
n  Lesio yang mengandung banyak konidia tampak di permukaan bawah daun
n  Lesio yang dipenuhi konidia tersebut akan menimbulkan warna abu-abu gelap hingga coklat kehijauan

DISTRIBUSI SALB
n  Dijumpai di Brazil, Bolivia, Colombia, Peru, Venezuela, Guyana, Surinam, French Guiana, Trinidad & Tobago, Haiti, Panama, Costa Rica, Nicaragua, Salvador, Honduras, Guatemala, Belize and Mexico
n  Asia dan Africa bebas SALB

Arti Ekonomi
n  Menurunkan laju pertumbuhan pohon
n  Memperpanjang masa immature
n  Mengurangi produksi latex sebesar 70%
n  Mematikan tanaman sehingga mengurangi kepadatan tanaman per area
n  Meningkatkan biaya pengendalian : SALB dan Gulma

Contoh Kasus
SURINAM          1911 -  40,000 pohon ditanam
                                         1918 -  Tanaman mengalami kerusakan
PANAMA &       1935 -  Penanaman awal (Good year)
Costarica             1941 - Tanaman mengalami kerusakan
BRASIL                       1927 -  3,200 ha ditanam di Fordlandia
                                         1993 -  Pertanaman ditutup
                                         1936 -  6,478 ha ditanam di Belterra
                                         1943 -  Pertanaman ditutup
                                         1967 -  150,000 ha ditanam (PROBOR)
                                         1986 -  100,000 ha terinfeksi SALB (PROBOR ditutup

Pengaruh Terhadap Pertanaman
n  Mati ujung
n  Kanopi pohon buruk
n  Memicu tumbuhnya gulma

Pengaruh Terhadap Lingkungan
Kontaminasi udara adanya perlakuan fungisida untuk mengendalikan SALB dan Gulma

Epidemiologi (Bio-ekologi, dispersi)

INFEKSI PENYAKIT
Konidia dan askospora yang bertanggung jawab terhadap kejadian infeksi penyakit

Lingkungan Optimum
Suhu :   Konidia berkecambah pada 8 – 36 ºC  
Kelembaban :  lebih dari 18 hari dengan RH 95% selama 10 jam : infeksi semakin parah

Perkecambahan Konidia
n  Konidia berkecambah dalam waktu 2 jam;
n  Hifa menetrasi jaringan secara langsung dengan membentuk apresoria;
n  Pembentukan apresoria dipengaruhi oleh ketahanan tanaman;
Cendawan akan menyebar antar sel

Dispersi Penyakit
n  Angin dan percikan air hujan;
n  Serangga dan binatang lain;
n  Askospora sebagai penginisiasi siklus penyakit, sedangkan konidia bertanggung jawab terhadap dispersi penyakit secara lokal

Pengaruh Curah hujan terhadap Keparahan Penyakit
n  Keparahan Tinggi
n  Curah Hujan Tahuan > 250 cm sepanjang tahun dengan periode kering yang pendek
n  Keparahan Medium
n  Curah Hujan tahunan  > 200- <250 cm sepanjang tahun dengan periode kering yang pendek
n  Keparahan Rendah
n  Curah Hujan tahuan bervariasi dengan sedikitnya 4 bualn kering bercurah hujan < 7 cm per bulan.

PRODUKSI SPORA
n  Bervariasi tergantung dari kondisi cuaca;
n  Suhu optimum adalah 24 ºC;
n  Kelembaban relatif tinggi sangat sesuai untuk produksi spora.

Viabilitas Spora
n  Viabilitas spora tergantung pada kondisi cuaca (kelembaban dan suhu);
n  Spora yang ada di dalam tubuh buah bertahan lebih lama dibanding konidia;
n  Beberapa studi telah dilakukan untuk mempelajari viabilitas spora.
n  LANGFORD (1945)
n  Konidia dan askospora masih mempunyai perkecambahan yang tinggi jika disimpan selama 3 hari pada 27 0C and 70%
n  Dan masih tetap bisa berkecambah setelah disimpan lebih dari 7 hari
n  Konidia yang disemprotkan pada daun muda, kemudian disimpan kering selama 7 hari, masih infektif ketika dilembabkan kembali.
HOLLIDAY (1970)
             -          Penyimpanan pada suhu ruang selama 18 hari, konidia masih berkecambah (10%)
n  Spora disimpan dibawah suhu dingin dan kondisi keringakan bertahan lebih lama;
n  Konidia and ascospora Yang diperoleh dari daun terinfeksi disimpan pada refrigerator masih bisa berkecambah,
n  Ascospora disimpan di dalam desicator bertahan sampai 15 hari;
n  Spora disimpan pada suhu -74 ºC masih dapat hidup.

Kemungkinan masuk, menetap dan menyebar di Negara Asia Tropik Bebas SALB
n  Kondisi iklim yang sesuai
n  Klon peka banyak ditanam
n  Are tanam karet yang saling berdekatan
n  Tanaman karet paling banyak ditanam oleh petani

Kemungkinan  Masuk SALB
n  Tanaman karet yang terinfeksi
n  Kontaminasi Spora pada penumpang, barang bawaan penumpang,  dan komoditi lain yang diimpor

Richard Evan Shultes (rubber botanist, 1997)
            Memprediksi bahwa jika terjadi outbreak SALB di wilayah Asia Tenggara akan menimbulkan kerusakan serius pada industri perkaretan dalam jangka waktu tidak terlalu lam (5 tahun)

