Minggu, 07 April 2013

Penyakit Tanaman Tahunan (p)




CENGKEH
Penyakit – Penyakit Penting Pada Tanaman Cengkeh
1. Bercak Daun Ganggang /Karat Merah

Disebabkan oleh ganggang hijau Cephaleuros virescens, umumnya berkembang pada musim hujan dan tidak menimbulkan kerugian yang besar. Gejalanya berupa bercak merah berdiameter 1-2 mm, bercak berbentuk bulat atau membulat dan berwarna cokelat tua dengan tepi merah yang jelas, bagian tengahnya terbentuk sporangiofor dan sporadium, koloni ganggang masuk dalam jaringan daun.
2. Embun Jelaga

Penyebab penyakit ini adalah jamur Capnodium sp. dan Limacinula samoensis. Jamur tersebut hidup pada kotoran serangga Coccus viridis Green (kutu daun) yang menempel pada daun. Serangga dapat disebarkan oleh semut dari daun satu ke daun yang lain. Gejala serangannya pada permukaan daun tampak lapisan berwarna abu-abu kehitaman. Pada serangan berat, lapisan hitam akan menutup permukaan daun, tangkai daun dan ranting. Akibat serangan penyakit ini tanaman menjadi sulit berfotosintesis.
3. Penyakit Cacar Daun Cengkeh (CDC)

Penyakit ini terdapat hampir di semua sentra produksi cengkeh di Indonesia. Penyakit CDC dikategorikan sebagai penyakit utama di samping penyakit BPKC. Penyakit CDC dapat menyerang tanaman cengkeh mulai dari pembibitan sampai tanaman produksi. Berikut ini beberapa jenis penyakit yang sering menyerang tanaman cengkeh dewasa. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Phyllostica syzygii. Cara penularan penyakit CDC adalah melalui angin dan air hujan atau melalui bibit. Gejala yang di timbulkan adalah pada permukaan atas daun timbul bercak-bercak yang menggelembung seperti cacar. Gejala tersebut akan lebih jelas terlihat pada daun yang masih muda. Pada bercak-bercak tersebut kadang-kadang terdapat bintil-bintil hitam kecil. Selain pada daun, gejala penyakit gugur akibat serangan CDC kadang-kadang terlihat juga pada buah. Daun-daun yang terkena penyakit CDC secara bertahap akan gugur.
4. Penyakit Bakteri Pembuluh Kayu Cengkeh (BPKC)

Penyakit BPKC merupakan salah satu penyakit yang paling merusak tanaman cengkeh karena dapat menyebabkan kehilangan hasil mencapai 10-15%. Penyebabnya adalah bakteri Pseudomonas syzigii. Penularan penyakit BPKC dari pohon sakit ke pohon sehat melalui vektor berupa serangga Hindola fulfa (di Sumatera) dan H. striata (di Jawa). Pola penyebaran penyakit ini umumnya mengikuti arah angin. Penularan penyakit ini dapat pula melalui alat-alat pertanian seperti golok, gergaji, sabit yang digunakan untuk memotong pohon sakit.
5. Penyakit mati bujang ( bakteri Xylemlimited bacterium)

Bagian yang terserang adalah perakaran serta ranting-ranting muda. Gejalanya berupa matinya ranting pada ujung-ujung tanaman. Gugurnya daun diikuti dnegan matinya ranting secara bersamaan (Muttaqin, 2010).

Bioekologi, Strategi dan Rekomedasi Pengendalian Penyakit
Secara umum cara pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan menjaga lingkungan tumbuh tanaman yang optimal.
Selain itu, strategi pengendalian pada perkebunan cengkeh ini tidak memerlukan strategi yang terlalu berlebihan, hal ini dikarenakan penyakit yang terdapat ditanaman cengkeh ini belum menyebabkan terjadinya penurunan jumlah produksi. Stategi yang dapat dilakukan yaitu hanya dengan merawat tanaman untuk mencegah adanya vektor pembawa penyakit dan supaya penyakit yang sudah ada ditanaman tidak bisa berkembang secara luas.
Tanaman muda merupakan tanaman yang sangat rentan terhadap hama dan penyakit, oleh karena itu dari umur tanaman masih muda, tanaman harus dirawat dan dijaga sebaik mungkin. Daun yang terkena penyakit warnanya akan berubah sedikit demi sedikit menjadi coklat dengan pinggiran berwarna merah.
Pengendalian teknis yang dapat dilakukan untuk menanggulangi penyakit karat merah ini yaitu dengan memangkas tanaman pelindung dan bagian tanaman yang sudah mati, membersihkan kebun dari gulma, daun, dan ranting yang dapat menjadi sumber inokulum, serta membakarnya (eradikasi). Sedangkan untuk penanganan secara kimia dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida.
Perkebunan tanaman cengkeh yang terletak di daerah Kampung Pasiripis, Bogor merupakan perkebunan yang bebas terhadap penggunaan bahan kimia. Sehingga pengendalian yang dilakukan di lapangan hanya berupa pemeliharaan teknis, sanitasi, pengaturan jarak tanam, dan pemangkasan. Sehingga menurut Pak Asep selama ini tidak pernah terjadi peledakan hama maupun kejadian penyakit yang menimbulkan kerugian yang sangat besar.
Adapun rekomendasi pengelolaan penyakit tanaman cengkeh secara khusus untuk beberapa penyakit lain yang penting, yaitu:
1. Penyakit Bakteri Pembuluh Kayu Cengkeh (BPKC)

Apabila gejala serangan penyakit BPKC ditandai dengan gugurnya daun di bagian pucuk pohon, maka pangkal batang atau akar segera diinfus dengan antibiotika oksitetrasiklin (OTC) sebanyak 6 gr/100 ml air. Jarum infus yang digunakan berdiameter 1 mm. Penginfusan dilakukan setiap 3-4 bulan sekali. Pengendalian dapat dipadukan dengan melakukan penyemprotan insektisida dengan sasaran serangga vector penular penyakit BPKC menggunakan insektisida Matador 25 EC, Akodan 35 EC, Curacron 500 EC dan Dads 2,5 EC dengan interval 6 minggu sekali sampai serangga vektor tidak ada lagi. Pohon-pohon yang terserang berat sebaiknya ditebang dan dibakar.
2. Penyakit Cacar Daun Cengkeh (CDC)

Pengendalian penyakit CDC dilakukan secara kimiawi melalui penyemprotan fungisida dengan interval 7-10 hari sekali, sedangkan untuk pencegahan dapat dilakukan 10-14 hen sekali. Beberapa jenis fungisida yang dapat digunakan antara lain Delsen MX- 200 0,2%, Maneb Brestan 0,3%, Difolatan 0,2% dll. Di samping penyemprotan fungisida, sanitasi kebun perlu mendapat perhatian. Daun, ranting, dan biji dari tanaman sakit yang jatuh ke tanah sebaiknya dikumpulkan dan dibakar. Pohon-pohon yang terserang berat sebaiknya ditebang dan dibakar.
3. Embun Jelaga

Lapisan hitam pada permukaan daun dapat dihilangkan dengan penyemprotan larutan kapur sirih 1-2%. Untuk mengendalikan kutu daun dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida (Muttaqin, 2010).


DURIAN
Penyakit pada Durian
Penyakit merupakan suatu proses fisiologis pada tumbuhan yang bersifat abnormal dan merugikan yang disebabkan faktor biotik. Umumnya gangguan penyakit terjadi secara berkelanjutan. Serangan penyakit ditunjukkan dengan aktivitas sel atau jaringan yang abnormal sehingga menyebabkan penurunan produksi dan kualitas durian yang dihasilkan.
Penyakit yang menyerang tanaman durian disebabkan oleh cendawan. Perlindungan tanaman terhadap penyakit dapat dilakukan dengan memilih varietas tanaman yang resiten terhadap penyakit, menanam tanaman yang disukai oleh penyakit untuk mengalihkan serangan, menggunakan pestisida dan membuat kondisi lingkungan yang tidak disukai oleh patogen penyakit. Beberapa penyakit yang menyerang tanaman durian adalah :
Kanker Batang dan Mati Pucuk. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Phytophthora palmivora dan merupakan penyakit utama yang paling ditakuti oleh petani durian karena dapat menyebabkan kematian tanaman hingga 50%. Tanaman yang terinfeksi ditandai dengan adanya luka di kulit batang bagian bawah dekat tanah. Luka tersebut mengeluarkan lendir berwarna merah, batang tanaman membusuk, kayunya terbuka dan warna merah kecoklatan dengan bintik merah atau ungu apabila serangan sudah parah. Setelah batang tanaman busuk, pucuk-pucuk tanaman akan mengering, daun layu, kemudian rontok dan akhirnya tanaman mati. Cendawan ini biasanya menyerang tanaman yang digunakan untuk batang bawah.
Busuk Akar. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Pythium vexans dan Fusarium sp. menyerang tanaman yang masih berupa bibit maupun tanaman dewasa. Serangan ditandai dengan bercak nekrotik yang dimulai pada ujung akar lateral, jika akar dibelah di bagian korteks akan tampak warna coklat dan dibagian yang berkayu akan tampak warna merah muda dengan bercak coklat .
Bercak Daun. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Colletotrichum durionis. Gejala penyakit ini ditandai dengan timbulnya bercak-bercak besar kering pada daun tanaman yang akhirnya menjadi lubang. Serangan ini dapat menyebabkan terganggunya fotosintesis tanaman.
Jamur Upas. Penyakit ini sering disebut dengan penyakit pink disease. Gejala yang ditimbulkan oleh serangan penyakit jamur upas dalah berupa keluarnya cairan berwarna kuning dari bagian batang yang terserang. Cairan ini diselimuti dengan benang-benang jamur dengan warna mengkilap berbentuk seperti sarang laba-laba. Benang-benang tersebut akan berubah warna menjadi merah muda atau pink apabila pada kelembaban tinggi. Serangan cendawan ini dapat menyebabkan kematian cabang.
Jamur Akar Putih. Penyakit ini disebabkan oleh serangan cendawan Rigodoporus lignosus dan Basidiomycetes dari genus Polyporaceae. Akibat dari serangan cendawan ini daun menjadi kuning, kemudian coklat, mengkerut dan akhitnya gugur. Busuk Buah. Penyakit busuk buah disebabkan oleh cendawan Phytophthora palmivora. Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan adanya bercak-bercak kebasahan berwarna coklat kehitaman di kulit buah. Setelah beberapa lama buah akan kebasahan dan bagian yang diserang membentuk miselium dan spongaria berwarna putih.
Untuk menghasilkan produk durian yang optimal, sejak awal penanaman perlu dilakukan upaya perlindungan terhadap tanaman. Upaya ini dilakukan dengan pengendalian OPT ( Organisme Pengganggu Tanaman), seperti hama, patogen, dan gulma. Efektivitas pada pengendalian OPT bisa dilakukan pendekatan memadukan satu atau lebih teknik pengendalian yang dikembangkan dalam satu kesatuan.

Bioekologi, Strategi, dan Rekomendasi Pengendalian
Pengendalian penyakit bercak daun Colletotrichum durionis dilakukan dengan memotong bagian tanaman yang terserang atau dapat menyemprotkan fungisida yang berbahan aktif tembaga seperti Dhitane M-45 sesuai dengan dosis yang tertera di kemasan. Cendawan ini berkembang dengan baik pada daerah pertanaman dengan kelengasan yang relatif tinggi.
Pengendalian penyakit kanker batang Phytophthora palmivora dilakukan dengan menjaga sanitasi kebun, memperlebar jarak tanaman, menekan gulma, memangkas tanaman juga dengan menyemprotkan fungisida pada tanaman atau dengan mengoleskannya pada batang yang sudah luka dan kemudian menutupnya dengan parafin. Cendawan ini sangat menyukai lingkungan biotik dengan kelengasan yang tinggi terutama di sekitar batang bawah dan piringan yang dipenuhi oleh gulma. Sedangkan pengendalian penyakit Phytophthora palmivora yang mengakibatkan busuk buah dilakukan dengan menyemprotkan fungisida dibarengi dengan insektisida untuk membunuh serangga dan siput yang menjadi vektor cendawan. Buah yang telah terinfeksi segera dibuang dan dimusnahkan.


JAMBU BIJI

Penyakit-Penyakit Tanaman Jambu Biji
No
Penyakit
Patogen
Bagian yang Diinfeksi
Tingkat Kerusakan
1.
Busuk
Phytophthora capsici
Buah
Sedang
2.
Antraknosa
Colletotrichum gloeosporioides
Buah
Sedang
3.
Bercak
Pestalotiopsis psidii
Daun
Sedang
4.
Bercak
Calonectria spp.
Daun
Ringan
5.
Bercak
Cercospora psidii
Daun
Ringan
5.
Embun jelaga
Capnodium mangiferae
Daun
Ringan
6.
Kerak putih
Cortisium salmonicolor
Batang
Sedang

Penyakit Tanaman Jambu Biji yang Teramati di Lapangan
Penyakit pertanaman jambu biji yang ditemui di lapangan terdiri dari lima penyakit. Empat penyakit disebabkan oleh cendawan dan satu penyakit disebabkan oleh alga. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh cendawan adalah bercak/hawar daun yang disebabkan oleh Pestalotiopsis psidii, embun jelaga oleh Capnodium mangiferae (Jaiganesh 2013), jamur upas oleh cendawan Corticium salmonicolor (Naqvi 2004), dan busuk buah oleh Colletotrichum gloeosporioides (Trubus Info Kit 2011). Penyakit yang disebabkan oleh alga adalah Cephaleuros vieccons.
Tabel 2. Hasil pengamatan penyakit jambu biji

No
Penyakit
Patogen

1
Karat merah
Cephaleuros vieccons

2.
Bercak daun
Pestalotiopsis psidii

3.
Busuk buah
Colletotrichum gloeosporioides

4.
Embun jelaga
Capnodium mangiferae

5.
Jamur upas
Corticium salmonicolor


Rekomendasi pengendalian penyakit tanaman jambu biji
No
Penyakit
Mekanis
Kultur Teknis
1.
Karat Merah
Menyikat bagian terinfeksi dengan Bubur California (BKP Pangkal Pinang 2005)
Perbaikan drainase, penyiraman, dan pemupukan berimbang
2.
Bercak daun
Eradikasi bagian tanaman terinfeksi
Pemangkasan tajuk tanaman
3.
Antraknosa
Eradikasi bagian tanaman terinfeksi
Pembersihan gulma, penggunaan mulsa, sanitasi lahan
4.
Embun jelaga
Penyemprotan daun campuran belerang dan abu gosok
Pemangkasan tajuk tanaman.
5.
Jamur upas
Eradikasi tanaman terinfeksi, perbaikan sirkulasi udara
Pengaturan jarak tanam, pemupukan berimbang, dan pengamatan secara teratur