Strategi Pengendalian dan Pencegahan

Pengendalian Kimia
n  Penyemprotan fungisida pada daun muda;
n  Penyemprotan diulang setiap minggu hingga daun tua;
n  Bermacam komposisi perlu diubah;
n  Penggunaan traktor yang dipadu dengan blower uap, helikopter, atau pesawat penyemprot bisa diaplikasikan;
n  Mesin Fogging juga digunakan;
n  Peningkatan produksi lateks

Fungisida yang Efektif
n  Dithane M-45    (mancozeb)
n  Benlate             (benomyl)
n  Cercobin M       (thiophanatemethyl)
n  Daconil             (chlorothalonil)
n  Bayleton           (triadimefon)
n  Saprol               (triforine)
n  Bayfidan           (triadimenol)
n  Tilt                     (propiconazole)

Pengendalian Biologi
n  Hansfordia pulvinata (Dicyma pulvinata) adalah cendawan antagonis;
n  Terbukti dapat mengendaliakn pada tingkat rumah kaca dan percobaan di lapangan berskala kecil.

Agen Pengendali Biologi Lain
n  Periconia manihoticola
n  Avirulent strain of M. ulei
n  VA mycorhiza

Pola Bercocok Tanam
n  Escaped areas.
n      Disease escaped areas are areas with  climatic conditions not suitable for serious disease development;
n  Areas with low rainfall and long dry periods;
n  Contoh : Sao Paolo and Matto Grosso;
n  Common oriental clones such as Gt 1, RRIM 600 and PB 260, PB 235 were successfully planted.
n  Klon yang tahan dengan produksi tinggi kurang tersedia;
n  Terjadi pematahan ketahanan klon (ex. Klon IAN 717 dipatahkan oleh adanya ras baru/Ras 2);
n  beberapa klon toleran telah ditanam,
n  Spesies Hevea yang imun seperti H. pauciflora (PA 31) telah digunakan sebagai sumber ketahanan.
n  Sangat penting mengembangkan ketahanan horisontal.
Resistensi yang diperoleh melalui induksi gen dari ras M. ulei  yang incompatible

Pengendalian Terpadu
n  Perpaduan pengendalian menggunakan fungisida dengan agen hayati
n  Perpaduan pengendalian kimia dengan penggunaan klon yang toleran

KARANTINA
1. Peraturan Karantina Tumbuhan
            - Pencegahan SALB : SK Mentan 861/1989
                        Pelarangan impor tanaman atau bagian tanaman   Hevea
                        Untuk keperluan penelitian saja                 
                        Untuk selain Hevea : Karantina antara, Perlakuan, PC, KPM
                        Untuk biji Hevea : Perlakuan, KA, PC, Perlakuan, KPM
            - Perlakuan (selain Hevea, barang bawaan penumpang,dll)
       Lampiran SK Mentan 861/89)
            - SK Mentan 559/1985 : Persyaratan pemasukan materi  perbanyakan tanaman karet, dll.
           
2. Implementasi Peraturan Karantina Tumbuhan
Tindakan Karantina Di Tempat pemasukan
- Kewajiban mengisi formulir Karantina Tumbuhan (???)
Penumpang Udara
n  Mengisi Kartu Karantina pada saat datang
n  Melewati saluran udara (Air tunnel)
n  Perlakuan UV selama 1 jam
n  Perlakuan bagasi dengan deterjen/dettol


MANAJEMEN PENYAKIT


PENGENDALIAN PENYAKIT DAN MANAJEMEN PENYAKIT
  1.   Pengendalian Penyakit
Abad ke-19 à Pengendalian penyakit secara ilmiah> teknologi baru> Modifikasi teknologi lama           
Ø  metode pengendalian untuk berbagai penyakit à prinsip dasar mengurangi xo
Ø  Tahun 1930-1960 ilmu penyakit tumbuhan  meyakini bahwa penyakit tidak hanya dapat dikendalikan tetapi juga bisa dieradikasi

Tingkat kepuasan pengendalian diatasi secara singkat dengan  :
Ø   breakdown ketahanan hipersensitif (pengurangan xo),
Ø  menggunakan pengendalian kimiawi pada banyak pertanaman,
Ø  penggunaan fungisida berbahan logam berat
Ø  pengembangan toleransi cendawan terhadap pengendalian kimiawi yang berbeda

  Laporan para ahli penyakit tumbuhan menjadi sumber pengetahuan untuk melakukan berbagai metode pengendalian yang tersedia, menggunakan pendekatan secara utuh untuk : tanaman, patogen dan lingkungan untuk taktik secara ekonomi dan secara biologi.
   Terdapat berbagai klasifikasi metode pengendalian yang telah digunakan dengan berbagai metode yang bervariasi (Tabel 1 )

Tabel 1.  Metode general pengendalian penyakit dan efek epidemiologisnya,
                yang memberikan pengaruh dominan untuk xo atau r.


Efek Mayor Pada
A.





B




C










Menghindarkan dari patogen
1.   Menggunakan area geografik
2.   Menggunakan palnting site dalam area lokal
3.   Menggunakan tanggal penanaman
4.   Penggunaan stok tanaman yang bebas penyakit
5.   Modifikasi cara bercocok tanam.
Eksklusi patogen
1.  Perlakuan pada benih atau material tanaman
2.  Pengamatan dan sertifikasi
3.  eksklusi atau pencegahan dengan karantina tanaman
4.  Eliminasi vektor serangga
Pemusnahan (eradikasi) patogen
1.  Pengendalian biologis
2.  Rotasi tanaman
3.  Penghilangan dan penghancuran tanaman peka atau bagian berpenyakit pada tanaman
a.  Roguing
b.  eliminasi inang alternatif dan inang gulma
c.  sanitasi
4.  Aplikasi pemanasan dan perlakuan kimiawi pada  persediaan bibit
5.  Perlakuan pada tanah