Bioekologi, Strategi, dan Rekomendasi Pengelolaan Penyakit
Ada beberapa cara pengendalian yang dapat meminimalisir perkembangan dari patogen yang dapat menyerang tanaman jambu biji, diantaranya : menanam dengan jarak tanam agak lebar (7x7m), memangkas pohon yang sangat rimbun, memberikan pupuk kimia yang lebih variatif kandungannya (SP-36, NPK, dll.), pencangkokan tidak terlalu banyak dalam 1 pohon (5-7 sambungan), sanitasi lahan, aerasi lahan yang baik, dan penggunaan pestisida sesuai rekomendasi.
Pada jarak tanam yang relatif renggang, perebutan hara antar spesies tanaman jambu biji menjadi lebih diminimalisir, hal ini akan memacu perkembangan tanaman jambu biji menjadi lebih baik dan relatif tahan terhadap serangan patogen. Selain itu jarak tanam yang relatif renggang akan membuat suasana iklim mikro di area pertanaman menjadi relatif kurang disukai oleh patogen dikarenakan kelembabannya menjadi rendah. Penggunaan pestisida adalah cara pengendalian penyakit alternatif yang terakhir untuk mengendalikan penyakit jambu biji, namun keberadaannya sangat diminati dan diharapkan oleh para praktisi lapangan/petani jambu biji dikarenakan cara pengaplikasiannya dilapangan relatif lebih mudah dibandingkan cara pengendalian yang lain dan diyakini sebagai cara pengendalian yang paling efektif untuk mengendalikan patogen yang dapat menyerang jambu biji.
Contoh pestisida yang dapat digunakan di dalam budidaya tanaman jambu biji adalah fungisida berbahan aktif benomyl yang diyakini efektif untuk mengendalikan penyakit antraknosa pada jambu biji. fungisida berbahan aktif cufrum atau zinc efektif untuk mengendalikan gejala penyakit kudis pada jambu biji, nematisida berbahan aktif phenamifos dan carbofuram efektif untuk mengendalikan nematoda yang menyebabkan penyakit bengkak akar pada tanaman jambu biji.
Selain mengetahui berbagai cara pengendalian yang dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit pada tanaman jambu biji, para praktisi di perkebunan jambu dituntut harus mengetahui berbagai bioekologi penyakit yang menyerang tanaman jambu ini, seperti gejala karat yang menyerang daun jambu biji. Karat tersebut merupakan kumpulan masa uredospora pada daun yang tertekan keluar sehingga menimbulkan tonjolan pada daun, Hal ini harus diperhatikan oleh praktisi perkebunan ketika mengendalikan penyakit karat agar dimungkinkan dalam pengendaliannya tidak menyebabkan spora tidak tersebar kemana-mana. Hal serupa pun perlu dilakukan untuk menangani penyakit bercak daun jambu (Ching 2008).
Patogen penyebab penyakit embun jelaga merupakan parasit obligat yang hanya menumpang pada daun jambu biji, hal tersebut terjadi karena pada daun jambu biji tersebut diawali dengan adanya cairan embun madu yang merupakan sekret dari jenis serangga tertentu yang berasosiasi dengan tanaman jambu biji, sehingga dalam pengendaliannya diperlukan cara yang tepat untuk mengendalikan serangga tersebut agar keberadaannya tidak menyebabkan kerugian yang ganda seperti tumbuhnya cendawan penyebab embun jelaga pada daun jambu biji sehingga fotosintesisnya menjadi terganggu dan akan menurunkan hasil produksi jambu biji tersebut (Semangun 1989).

JERUK

Penyakit pada Jeruk
Penyakit Kudis
Penyakit kudis disebabkan oleh cendawan Elsinoe fawcetti. Penyakit ini terdapat menyebar di berbagai pertanaman varietas jeruk di Indonesia. Gejala kudis dapat terjadi pada daun, ranting dan buah. Gejala awal ditandai dengan munculnya bintik-bintik coklat pada buah, kuning pada daun, ranting, buah lalu berkembang menjadi kutil, dengan diameter 2-3mm. Kutil-kutil ini bergabus dan kelak akan kering menjadi kerak yang mengeras. Kalau kondisi lingkungan mendukung (kebun cukup lembab) penyakit ini akan berkembang pesat. Kudis akan menjadi besar karena sejumlah kutil akan bergabung menjadi satu. Akibatnya buah dapat berubah bentuk, berkerut dan akhirnya mati, berguguran, walaupun masih muda. Serangan yang tidak parah mengakibatkan perkembangan buah tidak normal. Buah - buah yang terserang terhambat pertumbuhannya dan sering mengalami malformasi.Pada daun, gejala kudis terdapat pada bagian bawah permukaan daun dan kadang-kadang dapat dijumpai pada bagian atasnya. Gejala terlihat dengan adanya bercak kecil jernih pada daun dan helaian daun, kemudian berkembang menjadi semacam gabus berwarna kuning/coklat. Infeksi hanya terbatas pada salah satu permukaan daun saja. Daun yang terserang menjadi berkerut dan gugur.
Penyebab Penyakit
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Elsinoe fawcetti. Cendawan ini memiliki tubuh yang ringan sehingga penyebarannya dapat terjadi melalui air, angin atau percikan embun ke tanaman lain yang masih sehat. Cendawan berukuran sangat kecil, ringan, kira-kira mencapai 38 sampai dengan 106 x 36-80 mikron. Kalau dilihat dengan alat mikroskop, bintil-bintil cendawan ini sebenarnya kumpulan dari stroma (tubuh) yang didalamnya terdapat spora dan konidia bening, yang mempunyai peran dalam penyebaran penyakit. Gambar 1. Mikroskopis Elsinoe sp.
Sumber : (plantmanagementnetwork.org)
Bioekologi
Pada pembibitan batang-bawah, penyakit ini merupakan masalah utama pada musim hujan. Pembibitan dengan pengairan yang terlalu sering dengan kelembaban tinggi dan suhu antara 200-250 C menyebabkan penyakit dapat berkembang dengan cepat. Pembentukan tunas dan buah baru merupakan fase kritis tanaman peka terhadap serangan patogen.
Siklus Hidup
Aservulus cendawan ini dapat terpisah - pisah atau bersatu, dan agak bulat. Konidiofor berbentuk tabung, dengan ujung meruncing, warna hialin, kemudian menjadi agak keruh dan bersekat 1 berwarna gelap.Patogen dapat bertahan pada daun, dan ranting tanaman yang terinfeksi. Spora cendawan dapat disebarkan oleh percikan air hujan, tetesan embun, angin, dan serangga. Daun dan buah yang masih muda sangat mudah terinfeksi patogen ini.
Kondisi yang mendukung penyebaran penyakit
Penyebab utama terjangkitnya penyakit ini adalah keadaan kebun yang kurang higienis, pertumbuhan gulma yang subur, mahkota daun saling bersinggungan sehingga keadaan di bawah tanaman lembab, suhu antara 230 sampai dengan 300 C (penyakit berkembang dengan cepat) dan pada suhu >350 C perkembangannya akan lambat, keadaan cuaca, tingkat ketahanan varietas, terbentuknya buah dan tunas baru sangat berpengaruh terhadap perkembangan penyakit. Pada umumnya penyakit tidak berkembang pada musim kemarau, tetapi pada musim hujan saat kondisi suhu udara antara 150 sampai dengan 230 C dan tanaman sedang membentuk tunas dan buah baru, merupakan kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan patogen dan merupakan titik kritis terutama bila tanamannya rentan.
Pengendalian
Pengendalian Kultur teknis
Penanaman varietas tahan. Mengusahakan agar buah dan tunas tanaman pada awal musim hujan sudah besar dimana pada kondisi demikian tanaman menjadi lebih tahan. Mengatur saat pembuahan dapat dilakukan dengan menentukan pengairan tanaman yang tepat pada jenis jeruk tertentu. Untuk jeruk keprok, diusahakan terjadi pembungaan lebih awal dengan pemberian air pada tanaman (+ 8 bulan sebelum musim hujan), sehingga pada awal musim hujan buah sudah agak besar dan mempunyai ketahanan yang lebih tinggi terhadap penyakit.
Pengendalian Mekanis/Fisik
Daun-daun, ranting dan buah yang terserang dibakar atau dimusnahkan. Serangan pada persemaian batang bawah dapat dicegah dengan penghembusan atau pemberian asap. Tiga bulan menjelang musim penghujan, tanaman jeruk diberi air dalam jumlah yang cukup untuk menambah daya tahan terhadap serangan penyakit ini.
Pengendalian Kimiawi
Perkembangan penyakit dapat dihambat dengan cara menyemprotkan fungisida, antara lain: Benlate 45 dan Bavistin 50 WP.
Embun jelaga (Capnodium sp.)
Embun Jelaga merupakan salah satu penyakit penting di perkebunan jeruk. Embun jelaga (Capnodium sp) tidak hanya menyerang daun jeruk tetapi juga dapat menyerang daun tanaman lain seperti: daun melati, daun mangga, daun belimbing, daun mengkudu, dan daun jambu biji (Tosasan 2008).
Gejala penyakit
Daun tanaman diliputi oleh cendawan embun jelaga (Capnodium sp.). Cendawan bukan merupakan parasit (tidak mengambil makanan dari tanaman inang), tetapi cukup mengganggu tanaman inang dalam hal fotosintesa. Cendawan cuma memanfaatkan embun madu yang dihasilkan oleh kutu daun (Anonim 2010). Apabila patogen tersebut membentuk lapisan merata adalah Capnodium sp., sedang yang membentuk kelompok-kelompok hitam berbulu adalah Meliola sp. (Tosasan 2008).
Kondisi yang mendukung penyebaran penyakit
Penyakit embun jelaga secara umum menyerang bagian daun yang telah dewasa. Daun yang terserang terlihat hitam karena terdapat selaput hitam yang melapisi permukaan daun. Selaput hitam tipis pada permukaan daun tersebut terbentuk dari hifa yang menjalin dan menenun menjadi seperti kumpulan jamur berwarna hitam (Tosasan 2008). Pada musim kering kumpulan jamur mudah terkelupas dan diterbangkan oleh angin kepada tanaman yang sehat (Syafril, 2006).
Siklus penyakit
Miselium cendawan ini hanya terdapat di permukaan daun dan tidak masuk ke dalam jaringan. Untuk pertumbuhannya cendawan hanya memakan embun madu yang melekat pada daun. Selaput hitam tipis pada permukaan daun tersebut terbentuk dari hifa yang menjalin dan menenun. Apabila udara kering selaput dapat lepas dari daun dan pecah menjadi bagian-bagian kecil yang terhembus angin dan beterbangan kemana-mana. Cendawan ini berkembang biak pada musim kemarau, sedang pada musim hujan berkurang, karena embun madunya tidak banyak. Tanaman di bawah naungan intensitas serangannya cenderung lebih besar (Tosasan, 2008).
Gambar 2. Mikroskopis Capnodium sp.
Sumber (bioplagas.es)
Pengendalian
Pengendalian Kultur teknis
Mengurangi kelembaban kebun dengan mengatur jarak tanam dengan cara memangkas tanaman atau tunas yang tidak produktif.
Pengendalian Mekanis
Memangkas daun yang terserang dan memusnahkannya. Mengurangi populasi kutu daun penghasil sekresi sebagai media pertumbuhan cendawan (Tosasan 2008). Menggosok embun jelaga dengan tangan, menyiramkan air ke daun yang terserang, tetapi dengan datangnya hujan, cendawan embun jelaga akan mengelupas dengan sendirinya.
Pengendalian Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan menyemprot kutu daun dengan insektisida.
Busuk Buah
Gejala Penyakit
Mula-mula pada buah terjadi bercak kebasah-basahan, lalu warnanya berubah menjadi coklat, coklat tua dan hitam. Setelah 5 hari pada bercak ini tampak jamur putih yang terdiri dari miselium dan sporangium. Penyakit busuk buah ini juga dapat terjadi pada buah yang letakknya tinggi. Hal ini diduga jamur dibawa oleh serangga.
Morfologi dan Daur Penyakit
Cara pemencaran jamur penyebab penyakit belum diketahui dengan pasti, Phytophthorasp. pada jeruk diduga dapat tersebar dalam kebun bersama-sama dengan butiran tanah, oleh bahan organik yang terangkut oleh air atau oleh serangga sehingga dapat mencapai buah-buah di pohon yang tinggi letaknya.
Penyebaran penyakit juga dibantu oleh angin ke daun, cabang dan buah. Penyakit akan semakin parah apabila curah hujan dan kelembaban kebun tinggi. Jika curah hujan rendah, aktivitas miselium dan meluasnya kanker batang berlangsung jauh lebih lambat. Pada cuaca kering pohon yang terserang dapat bertahan lama, dengan gejala kanker yang kulit luarnya mengelupas.
Pengendalian
Cara kultur teknis
Perbaikan drainase tanah agar tidak terlalu basah (lembab). Memangkas daun-daun yang tidak produktif untuk mengurangi kelembaban kebun.
Cara mekanis
Memotong (memangkas) bagian tanaman yang terserang berat. Menghindari luka mekanis pada bagian akar dan pangkal batang sewaktu pemeliharaan tanaman. Eradikasi tanaman terserang.
Cara biologi
Pemanfaatan jamur antagonis seperti Trichoderma harzianum sebagai jamur antagonis dapat diaplikasi pada permukaan tanah untuk jamur tular tanah.
Cara kimiawi
Mengerok atau mengupas bagian tanaman yang sakit, kemudian bekas luka diolesi dengan fungisida.
Penyebab busuk buah
Patogen
Penicillium spp. Phytophtora citriphora, Botryodiplodia theobromae. Bagian yang diserang adalah buah. Gejala: terdapat tepung-tepung padat berwarna hijau kebiruan pada permukaan kulit. Pengendalian: hindari kerusakan mekanis, celupkan buah ke dalam air panas/fungisida benpmyl, pelilinan buah dan pemangkasan bagian bawah pohon.
Gambar 3. Mikroskopis Phytophtora sp.
Sumber (scielo.org.ve)