x0
x0
x0
x0


x0
x0
x0
x0

x0
x0


x0
x0
x0

x0
x0

r
r
r

r




r

r



r








Efek Mayor Pada
D







E







F



Proteksi tanaman
1.     Penyemprotan atau pengabutan dan perlakuan propagul tanaman untuk mencegah infeksi
2.     Pengendalian serangga vektor penyakit
3.     Modifikasi lingkungan
4.     Inokulasi dengan virus lemah untuk memprotek serangan yang lebih virulen (imunisasi)
5.     Modifikasi nutrisi/hara
Pengembangan Inang resisten
1.      Seleksi dan pemuliaan untuk ketahanan
a.     Resistensi vertikal
b.    Resistensi horisontal
c.     Dua dimensi resistensi
d.    Resistensi populasi (multiline)
2.     Resistensi dengan kemoterapi
3.     Resistensi dengan nutrisi
Aplikasi terapi pada penyakit tanaman
1.     Kemoterapi
2.     Perlakuan pemanasan
3.     perawatan

x0




x0



x0

x0





x0
x0



r
r


r



r
r
r
r
r

r


  rangkaian pengendalian tersebut merupakan tindakan umum yang mungkin digunakan untuk menurunkan penyakit :
Ø  penghindaran (avoidance),
Ø  eksklusi atau pencegahan dan
Ø  pemberantasan patogen (eradikasi),
Ø  melindungi inang,
Ø  meningkatkan ketahanan inang
Ø  terapi langsung pada penyakit tanaman yang ada.

Tabel 1 menunjukan indikasi dari semua metode pengendalian penyakit

2.  Konsekuensi epidomologi dari metode pengendalian
  Tujuan dari pengendalian penyakit adalah untuk mencegah kerusakan oleh penyakit agar tidak melampui tingkat dimana keuntungan atau kebutuhan hasil berkurang secara signifikan
  Epidemologi mengatakan kepada kita bahwa metode pengendalian dilakukan hanya untuk dua cara umum:
ü  mengurangi (memperlambat) penyakit pada stadia awal (xo),
ü  atau mengurangi  laju perkembangan penyakit (r) yang terjadi pada periode pertumbuhan.
ü  Mensiasati untuk menekan periode infeksi (t)

¢  Absis    : t, waktu
¢  Ordinat : xt, keparahan penyakit
¢  Entri     : 1,  kurva perkembangan penyakit orisinil
                  2,  sama setelah pengurangan x0 atau xt (Tindakan a dan b) atau penundaan epidemic (tindakan b dan e); kurva 1 dan 2 memiliki nilai r yang sama.
                   3,  perubahan r setelah tindakan f diambil pada action time
                   4,  perubahan r dari awal musim/penanaman dengan tindakan c.
¢  Tindakan (hanya contoh):  a, sanitasi. b,  perubahan waktu penanaman, c, parsial resisten. d, perlakuan dengan fungisida pembasmi, e, perlakuan dengan fungisida pencegahan, f, ketahanan residual pada fase dewasa, atau perlakuan regular dengan fungisida.
¢  grafik tersebut memperlihatkan peningkatan keparahan x pada waktu t. 
v  Beberapa tahap krusial dari x terlihat pada sumbu ordinat dan beberapa titik kritis pada waktu tertentu terlihat pada sumbu absis.
v   Titik  xo dilambangkan sebagai nilai tengah dari tindakan a dan b,
v   xt dilambangkan oleh tindakan analog dari d dan e,
v  r  diatur oleh aksi c dan f.

¢  Pengendalian beberapa penyakit yang berbeda membutuhkan prosedur pengendalian yang berbeda.
¢  Regulasi dari beberapa patosistem, secara spesifik dilihat dari pendekatan sederhana dan penyakit polietik yang dapat efektif dengan menggunakan metode pengurangan xo. 
¢  Untuk penyakit lainnya dibutuhkan lebih dari satu metode pengendalian yang digunakan yaitu pengurangan xo dan penurunan r.
¢  Tradisi ini telah lama digunakan pada ilmu penyakit tumbuhan yang ekuivalen dengan pengendalian terpadu pada ilmu hama yaitu : kombinasi metode budidaya,
§   tindakan dengan peraturan,
§  pemuliaan ketahanan
§  pengendalian secara kimiawi
§  pengendalian secara biologi

3.  Pengendalian Terpadu Dalam Ilmu Penyakit Tumbuhan
¢  Definisi pengendalian terpadu pada sub bab terdahulu mencakup pengendalian pada level kompleksitas yang berbeda. 
¢  Pada level terendah adalah pengendalian terpadu penyakit tunggal.
¢  Masalah pengelolaan patosistem contohnya adalah pengelolaan patosistem penyakit kentang P. infestans  pada lahan tunggal.
¢  Contoh tersebut sederhana tetapi menyesatkan, sebab pada prakteknya tanaman selalu merupakan sebagai subyek dari berbagai hama dan penyakit berbeda pada waktu yang sama
¢  Permasalahan penting muncul dalam pengendalian terpadu, sebagai contoh, ketika fungisida pengaruhnya dapat merugikan terhadap serangga dan tungau yang menguntungkan.  Termasuk hal yang tidak diinginkan sebagai efek samping pestisida

Contoh  1   Permasalahan dalam teknik pengendalian terpadu.  Budidaya pada rumah kaca adalah diantara salah satu yang paling lanjut dari berbagai integrasi metode pengendalian:  perlakuan pemanasan tanah, resistensi, perlakuan kimiawi dan pengendalian biologis. 
¢  Persoalan khas mungkin muncul sebagaimana metode pengendalian lainnya,  tungau red spider pada ketimun dikendalikan dengan predator Phytoseiulus persimilis.    
¢  Benlate menjadi fungisida ideal melawan beberapa penyakit ketimun tetapi dapat menyebabkan sterilnya predator tungau, sehingga membinasakan pengendali biologis.
¢  level kompeksitas ketiga yaitu pengelolaan penyakit (dan hama) pada tanaman tunggal, dimana beberapa tanaman mungkin tumbuh dalam satu atau lebih lahan.

4.  Level Kompleksitas Pertama:  Satu Lahan-satu Patosistem
¢  Pada level ini dicontohkan pada tanaman kentang yang terserang late blight. 
¢  Penyakit klasik ini aktifitasnya musiman berasal dari spora yang dihasilkan pada kentang musim sebelumnya.
¢  Umbi yang tidak mudah rusak, atau umbi berpenyakit terpisah dari umbi yang dimakan (A4 dalam tabel).  Onggokan yang tersisih ini sebagai sumber inokulum pertama. 
¢  Bagian umbi yang tidak rusak lainnya yang berpenyakit dibuang dari penyimpanan atau rumah sebagai sumber kedua. 
¢  Beberapa kentang lain yang tertinggal di lahan saat panen sebagai sumber ketiga, dan umbi terinfeksi dan potongan bibit sebagai sumber keempat. 
Untuk menghindari sumber inokulum tersebut, lahan dirotasi (C2); seleksi, umbi yang tidak berpenyakit digunakan sebagai benih (B2); dan semua umbi secara hati-hati diambil untuk dibuang dari lahan pada saat panen dan dimusnahkan atau didesinfeksi semua tumpukan dan sampah/serasah tersisa (C3).  Setiap metode tersebut mengurangi x0 secara efektif.
¢  Meskipun demikian, hanya mengandalkan metode tersebut tidaklah cukup. 
¢  Spora dapat terbawa angin dari daerah kentang lainnya, petani yang menggunakan teknik di atas masih dapat  berharap inokulum muncul dari tempat di luar kendali mereka. 
¢  Secara teoritis, dengan menjaga daun pertanaman ditutupi dengan bahan kimiawi pelindung dari kemunculan patogen seterusnya, x0 dapat dijaga pada kondisi sangat rendah ataupun nol. 
¢  Pada prakteknya hal ini tidak ekonomis, dan budidaya kentang lanjut hadir pada dua alternative : Inang resisten (E1) dan program penyemprotan khusus (D1, F1). 
¢  Vertikal resisten (E1a) hanya efektif jika patogen berada pada area yang tidak mempunyai ras dengan gen virulen untuk gen ketahanan inang, akan menyebabkan reaksi hipersensitif, mengurang x0.
¢  Jika terdapat ras virulen dan periode cuaca memungkinkan untuk cendawan tumbuh, penyakit dapat berkembang.
¢   Perkembangan rata-rata, r, level penyakit meningkat, dan kehilangan yang diderita mungkin dapat dikurangi lebih baik dengan horisontal resisten (E1b).
¢  Jika horisontal resisten hilang atau tidak cukup, petani harus menyemprot (D1, F1). 
¢  Untuk mengurangi biaya, petani jangan memulai menyemprot sebelum penyakit diobservasi, atau sampai ada data spesifik  bahwa secara histori diketahui waktu biasanya penyakit terlihat; atau sampai mereka disarankan untuk melakukannya oleh penyuluh menggunakan teknik peramalan. 
¢  Dalam banyak kasus, kimiawi sering digunakan, apakah mereka mencegah infeksi atau menghambat sporulasi, tindakan rata-rata untuk mengurangi. 
¢  Untuk melakukan pencegahan tanaman setelah pemanenan, petani sekarang harus mengurangi inisiasi inokulum pada tahun berikutnya (x0), mengeluarkan semua umbi berpenyakit dari persediaan benih dan lahan, dan memusnahkan semua umbi terinfeksi. 
¢  Teknik lain yang kadang-kadang digunakan yaitu mematikan kentang secara kimia, memperlambat dalam musim setelah pembentukan umbi lengkap, mencegah infeksi umbi oleh inokulum dari daun berpenyakit.
¢  Jelaslah bahwa, program pengelolaan penyakit lengkap untuk satu patosistem dalam satu lahan yaitu mengkombinasikan berbagai teknik pengendalian baik berupa pengurangan x0 atau menurunkan r.