KAKAO
Penyakit pada Tanaman Kakao
Penyakit penting atau primer pada kakao diantaranya yaitu vascular streak dieback (VSD), busuk buah, kanker batang, dan antraknose yang menimbulkan kerugian sangat besar bagi para petani mendekati 60-80%. Sedangkan penyakit sampingan ataupun sekunder pada kakao diantaranya adalah jamur akar, jamur upas yang menyebabkan gangguan pada penyaluran nutrisi dalam jaringan tubuh kakao sehingga buah tidak bias berkembang maksimal.
Busuk buah Kakao
Busuk buah (pod rot) lebih banyak meyerang buah yang sudah dewasa walaupun tidak menutup kemungkinan menyerang buah yang masih muda. Gejala yang ditimbulkan berupa pembusukan disertai bercak cokelat yang cukup cepat, sehingga dalam waktu beberapa hari seluruh permukaan buah menjadi busuk, basah dan berwarna cokelat kehitaman. Pada kondisi lembab akan muncul serbuk berwarna putih. Penyakit busuk buah ini disebabkan oleh cendawan Phytophthora palmivora.
Cendawan P.palmivora menyebar melalui percikan air hujan, kontak anatara buah sehat dan sakit, serta melalu perantara binatang. Buku Panduan Lengkap Budidaya Kakao menyebutkan bahwa Hislop mengatakan bahwa perkecambahan P.palmivora membutuhkan air untuk meningkatkan kelembapan sehingga terbentuk sporangiofor.
Kanker Batang
Penyakit ini dapat dilihat pada kulit batang yang menybabkan jaringan kayu rusak, batang menjadi busuk dan berlendir. Apabila dilihat dari luar, gejala bercak berukuran kecil, tetapi apabila dikupas kerusakan jaringan kayu meluas sampak ke dalam batang. Kerusakan pada cabang menyebabkan busuk dan
seluruh cabang bisa mati. Apabila serangan terjadi pada batang lama kelamaaan tanaman akan mati secara keseluruhan. Kerusakan menjadi semakin parah jika lingkungan lembab dan basah.
Penyakit kanker batang menyebabkan kulit batang berwarna gelap atau kehitaman dan agak berlekuk. Pada bercak hitam sering ditemukan cairan kemerahan yang lama kelamaan menjadi seperti lapisan karat. Apabila kulit batang yang terserang dikupas akan terlihat lapisan di bawahnya membusuk dan berwarna merah anggur. Kanker batang disebabkan oleh cendawan P. palmivora (Butl.) Butl. Dilihat dari patogennya, penyakit kanker batang masih berkaitan dengan penyakit busuk buah dimana ketika buah kakao yang busuk jika tidak dipetik akan berkembang ke tangkai buah. Dari tangkai buah patogen menjalar dan menginfeksi batang dan akhirnya terjadi kanker batang. Penyakit mudah berkembang pada kebun yang lembab dengan curah hujan yang tinggi.
Vascular-streak Dieback (VSD)
Banyak penyakit-penyakit kakao yang terbilang sangat besar pengaruhnya dalam dunia pertanian yang salah satunya adalah penyakit Vascular Streak Diaback (VSD) yang disebabkan oleh jamur Oncobasidium theobromae Talbot et Keane. Penyakit ini telah dikenal di Malaysia Barat sejak tahun 1956. Seterusnya pada tahun 1960 penyakit ditemukan di Papua Nugini, dan pada tahun 1970 di sabah (www.ditjenbud.deptan.go.id).
Sumber lain mengatakan bahwa penyakit VSD hanya tersebar di daerah Asia-Oseania, pertama ditemukan pada akhir tahun 1930-an di Papua New Guinea. Kemudian penyakit ini menyebar ke negara Asia lainya dan sekarang terdapat di India Selatan, Pulau Hainan-Cina, Burma, Thailand, Malaysia, Filipina, Indonesia, dan sejumlah pulau di Oseania (Wood dan Lass 1985; Keane and Prior 1991).
Di Sulawesi, penyakit VSD pertama kali ditemukan di Kolaka pada tahun 1989 (Susilo, komunikasi pribadi), kemudian pada tahun 2002 ditemukan di Polmas-Pinrang dan sekarang tahun 2005 telah menyebar ke Luwu Utara, Luwu, Sidrap, Wajo, Soppeng, Bone, Maros, dan Pangkep dengan total areal terserang sekitar 34.000 ha (Data Dinas Perkebunan Sulawesi Selatan)
Kehilangan hasil akibat serangan VSD untuk Asia-Oseania pada tahun 2001 ditaksir mencapai 30.000 ton biji kering yang setara dengan US $20.000.000 (Bowers et al., 2001). Di Sulawesi kehilangan hasil oleh VSD belum banyak dianalisis, namun dari pengamatan di lapangan banyak tanaman menjadi gundul dan berakibat pada sedikitnya buah yang diproduksi. Penyakit ini nampaknya lebih berbahaya bila dibandingkan dengan serangan penggerek buah kakao, karena serangan VSD akan memperlemah tanaman yang berakibat tidak hanya pada penurunan produksi tanaman, tetapi juga secara perlahan dapat membunuh tanaman secara keseluruhan.
Gejala daun menguning dengan bercak-bercak berwarna hijau, biasanya terletak pada daun kedua atau ketiga dari titik tumbuh. Daun-daun yang menguning akhirnya gugur sehingga tampak gejala ranting ompong. Pada bekas duduk daun apabila disayat terlihat tiga buah noktah berwarna cokelat kehitaman. Bila ranting dibelah membujur terlihat garis-garis cokelat pada jaringan xilem. Lentisel di ranting membesar dan relatif kasar. Kadang-kadang daun menunjukkan gejala nekrosis diantara tulang daun.Penyakit ini disebabkan oleh Oncobasidium theobromae.
Jamur Upas
Jamur upas (pink disease) yang disebabkan oleh Upasia salmonicolor memiliki beberapa tingkatan dalam menunjukkan gejala penyakit tanamannya, pada tingkat sarang laba-laba, tanaman yang diserang patogen ini tampak mengkilap seperti perak, sangat mirip dengan sarang laba-laba dan kulit dibawahnya berwarna hitam. Pada tingkat bongkol, patogen mulai membentuk kumpulan-kumpulan hifa yang sering terbentuk di depan lentisel. Pada tingkat corticum, patogen membentuk kerak yang berwarna pink dimana kulit cabang di bawah kerak tersebut sudah membusuk. Dan yang terakhir adalah tingkat nekator, ujung percabangan yang sakit, daun menjadi layu secara mendadak sehingga banyak yang tetap melekat pada cabang meskipun sudah kering, hal ini dikarenakan patogen berkembang terus dan membentuk piknidia yang berwarna
merah tua dan biasanya terdapat pada sisi yang lebih kering. Kerusakan yang parah akan mematikan ranting bahkan seluruh tanaman.
Penyebaran Upasia salmonicolor dipencarkan oleh basidiospora yang terbawa oleh angin. Basidiospora tidak mdapat terangkat jauh karena memiliki dinding yang tipis dan hanya terbentuk jika kondisinya lembab.
Penyakit Antraknosa
Penyakit ini disebabkan oleh patogen Colletotrichum gloeosporioides yang teleomorfnya disebut Glomerella cingulata. Gejala serangan ringan pada daun muda terlihat bintik-bintik nekrosis berwarna cokelat. Setelah daun berkembang, bintik nekrosis menjadi bercak berlubang dengan halo berwarna kuning. Pada daun yang lebih tua bintik nekrosis berkembang menjadi bercak nekrosis yang beraturan. Daun-daun muda yang serangan penyakitnya cukup berat, mudah mengalami kerontokan dan menyebabkan ranting menjadi gundul. Infeksi pada daun muda atau tua pada tajuk bagian bawah menimbulkan gejala hawar daun berwarna cokelat. Petogen yang menginfeksi buah muda menimbulkan gejala kelayuan dengan bintik-bintik cokelat yang dapat berkembang menjadi bercak cokelat yang berlekuk (antraknose). Buah dewasa yang terinfeksi tidak menjadi layu, hanya mengalami antraknose dan mengerut pada bagian ujungnya.
Cendawan ini dipencarkan oleh percikan air penyakit menyebar melalui konidia yang dihasilkan oleh bercak-bercak pada daun, kondisi seperti ini karena keadaan dalam kondisi yang lembab. Konidia tersebut dapat menyebar melalui air hujan dan angin. Pada buah, konidia terbentuk dalam aservulusyang timbul dari bercak-bercak yang lebih tua.
2.5 Pengendalian
Tanaman kakao dikembangkan oleh petani pada lahan-lahan yang telah ditanami dengan tanaman lain seperti kelapa, durian, sengon, langsat, dan tanaman hutan. Dengan demikian tanaman kakao berkembang pada kondisi tertutup, dan ditambah lagi dengan naungan kanopi kakao menyebabkan mudah berkembangnya organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti Oncobasidium theobromae. Tanaman penutup ini berakibat pada berkurangnya pergerakan udara, mengurangi masuknya sinar matahari, dan meningkatkan kelembaban udara. Sistem zero shading telah dilakukan di Sabah Malaysia, namun ini dapat menekan perkembangan OPT pada lahan dengan kondisi yang superior. Sedangkan pada lahan marginal, zero shading menyebabkan tanaman menjadi rentan terhadap mati ranting, karena terkena secara langsung oleh sinar matahari (Chok, 2004). Hal yang sama diamati di Sulawesi, zero shading bisa dilakukakan pada lahan yang kandungan air tanahnya memadai sepanjang tahun, sedangkan pada lahan dengan kadar air yang kurang memadai tanaman kakao akan mati terutama di musim kemarau sebagai akibat penguapan dan intensitas sinar matahari yang tinggi. Oleh karena itu untuk lahan seperti yang terakhir, perlu pengaturan naungan agar dapat mengurangi perkembangan OPT dan sekaligus memperbaiki pertumbuan tanaman. Tanaman kakao akan tumbuh baik apabila dalam sehari menerima penyinaran langsung selama 2 jam yaitu antara pukul 11.00-13.00 siang. Smith (1981) menyatakan bahwa tanaman kakao dibawah tanaman penutup yang tinggi seperti kelapa lebih sedikit terserang OPT bila dibandingkan tanaman kakao dengan tanaman penutup yang tidak terlalu tinggi seperti Leucaena.
Penataan tanaman penutup atau tanaman pelindung sangat penting dalam mengurangi perkembangan penyakit VSD dan menjaga pertumbuhan yang baik tanaman kakao. Untuk tanaman kakao yang sudah ada di lapangan, diperlukan pemangkasan tanaman pelindung di awal musim hujan. Sedangkan untuk tanaman kakao baru yang akan ditanam di daerah terbuka, penanaman tanaman pelindung sebaiknya dilakukan satu tahun sebelum ditanam kakao. Penanaman tanaman pelindung yang bisa menjadi inang VSD perlu dihindari, sebagai contoh tanaman alpokat (Keane and Prior 1991). Agar lebih praktis perlu dipikirkan pula penggunaan tanaman pelindung yang daunnya bisa mengkerut di musim hujan dan mengembang di musim kemarau, sebagai contoh petai cina.
Seperti disebutkan di atas bahwa cendawan O. theobromae berkembang baik pada keadaan basah dan lembab. Tingkat kelembaban yang mendekati 100% pada malam hari menghasilkan kondensasi air bebas yang sangat penting untuk terjadinya infeksi. Kerusakan oleh O. theobromae akan lebih besar bila keadaan tersebut di atas ditunjang dengan tanaman pelindung yang lebat. Dengan demikian pemangkasan pohon pelindung di musim hujan akan memungkinkan mengurangi kelembaban dan masuknya sinar matahari yang akan mengurangi perkembangan cendawan pathogen dan sekaligus membantu pertumbuhan tanaman kakao sendiri sehingga secara tidak langsung memberikan mekanisme pertahanan terhadap cendawan patogen tersebut.
Untuk mengurangi sumber inokulum, pemangkasan tanaman pelindung bisa bersamaan dengan pemangkasan sanitasi yaitu memangkas ranting yang terserang sampai pada batas tidak ditemukan lagi garis coklat pada jaringan kayu ditambah sekitar 30 cm kearah bawah. Potongan tanaman ini dikumpulkan dan kemudian dibakar.
Strategi yang paling baik untuk pengendalian jangka panjang adalah penggunaan tanaman resisten. Resisten atau toleran terhadap VSD berhubungan dengan tinginya aktivitas enzim Polyphenol oxydase dan kitinase pada tanaman kakao (Chowpada, 2001). Untuk mencegah kerusakan yang lebih besar oleh VSD, maka penggunaan tanaman resisten harus segera dilakukan. Hal ini dilakukan dengan cara mencari klon resisten di lapang atau mendapatkanya dari Puslitbun Koka Jember. Puslitbun Koka Jember telah menghasilkan klon-klon lindak anjuran yang selain toleran terhadap VSD, juga toleran penyakit busuk buah dan penyakit antraknosa. Klon-klon tersebut adalah GC7, ICS 13, ICS 60, TSH 858, TSH 908, Pa 300, Pa 303, NW 6261, SD 6225, UIT 1, RCC 71, RCC 72, dan RCC 73. Perbanyakan klon-klon tersebut perlu dilakukan dan selanjutnya digunakan ditanam langsung pada lahan atau side grafting pada tanaman terserang VSD pada lahan lama.
Penelitian penggunaan musuh alami untuk mengendalikan penyakit VSD belum pernah dilakukan baik di Sulawesi, maupun di negara lainnya. Pengendalian biologi masih memungkinkan, namun tampaknya harus menggunakan musuh alami yang bersifat endofit untuk bisa berkompetisi di dalam jaringan tanaman. O. theobromae menginfestasi jaringan xylem sehingga bisa bertahan lama dalam jaringan tanaman, walaupun kondisi luar tanaman tidak memungkinkan untuk berkembangnya cendawan ini. Sejumlah musuh alami yang endofit ini telah diidentifikasi pada tanaman kakao di Panama dan Brazil seperti Colletotrichum, Botryospharia, Nectria dan Trichoderma (Mejia et al., 2004; Samuel, 2004). Di Sulawesi sendiri, identifikasi cendawan endofit sedang dilakukan dan ada beberapa isolate Trichoderma ditemukan pada biji kakao. Cendawan endofit di Panama dan di Brazil digunakan untuk mengendalikan penyakit busuk buah yang disebabkan Phytophthora sp. dan Moniliophthora serta penyakit sapu setan yang disebabkan oleh cendawan Crinepellis perniciosa. Cendawan terakhir dapat masuk pada jaringan meristem. Penggunaan cendawan endofit ini mungkin dapat dilakukan melalui daun-daun terserang atau melalui penginfusan.
Karena tempat berkembangnya Oncobasidium theobromae adalah xylem, maka fungisida yang digunakan harus bersifat sistemik. Akan tetapi pengujian yang dilakukan di Pinrang menunjukkan bahwa fungisida tidak sistemik dapat digunakan hanya saja melalui metoda penginfusan. Fungisida tersebut berbahan aktif tembaga oksida (CuO). Senyawa ini dapat menghambat intensitas penyakit VSD berdasarkan pengamatan pada gejala yang muncul pada tanaman kakao yang berumur kira-kira 15 tahun. Persentase penghambatan sangat sempurna pada penginfusan dengan konsentrasi fungisida 2g/l/tanaman, yang dapat mencapai 100% pada enam minggu setelah aplikasi