5.  Level Kompleksitas Kedua :  Satu Pertanaman-berbagai Patosistem.
¢  Sistem pengendalian penyakit yang dideskripsikan pada bagain terdahulu penggunaannya hanya merupakan beberapa dari sekian banyak teknik.
¢  Dilaporkan bahwa kentang dapat diinfeksi kurang lebih 18 virus, 46 penyakit oleh cendawan, 6 penyakit oleh bakteri, 5 penyakit oleh nematoda dan lebih dari 40 penyakit nonparasitik.
¢   Untungnya tidak terjadi terdapat keseluruhannya pada satu daerah, ataupun tidak, ketika terjadi, keparahannya selalu menjadi perhatian yang khusus. 
¢  Meskipun demikian, tingkat kompleksitas pengendalian penyakit muncul pada pertanaman ini cukup untuk menjustifkasi ide bahwa menghidari penyakit dan pengendalian merupakan tindakan utama dari manajemen.
¢  Produksi benih bebas penyakit membutuhkan teknik khusus dan harus digunakan untuk mengurangi x0, termasuk untuk penyakit oleh virus.
¢  Jika secara sungguh-sungguh sertifikasi benih bebas penyakit digunakan, dan hal ini tidak selalu memungkinkan, benih terbaik tersedia mungkin selalu membutuhkan perlakuan pada pertumbuhan termasuk penggunaan kimiawi pada potongan bibit dan desinfeksi pada pisau  untuk mencegah penyebaran bakteri ring rot pada potongan bibit. 
¢  Meskipun yakin bahwa bibit telah bebas penyakit, petani kini harus berhadapan dengan organisme tanah yang telah menunggu untuk menyerang bibit dan tanamn baru. 
¢  Melawan hal tersebut, petani menggunakan rangkaian teknik, semua rotasi pengurangan x0, perlakuan benih, perlakuan pada tanah (terkadang dengan kimiawi berbeda untuk organisme berbeda), dan teknik budidaya, termasuk penentuan tanggal penanaman untuk lebih membantu perkembangan pertumbuhan mendahului menghindari perkecambahan Rhizoctonia.
¢  Prosedur pengendalian penyakit dikerjakan pada seleksi benih, pemeliharaan, dan penanaman tidak hanya menolong dalam menghasilkan pertahanan yang baik tetapi juga mencegah dari kekurang hati-hatian introduksi patogen tular tanah ke dalam lapisan tanah yang tidak terinfeksi, dimana akan memunculkan masalah dikemudian hari. 
¢  Di antara teknik budidaya, termasuk petani harus memberikan fertilizer, mikronutrien dan serasah tanah untuk menyediakan pertumbuhan dan hasil yang baik dan menghindari kelebihan nutrisi.
¢  Sekali tanaman muda muncul, mereka akan  tetap hampir bebas penyakit selama periode tertentu, disediakan semua kemungkinan metode mengurangi x0 yang dapat diambil.  Secara realistis, kasus  ini jarang, beberapa inokulum hadir, dan iRc akan melibihi 1 untuk beberapa patogen.
¢  Penyakit akan meningkat.  Jika kondisi lingkungan inang secara periodik mendukung, penyakit dapat secara tiba-tiba muncul pada level merusak untuk satu atau lebih penyakit. 
¢  Ditambah perlakuan permanen dari inokulum cendawan yang baru dan vektor yang viruliferous sebaiknya dibutuhkan mengendalikan serangga perusak, dan petani memiliki rangkaian tugas pengelolaan untuk hal tersebut.
¢  Tidak hanya mesti mengurangi r, tetapi ketika memungkinkan penyemprotan anticendawan diaplikasikan, secara ekonomis harus dibuat dengan mengkombinasi fungisida dan insektisida melawan lebih dari satu cendawan dan serangga.
¢    Pengelolaan yang baik menghendaki bahwa jumlah bahan semprot yang digunakan, dosis, jumlah total aplikasi per musim sebaiknya sekecil mungkin
¢  Mengusahakan tanaman untuk dipanen tidak menghentikan resposibilitas pengendalian penyakit oleh petani. 
¢  Petani harus melatih perhatian pada pemanenan, pemeliharaan, dan transportasi produk untuk meminimalkan pelukaan yang dapat menyediakan tempat infeksi untuk organisme pembusuk pada penyimpanan.
¢   Temperatur penyimpanan harus diutamakan diatur untuk menyiapkan terbentuknya umbi dari pelukaan,  jadi bahwa efektivitas inokulum E dan menyebabkan x0 dikurangi dan setelah periode ini, diatur kembali, sebagimana secara lingkungan mengurangi r dari organisme pembusuk pada penyimpanan.
¢  Lahan harus dibersihkan dari umbi dan daun terinfeksi, dimusnahkan dengan pembajakan atau perlakuan kimiawi. 
¢  Penyiapan lahan yang akan digunakan pada tahun berikutnya dalam rotasi harus sebelum dilakukan.  Sebagai tambahan, umbi berpenyakit dikeluarkan sebelum penyimpanan atau penjualan harus dilakukan dihilangkan dan atau dihancurkan (pengendalian x0)
¢  Kebersihan merupakan pekerjaan intensif.  Sekarang, pekerjaan manusia telah digantikan oleh energi kimiawi; pada agrikultur intensif, perlakuan kimia menggantikan perhatian personal secara detail.
¢   Meskipun perubahan ini dapat mengurangi petani dari beban berat, hal itu tidak selalu menguntungkan. 
¢  Ketika pertanian Belanda dimekanisasi, penyakit black scurf pada kentang (Rhizoctonia solani) meningkat

6.  Level Lebih Tinggi Pertama Dari Kompleksitas Manajemen : One Farm.
¢  Perencanaan pertanian yang kuat dan praktis terspesialisasi dan pertanian intensif memiliki tingkat kompleksitas pengendalian yang tinggi. 
¢  Pada pertanian dengan lebih dari satu tanaman, setiap masalah penyakit dan hama berbeda, petani/manajer harus dapat mengintegrasikan semua ke dalam sistem pengelolaan tanaman. 
¢  Dalam satu musim, tanaman dapat dipengaruhi oleh setiap hal positif ataupun negatif
¢  Contoh praktek yang buruk menumbuhkan tanaman sugar beet untuk memperoleh benih pada tahun kedua dalam perkiraan untuk suatu pertanaman produksi gula tahun pertama, sebab penyebaran aphis dari virus kuning dari pembentukan ke berikutnya akan menyebabkan kehilangan produksi.
¢  Praktek yang baik menumbuhkan kultivar tanaman berbeda pada lahan berbeda (intraspesifik diantara diversifikasi lahan), terutama ketika kultivar tersebut memiliki gen resisten vertikal berbeda, patut untuk meningkatkan  resiko kehilangan hasil yang serius.
¢  Contoh  2:   Cross-infeksi diantara tanaman.  Pada tahun 1920 produksi jagung Amerika serikat didesak diutara dalam musim semi pada area barley Minnesota.  Ascospora Gibberella berasal dari debris jagung diinisiasi Fusarium (bentuk aseksual) terjadi epidemi pada barley dan mengancam industri malting barley.
¢  Apa yang terjadi pada pertanaman tiga tahun kemudian mungkin relevan dengan keadaan sekarang, sebagai contoh, pada outbreak penyakit tular tanah dengan unit penyebaran yang daya hdupnya lama.  
¢  Apa yang terjadi sekarang dapat mempengaruhi tanaman pada tahun berikutnya; contoh infeksi terpisah pada bahan perbanyakan atau infestasi berbeda pada tanah dengan benih gulma berdaya hidup lama. 

7.   Level Lebih Tinggi Kedua Dari Kompleksitas Pengelolaan
¢  Pelayanan penyuluhan daerah, korporat farming yang besar, dan kelompok petani daerah memiliki kapabilitas lebih baik untuk pengelolaan penyakit. 
¢  Mereka dapat menintegrasi semua sistem pengendalian hama dan penyakit untuk banyak pertanaman dan banyak tanaman, dimana setiap hal tersebut dapat memilki penyakit penting, hama, tanah, mikroklimat, topografi, dan lain-lain.
¢  Kapabilitas lebih baik terdiri dari beberapa hal berikut :
§  Investasi dalam pengembangan sistem pengendalian
§  Investasi dalam peralatan yang superior
§  Penyewaan tenaga spesialis untuk mengoptimalkan pengendalian
§  Tindakan dengan peraturan
¢  Unit area yang lebih besar, berupa corporat farm, estate, state, atau negara, memudahkan untuk mengeluarkan tindakan dengan peraturan. 
¢  Peraturan yang terbaik yang diketahui adalah tindakan karantina tanaman, pengekangan atau larangan membawa atau memindahkan tanaman atau perlengkapan yang diduga sebagai pembawa penyakit. 
¢  Hal tersebut seringkali dipaksakan dengan hukum dan dikendalikan atau dilaksanakan oleh petugas khusus.


MANAJEMEN / PENGELOLAAN PENYAKIT TUMBUHAN
§  Manajemen penyakit umumnya diarahkan terhadap populasi tanaman daripada sebagai individu.
§  Metode pengendalian bervariasi dari penyakit satu ke penyakit lain tergantung: macam patogen, tanaman inang, tipe epidemi penyakit, dll..
§  Hampir semua metode pengendalian ditujukan untuk melindungi tanaman supaya tidak sakit.
§  Apapun metode / kombinasi metode pengendalian yang dipilih harus memenuhi prinsip dasar manajemen penyakit tumbuhan: efektif, fisibel, dan ramah lingkungan.
§  Metode pengendalian dapat dikelompokkan sebagai: peraturan / regulasi, cara bercocok tanam / kultur teknis, biologi, dan fisik dan kimia.

PENCEGAHAN PENYAKIT

LEGISLASI
§  Legislasi merupakan peraturan-peraturan internasional, regional, maupun nasional yang bertujuan untuk membatasi penyebaran suatu penyakit / patogen
§  Mencegah terjadinya kontak / pertemuan antara patogen dengan tanaman inangnya (eksklusi)
§  Eksklusi patogen t. d. : eksklusi patogen antar negara dan eksklusi patogen di dalam suatu negara

Eksklusi patogen antar negara / karantina internasional & regional
§  Embargo tanaman atau produk pertanian tertentu
§  Inspeksi atau sertifikasi bahan tanaman di negara asal
§  Inspeksi dan perlakuan bahan tanaman di pintu masuk suatu negara (pelabuhan, bandar udara, dll.)
§  Karantina pasca masuk
§  Introduksi tanaman secara terkendali (pembatasan jumlah inport)
§  Fasilitas karantina perantara (di Florida, Inggris) untuk mencegah penyakit SALB karet

Contoh patogen yang masuk dalam OPTK A1 (jangan sampai masuk ke wilayah Indonesia)
         Cincin merah / red ring merupakan penyakit utama pada kelapa dan kelapa sawit
         Disebabkan oleh nematoda Radinaphelenchus cocophilus dan disebarkan oleh kumbang kelapa (vektor)
         Masih terbatas penyebarannya di wilayah Karibia
Eksklusi patogen di dalam suatu negara / karantina domestik
§  Sertifikasi tanaman
§  Pelarangan / pengaturan transportasi tanaman atau buah tertentu antar propinsi
§  Evasi atau penghindaran patogen
§  Penggunaan bahan tanaman bebas patogen (benih, setek, bibit, dll.)
§  Pemberantasan patogen yang terbawa bahan perbanyakan tanaman. Cara fisik perlakuan panas, uap panas, penjemuran, pendinginan dll.) dan dengan pestisida (fumigan, fungisida, bakterisida, nematisida, dll.)