KARET


Penyakit-penyakit Penting Pada Tanaman Karet
Jamur Akar Putih
Penyakit Jamur Akar Putih disebabkan oleh Rigidoporus lignosus atau R. microporus yang menyerang akar tunggang maupun akar lateral. Penyakit ini dapat mengakibatkan kematian tanaman dengan intensitas yang sangat tinggi terutama pada tanaman karet yang berumur 2-4 tahun. Serangan dapat terjadi mulai pada pembibitan, tanaman belum menghasilkan (TBM) sampai tanaman menghasikan (TM). Pada permukaan akar terserang ditumbuhi benang-benang jamur berwarna putih kekuningan dan pipih menyerupai akar rambut. Benang-benang tersebut menempel kuat pada akar sehingga sulit dilepas. Akar tanaman yang sakit akhirnya membusuk, lunak dan berwarna coklat. Gejala ini baru terlihat apabila daerah perakaran dibuka.
Tanaman yang terserang daun-daunnya berwarna hijau kusam, layu dan gugur, kemudian diikuti dengan kematian tanaman. Jamur ini menular melalui kontak langsung antara akar atau tunggul yang sakit dengan akar tanaman sehat. Spora dapat juga disebarkan oleh angin yang jatuh di tunggul dan sisa kauy akan tumbuh membentuk koloni. Umumnya penyakit akar terjadi pada pertanaman bekas hutan atau tanaman, karena banyak tunggul dan sisa-sisa akar sakit dari tanaman sebelumnya yang tertinggal di dalam tanah yang menjadi sumber penyakit.
Pengamatan : Tujuan pengamatan adalah mengetahui kondisi ekosistem kebun yang meliputi antara lain keadaan tanaman, gejala serangan penyakit dan faktor lingkungannya seperti iklim, tanah dan air. Hasil pengamatan dianalisa untuk pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan dalam mengelola ekosistem di kebunnya. Pengamatan dilakukan sesuai luasan yang dimiliki oleh petani. Apabila ada tanaman yang daun-daunnya berwarna hijau gelap atau kusam, permukaan daun menelungkup, adakalanya membentuk bunga dan buah padahal belum sesuai dengan umurnya, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan membuka tanah di sekitar pangkal batang tanaman untuk melihar tingkat serangan penyakit.
Ringan : Benang jamur berwarna putih baru menempel di permukaan akar atau kulit akar
mulai membusuk karena serangan jamur
Berat : kulit dan kayu akar sudah membusuk karena serangan jamur. Untuk meyakinkan adanya serangan jamur akar putih pada suatu areal pertanaman karet, dapat dilakukan dengan cara menutup leher akar tanaman yang dicurigai dengan mulsa/serasah/rumput kering, 2-3 minggu kemudian akan tampak benang-benang jamur yang melekat pada leher akar apabila mulsa diangkat. Pengamatan tajuk tanaman untuk keseluruhan areal kebun karet dilakukan setiap 3 bulan, dimulai sejak tanaman berumur 6 bulan. Pemeriksaan dengan menggunakan mulsa dilakukan setiap 6 bulan yaitu pada awal dan akhir musim hujan.
Penyakit Gugur Daun
Ada tiga jenis jamur penyebab penyakit gugur daun karet yaitu: Oidium heveae, Colletotrichum gloeosporioides dan Corynespora casiicola. Ketiga penyakit daun tersebut dapat menyerang di pembibitan, tanaman muda, tanaman menghasilkan, tanaman tua dan di tanaman entress. Pada tanaman menghasilkan, penyakit ini dapat merugikan karena mengakibatkan daun-daun muda berguguran, yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat sehingga produksi lateks menurun bahkan tidak menghasilkan lateks sama sekali, serta produksi biji merosot. Oidium heveae dan Colletotrichum gloeosporioides menyerang pucuk dan daun muda, sedangkan Corynespora cassiicola menyerang daun muda dan daun tua. Penyakit ini dapat timbul di pembibitan, TBM, dan TM. Penyebab penyakit dapat diketahui berdasarkan gejala yang tampak pada tanaman terserang.
Penyakit gugur daun yang disebabkan oleh Oidium heveae dikenal juga sebagai penyakit embun tepung. Daun-daun yang berumur 1-9 hari apabila terserang permukaannya mengeriput, ujung daun mengering dan akhirnya gugur sehingga tanaman menjadi gundul. Daun-daun yang berumur 10-15 hari apabila terserang, pada jaringan daun tampak adanya bercak yang tembus cahaya/translucens –tetapi daun tidak gugur. Di bawah permukaan daun terdapat koloni bundar berwarna putih seperti tepung halus yang terdiri dari benang-benang dan spora jamur. Spora ini mudah diterbangkan oleh angin dan mudah tercuci dari permukaan daun oleh air hujan. Serangan berat terjadi apabila cuaca kering diselingi dengan hujan yang singkat pada malam atau pagi hari pada saat tanaman sedang membentuk daun-daun muda, terutama di kebun dengan ketinggian 300 meter dari permukaan laut (dpl). Penularan penyakit ini melalui spora yang diterbangkan oleh angin sehingga dapat mencapai jarak yang jauh. Penyakit gugur daun yang disebabkan oleh Colletotrichun gloeosporioides, pada daun muda yang terserang terlihat bercak-bercak berwarna coklat kehitaman, keriput, bagian ujungnya mati dan menggulung yang akhirnya gugur. Pada daun yang berumur lebih dari 10 hari serangan Colletotrichum gloeosporioides, menyebabkan bercak-bercak daun berwarna coklat dengan halo berwarna kuning dan permukaan daun menjadi kasar. Serangan lebih lanjut bercak tersebut menjadi berlubang. Disamping menyerang daun, C. gloeosporioides dapat pula menyerang ranting muda yang masih berwarna hijau dengan menimbulkan gejala busuk, kering dan akhirnya mati pucuk (die back). Penyakit gugur daun yang disebabkan oleh Corynespora cassicola diawali dengan bercak coklat dan selanjutnya berkembang menjadi guratan menyerupai tulang ikan. Bercak ini akan meluas sejajar dengan urat daun dan kadang tidak teratur. Daun mejnadi kuning dan coklat kemerahan kemudian gugur. Penyebaran penyakit melalui spora yang dibawa oleh angin. Tanaman yang terserang mengalami gugur berulang kali sehingga meranggas sepanjang tahun (Anonim,1991).
Pengamatan : Pengamatan dilakukan setiap 3 hari sekali mulai pada saat tanaman membentuk tunas baru sampai daun menjadi hijau. Pengamatan dilakukan pada 10 pohon sampel yang tersebar merata di dalam areal kebun yang diamati. Intensitas serangan dinyatakan dalam tajuk, makin tipis kerapatan tajuk makin berat intensitas serangannya yaitu:
Kerapatan tajuk 25 - < 50 % = serangan penyakit daun berat
Kerapatan tajuk > 50 – 75 % = serangan penyakit daun ringan
Pengambilan keputusan untuk pengendalian segera dilakukan terutama pada gejala serangan penyakit yang berat di areal pertanaman yang diamati.
Kanker Garis
Penyakit kanker garis yang disebabkan oleh Phytophthora palmivora diawali dengan adanya selaput tipis berwarna putih dan tidak begitu jelas menutupi alur sadap. Bila dikerok, diatas irisan sadap akan tampak garis-garis tegak berwarna coklat atau hitam. Garis-garis ini akan berkembang dan berpadu satu sama lain membentuk jalur hitam yang tampak seperti retakan membujur pada kulit pulihan. Terkadang di bawah kulit pulihan akan terbentuk gumpalan lateks yang mengakibatkan pecahnya kulit, kemudian keluar tetesan lateks berwarna coklat dan berbau busuk. Penyakit ini mengakibatkan kerusakan berupa benjolan-benjolan atau cekungan-cekungan pada bekas bidang sadap lama sehingga penyadapan berikutnya sulit dilakukan. Kanker garis sering dijumpai pada kebun-kebun yang terletak di daerah beriklim basah dan kelembabannya tinggi serta tanaman yang disadap terlalu dekat dengan tanah. Penularan penyakit melalui spora yang disebarkan oleh angin dan air hujan. Pengamatan : Pengamatan dilakukan setiap hari sadap selama musim hujan, terutama di kebun-kebun yang sering terserang kanker garis. Semua tanaman/pohon yang menunjukkan gejala serangan harus segera dilakukan tindakan pengendalian dengan pengolesan fungisida. Tanaman yang telah dikendalikan diamati setiap minggu. Bila masih tersebut bagian yang menunjukkan gejala serangan kulit membusuk maka dilakukan lagi pengolesan fungisida.
C. Penyakit yang Sering Ditemui di Perkebunan Tanaman Karet
1. Mouldy Rot

Mouldy Rot yang merupakan penyakit pada bidang sadapan, mempunyai arti yang penting dalam budidaya karet. Penyakit merusak bidang sadapan, sehingga pemulihan kulit terganggu dan menyulitkan penyadapan seterusnya. Mouldy Rot yang berat apabila tidak dirawat akan mengakibatkan terjadinya luka-luka besar, sehingga bidang sadapan rusak sama sekali dan tidak mungkin disadap lagi.
Untuk pertama kali penyakit ini diketahui di Malaysia Semenanjung pada Tahun 1916. Pada waktu yang hampir bersamaan penyakit ini juga ditemuka di Jawa (de Fluiter, 1937, 1939a; Steimann, 1925). Di daerah-daerah yang curah hujannya tinggi, penyakit dapat sangat merugikan.
Mouldy Rot terdapat di kebanyakan negara penghasil karet, kecuali di Indocina, Srilanka, dan Afrika Barat (Wastie, 1975)
Penyebab serangan
Ceratocystis fimbriata, sinonimnya ceratos tomella fimbriata. Jamur ini mempunyai hifa berwarna hitam kecoklatan.beberapa hari setelah infeksi jamur membentuk tubuh buah, yaitu peritesium yang bulat dengan leher panjang. Dalam peritesium terdapat banyak askus berbentuk bulat telur atau bulat, mengandung 8 askospora bulat atau bulat telur, tidak berwarna. Askospora keluar dari peritesium bersama-sama dengan cairan dan membentuk tetes-tetes mengkilat. Peritesium mempunyai panjang 440-560 μm (termasuk lehernya), dan lebarnya lebih kurang 180μm, yang telah terlihat dengan loupe. Askospora berukuran 4,5-8,7 × 3,5-4,7 μm. Askus mudah sekali pecah, sehingga awalnya peritesium dianggapsebagai piknidium. Hifa yang tumbuh dari askospora segera membentuk dua macam spora yaitu konidium (oidium) dan klamidospora. Konidium tidak berwarna, ukurannya sangat variabel, rata-ratanya 20,8 × 5,3 μm. Klamidospora bulat atau jorong, berwarna coklat tua, sering pangkalnya agak menonjol, dengan ukuran 15,9 × 13,1 μm.
Bagian tanaman yang diamati:
Bidang sadap
Tanda serangan
Tanda serangan Mouldy Rot
Adanya lapisan beledru berwarna kelabu sejajar dengan alur sadap. Apabila lapisan dikerok, tampak bintik-bintik berwarna coklat kehitaman. Serangan bisa meluas sampai ke kambium dan bagian kayu. Bekas serangan membentuk cekungan berwarna hitam seperti melilit sejajar alur sadap. Bekas bidang sadap bergelombang sehingga menyulitkan penyadapan berikutnya atau tidak bisa lagi di sadap.
Interval pengamatan
1-2 minggu selama musim hujan
Intensitas serangan
Ringan : lapisan beledru berwarna kelabu sejajar dengan alur sadap
Berat : bagian yang sakit membusuk dan berwarna kehitaman
Pengambilan keputusan pengendalian
Apabila ditemukan satu saja tanaman yang menunjukkan gejala harus segera dilakukan pengendalian pada tanaman itu saja. Sehingga cepat pulih dan membentuk kulit bidang sadap yang baru. Pengendalian
 Menanam klon resisten terutama di tempat yang beriklim basah atau rawan penyakit (GT 1 atau Avros 2037);
 Pisau sadap diberi desinfektan sebelum digunakan;
 Menurunkan intensitas penyadapan dari S 2/d2 menjadi S 2/d3 atau S 2/d4 atau menghentikan penyadapan pada serangan berat;
 Hindari torehan yang terlalu dalam pada saat penyadapan agar kulit cepat pulih;
 Tanaman yang sudah terserang dioles fungisida 5 cm diatas irisan sadap sehari setelah penyadapan dan getah belum dilepas;
 Interval pengolesan 1-2 minggu sekali sampai tanaman kembali sehat;
 Fungisida yang dianjurkan antara lain Difolatan 4 F 2%; Difolatan 80 WP 2%; Bavistin 50 WP 2%; Derosol 60 WP 0,1%; Topsin M 75 WP 2%; Benlate 50 WP 0,5%; Indofol 476 F 2%.

2. Jamur Upas

Jamur upas (pink disease) terutamamerugikan karet muda, yang berumur 3-8 tahun. Jamur ini juga dapat menyerang tanaman yang lebih tua, tetapi kerugian yang ditimbulkannya tidak berarti. Pada karet muda, jamur dapat mematikan batang atau cabang yang menyebabkan tajuk kurang berkembang sehingga tanaman lambat dapat disadap dan hasilnya pun kurang.
Jamur upas terdapat di seluruh daerah tropika, sehingga menjadi masalah di semua negara penanam karet di Asia, Afrika dan Amerika Selatan. Kerugian yang cukup besar terjadi di Indonesia, Malaysia, Thailand, India dan Filipina. Di Srilanka, penyakit kurang merugikan, sedangkan di Cina dan negara-negara penghasil karet di Afrika dan Amerika Selatan, jamur upas bukan penyakit yang penting (Allen, 1994; Wastie 1975). Penyebab Serangan :
Upasia salmonicolor, meskipun sampai sekarang dikenal dengan nama corticium salmonicolor B, jamur disebut Erythricium salmonicolor Burdsall. Pada stadium teleomorf (III) yang berwarna merah jambu, jamur upas membentuk gada. Basidiospora tidak berwarna, berbentuk buah per (pyriform) dengan ujung runcing, 9-12 × 6-7 μm, sterigma panjang 4-5 μm. Sporodokium pada stadium anamorf (V) berwarna merah bata sampai merah tua, 0,5-1,5 mm, menghasilkan konidium berbentuk jorong tidak teratur, dan ukurannya tidak tertentu.
Bagian tanaman yang diamati
Batang, cabang dan ranting
Tanda serangan
serangan lanjut jamur upas
Tanda serangan jamur upas
 Stadium sarang laba-laba

Pada permukaan kulit bagian pangkal atau atas percabangan tampak benang putih seperti sutera mirip sarang laba-laba
 Stadium bongkol

Adanya bintil-bintil putih pada permukaan jaring laba-laba
 Stadium corticium

Jamur membentuk selimut yaitu kumpulan benang-benang jamur berwarna merah muda. Jmur telah masuk ke jaringan kayu
 Stadium necator

Jamur membentuk lapisan tebal berwarna hitam yang terdiri dari jaringan kulit yang membusuk dan kumpulan tetesan lateks yang berwarna coklat kehitaman meleleh di permukaan bagian terserang. Cabang atau ranting yang terserang akan membusuk dan mati serta mudah patah. Interval pengamatan
1-2 minggu sekali, dimulai pada awal sampai akhir musim hujan terutama daerah yang sering diserang jamur upas dan berkelembaban tinggi.
Intensitas serangan
Ringan : bagian pangkal atau atas percabangan tampak benang putih seperti sutera.
Berat : cabang atau ranting yang terserang akan membusuk dan mati serta mudah patah.
Pengambilan keputusan pengendalian
Apabila terdapat benang-benang jamur seperti sutera pada pangkal percabangan atau pada bagian atasnya perlu segera dilakukan pengendalian.
Pengendalian
 Cabang/ranting yang telah mati dipotong dan dimusnahkanC;
 Cabang yang masih menunjukkan gejala awal segera dioles dengan fungisida;
 Pada kulit yang mulai membusuk, harus dikupas sampai bagian kulit sehat kemudian; di oles fungisida hingga 30 cm ke atas dan ke bawah dari bagian yang sakit;

3. Bercak Daun Drechslera

Bercak daun Drechslera, yang masih banyak disebut sebagai bercak daun Helminthosporium, dalam bahasa Inggris disebut bird’s eye spot, karena bercak mirip dengan mata burung. Menurut Wastie (1975) penyakit ini terdapat di semua negara Penanam karet.
Penyakit terutama timbul pada semai di pembibitan dan disini dapat cukup merugikan. Pertumbuhan bibit terganggu sehingga okulasi dan penanaman di lapangan tertunda. Selain itu, karena kondisi bibit kurang baik, persentase berhasilnya penempelan juga berkurang. Gangguan ini terutama tersa pada okulasi-hijau (green-budding) yang lebih memerlukan ketepatan
waktu daripada okulasi biasa. Pada bibit yang lemah, pemotongan batang-bawah setelah okulasi hijau dapat menyebabkan matinya bibit.
Penyebab Serangan :
Drechslera heveae, namun sampai sekarang masih banyak dikenal dengan nama Helminthosporium heveae Petch. Di Srilanka, konidium jamur berwarna coklat, berbentuk kumparan yang sering agak bengkok, berdinding tebal, bersekat 8-11, berukuran 100-200 × 15-18 μm. Konidiofor panjangnya 80-200 μm. Sementara di Sumatera, Drechslera heveae mempunyai konidium yang ukurannya lebih kecil, bersekat 1-10, dengan ukuran 38-114 × 12-17 μm.
Bagian tanaman yang diamati
Daun
Tanda serangan
Bercak-bercak bulat, bergaris tengah 1-3 mm, dengan pusat yang tembus cahaya dan tepi coklat sempit yang jelas, mirip dengan mata burung. Gejala ini terjadi bila infeksi berlangsung pada waktu daun sudah mencapai ukurannya yang penuh, tetapi masih tergantung lemas. Pada daun muda, tidak terjadi bercak daun dengan batas yang tegas. Tepi atau seluruh permukaan daun menjadi hitam dan keriput. Pada daun yang lebih tua, yang kutikulanya sudah berkembang dan helaian daunnya sudah lebih kurang mendatar (horizontal), bercak-bercak tetap kecil dan berwarna coklat tua. Di pusat bercak yang tembus cahaya pada sisi bawah daun sering terlihat tepung hitam yang terdiri atas konidium jamur. Seringkali pada daun yang sama terdapat ketiga macam gejala yaitu pucuk keriput, mata burung yang khas, dan bercak coklat tua yang menunjukkan bahwa daun ini mendapat infeksi berulang-ulang selama perkembangannya. Pengendalian
 Pembibitan jangan dibuat di tanah yang sangat berpasir, miskin, dan kurang dapat menahan air.
 Harus diusahakan agar bibit tumbuh sebaik-baiknya dengan pemupukan seimbang.
 Bibit dilindungi dengan fungisida untuk keperluan ini dapat dipakai fungisida tembaga seperti bubur Bordeaux atau oksiklorida tembaga.
 Perlindungan dengan penyemprotan hanya perlu dilakukan apabila ada tanta-tanda bahwa pembibitan akan terserang berat, dan bibit akan diokulasi dengan segera (Wastie,1975).



KELAPA SAWIT


Penyakit-penyakit Penting Pada Tanaman Karet
Jamur Akar Putih
Penyakit Jamur Akar Putih disebabkan oleh Rigidoporus lignosus atau R. microporus yang menyerang akar tunggang maupun akar lateral. Penyakit ini dapat mengakibatkan kematian tanaman dengan intensitas yang sangat tinggi terutama pada tanaman karet yang berumur 2-4 tahun. Serangan dapat terjadi mulai pada pembibitan, tanaman belum menghasilkan (TBM) sampai tanaman menghasikan (TM). Pada permukaan akar terserang ditumbuhi benang-benang jamur berwarna putih kekuningan dan pipih menyerupai akar rambut. Benang-benang tersebut menempel kuat pada akar sehingga sulit dilepas. Akar tanaman yang sakit akhirnya membusuk, lunak dan berwarna coklat. Gejala ini baru terlihat apabila daerah perakaran dibuka.
Tanaman yang terserang daun-daunnya berwarna hijau kusam, layu dan gugur, kemudian diikuti dengan kematian tanaman. Jamur ini menular melalui kontak langsung antara akar atau tunggul yang sakit dengan akar tanaman sehat. Spora dapat juga disebarkan oleh angin yang jatuh di tunggul dan sisa kauy akan tumbuh membentuk koloni. Umumnya penyakit akar terjadi pada pertanaman bekas hutan atau tanaman, karena banyak tunggul dan sisa-sisa
akar sakit dari tanaman sebelumnya yang tertinggal di dalam tanah yang menjadi sumber penyakit.
Pengamatan : Tujuan pengamatan adalah mengetahui kondisi ekosistem kebun yang meliputi antara lain keadaan tanaman, gejala serangan penyakit dan faktor lingkungannya seperti iklim, tanah dan air. Hasil pengamatan dianalisa untuk pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan dalam mengelola ekosistem di kebunnya. Pengamatan dilakukan sesuai luasan yang dimiliki oleh petani. Apabila ada tanaman yang daun-daunnya berwarna hijau gelap atau kusam, permukaan daun menelungkup, adakalanya membentuk bunga dan buah padahal belum sesuai dengan umurnya, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan membuka tanah di sekitar pangkal batang tanaman untuk melihar tingkat serangan penyakit.
Ringan : Benang jamur berwarna putih baru menempel di permukaan akar atau kulit akar
mulai membusuk karena serangan jamur
Berat : kulit dan kayu akar sudah membusuk karena serangan jamur. Untuk meyakinkan adanya serangan jamur akar putih pada suatu areal pertanaman karet, dapat dilakukan dengan cara menutup leher akar tanaman yang dicurigai dengan mulsa/serasah/rumput kering, 2-3 minggu kemudian akan tampak benang-benang jamur yang melekat pada leher akar apabila mulsa diangkat. Pengamatan tajuk tanaman untuk keseluruhan areal kebun karet dilakukan setiap 3 bulan, dimulai sejak tanaman berumur 6 bulan. Pemeriksaan dengan menggunakan mulsa dilakukan setiap 6 bulan yaitu pada awal dan akhir musim hujan.
Penyakit Gugur Daun
Ada tiga jenis jamur penyebab penyakit gugur daun karet yaitu: Oidium heveae, Colletotrichum gloeosporioides dan Corynespora casiicola. Ketiga penyakit daun tersebut dapat menyerang di pembibitan, tanaman muda, tanaman menghasilkan, tanaman tua dan di tanaman entress. Pada tanaman menghasilkan, penyakit ini dapat merugikan karena mengakibatkan daun-daun muda berguguran, yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat sehingga produksi lateks menurun bahkan tidak menghasilkan lateks sama sekali, serta produksi biji merosot. Oidium heveae dan Colletotrichum gloeosporioides menyerang pucuk dan daun muda, sedangkan Corynespora cassiicola menyerang daun muda dan daun tua. Penyakit ini dapat timbul di pembibitan, TBM, dan TM. Penyebab penyakit dapat diketahui berdasarkan gejala yang tampak pada tanaman terserang.
Penyakit gugur daun yang disebabkan oleh Oidium heveae dikenal juga sebagai penyakit embun tepung. Daun-daun yang berumur 1-9 hari apabila terserang permukaannya mengeriput, ujung daun mengering dan akhirnya gugur sehingga tanaman menjadi gundul. Daun-daun yang berumur 10-15 hari apabila terserang, pada jaringan daun tampak adanya bercak yang tembus cahaya/translucens –tetapi daun tidak gugur. Di bawah permukaan daun terdapat koloni bundar berwarna putih seperti tepung halus yang terdiri dari benang-benang dan spora jamur. Spora ini mudah diterbangkan oleh angin dan mudah tercuci dari permukaan daun oleh air hujan. Serangan berat terjadi apabila cuaca kering diselingi dengan hujan yang singkat pada malam atau pagi hari pada saat tanaman sedang membentuk daun-daun muda, terutama di kebun dengan ketinggian 300 meter dari permukaan laut (dpl). Penularan penyakit ini melalui spora yang diterbangkan oleh angin sehingga dapat mencapai jarak yang jauh. Penyakit gugur daun yang disebabkan oleh Colletotrichun gloeosporioides, pada daun muda yang terserang terlihat bercak-bercak berwarna coklat kehitaman, keriput, bagian ujungnya mati dan menggulung yang akhirnya gugur. Pada daun yang berumur lebih dari 10 hari serangan Colletotrichum gloeosporioides, menyebabkan bercak-bercak daun berwarna coklat dengan halo berwarna kuning dan permukaan daun menjadi kasar. Serangan lebih lanjut bercak tersebut menjadi berlubang. Disamping menyerang daun, C. gloeosporioides dapat pula menyerang ranting muda yang masih berwarna hijau dengan menimbulkan gejala busuk, kering dan akhirnya mati pucuk (die back). Penyakit gugur daun yang disebabkan oleh
Corynespora cassicola diawali dengan bercak coklat dan selanjutnya berkembang menjadi guratan menyerupai tulang ikan. Bercak ini akan meluas sejajar dengan urat daun dan kadang tidak teratur. Daun mejnadi kuning dan coklat kemerahan kemudian gugur. Penyebaran penyakit melalui spora yang dibawa oleh angin. Tanaman yang terserang mengalami gugur berulang kali sehingga meranggas sepanjang tahun (Anonim,1991).
Pengamatan : Pengamatan dilakukan setiap 3 hari sekali mulai pada saat tanaman membentuk tunas baru sampai daun menjadi hijau. Pengamatan dilakukan pada 10 pohon sampel yang tersebar merata di dalam areal kebun yang diamati. Intensitas serangan dinyatakan dalam tajuk, makin tipis kerapatan tajuk makin berat intensitas serangannya yaitu:
Kerapatan tajuk 25 - < 50 % = serangan penyakit daun berat
Kerapatan tajuk > 50 – 75 % = serangan penyakit daun ringan
Pengambilan keputusan untuk pengendalian segera dilakukan terutama pada gejala serangan penyakit yang berat di areal pertanaman yang diamati.
Kanker Garis
Penyakit kanker garis yang disebabkan oleh Phytophthora palmivora diawali dengan adanya selaput tipis berwarna putih dan tidak begitu jelas menutupi alur sadap. Bila dikerok, diatas irisan sadap akan tampak garis-garis tegak berwarna coklat atau hitam. Garis-garis ini akan berkembang dan berpadu satu sama lain membentuk jalur hitam yang tampak seperti retakan membujur pada kulit pulihan. Terkadang di bawah kulit pulihan akan terbentuk gumpalan lateks yang mengakibatkan pecahnya kulit, kemudian keluar tetesan lateks berwarna coklat dan berbau busuk. Penyakit ini mengakibatkan kerusakan berupa benjolan-benjolan atau cekungan-cekungan pada bekas bidang sadap lama sehingga penyadapan berikutnya sulit dilakukan. Kanker garis sering dijumpai pada kebun-kebun yang terletak di daerah beriklim basah dan kelembabannya tinggi serta tanaman yang disadap terlalu dekat dengan tanah. Penularan penyakit melalui spora yang disebarkan oleh angin dan air hujan. Pengamatan : Pengamatan dilakukan setiap hari sadap selama musim hujan, terutama di kebun-kebun yang sering terserang kanker garis. Semua tanaman/pohon yang menunjukkan gejala serangan harus segera dilakukan tindakan pengendalian dengan pengolesan fungisida. Tanaman yang telah dikendalikan diamati setiap minggu. Bila masih tersebut bagian yang menunjukkan gejala serangan kulit membusuk maka dilakukan lagi pengolesan fungisida.
C. Penyakit yang Sering Ditemui di Perkebunan Tanaman Karet
1. Mouldy Rot

Mouldy Rot yang merupakan penyakit pada bidang sadapan, mempunyai arti yang penting dalam budidaya karet. Penyakit merusak bidang sadapan, sehingga pemulihan kulit terganggu dan menyulitkan penyadapan seterusnya. Mouldy Rot yang berat apabila tidak dirawat akan mengakibatkan terjadinya luka-luka besar, sehingga bidang sadapan rusak sama sekali dan tidak mungkin disadap lagi.
Untuk pertama kali penyakit ini diketahui di Malaysia Semenanjung pada Tahun 1916. Pada waktu yang hampir bersamaan penyakit ini juga ditemuka di Jawa (de Fluiter, 1937, 1939a; Steimann, 1925). Di daerah-daerah yang curah hujannya tinggi, penyakit dapat sangat merugikan.
Mouldy Rot terdapat di kebanyakan negara penghasil karet, kecuali di Indocina, Srilanka, dan Afrika Barat (Wastie, 1975)
Penyebab serangan
Ceratocystis fimbriata, sinonimnya ceratos tomella fimbriata. Jamur ini mempunyai hifa berwarna hitam kecoklatan.beberapa hari setelah infeksi jamur membentuk tubuh buah, yaitu peritesium yang bulat dengan leher panjang. Dalam peritesium terdapat banyak askus berbentuk bulat telur atau bulat, mengandung 8 askospora bulat atau bulat telur, tidak berwarna. Askospora keluar dari peritesium bersama-sama dengan cairan dan membentuk tetes-tetes mengkilat. Peritesium mempunyai panjang 440-560
μm (termasuk lehernya), dan lebarnya lebih kurang 180μm, yang telah terlihat dengan loupe. Askospora berukuran 4,5-8,7 × 3,5-4,7 μm. Askus mudah sekali pecah, sehingga awalnya peritesium dianggapsebagai piknidium. Hifa yang tumbuh dari askospora segera membentuk dua macam spora yaitu konidium (oidium) dan klamidospora. Konidium tidak berwarna, ukurannya sangat variabel, rata-ratanya 20,8 × 5,3 μm. Klamidospora bulat atau jorong, berwarna coklat tua, sering pangkalnya agak menonjol, dengan ukuran 15,9 × 13,1 μm.
Bagian tanaman yang diamati:
Bidang sadap
Tanda serangan
Tanda serangan Mouldy Rot
Adanya lapisan beledru berwarna kelabu sejajar dengan alur sadap. Apabila lapisan dikerok, tampak bintik-bintik berwarna coklat kehitaman. Serangan bisa meluas sampai ke kambium dan bagian kayu. Bekas serangan membentuk cekungan berwarna hitam seperti melilit sejajar alur sadap. Bekas bidang sadap bergelombang sehingga menyulitkan penyadapan berikutnya atau tidak bisa lagi di sadap.
Interval pengamatan
1-2 minggu selama musim hujan
Intensitas serangan
Ringan : lapisan beledru berwarna kelabu sejajar dengan alur sadap
Berat : bagian yang sakit membusuk dan berwarna kehitaman
Pengambilan keputusan pengendalian
Apabila ditemukan satu saja tanaman yang menunjukkan gejala harus segera dilakukan pengendalian pada tanaman itu saja. Sehingga cepat pulih dan membentuk kulit bidang sadap yang baru. Pengendalian
 Menanam klon resisten terutama di tempat yang beriklim basah atau rawan penyakit (GT 1 atau Avros 2037);
 Pisau sadap diberi desinfektan sebelum digunakan;
 Menurunkan intensitas penyadapan dari S 2/d2 menjadi S 2/d3 atau S 2/d4 atau menghentikan penyadapan pada serangan berat;
 Hindari torehan yang terlalu dalam pada saat penyadapan agar kulit cepat pulih;
 Tanaman yang sudah terserang dioles fungisida 5 cm diatas irisan sadap sehari setelah penyadapan dan getah belum dilepas;
 Interval pengolesan 1-2 minggu sekali sampai tanaman kembali sehat;
 Fungisida yang dianjurkan antara lain Difolatan 4 F 2%; Difolatan 80 WP 2%; Bavistin 50 WP 2%; Derosol 60 WP 0,1%; Topsin M 75 WP 2%; Benlate 50 WP 0,5%; Indofol 476 F 2%.

2. Jamur Upas

Jamur upas (pink disease) terutamamerugikan karet muda, yang berumur 3-8 tahun. Jamur ini juga dapat menyerang tanaman yang lebih tua, tetapi kerugian yang ditimbulkannya tidak berarti. Pada karet muda, jamur dapat mematikan batang atau cabang yang menyebabkan tajuk kurang berkembang sehingga tanaman lambat dapat disadap dan hasilnya pun kurang.
Jamur upas terdapat di seluruh daerah tropika, sehingga menjadi masalah di semua negara penanam karet di Asia, Afrika dan Amerika Selatan. Kerugian yang cukup besar terjadi di Indonesia, Malaysia, Thailand, India dan Filipina. Di Srilanka, penyakit kurang merugikan, sedangkan di Cina dan negara-negara penghasil karet di Afrika dan Amerika Selatan, jamur upas bukan penyakit yang penting (Allen, 1994; Wastie 1975).
Penyebab Serangan :
Upasia salmonicolor, meskipun sampai sekarang dikenal dengan nama corticium salmonicolor B, jamur disebut Erythricium salmonicolor Burdsall. Pada stadium teleomorf (III) yang berwarna merah jambu, jamur upas membentuk gada. Basidiospora tidak berwarna, berbentuk buah per (pyriform) dengan ujung runcing, 9-12 × 6-7 μm, sterigma panjang 4-5 μm. Sporodokium pada stadium anamorf (V) berwarna merah bata sampai merah tua, 0,5-1,5 mm, menghasilkan konidium berbentuk jorong tidak teratur, dan ukurannya tidak tertentu.
Bagian tanaman yang diamati
Batang, cabang dan ranting
Tanda serangan
serangan lanjut jamur upas
Tanda serangan jamur upas
 Stadium sarang laba-laba

Pada permukaan kulit bagian pangkal atau atas percabangan tampak benang putih seperti sutera mirip sarang laba-laba
 Stadium bongkol

Adanya bintil-bintil putih pada permukaan jaring laba-laba
 Stadium corticium

Jamur membentuk selimut yaitu kumpulan benang-benang jamur berwarna merah muda. Jmur telah masuk ke jaringan kayu
 Stadium necator

Jamur membentuk lapisan tebal berwarna hitam yang terdiri dari jaringan kulit yang membusuk dan kumpulan tetesan lateks yang berwarna coklat kehitaman meleleh di permukaan bagian terserang. Cabang atau ranting yang terserang akan membusuk dan mati serta mudah patah. Interval pengamatan
1-2 minggu sekali, dimulai pada awal sampai akhir musim hujan terutama daerah yang sering diserang jamur upas dan berkelembaban tinggi.
Intensitas serangan
Ringan : bagian pangkal atau atas percabangan tampak benang putih seperti sutera.
Berat : cabang atau ranting yang terserang akan membusuk dan mati serta mudah patah.
Pengambilan keputusan pengendalian
Apabila terdapat benang-benang jamur seperti sutera pada pangkal percabangan atau pada bagian atasnya perlu segera dilakukan pengendalian.
Pengendalian
 Cabang/ranting yang telah mati dipotong dan dimusnahkanC;
 Cabang yang masih menunjukkan gejala awal segera dioles dengan fungisida;
 Pada kulit yang mulai membusuk, harus dikupas sampai bagian kulit sehat kemudian; di oles fungisida hingga 30 cm ke atas dan ke bawah dari bagian yang sakit;

3. Bercak Daun Drechslera

Bercak daun Drechslera, yang masih banyak disebut sebagai bercak daun Helminthosporium, dalam bahasa Inggris disebut bird’s eye spot, karena bercak mirip dengan mata burung. Menurut Wastie (1975) penyakit ini terdapat di semua negara Penanam karet.
Penyakit terutama timbul pada semai di pembibitan dan disini dapat cukup merugikan. Pertumbuhan bibit terganggu sehingga okulasi dan penanaman di lapangan tertunda. Selain itu, karena kondisi bibit kurang baik, persentase berhasilnya penempelan juga berkurang. Gangguan ini terutama tersa pada okulasi-hijau (green-budding) yang lebih memerlukan ketepatan waktu daripada okulasi biasa. Pada bibit yang lemah, pemotongan batang-bawah setelah okulasi hijau dapat menyebabkan matinya bibit.
Penyebab Serangan :
Drechslera heveae, namun sampai sekarang masih banyak dikenal dengan nama Helminthosporium heveae Petch. Di Srilanka, konidium jamur berwarna coklat, berbentuk kumparan yang sering agak bengkok, berdinding tebal, bersekat 8-11, berukuran 100-200 × 15-18 μm. Konidiofor panjangnya 80-200 μm. Sementara di Sumatera, Drechslera heveae mempunyai konidium yang ukurannya lebih kecil, bersekat 1-10, dengan ukuran 38-114 × 12-17 μm.
Bagian tanaman yang diamati
Daun
Tanda serangan
Bercak-bercak bulat, bergaris tengah 1-3 mm, dengan pusat yang tembus cahaya dan tepi coklat sempit yang jelas, mirip dengan mata burung. Gejala ini terjadi bila infeksi berlangsung pada waktu daun sudah mencapai ukurannya yang penuh, tetapi masih tergantung lemas. Pada daun muda, tidak terjadi bercak daun dengan batas yang tegas. Tepi atau seluruh permukaan daun menjadi hitam dan keriput. Pada daun yang lebih tua, yang kutikulanya sudah berkembang dan helaian daunnya sudah lebih kurang mendatar (horizontal), bercak-bercak tetap kecil dan berwarna coklat tua. Di pusat bercak yang tembus cahaya pada sisi bawah daun sering terlihat tepung hitam yang terdiri atas konidium jamur. Seringkali pada daun yang sama terdapat ketiga macam gejala yaitu pucuk keriput, mata burung yang khas, dan bercak coklat tua yang menunjukkan bahwa daun ini mendapat infeksi berulang-ulang selama perkembangannya. Pengendalian
 Pembibitan jangan dibuat di tanah yang sangat berpasir, miskin, dan kurang dapat menahan air.
 Harus diusahakan agar bibit tumbuh sebaik-baiknya dengan pemupukan seimbang.
 Bibit dilindungi dengan fungisida untuk keperluan ini dapat dipakai fungisida tembaga seperti bubur Bordeaux atau oksiklorida tembaga.
 Perlindungan dengan penyemprotan hanya perlu dilakukan apabila ada tanta-tanda bahwa pembibitan akan terserang berat, dan bibit akan diokulasi dengan segera (Wastie,1975).



KOPI

Penyakit tanaman kopi
Masalah penyakit merupakan masalah yang tidak pernah lepas dalam praktek budidaya tanaman dalam hal ini misalkan kopi. Penyakit yang meneyerang kopi dapat menyebabkan kerugian secara langsung dan kerugian secara tidak langsung. Penyakit yang menyebabkan kerugian secara langsung biasanya menyerang buahnya sehingga menyebabkan kerugian secara langsung terhadap produksi dan harga jual kopi. Sedangkan penyakit yang menyebabkan kerugian secara tidak langsung biasanya menyerang daun. Penyakit yang menyerang daun ini biasanya berpengaruh terhadap proses fotosintesis yang juga akan mempengaruhi proses pembentukan buah. Sehingga disebut kerugian secara tidak langsung. Banyak penyakit yang sering menyerang kopi di lapangan yaitu akan dijelaskan di bawah ini.
Penyakit pada daun
1. Coffee Leaf Rust (CLR) merupakan penyakit karat daun yang disebabkan oleh Hemileia vastatrix melalui penyebaran angin dan udara. Sporanya berbentuk seperti kutil. Penyakit ini umumnya menyerang daun muda dengan kondisi kelembaban lingkungan tinggi. Penyakit ini lebih menyerang perkebunan kopi arabika. Penyakit ini jarang menyerang tanaman kopi robusta. Hal ini karena perkebunan robusta umumnya berada di dataran rendah yang memiliki kelembaban lingkungan yang rendah.

Ciri-ciri tanaman yang terserang:
- Awalnya terdapat bercak kuning muda yang berubah menjadi kuning tua didaun bagian bawah. Bercak ini meluas, mulai dari 0,5 cm hingga menjadi 5 cmdan akanmemenuhi permukaan daun.
- Tahap infeksi berikutnya, bercak berwarna kuning tua akan berubah menjadi cokelat dibagian atas daun dan mengubah daun menjadi kering dan mati. Pada stadiumyang lanjut, serangan penyakit ini mampu menggugurkan seluruh daun dan membuat tanaman menjadi gundul dan mati.
2. Penyakit bercak daun. Disebabkan oleh Cercospora coffeicola. Penyakit ini bisa menyerang kopi jenis arabika dan robusta. Serangannya dimulai dari daun lalu merusak bagian buah.

Ciri-ciri tanaman yang terserang:
- Penyakit ini biasanya menyerang saat pembibitan atau persemaian.
- Terdapat bercak berwarna cokelat dan cokelat tua berbentuk bulat. Setelah itu, ber
cak cokelat tersebut berubah menjadi putih dan kelabu seperti debu. Diameter bercaknya sekitar 0,5-1 cm.
- Untuk bagian buah, penyakit bercak daun umumnya menyerang bagian buah yangmendapat banyak cahaya.
3. Penyakit daun hangus. Disebabkan oleh Root dauw.

Ciri-ciri tanaman yang terserang:
- Adanya lapisan berwarna hitam dipermukaan daun
- Terdapat kumpulan semut dibagian daun
- Suhu daun yang terserng mengalami kenaikan dan menyebabkan kelayuan

Penyakit pada bunga
Penyakit pada bunga biasanya disebabkan oleh iklim yang ekstrem atau kondisi tanah yang sangat lembab dan basah. Contoh penyakitnya adalah sebagai berikut:
1. Bunga bintang. Penyakit ini umumnya menyerang tanaman kopi jenis arabika.
Ciri-ciri tanaman yang terserang:
- Daun mahkota bunga berwarna hijau, tebal, dan melengkung kearah dalam.
- Tidak tampak tangkai sari dibagian benang sari, sedangkan putik tumbuh normal.
- Mahkota bunga menyelubungi benang sari.
- Bunga tidak akan menjadi buah

Penyakit pada buah
Penyakit bercak hitam. Disebabkan oleh Cephaleuros coffea. Patogen ini umunya menyerang buah kopi yang belum matang.
Ciri-ciri tanaman yang terserang:
- Terdapat bercak-bercak hitam pada buah kopi muda (berwarna hijau)
- Terdapat rambut-rambut halus dan butiran-butiran berwarna merah dibuah kopi

Penyakit pada batang dan ranting
1. Jamur upas. Disebabkan oleh Upasia salmonicolor. Ciri-ciri tanaman yang terserang:
- Terdapat selaput berwarna merah jambu dan akan berubah menjadi putih dibatang. Jika batang sudah berubah menjadi putih, artinya kulit batang sudah mati.

Untuk ranting dan daun, ujung-ujung ranting terlihat mati serta daun menguning dan berguguran. disebakan jamur Rhizoctonia.
Penyakit pada Akar
1. Penyakit akar hitam
Disebabkan oleh jamur Rosellinia bunodes dan Rosellinia arcuata. Ciri-ciri tanaman yang terserang:
- Pertumbuhan dipucuk puhon tidak normal
- Daun menjadi kekuningan dan layu atau rontok
- Batang dan kulit kayu tiba-tiba busuk dan mati secara mendadak
- Jika tanaman dicabut, terdapat benang atau serabut berwarna hitam di akar dan leher akar. Kumpulan jamur tersebut membentuk satu lapisan hitam.
- Jika kulit kayu dikupas, terdapat bintik-bintik hitam. Sementara itu jika kulit kayu dibelah membujur, terdapat garis-garis hitam. Tanda tersebut merupakan ciri-ciri serangan Rosellinia bunodes.
- Jika kulit kayu dikupas terdapat benang atau serabut cendawan berwarna putih yang bentuknya seperti bintang. Tanda tersebut merupakan ciri khas serangan Rosellinia arcuata.
2. Penyakit akar cokelat

Umumnya menyerang kopi robusta. Disebabkan oleh jamur Fomes noxius atau Phellinus lamaensis. Jika masih muda, benang atau serabut yang dibentuknya berwarna cokelat jernih. Setelah tua, warnanya berubah menjadi cokelat kehitaman. Ciri-ciri tanaman yang terserang.
- Terdapat kerak tanah berwarna cokelat kehitaman yang merekat kuat di bagian akar tanaman. Kerak tersebut terbentuk dari benang atau serat yang berasal dari jamur yang membungkus akar dan mengeluarkan lendir yang mempunyai daya rekat kuat.



MANGGA

Penyakit Mangga
1. Penyakit Gleosporium
Cendawan Gloeosporium mangifera menyebabkan bunga menjadi layu, buah busuk, daun berbintik-bintik hitam dan menggulung. Mempunyai morfologi hifa berseptat warna hialin kemudian berubah berwarna hitam. Aservulus banyak terbentuk pada bagian tanaman yang sakit kecuali pada buah. Konidum berbentuk menjorong atau bulat telur dengan bagian ujung membulat dan tidak berseptat dengan warna hialin. Patogen dapat bertahan pada ranting-ranting atau daun-daun mangga yang sakit dipohon atau permukaan tanah. Pada kelembaban tinggi patogen akan membentuk konidium atu spora yang keluar melalui aservulus yang berlendir dan berwarna merah jambu serta spora atau konidia tersebut disebarkan oleh percikan air hujan dan serangga. Infeksi pada buah dapat melalui inti sel buah yang sudah matang dan pori-pori buah pada tanaman yang masih muda. Keadaan cuaca yang lembab sangat lembab sngat cocok untuk pembentukan spora dan sangat cocok untuk terjadinya infeksi. Patogen ini tidak tumbuh pada kelembaban yang kurang dari 95^ C . Tingkat ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit ini tergantung jenis mangga dan bagian tanaman yang diserang. Bagian tanaman yang tumbuhnya cepat lebih rentan pada patogen ini.
2. Penyakit diplodia
Morfologi cendawan Diplodia sp. membentuk piknidium dengan konidium membentuk jorok, bersel 1 dan hialin pada waktu muda dan bersel 2 saat dewasa dan berwarn gelap. Patogen dapat bertahan dihidup pada ranting-ranting dan kulit pohon yang terinfeksi. Penyinaaran matahari secara penuh dan mendadak pada pangkal batang dan akibat pemangkasan cabang yang terlalu berat, dapt mendorong perkembangan patogen tersebut. Pemetikan buah pada saat cuaca lembab dan pembentukan luka dapat mendorong terjdinya infeksi pada buah yang kita panen. Gejala tanaman yang diserang pada ranting atau batang mengeluarkan blendok, kulit berwarna gelap, kemudian menering dan mengendap selanjutnya pecah dan mengelupas seperti kepingan. Pada bagian yang luka menjadi kanker dan pada serangan berat akan menimbulkan kematian sel atau jaringan. Patogen ini dapat menyebabkan mati pucuk (dieback) pada ranting tanaman dan busuk lunak pada buah.
3. Cendawan jelaga
Penyebab Meliola mangifera atau jamur Capmodium mangiferum. Daun mangga yang diserang berwarna hitam seperti beledu. Warna hitam disebabkan oleh jamur yang hidup di cairan manis. Biasanya cendawan ini berasosiasi dengan semut atau kutu-kutuan karena menghasilkan embun madu. 4. Bercak karat merah
Penyebab ganggang Cephaleuros sp. Menyerang daun, ranting, bunga dan tunas sehingga terbentuk bercak yang berwarna merah. Penyakit ini sangat mempengaruhi proses pembuahan.Sehingga, dapat menurunkan hasil panen lebih dari setengah hasil normal.
5. Kudis buah
Cendawan Elsinoe mangiferae menyerang tangkai bunga, bunga, ranting dan daun. Gejala yang terjadi adanya bercak kuning yang akan berubah menjadi abu-abu pembuahan tidak terjadi dan bunga berjatuhan.
6. Penyakit Antraknose (Colletotrichum sp.)
Gejala terjadi bintik-bintik hitam pada flush, daun, malai dan buah. Serangan menghebat jika terlalu lembab, banyak awan, hujan waktu masa berbunga dan waktu malam hari timbul embun yang banyak. Apabila bunganya terserang maka seluruh panenan akan gagal karena bunga menjadi rontok.
7. Penyakit Blendok
Penyebab Diplodia recifensis yang hidup di dalam lubang yang dibuat oleh kumbang Xyleborus affinis). Lubang mengeluarkan blendok (getah) yang akan berubah warna menjadi coklat atau hitam.

Penyakit Umum pada Tanaman Mangga
No
Nama Penyakit
Nama Patogen
1
Layu benih
Pythium vexans
2
Embun tepung
Oidium mangiferae
3
Bercak daun kelabu
Pestalotiopsis maniferae
4
Busuk akar
Rigidoporus microporus
5
Bercak daun bakteri
Pseudomonas mangiferae-indicae
6
Antraknosa
Colletotrichum gloesporiodies
7
Embun jelaga
Capnodium mengiferum
8
Kudis buah
Elsinoe mangiferae
9
Bercak karat merah
Cephaleuros mycoidea
10
Diplodia
Diplodia natalensis

Penyakit Penting Tanaman Mangga
No
Nama Penyakit
Nama Patogen


1
Embun jelaga
Capnodium mengiferum
2
Bercak karat merah
Caphaleuros mycoidea









MANGGIS

Penyakit Pada Komoditas Manggis
Pengelola komoditas tanaman manggis (Pak Arya), sebenarnya tidak terlalu mengeluhkan permasalahan mengenai berbagai penyakit tanaman pada manggis ini. Tanaman manggis yang ia kelola sekarang adalah milik orang tua mereka. Sehingga, tak ayal jika kondisi kebun yang ada bukan merupakan monokultur manggis , tetapi bercampur dengan berbagai jenis tanaman lain seperti kakao, rambutan dan lain-lain. Berdasarkan hasil surveilans tanaman manggis yang dilaksanakan di Kampung Cengal, Desa Karacak, Kabupaten Leuwiliang diperoleh daftar penyakit mayor dan minor pada tanaman manggis. Penyakit yang umum (Mayor) diantaranya adalah bercak daun yang disebabkan oleh Pestalotia sp. , penyakit getah kuning yang terdapat pada buah yang disebabkan oleh 7 cendawan Fusarium oxysforum, jamur upas yang disebabkan oleh Upasia salmonicolor, dan busuk buah yang disebabkan Botryodiplodia theobromae. Sedangkan penyakit minor yang ditemukan adalah mati ujung yang disebabkan oleh Diplodia sp. , kanker batang yang disebabkan oleh cendawan Botryosphaeria ribis, dan penyakit hawar benang yang disebabkan oleh cendawan Marasmius scandens.
Bercak daun. Gejala penyakit yang umum adalah adanya bercak tidak beraturan pada daun. Warna bercak berbeda-beda tergantung dari jenis patogennya. Gejala serangan Helminthosporium sp. berupa bercak berwarna coklat pada daun, Gloeosporium garciniae menimbulkan bercak berwarna hitam pada sisi atas daun, sedangkan Pestalotia (Pestalotiopsis) sp. adalah bercak dengan warna kelabu pada bagian tengahnya. Pada pengamatan di desa caracak, kami banyak menemukan bercak daun yang berwarna coklat yang disebabkan oleh Helminthosporium sp. (Juaidi dan Hadisurisno, 2003)
Getah Kuning. Banyak pendapat yang muncul tentang apa penyebab dari penyakit getah kuning ini. Hadisutrisno dalam Peni (1996) menduga getah kuning manggis ini disebabkan oleh infeksi cendawan Fusarium sp dan Botrydiplodia sp, namun belum dapat dipastikan apakah pathogen tersebut merupakan pathogen primer penyebab getah kuning atau hanya sebagai pathogen sekunder. Sunarjono (1998) menyatakan bahwa getah kuning timbul akibat tusukan Helopeltis antonii yang mengeluarkan toksin sehingga daging buah atau bekas tusukan menjadi kuning. Reza dkk. (2000) menyatakan bahwa penyakit ini disebabkan oleh aspek fisiologis, misalnya benturan oleh angin, luka bekas gigitan serangga dan luka saat pemanenan. Kurniadhi (2004) mengemukakan bahwa ada beberapa pendapat sehubungan dengan penyakit getah kuning pada buah manggis. Ada yang menduga penyakit getah kuning merupakan penyakit fisiologis, hal ini terjadi karena pecahnya sel-sel kulit buah yang disebabkan oleh perubahan potensial air. Akibatnya, keluar getah bewarna kuning menempel pada daging buah. Pendapat lain menyatakan bahwa penyakit getah kuning ini disebabkan terjadinya benturan antara buah yang satu dengan buah yang lain, sewaktu masih dipohon maupun ketika dilakukan pemanenan. Benturan itu menimbulkan luka pada kulit bagian dalam disusul keluarnya cairan getah bewarna kuning. Menurut Heyne (1998) menyatakan bahwa keluarnya getah kuning disebabkan oleh pengairan yang berlebihan setelah kekeringan. Melalui uji postulat Koch pada buah manggis yang mengeluarkan getah kuning di Laboratorium Hama dan Penyakit Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika. Hasil isolasi pada media PDA dari berbagai bagian buah yang bergetah kuning didapatkan 5 jenis cendawan dengan bentuk dan warna koloni yang berbeda. Semua cendawan yang diuji tidak 8 selalu menyebabkan terjadinya getah kuning pada buah, baik pada kulit maupun daging buah. Hal ini dapat dibandingkan dengan buah yang tidak diperlakukan (kontrol). Pada kontrol juga ditemukan adanya getah kuning pada kulit dan daging buah. Perlakuan Postulat Koch dengan cara tusukan dan penempelan isolat juga tidak membuktikan bahwa cendawan yang diisolasi dari buah yang bergetah kuning adalah penyebab munculnya getah kuning. Walaupun pada kulit buah bekas tusukan ditemukan getah kuning namun daging buahnya tidak bergetah kuning.
Gejala getah kuning pada manggis berasosiasi dengan bakteri yang berasal dari golongan gram positif dari genus Corynebacterium (Corynebacterium sp1, Corynebacterium sp2, Corynebacterium sp3). Bakteri ini diduga sebagai pathogen penyebab penyakit getah kuning pada manggis (Nurcahyani, 2005). Corynebacterium merupakan bakteri pathogen tanaman, dalam media komplek biasanya berbentuk tidak beraturan pada fase eksponensial. Bakteri ini menyebabkan penyakit dengan gejala puru, getah (berlendir) dan layu. Umumnya bakteri ini berasosiasi hanya dengan satu genus tanaman inang. Ukuran koloni Corynebacterium berkisar dari kecil (0,1-3 mm) sampai besar (5-8 mm). Morfologi koloninya bulat, cembung (convex), tidak beraturan dan fludial. Pada media yang kaya nutrisi biasanya akan terbentuk pigmen yang bewarna kuning atau orange, namun beberapa spesies memang tidak membentuk pigmen (Schaad dkk., 2001).
Getah kuning yang mengotori aril diduga karena rusaknya sel-sel epithelum penyusun saluran getah di endocarp yang terjadi secara skizogen. Sehingga dinding sel tidak memiliki lamela tengah dan diikuti dengan tekanan mekanik yaitu desakan petumbuhan aril dan biji ke arah luar selama fase pembesaran buah dan tekanan osmotik serta rendahnya kandungan Ca dan pH tanah. Hal ini kemungkinkan disebabkan oleh tekanan turgor sel, serangga, cendawan atau bakteri. Getah kuning yang dikoleksi dari kulit batang, kulit luar buah, pericarp buah muda, aril buah muda dan dewasa menunjukkan hasil positif terhadap senyawa triterpenoid, flavonoid dan tanin, akan tetapi menunjukkan uji negatif terhadap senyawa alkaloid, saponin dan steroid, kecuali getah kuning pada aril muda menunjukkan uji positif terhadap senyawa steroid (Dorly, 2009).
Jamur upas. Penyakit ini lebih banyak terjadi pada musim hujan. Cabang atau ranting mati akibat jaringan kulit yang mengering sehingga sering disebut penyakit mati cabang atau ranting. Pada awalnya cabang atau ranting yang terinfeksi berwarna mengkilat seperti perak, kemudian berubah warna menjadi merah jambu (seperti kerak). Kerak tersebut 9 merupakan massa miselium cendawan yang kemudian menyerang masuk ke dalam jaringan kulit. Pada saat itu jamur telah masuk ke dalam jaringan kulit dan menyebabkan matinya cabang. Penyakit-penyakit lain pada tanaman manggis ini diantaranya adalah mati ujung yang disebabkan oleh Diplodia sp. , kanker batang yang disebabkan oleh cendawan Botryosphaeria ribis, dan penyakit hawar benang yang disebabkan oleh cendawan Marasmius scandens.( Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2012)
Gambar 3. Gejala Penyakit pada tanaman Manggis
(Dari Kiri atas ke kanan bawah) Hawar Benang, Bercak Coklat, Jamur Upas,
Getah Kuning, Bercak Coklat, Busuk Buah
Busuk Buah. Gejala di lapangan dimulai dengan adanya kerak atau burik pada buah muda, burik berwarna coklat, pecah-pecah dan sedikit mengeluarkan getah berwarna kuning. Burik biasanya mulai dari ujung buah, kemudian menjalar ke arah sepal atau sebaliknya. 10 Burik dapat juga pada sisi buah (Gambar di atas). Kulit buah berwarna kehitam-hitaman dan mengkilap; selanjutnya warna berubah menjadi hitam suram. Perubahan warna kulit diawali di bagian dekat tangkai buah (pangkal buah), kemudian dengan cepat meluas ke seluruh bagian buah. Penampakan buah tidak menarik (burik) dan buah menjadi keras. Setelah dibuka daging buah berair, busuk dan lekat dengan kulit buah (Gambar di samping bawah). Penyakit ini juga terjadi pada buah di penyimpanan. Penyebab penyakit busuk buah ini adalah cendawan Botryodiplodia theobromae Penz. (Diplodia mangostanae Henn et Nyman), cendawan Colletotrichum gloeosporioides Pat atau Glomerella cingulata (Stonem). (Semanggun, 2007).
Hawar Benang. Gejala di lapangan dimulai pada permukaan cabang atau ranting terdapat benang-benang putih. Benang-benang putih tersebut hidup sebagai saprofit fakultatif, yakni dapat hidup sebagai saprofit dan hidup sebagai parasit. Cendawan berupa benang-benang putih, kemudian meluas hingga di bawah permukaan bawah daun dan menutupi seluruh permukaan daun, sehingga lambat laun daun yang terserang akan mati. Penyakit ini juga sering disebut thread blight


PEPAYA

Adapun penyakit-penyakit penting yang menyerang tanaman pepaya adalah:
a. Antraknosa

Penyakit ini disebabkan oleh patogen (Colletotrichum gloeosporioides). Penyakit ini muncul pada buah yang belum matang (bewarna hijau). Gejala tersebut dalam bentuk bercak-bercak cokelat sampai hitam pada buah. Gejala-gejala awal adalah kebasah-basahan dan terdapat cekungan pada buah. Bintik ini kemudian berubah menjadi hitam dan kemudian merah muda ketika jamur menghasilkan spora daging di bawah titik menjadi lembut dan berair, yang menyebar ke seluruh buah. Pada daun juga dapat dilihat. bintik yang akhirnya berubah menjadi cokelat. Pada buah, gejala muncul hanya pada saat pematangan dan mungkin tidak terlihat di waktu panen (Semangun 2000) Gejala yang nampak adalah adanya tempat cekung di permukaan buah, yang kemudian memperbesar membentuk lesion. Daging buah yang terkena menjadi lebih lembut dan cepat membusuk. Penyakit ini disebabkan oleh (C. gloeosporioides). Cendawan ini mempunyai aservulus berbentuk bulat, jorong, tidak teratur, berseta atau tidak. Seta mempunyai panjang yang variabel, tetapi jarang yang lebih dari 200mm, tebal 4-8mm, bersekat 1-4, bewarna cokelat, pangkal agak membengkak dengan ujung meruncing yang sering membentuk konidium pada ujungnya.
b. Bercak Daun Corynespora

Penyakit ini tersebar luas di daerah-daerah penanaman papaya di seluruh dunia.. Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini adalah pada daun terdapat bercak-bercak bulat dengan garis tengah mencapai 3cm, bewarna cokelat. Pusat bercak sering pecah sehingga bercak berlubang. Jika menyerang tangkai daun maka akan berbentuk jorong yang diliputi oleh miselium jamur tua bewarna cokelat. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Corynespora cassiicola. Dulunya nama pathogen ini adalah Helminthosporium cassiicola. Miselium bewarna cokelat muda dengan tebal 2-6mm membentuk konidiofor tunggal, tegakbatau agak lentur. Konidium berbentuk lurus, melengkung, atau seperti gada terbalik.
c. Busuk Akar dan Pangkal Batang

Penyakit ini merupakan salah satu penyakit penting di Indonesia. Hawar Phytophthora dapat menjadi salah satu penyakit yang menghancurkan sebagian besar dari pepaya. Penyakit ini muncul pada bermacam-macam umur. Selain pada akar dan batang, penyakit ini juga timbul di buah baik yang masih muda atupun dalam penyimpanan. Jamur ini menyebabkan berbagai kerusakan, termasuk damping-off, busuk akar, batang membusuk dan girdling, dan busuk buah. Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini adalah mula-mula daun layu, menguning, dan menggantung di sekitar batang sebelum rontok. Daun mudapun juga menunjukkan gejala yang sama sehingga tanaman hanya mempunyai sedikit daun-daun kecil di puncaknya. Pada akar gejalanya adalah terdapat akar-akar lateral yang membusuk menjadi massa bewarna cokelat tua, lunak, dan sering berbau tidak sedap. Pada semai penyakit ini menyebabkan rebah kecambah (damping off). Pangkal batang membusuk dan tampak seperti selai. Terdapat anggapan bahawa tanaman pepaya itu mudah. Jika penanaman hanya untuk kebutuhan sendiri, memang demikian. Namun, saat dikebunkan secara komersial, penyakit dumping off dan kapang daun di pembibitan menjadi masalah yang serius. Dumping off timbul kerana aerasi jelek atau kelembapan tinggi.Pemakaian pupuk kandang belum matang memicu munculnya penyakit ini. Di dataran tinggi, Phythium aphanidermatum tidak aktif. Peranannya diambil alih oleh Rhizoctonia dengan gejala serangan sama. Rebah batang dapat dihindari dengan memakai media semai steril. Sterilisasi dilakukan dengan medium suap air panas atau pemberian Basamid atau formalin 4% selama 24 jam.
3.4 Nilai ekonomi
Pepaya (Carica papaya L.) merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura unggulan di Indonesia. Tanaman pepaya memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Produksi pepaya selama lima tahun terakhir termasuk dalam kelompok lima besar produksi buah-buahan, terutama karena buah ini tersedia sepanjang tahun (Ditjen Hortikultura 2010). Produksi pepaya terbesar di Indonesia berasal dari Pulau Jawa. Selain dipanen buahnya, getah pepaya yang mengandung enzim papain digunakan pada industri minuman, farmasi, kosmetik, tekstil dan kulit, serta sebagai pembersih limbah (Astawan 2010). Indonesia menduduki peringkat keempat sebagai negara pengekspor produk tanaman pepaya (Kalie 2008).
3.5 Masalah penyakit yang menonjol
1. Antraknosa
1.1 Gejala

Penyakit ini disebabkan oleh patogen (Colletotrichum gloeosporioides). Penyakit ini muncul pada buah yang belum matang (bewarna hijau). Gejala tersebut dalam bentuk bercak-bercak cokelat sampai hitam pada buah. Gejala-gejala awal adalah kebasah-basahan dan terdapat cekungan pada buah. Bintik ini kemudian berubah menjadi hitam dan kemudian merah muda ketika jamur menghasilkan spora daging di bawah titik menjadi lembut dan berair, yang menyebar ke seluruh buah. Pada daun juga dapat dilihat. bintik yang akhirnya berubah menjadi cokelat. Pada buah, gejala muncul hanya pada saat pematangan dan mungkin tidak terlihat di waktu panen (Semangun 2000) Gejala yang nampak adalah adanya tempat cekung di permukaan buah, yang kemudian memperbesar membentuk lesion. Daging buah yang terkena menjadi lebih lembut dan cepat membusuk.
1.2. Penyebab penyakit
Penyakit ini disebabkan oleh patogen (Colletotrichum gloeosporioides). Klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides
Divisio : Mycota
Sub divisi : Eumycotyna
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Melanconiales
Family : Melanconiaceae
Genus : Colletotrichum
Species : Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Sacc.
C. Gloeosporioides umumnya mempunyai konidium hialin berbentuk silinder dengan ujung ujung tumpul, kadang-kadang berbentuk agak jorong dengan ujung agak membulat dengan pangkal yang agak sempit terpancung, tidak bersekat, berinti satu, panjang 9 – 24 x 3 - 6 μm, terbentuk pada konidiofor seperti fialid berbentuk silinder, hialin berwarna agak kecoklatan (Semangun, 2000).
1.3. Daur penyakit
Konidium membentuk buluh kecambah yang membentuk apresorium pada ujungnya. Penetrasi terjadi langsung dengan menembus kutikula, merusak dinding sel dan benang-benang jamur berkembang di dalam dan di antara sel-sel. Mula-mula kloroplas rusak dan diikuti dengan rusaknya mitokondria, selama proses infeksi patogen melepaskan enzim poligalakturonase, selulase, dan toksin (Semangun, 2000). Spora hanya dapat berkecambah bila ada air bebas, atau bila kelembaban nisbi udara tidak kurang dari 95 %. Infeksi tidak akan terjadi bila kelembaban udara kurang dari 96 %, spora tumbuh paling baik pada suhu 25 - 28 ˚C (Semangun, 2000).
1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Faktor ini ditentukan oleh keadaan lingkungan dan penanganan buah pepaya. Penyakit banyak ditemukan pada kebun-kebun yang lembab, pada tanah pH 5,5 atau lebih rendah. Kerusakan lebih banyak terjadi pada buah yang luka.
1.5.Pengelolaan penyakit

Memperbaiki saluran pembuangan air dan memberantas gulma secara intensif, memberikan pupuk yang berimbang dan ekstra sesuai dengan anjuran, tidak membuat luka pada buah, membersihkan lahan dari sisa tanaman yang berpenyakit, mengatur jarak tanam, tidak menanam pepaya secara tumpangsari dengan tanaman yang bisa menjadi inang alternatif dari C. gleosporioides.
2. Bercak Corynespora casiicola

2.1. Gejala
Penyakit ini tersebar luas di daerah-daerah penanaman papaya di seluruh dunia.. Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini adalah pada daun terdapat bercak-bercak bulat dengan garis tengah mencapai 3cm, bewarna cokelat. Pusat bercak sering pecah sehingga bercak berlubang. Jika menyerang tangkai daun maka akan berbentuk jorong yang diliputi oleh miselium jamur tua bewarna cokelat.
2.2. Penyebab penyakit
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Corynespora cassiicola. Dulunya nama pathogen ini adalah Helminthosporium cassiicola. Miselium bewarna cokelat muda dengan tebal 2-6m membentuk konidiofor tunggal, tegakbatau agak lentur. Konidium berbentuk lurus, melengkung, atau seperti gada terbalik
2.3. Daur penyakit
Konidium banyak ditemukan pada bercak daun dan disebarkan oleh angin dan air hujan. Di udara konidium paling banyak ditemukan pada tengah hari. Patogen yang menginfeksi jaringan daun dan buah muda tidak dapat berkembang sebelum jaringan tersebut menua.
2.4. Pengelolaan Umumnya penyakit ini tidak menimbulkan kerugian yang sangat berarti. Pengendalian yang selama ini dilakukan adalah menggunakan fungisida sintetik.
3. Penyakit bakteri

3.1. Gejala
Penyakit daun papaya ini pertama kali dilaporkan terjadi di Jawa Timur. Penayakit ini menimbulkan kerugian yang besar terutama pada musim 6 penghujan. Gejala ini ditimbulkan adalah pada tanaman muda daun menguning dan membusuk. Umumnya setelah beberapa lama tanaman akan mati pada tanaman atas, lama-kelamaan diikuti matinya seluruh tanaman.
3.2. Penyebab penyakit
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Erwinia papayae. Sebelumnya pernah disebut sebagai Bacillus papayae. Bakteri ini berbentuk basil, panjang 1,0-1,5m, berantai, tidak berspora, gram negative, dan aerob.
3.3. Daur penyakit
E. papayae dapat ditularkan oleh serangga. Cara pemencaran lainnya belum pasti. Infeksi dapat terjadi pada sisi atas maupun sisi bawah daun. Percobaan penularan ke tanaman lain tidak memberikan hasil. Penyakit ini berkembang baik pada musim penghujan.
3.4. Pengelolaan Sebelum meluas hal yang bisa dilakukan adalah bagian tanaman yang terinfeksi segera dibuang (dipotong dan dibakar). Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan budidaya dan pengelolaan tanaman yang baik sehingga
4. Busuk Akar dan Pangkal batang

4.1. Gejala
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit penting di Indonesia. Hawar Phytophthora dapat menjadi salah satu penyakit yang menghancurkan sebagian besar dari pepaya. Penyakit ini muncul pada bermacam-macam umur. Selain pada akar dan batang, penyakit ini juga timbul di buah baik yang masih muda atupun dalam penyimpanan. Jamur ini menyebabkan berbagai kerusakan, termasuk damping-off, busuk akar, batang membusuk dan girdling, dan busuk buah. Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini adalah mula-mula daun layu, menguning, dan menggantung di sekitar batang sebelum rontok. Daun mudapun juga menunjukkan gejala yang sama sehingga tanaman hanya mempunyai sedikit daun-daun kecil di puncaknya. Pada akar gejalanya adalah terdapat akar-akar lateral yang membusuk menjadi massa bewarna cokelat tua, lunak, dan sering berbau tidak sedap. Pada semai penyakit ini menyebabkan rebah kecambah (damping off). Pangkal batang membusuk dan tampak seperti selai. Terdapat anggapan bahawa tanaman pepaya itu mudah. Jika penanaman hanya untuk kebutuhan sendiri, memang demikian. Namun, saat dikebunkan secara komersial, penyakit dumping off dan kapang daun di pembibitan menjadi masalah yang serius. Dumping off timbul kerana aerasi jelek atau kelembapan tinggi.Pemakaian pupuk kandang belum matang memicu munculnya penyakit ini. Di dataran tinggi, Phythium aphanidermatum tidak aktif. Peranannya diambil alih oleh Rhizoctonia dengan gejala serangan sama. Rebah batang dapat dihindari dengan memakai media semai steril. Sterilisasi dilakukan dengan medium suap air panas atau pemberian Basamid atau formalin 4% selama 24 jam.
4.2. Penyebab penyakit
Penyakit ini disebabkan oleh patogen Phytophthora palmivora. Dahulu patogen ini sering disebut sebagai Ph. Faberi Maubl atau Ph. Theobromae. Patogen ini mudah dibiakkan. Patogen mempunyai banyak sporangium besar dalam karangan simpodial, mempunyai papil terminal yang menonjol.
4.3. Daur penyakit
Patogen ini merupakan patogen tular tanah dan dapat bertahan lama di dalam tanah yang mengandung banyak bahan organik. Selain itu, dapat menginfeksi berbagai tumbuhan inang, Patogen ini menyebar dengan bantuan air yang mengalir dia atas permukaan tanah. Diduga penyakit dapat menyebar dengan perantaraan sporangium yang terdapat pada permukaan buah yang terinfeksi.
4.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit
Penyakit ini umumnya dapat berkembang baik pada lingkungan yang sesuai. Kerugian besar dapat terjadi pada keadaan tanah yang basah, khususnya jika air mengalir di permukaan tanah. Selain itu suhu udara juga sangat membantu dalam perkembangan penyakit. Penyakit ini berkembang optimal pada suhu udara 20-30C. Infeksi lebih banyak terjadi pada akar yang luka. Selain itu juga pada buah mtang yang lebih rentan terhadap penyakit ini. Penyakit rebah kecambah yang sering menyerang persemaian terjadi pada suhu dan kelembaban yang tinggi. Penyakit dibantu oleh tanah yang basah, drainase, dan aerasi tanah yang buruk, penanaman biji terlalu dalam, dan jarak tanam yang terlalu rapat (Alfaeez 1987).
4.5. Pengelolaan
Pengelolaan penyakit ini dapat dilakukan dengan cara adanya drainase yang baik, mencegah penularan pada tanaman lain dengan membongkar dan memusnahkan bagian tanaman agar tidak menjadi sumber inokulum, selain itu diadakan rotasi dengan tanaman lain. Untuk pengendalian di persemaian dilakukan dengan cara menjaga pola pembibitan sehingga drainase dan aerasinya baik



TEH

Penyakit pada tanaman teh
Tanaman teh dapat terserang penyakit baik pada bagian daun maupun pada bagian akar. Penyakit daun diantaranya terdiri dari cacar daun teh (Exobasidium vexans), bercak kelabu (Pestaloptiopsis theae), bercak coklat (Colletotrichum camelliae), bercak cercospora (Cercospora theae), penyakit cercosporella (Cosporella theae), cara jala (Exobasidium reticulatum), karat merah (Cephaleuros parasiticus),busuk daun (Cylindrocladum scoparium) dan mati ujung petik (Pestalotia tehae). Sedangkan penyakit akar terdiri dari penyakit akar merah anggur (Ganoderma pseudoferreum), penyakit akar merah bata (Proriahypolatertia), Penyakit akar hitam ( Rosellinia arcuata). Pathogen tidak hanya menyerang bagian akar tetapi juga dapat menyerang bagian buah namun pathogen yang menyerang buah dapat dikatakan tidak berpengaruh pada produksi karena buah bukan merupakan sasaran dari produksi teh. Selain itu, pathogen dapat menyerang pada saat persemaian seperti Cylindrocladium ilicicola yang menyerang pada saat persemaian.
Penyakit pada teh yang digolongkan penting seperti Cacar daun teh, diamna penyakit ini disebabkan oleh Exobasidium vexans. biasanya gejala serangan terjadi pada pucuk peko, daun kedua dan daun ketiga. Gejala awal terjadi bintik-bintik putih tembus cahaya, kemudain bercak melebar dengan pusat tidak berwarna kemudian menonjol kebawah, lama-kelamaan pusat bercak menjadi coklat dan terlepas sehingga daun menjadi berlubang. Penyebaran penyakit biasanya di pengaruhi oleh kelembaban udara yang tinggi, angin, ketinggian lokasi dan sifat dari tanaman tersebut. Pengendalian pada penyakit ini dilakukan denagn pengaturan naungan, pemangkasan teh pada musim kemarau, pengaturan pemetikan kurang dari 9 hari mengurangi sumber penularan baru karena pucuk terserang sudah terpetik. Dan penanaman varietas tahan penyakit cacar seperti PS1 dan RB 1.
Penyakit busuk daun dapat disebabkan oleh Cylindrocladum scoparium biasanta menyerang tanaman teh dipersemaian, adanya penyakit ini dapat menyebabkan kematian pada bibit. Bibit yang terserang biasanya mengalami bercak-bercak coklat pada daun induknya dimulai dari bagian ujung atau ketiak daun. Pada serangan lanjut, daun induk terlepas dari tangkainya dan akhirnya stek mati. Penyebaran terjadi karena konidia dari patogen tersebut dapat bertahan ditanah. Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan cara dilakukan pencegahan yaitu mengatur kelembaban dpersemaian dan membuat parit penyalur air agar ridak terjadi penggenangan. Jika sudah terjadi gejala biasanya digunakan penyemprotan dengan fungisida.
Penyakit akar biasanya menular karena adanya kontak antara akar sehat dan akar sakit melalui miselium yang terdapat pada tanah atau pada sisa-sisa tanaman. Tanaman yang terserang biasanya menunjukan gejala daun menguning, layu, gugur dan akhirnya tanaman mati. Penyebaran penyakit dapat dipengaruhi oleh jenis atau kondisi tanah dan jenis tanamn pelindung. Pengendalian dapat dilakukan dengan penanaman pohon pelindung yang tahan, pembongkaran tanaman yang terserang, menjaga kebersihan kebun dan pemberian Trichoderma 200 gram pada lubang tanah bekas tanaman yang di bongkar, dan tanamna disekitarnya pada awal musim hujan. Perlakuan ini dilakuakn setiap 6 bulan sekali sampai tidak ditemukan penyakit akar pada daerah tersebut. Pengendalian untuk semua penyakit akar pada tanaman teh biasanya sama (Sukarja 1983).
Penyakit mati ujung (Die back) disebabkan Pestalotia longiseta menyerang tanaman melalui luka atau bagian daun yang rusak. Gejala pada daun diatndai dengan adanya bercak kecil berwarna coklat kemudian melebar. Pusat bercak biasanya berwarna abu-abu dengan pinggiran berwarna coklat. Pathogen juga dapat menyerang bagian ranting yang masih hijau dengan gejala yang sama. Miselium dapat menyebar ke tunas samping dan dapat mengakibatkan kematian pada ranting. Penyakit ini dapat terjadi pada tanaman yang kekurangan hara N dan K. Pemetikan yang tidak hati-hati, angin kencang, serta cahaya matahari yang diterima terlalu berlebihan. Pengendalian penyakit ini dapat dilakuakn dengan pemeliharaan tanman yang baik, pemberian pupuk yang seimbang, sanitasi tanaman yang sakit, pemberian tanaman naungan untuk mengurangi radiasi sinar matahari.
Penyakit karat merah yang disebabkan oleh Cephaloleheuros virescens gejala yang ditunjukan yaitu adanya bintil orange kecoklatan berbentuk seperti cakram pada permukaan atas daun yang lama kelamaan melebar dan tampa hangus. Warna jingga atau orange merupakan hormon hematokrom yang dikeluarkan pada saat kotak spora siap bereproduksi. Zoospora biasanya menyerang daun muda, tunas dan buah. Pengendalian terhadap penyakit ini biasanya dilakukan secara mekanis dan kimiawi. Secara mekanis basanya dilakukan dengan memangkas naungan karena bagian tanaman yang terinfeksi biasanya pada bagian yang ternaungi. Selain itu dilakukan denagn memperbaiki drainase agar kelembabanya berkurang. Sedangkan secara kimiawi dapat dilakukan dengan fungisida berbahan aktif tembaga dan senyawanya. Selain itu dapat dialkukan mencukupi kebutuhan air dan pupuk untuk mencegah tanaman stress, serta pemangkasan secara teratur agar sinar matahari dapat mengenai semua bagian tanaman (Sinulingga 2001)
Kerugian Akibat Penyakit pada Tanaman Teh
Adanya penyakit pada tanaman teh dapat menimbulkan kerusakan serta kematian pada tanaman. Hal ini akan berdampak pada penurunan hasil produksi, adnaya penurunan hasil produksi ini akan menimbulkan kerugian. Kerugian yang terjadi dapat berupa kerugian lansung dan tidak langsung. kerugian langsung berkaitan erat dengan bagian yang tanaman yang dimanfaatkan untuk dikonsumsi. Teh merupakan tanaman yang dimamfaatkan adalah bagian daunnya, ketika bagian daun tersebut terserang penyakit maka hal ini akan berpengaruh pada hasil produksi yang diperoleh maka kerugian yang diakibatkan oleh penyakit pada daun dapat di golongkan pada kerugian langsung. Sedangkan kerugian tidak langsung dapat terjadi ketika penyakit menyerang bagian tanaman yang tidak dikonsmsi, tapi keberadaanya mengganggu bagian yang dimanfaatkan.
Teh merupakan salah satu komoditi yang di ekspor. Uas perkebunan teh diindonesia mencapai 124.573 Ha dengan produksi 151.617 ton/ hari. Produksi teh indonesia untuk ekspor saat ini terkendala oleh adanya OPT seperti adanya penyakit cacar daun dimana penyakit ini merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kerugian langsung karena berhubungan langsung dengan bagian yang dikonsumsi. Luasa serangan yang terjadi di daerah Jawa Barat pada tahun 2011 menunjukan bahwa tingkat kerusakan ynag diakibatkan oleh penyakit cacar daun teh yaitu sebesar 5.796,84 Ha. serangan cacar daun teh dapat menurunkan hasil hingga 40-50% atau sekitar 65 juta rupiah kerugian yang di alami oleh petani teh. Selain itu, adannya serangan berdampak pada serangan kualitas teh. Dimana kualitas teh menjadi menurun akibat berkurangnya kandungan theaflavin, thearubigin, kafein, substansi polimer tinggi, dan fenol pada bahan baku pucuk teh yang menentukan cita rasa teh.

3 komentar:

  1. gunakan gandasil dalam upaya meningkatkan produksi

    BalasHapus
  2. tanaman cengkeh bermasalah akibat jamur semrotkan masalgin 50wp dan Velimek 80wp

    BalasHapus
  3. Bicara soal Buah? Silahkan Coba Pupuk buah Jempolan di link ini sudah teruji pada padi dan Cacao:
    https://www.facebook.com/notes/elias-tana-moning/pupuk-buah-hebat-organik-groaloe/10154287912317464

    BalasHapus