OPTK A2 (CVPD jeruk)
         Citrus vein phloem degeneration (CVPD) merupakan penyakit terpenting pada jeruk Siem / keprok di Jawa dan Sumatra
         Disebabakan oleh mycoplasm-like organism atau bacteria-like organism
         Ditularkan dari tanaman sakit ke tanaman sehat oleh Diaphorina citri
         Dicegah supaya tidak tersebar ke pulau-pulau lain di luar Jawa dan Sumatra

ERADIKASI
§  Tindakan eradikasi (pemberantasan) ditujukan untuk menghilangkan patogen yang ada di lahan pertanian atau bahan perbanyakan tanaman (benih, bibit, setek, dll.)
§  Eradikasi patogen dapat dilakukan dengan perlakuan fisik, bahan kimia (pestisida), dan cara kultur teknis / bercocok tanam
§  Dapat mengurangi jumlah inokulum awal patogen dan menekan penularan patogen di pertanaman

Perlakuan panas
§  Patogen tumbuhan dapat dimatikan dengan perlakuan suhu (panas / dingin)
§  Kisaran suhu untuk tiap jenis patogen berbeda, misalnya: suhu 50oC dapat membunuh nematoda dan fungi rendah, 60 – 70oC (sebagian besar fungi dan bakteri), dst.
§  Contoh perlakuan panas: bibit jeruk terserang Radopholus similis (gambar A,B) ð direndam dalam air suhu 42oC selama 3 jam

Kultur teknis untuk menekan jumlah inokulum awal patogen
§  Persiapan dan pemilihan bahan perbanyakan tanaman (varietas tahan, perlakuan benih / bahan perbanyakan tanaman)
§  Membinasakan sisa-sisa tanaman sakit / sanitasi: membakar, memangkas,dll.
§  Pembersihan gulma dan tanaman volentir (inang perantara / inang alternatif, tempat bertahan patogen)
§  Menciptakan kondisi yang tidak cocok untuk patogen

Kultur teknis untuk menekan pemencaran patogen
§  Cara penebaran benih dan panen
§  Pengolahan tanah yang baik (pembalikan tanah, pembajakan dalam, dll.)
§  Cara irigasi dan penggenangan
§  Penjarangan dan sanitasi penyelamatan
§  Pemupukan

KETAHANAN TANAMAN / RESISTENSI
§  Ketahanan tanaman ada yang monogenik (diatur oleh 1 gen), oligogenik (2-3 gen) dan poligenik (banyak gen)
§  Gen ketahanan ada yang disebut gen mayor, yaitu yang mempunyai pengaruh / ekspresi pada fenotipe yang kuat dan gen minor (mempunyai pengaruh kecil)
§  Ketahanan vertikal (kualitatif) ð diatur oleh 1 - 3 gen mayor dan tahan secara mutlak terhadap ras patogen tertentu
§  Ketahanan horizontal (kuantitatif) ð diatur oleh banyak gen minor dan tahan secara parsial terhadap semua varian (ras) patogen yang ada

Penggunaan varietas tahan
§  Penanaman varietas tahan (resisten)  ð cara yang paling mudah, aman, murah, dan efektif untuk pengendalian penyakit tanaman
§  Proteksi silang ð inokulasi strain lemah patogen tertentu (virus) dapat melindungi tanaman dari strain ganas patogen yang bersangkutan.  Mekanisme tersebut seperti immunisasi pada manusia, walaupun pembentukan antibody pada tanaman belum diketahui
§  Induced resistance ð  tanaman yang tidak mempunyai gen ketahanan tetapi bila diperlakukan dengan patogen atau senyawa kimia tertentu selanjutnya menjadi lebih tahan terhadap patogen.  Contoh: inokulasi strain lemah TMV tertentu pada tembakau dapat membuat tanaman tidak hanya tahan terhadap strain ganas TMV, tetapi juga terhadap virus-virus lain, Pseudomonas tabaci, dan Phytophthora nicotianae.

METODE FISIK DALAM MANAJEMEN PENYAKIT TUMBUHAN

Metode fisik yang banyak digunakan
§  Perlakuan suhu (tinggi atau rendah)
§  Perlakuan udara kering
§  Modifikasi panjang gelombang cahaya yang tidak sesuai untuk patogen
§  Penggunaan beberapa tipe radiasi

Sterilisasi tanah
§  Sterilisasi tanah dengan panas (uap panas, air panas)
§  Perlakuan ð media tumbuh di rumah kaca atau pembibitan
§  Suhu tidak boleh terlalu tinggi dan perlakuan terlalu lama ð membunuh mikroflora tanah yang bermanfaat dan timbul senyawa-senyawa toksik (ammonia, garam Mangaan)
§  Kisaran suhu dan macam patogen yang dapat terbunuh disajikan pada gambar A

Contoh perlakuan fisik
§  Perlakuan panas bahan perbanyakan tanaman. Bibit jeruk terinfeksi Radopholus similis dapat dimatikan dengan perendaman pada air hangat (42oC) selama 3 jam
§  Perlakuan udara panas organ penyimpanan makanan (ubi, biji-bijian).  Perlakuan udara panas selama waktu tertentu dapat menghilangkan kelembaban / air dan dapat membantu penyembuhan luka-luka yang timbul pada permukaan organ.  Contoh: penyimpanan ubi jalar pada 28 – 32oC selama 2 minggu dapat mencegah infeksi bakteri busuk lunak dan fungi Rhizopus.
§  Menghilangkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu.  Contoh: fungi Alternaria, Botrytis, dan Stemphylium tidak akan membentuk spora bila tidak menerima cahaya ultraviolet (panjang gelombang < 360 nm).  Pelapisan rumah kaca dengan film vinyl penyerap cahaya ultraviolet dapat melindungi tanaman infeksi patogen
§  Pengeringan biji-bijian dan buah-buahan yang akan disimpan.  Contoh: biji-bijian dikeringkan hingga kelembabannya sekitar 12% sebelum disimpan. Beberapa produk pertanian dipasarkan dalam bentuk awetan kering: mangga, apel, peach, nangka, dll.
§  Pendinginan.  Pendinginan (sedikit di atas titik beku) produk-produk pertanian  (buah segar) dapat menghambat perkembangan penyakit-penyakit pascapanen 
§  Radiasi.  Walaupun dilaporkan aman dan efektif untuk pengendalikan penyakit, belum ada produk pertanian komersial yang diperlakukan dengan radiasi elektromagnetik (cahaya ultraviolet, sinar X, sinar γ) atau radiasi partikel (partikel α dan partikel β)


METODE KIMIA DALAM MANAJEMEN PENYAKIT TUMBUHAN

PESTISIDA
§  Pestisida (fungisida, bakterisida, nematisida, insektisida, dll.) ð melindungi permukaan tanaman dari infeksi patogen atau untuk membasmi (eradikasi) patogen yang sudah terlanjur menginfeksi
§  Beberapa pestisida juga digunakan untuk mengurangi inokulum patogen sebelum mencapai tanaman, misalnya melalui perlakuan tanah (PCNB, metalaxyl, diazoben, dll.)
§  Fumigasi tanah atau bahan tanaman (chloropicrin, methyl bromide, metham sodium)
§  Sanitasi gudang (fumigant, larutan tembaga sulfat)
§  Pengendalian vektor patogen (insektisida, nematisida)

FUNGISIDA
§  Fungisida adalah bahan kimia yang dapat membunuh fungi/cendawan
§  Berdasarkan cara bekerjanya, digolongkan menjadi: (1) fungsida protektan: melindungi tanaman atau permukaan tanaman dari infeksi patogen; (2) fungisida eradikan: mengeradikasi / memberantas patogen yang sudah ada atau sudah menginfeksi tanaman; dan (3) fungisida sistemik → senyawa baru bersifat fungisidal setelah diserap dan ditranslokasikan dalam sistem sirkulasi tanaman

Jenis bahan kimia fungisida
§  Senyawa Anorganik.  Senyawa anorganik yang banyak digunakan untuk bahan dasar fungisida, antara lain:  tembaga (Cu), belerang (S), karbonat dan fosfat.  Umumnya senyawa-senyawa tersebut mempunyai spektrum yang luas (mampu mengendalikan banyak macam penyakit)
§  Senyawa Organik.  Senyawa-senyawa organik (alamiah / hasil sintesa) pada saat ini memegang peranan penting untuk pengendalian penyakit-penyakit utama tanaman.  Beberapa senyawa: senyawa belerang organik (dithiocarbamate), senyawa aromatis, senyawa heterosiklik, merupakan bahan baku fungisida berspektrum luas yang banyak digunakan petani

Contoh fungisida anorganik
§  Tembaga (Cu) → fungisida pertama yang dikembangkan secara komersial dan paling banyak digunakan hingga saat ini.  Contoh:  bubur bordo / BB: campuran tembaga sulfat dan kapur tohor → efektif untuk mengendalikan penyakit oleh fungi dan bakteri
§  Belerang (S) → merupakan unsur tertua yang diketahui bersifat fungisidal.  Sebagai debu, tepung terbasahkan (WP), pasta, atau larutan → penyakit embun tepung (powdery mildew), karat, hawar daun, dan busuk buah

Contoh fungisida organik
§  Belerang organik (dithiokarbamat): thiram, ferbam, nabam, maneb, zineb, dan mancozeb ð fungisida serbaguna, mempunyai spektrum yang luas dan efektif terhadap penyakit-penyakit daun dan buah
§  Senyawa aromatis: Pentachloronitrobenzene (PCNB, Terrachlor) efektif terhadap patogen-patogen tanaman yang hidup di dalam tanah. Chlorotalonil (Bravo) merupakan fungisida berspektrum luas dan efektif terhadap beberapa penyakit bercak daun, hawar, karat, embun bulu (downy mildew), antraknosa, dan busuk buah
§  Senyawa heterosiklik: Captan ð berspektrum luas dan efektif untuk pengendalian bercak daun, hawar, dan busuk buah, perlakuan benih tanaman sayuran, rumput padang golf, dll.
§  Quinone: chloranil dan dichlone merupakan senyawa yang secara alami dapat diproduksi tanaman melalui proses oksidasi senyawa-senyawa fenol
§  Fungisida Sistemik:   diserap melalui akar atau daun dan ditranslokasikan ke seluruh tubuh tanaman melalui pembuluh xylem. Contoh: metalaxyl (Ridomil) adalah senyawa sistemik terbaik untuk mengendalikan fungi dari kelas Oomycetes (Pythium, Phytophthora, downy mildew). Benomyl (Benlate), yang sangat efektif terhadap sejumlah besar patogen
§  Antibiotika:  senyawa yang diproduksi oleh suatu organisme dan bersifat toksik terhadap mikroorganisme lainnya. Antibiotika yang paling penting dalam pengendalian penyakit tanaman: streptomycin dan tetracycline ð mempunyai spektrum yang luas

Cara penggunaan fungisida
§  Penyemprotan dan penghembusan daun.  Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan alat sprayer.  Fungsisida umumnya diformulasikan dalam bentuk tepung (WP, SC, WSC) atau butiran (WDG) dan dilarutkan ke dalam air sebelum disemprotkan.  Untuk penghembusan, fungisida diformulasikan dalam bentuk tepung (D) dan dilakukan dengan duster
§  Perlakuan benih / bahan perbanyakan tanaman.  Perlakuan untuk membunuh patogen yang terbawa benih / bahan tanaman atau untuk melindungi bibit dari patogen-patogen yang ada di lapang. 
§  Perlakuan tanah.  Perlakuan untuk menekan jumlah inokulum patogen tumbuhan penghuni tanah (nematoda, fungi, bakteri).  Cara yang banyak dilakukan: fumigasi, pembasahan tanah, penaburan (broadcast), pencampuran, melalui air irigasi, dll.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar