Selasa, 15 Januari 2013

pipit 2



III. KLASIFIKASI KEMAMPUAN LAHAN MENURUT SISTEM USDA–AS
Sistem klasifikasi kemampuan lahan yang banyak digunakan di Amerika Serikat ® sistem USDA, yang dikemukakan dalam agricultural handbook no. 210 (Klingebiel & Montgomery, 1961). ® merupakan perbaikan dari sistem Hockensmith & Steele (1943). pengelompokan kemampuan lahan dalam sistem ini dilakukan secara kualitatif dan dapat ® merupakan pendekatan pertama dari pendekatan dua tahap menurut FAO (1976).
ISTEM INI MENGENAL TIGA KATEGORI, YAITU :
         KELAS
         SUB-KELAS 
         UNIT
KEMAMPUAN LAHAN UNTUK MEMPRODUKSI PERTANIAN SECARA UMUM, TANPA MENIMBULKAN KERUSAKAN DALAM JANGKA PANJANG

3.1. KEMAMPUAN LAHAN DALAM TINGKAT KELAS
         Kemampuan lahan menunjukkan kesamaan besarnya faktor-faktor penghambat
         Lahan dikelompokkan ke dalam KELAS I – VIII
         Lahan Kelas I sampai IV merupakan lahan yang sesuai untuk usaha pertanian, sedangkan Kelas V sampai VIII tidak sesuai untuk usaha pertanian atau diperlukan biaya yang sangat tinggi untuk pengelolaannya

3.2. KEMAMPUAN LAHAN DALAM TINGKAT SUBKELAS
         SUBKELAS ® pembagian lebih lanjut dari kelas berdasarkan faktor pembatas yang sama
         Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis ® bahaya erosi (e), genangan air (w), penghambat terhadap perakaran tanaman (s), dan iklim (c)
         Jenis-jenis faktor penghambat ini ditulis dibelakang angka kelas seperti berikut: IIIe, IIw, IVs, dan sebagainya

3.3. KEMAMPUAN LAHAN DALAM TINGKAT UNIT (SATUAN PENGELOLAAN)
         UNIT memberikan keterangan yang lebih spesifik dan detil daripada subkelas
         Lahan yang termasuk dalam suatu unit kemampuan lahan mempunyai kemampuan dan memerlukan cara pengelolaan (pemupukan dan lain-lain) yang sama untuk pertumbuhan tanaman.
         Mempunyai sifat-sifat yang sama dalam hal: (a) kemampuan memproduksi tanaman pertanian dan rumput makanan ternak, (b) memerlukan tindakan-tindakan konservasi dan pengelolaan yang sama, (c) tanaman yang ditanam pada lahan tersebut dengan pengelolaan yang sama akan memberi hasil yang kurang lebih sama (produksi rata-rata tidak akan berbeda lebih dari 25 persen)

3.4. KRITERIA KUANTITATIF KLASIFIKASI
Ø  Arsyad (1979) mengadakan modifikasi terhadap sistem asli-nya yang kualitatif  dan mengemukakan kriteria-kriteria yang lebih definitif yang dapat diterapkan untuk lahan di Indonesia
Ø  Faktor-faktor klasifikasi pada kategori kelas adalah faktor-faktor penghambat yang bersifat permanen atau sulit dapat diubah seperti tekstur tanah, lereng permukaan, drainase, kedalaman efektif tanah, tingkat erosi yang terjadi, liat masam (cat-clay) dan faktor-faktor lain yang sulit untuk diubah, seperti batuan di permukaan tanah, ancaman banjir atau genangan air yang tetap, dan iklim

Faktor-faktor tersebut digolongkan berdasarkan besarnya intensitas faktor penghambat atau ancaman sebagai berikut (Arsyad, 1979).

Tekstur tanah (t).
Dikelompokkan dalam lima kelompok sebagai berikut:
t1 : halus                      : liat berdebu, liat
t2 : agak halus  : liat berpasir, lempung liat berdebu, lempung berliat,                                                  lempung liat berpasir
t3 : sedang       : debu, lempung berdebu, lempung
t4 : agak kasar  : lempung berpasir
t5 : kasar                      : pasir berlempung, pasir

Permeabilitas (p)
Permeabilitas dikelompokkan sebagai berikut:
P1 : lambat                   : <0.5 cm/jam
P2 : agak lambat                      : 0.5 - 2.0 m/jam
P3 : sedang                  : 2.0 - 6.25 cm/jam
P4 : agak cepat             : 6.25 - 12.5 cm.jam
P5 : cepat                     : >12.5 cm/jam

Kedalaman sampai kerikil, padas, plinthit (k)
Kedalaman efektif dikelompokkan sebagai berikut:
K0 : dalam                   : >90 cm
K1 : sedang                  : 90 - 50 cm
K2 : dangkal                : 50 - 25 cm
K3 : sangat dangkal     : <25 cm

Lereng permukaan (l)
Lereng permukaan dikelompokkan sebagai berikut:
l0 (A) : 0 - 3%              : datar
l1 (B) :  3 - 8%              : landai/berombak
l2 (C) :  8 - 15%            : agak miring/bergelombang
l3 (D) : 15 - 30%          : miring/berbukit
l4 (E) :  30 - 45%          : agak curam
l5 (F) :  45 -65%           : curam
16 (F) : >65%               : sangat curam

Drainase tanah (d)
Drainase tanah diklasifikasikan sebagai berikut:

d0 
:
baik
:
tanah mempunyai peredaran udara baik. Seluruh profil tanah dari atas sampai lapisan bawah berwarna terang yang uniform dan tidak terdapat becak-becak
d1 
:
agak baik
:
tanah mempunyai peredaran udara baik. Tidak terdapat becak-becak berwarna kuning, coklat, atau kelabu pada lapisan atas dan bagian atas lapisan bawah
d2 
:
agak buruk
:
lapisan tanah atas mempunyai peredaran udara baik; tidak terdapat becak-becak berwarna kuning, coklat, atau kelabu. Becak-becak terdapat pada seluruh lapisan bawah
d3 
:
buruk
:
bagian atau lapisan atas (dekat permukaan terdapat warna atau becak-becak berwarna kelabu, coklat, dan kekuningan)
d4 
:
sangat buruk
:
seluruh lapisan permukaan tanah berwarna kelabu dan tanah bawah berwarna kelabu atau terdapat becak-becak kelabu, coklat, dan kekuningan

Erosi (e).
Kerusakan oleh erosi dikelompokkan sebagai berikut:
e0 
:
tidak ada erosi


e1 
:
ringan
:
<25% lapisan atas hilang
e2 
:
sedang
:
25-75% lapisan atas hilang
e3 
:
berat
:
>75% lapisan atas hilang, sampai < 25% lapisan bawah hilang
e4 
:
sangat berat
:
>25% lapisan bawah hilang

Faktor-faktor khusus
Faktor-faktor penghambat lain yang mungkin terdapat adalah batu-batuan dan bahaya banjir.
(A). Batu-batuan
Bahan kasar dapat berada dalam lapisan tanah atau di permukaan tanah. Bahan kasar yang terdapat dalam lapisan 20 cm atau di bagian atas tanah yang berukuran > 2 mm dibedakan atas kerikil dan batuan kecil.
Kerikil adalah bahan kasar yang berdiameter 2 mm - 7,5 cm jika berbentuk bulat atau sumbu panjangnya berukuran sampai 15 cm jika berbentuk gepeng. Kerikil di dalam lapisan 2 cm permukaan sebagai berikut:
b0 : tidak ada atau sedikit       : 0-15% volume tanah
b1 : sedang                               : 15-50% volume tanah
b2 : banyak                              : 50-90% volume tanah
b3 : sangat banyak                   : >90% volume tanah

Batuan kecil adalah bahan kasar atau berdiameter 7,5 - 25 cm jika berbentuk bulat atau sumbu panjangnya berukuran 15 - 4 cm jika gepeng. Banyaknya batuan kecil dikelompokkan sebagai berikut:

b0 
:
tidak ada atau sedikit
:
0-15% volume tanah
b1 
:
sedang
:
15-5% volume tanah; pengolahan tanah  mulai agak sulit dan pertumbuhan tanaman agak terganggu
b2 
:
banyak
:
50-90% volume tanah; pengolahan tanah  sangat sulit dan pertumbuhan tanaman terganggu
b3 
:
sangat banyak
:
>90% volume tanah; pengolahan tanah tidak mungkin dilakukan dan pertumbuhan tanaman terganggu

Batuan lepas: batuan lepas adalah batuan yang tersebar diatas permukaan tanah dan berdiameter > 25 cm (berbentuk bulat) atau bersumbu memanjang > 40 cm (berbentuk gepeng). Penyebaran batuan lepas di atas permukaan tanah dikelompokkan sebagai berikut:
b0 
:
tidak ada
:
< 0,01% luas areal
b1 
:
sedikit
:
0,01-3% permukaan tanah tertutup; pengolahan tanah dengan mesin agak terganggu tetapi tidak  mengganggu pertumbuhan tanaman
b2 
:
sedang
:
3-15% permukaan tanah tertutup; pengolahan tanah mulai agak sulit dan luas areal produktif berkurang
b3 
:
banyak
:
15-90% permukaan tanah tertutup; pengolahan tanah dan penanaman menjadi sangat sulit
b4 
:
sangat banyak
:
> 90% permukaan tanah tertutup; tanah sama sekali tidak dapat digunakan untuk tanaman

Batu tersingkap (rock). Penyebaran batuan tersingkap dikelompokkan sebagai berikut:
b0 
:
tidak ada
:
< 2% permukaan tanah tertutup
b1 
:
sedikit
:
2-10% permukaan tanah tertutup; pengolahan tanah dan penanaman agak terganggu
b2 
:
sedang
:
10-50% permukaan tanah tertutup; pengolahan tanah dan penanaman terganggu
b3 
:
banyak
:
50-90% permukaan tanah tertutup; pengolahan tanah dan penanaman sangat terganggu
b4 
:
sangat banyak
:
> 90% permukaan tanah tertutup; tanah sama sekali tidak dapat digarap

(B). Ancaman banjir/genangan
Ancaman banjir atau penggenangan dikelompokkan sebagai berikut:
O0 :
tidak pernah
:
dalam periode satu tahun tanah tidak pernah tertutup banjir untuk waktu lebih dari 24 jam
O1 :
jarang
:
Dalam periode kurang dari satu bulan banjir yang menutupi tanah lebih dari 24 jam terjadinya tidak teratur
O2 :
kadang-kadang
:
selama waktu satu bulan dalam setahun tanah secara teratur tertutup banjir untuk jangka waktu lebih dari 24 jam
O3 :
sering
:
selama waktu 2 - 5 bulan dalam setahun, secara teratur selalu dilanda banjir yang lamanya lebih dari 24 jam
O4 :
sangat sering
:
selama waktu enam bulan atau lebih tanah selalu dilanda banjir secara teratur yang lamanya lebih dari 24 jam.

Kriteria Klasifikasi Kemampuan Lahan
No.
Faktor
Kelas Kemampuan
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
1.
Tekstur tanah (t)
a. lapisan atas (40 cm)
t2/t3
t1/t4
t1/t4
(*)
(*)
(*)
(*)
t5
b. Lapisan bawah
t2/t4
t1/t4
t1/t4
(*)
(*)
(*)
(*)
t5
2.
Lereng permukaan (%)
i0 
i1
i2
i3
(*)
l4
i5
i6
3.
Drainase
d0/d1
d2
d3
d4
(**)
(*)
(*)
(*)
4.
Kedalaman efektif
k0 
k0 
k1
k2
(*)
k3 
(*)
(*)
5.
Keadaan erosi
e0 
e1
e1
e2
(*)
e3 
e4 
(*)
6.
Kerikil/batuan
b0 
b0 
b0 
b1
b2
(*)
(*)
b3
7.
Banjir
00 
01
02
03
04
(*)
(*)
(*)

IV. KLASIFIKASI KESESUAIAN LAHAN MENURUT SISTEM FAO
KERANGKA KLASIFIKASI MENURUT METODA FAO (1976)
      METODE FAO DAPAT DIPAKAI UNTUK KLASIFIKASI KUANTITATIF MAUPUN KUALITATIF, TERGANTUNG DARI DATA YANG TERSEDIA. KERANGKA DARI SISTEM KLASIFIKASI KESESUAIAN LAHAN INI MENGENAL 4 (EMPAT) KATEGORI, YAITU:
         ORDO ® MENUNJUKKAN APAKAH SUATU LAHAN SESUAI ATAU TIDAK SESUAI  UNTUK PENGGUNAAN TERTENTU;
         KELAS  ® MENUNJUKKAN TINGKAT KESESUAIAN SUATU LAHAN;
         SUB-KELAS  ® MENUNJUKKAN JENIS PEMBATAS ATAU MACAM PERBAIKAN YANG  HARUS  DIJALANKAN DALAM MASING-MASING KELAS;
UNIT  ® MENUNJUKKAN PERBEDAAN-PERBEDAAN KECIL YG  BERPENGARUH DALAM PENGELOLAAN SUATU SUB-KELAS

4.1. KESESUAIAN LAHAN PADA TINGKAT ORDO (ORDER)
PADA TINGKAT ORDO DITUNJUKKAN, APAKAH SUATU LAHAN SESUAI ATAU TIDAK SESUAI UNTUK SUATU JENIS PENGGUNAAN LAHAN TERTENTU. DIKENAL ADA 2 (DUA) ORDO, YAITU:
ORDO S (SESUAI): LAHAN YANG DAPAT DIGUNAKAN DALAM JANGKA WAKTU YANG TIDAK TERBATAS UNTUK SUATU TUJUAN YANG TELAH DIPERTIMBANGKAN.
ORDO N (TIDAK SESUAI): LAHAN YANG MEMPUNYAI KESULITAN SEDEMIKIAN RUPA, SEHINGGA MENCEGAH PENGGUNAANNYA UNTUK SUATU TUJUAN YANG TELAH DIRENCANAKAN

4.2. KESESUAIAN LAHAN PADA TINGKAT KELAS
         KELAS KESESUAIAN LAHAN ADALAH PEMBAGIAN LEBIH LANJUT DARI ORDO DAN MENUNJUKKAN TINGKAT KESESUAIAN DARI ORDO TERSEBUT.
         KELAS DIBERI NOMOR URUT YANG DITULIS DI BELAKANG SIMBOL ORDO

JIKA TIGA KELAS YANG DIPAKAI DALAM ORDO S DAN DUA KELAS YANG DIPAKAI DALAM ORDO N, MAKA PEMBAGIAN SERTA DEFINISINYA SECARA KUALITATIF ADALAH:
KELAS S1: SANGAT SESUAI (HIGLY SUITABLE).
KELAS S2: CUKUP SESUAI (MODERATELY SUITABLE).
KELAS S3: SESUAI MARGINAL (MARGINALLY SUITABLE).
KELAS N1: TIDAK SESUAI PADA SAAT INI (CURRENTLY NOT SUITABLE).
KELAS N2: TIDAK SESUAI UNTUK SELAMANYA (PERMANENTLY NOT SUITABLE).

4.3. KESESUAIAN LAHAN PADA TINGKAT UNIT
KESESUAIAN LAHAN PADA TINGKAT UNIT MERUPAKAN PEMBAGIAN LEBIH LANJUT DARI SUB-KELAS.
         PEMBERIAN SIMBOL DALAM TINGKAT UNIT DILAKUKAN DENGAN PENAMBAHAN ANGKA ARAB YANG DIPISAHKAN OLEH STRIP DARI SIMBOL SUB-KELAS. MISALNYA S2e-1, S2e-2 DAN SEBAGAINYA.
         UNIT DALAM SATU SUB-KELAS JUMLAHNYA TIDAK TERBATAS.


CONTOH PENAMAAN DARI ORDO SAMPAI UNIT ADALAH SEBAGAI BERIKUT:
ORDO

KELAS

SUB-KELAS

UNIT


S1

S2m

S2-e
S

S2

S2e

S2e-2

S3

S2me

Dsb


Dsb

Dsb









N1

N1m


N

N2

N1e




N2

dsb












SELAIN TINGKAT KELAS, MULAI DARI ORDO SAMPAI UNIT JUGA DIKENAL ISTILAH KESESUAIAN BERSYARAT ATAU CONDITIONAL SUITABLE ATAU CS (FAO, 1976).

JUMLAH SERTA JENIS KUALITAS DAN KARAKTERISTIK LAHAN YANG DIPERTIMBANGKAN DALAM EVALUASI LAHAN

No.
Kualitas Lahan
Karakteristik Lahan
Satuan
 A. Persyaratan Ekologi/Tumbuhan Tanaman
1.
Regim radiasi
·    Total radiasi: rata-rata panjang penyinaran     matahari
jam/hari
2.
Regim suhu
·    Rata-rata suhu tahunan
oC


·    Rata-rata suhu bulanan terdingin
oC


·    Rata-rata suhu bulanan terpanas
oC
3.
Ketersediaan air
·    Panjang periode pertumbuhan
hari/tahun


·    Total curah hujan pada periode pertumbuhan
mm


·    Jumlah bulan kering (<75 mm)
Bulan
4.
Kelembaban udara
·    Kelembaban nisbi udara
%
5.
Media perakaran
·    Drainase
Kelas


·    Tekstur tanah
Kelas


·    Kedalaman efektif tanah
Cm


·    sifat gambut: kematangan dan ketebalan
Cm
6.
Retensi hara
·    KTK (lapisan atas)
me/100gr tnh


·    KB (lapisan bawah)
me/100gr tnh


·    pH (lapisan atas)
-
7.
Ketersediaan hara
·    N total
kg/ha


·    P tersedia
kg/ha


·    K dapat ditukar
kg/ha
8.
Bahaya banjir
·    Periode lamanya banjir berlangsung
Minggu


·    Frekuensi banjir
-
9.
Kegaraman tanah
·    Salinitas atau sodisitas
mmhos/cm2
10.
Toksisitas
·    Kejenuhan aluminium
%


·    Bahan Sulfidik (kedalaman)
Cm
 B. Persyaratan Pengelolaan
11.
Kemudahan pengolahan
·    Tekstur lapisan atas
Kelas
12.
Potensi mekanisasi
·    Kemiringan lereng/lahan
%
 C. Persyaratan Konservasi
13.
Bahaya erosi
·    Kemiringan lereng/lahan
%


·    TBE (dengan rumus USLE)
ton/ha/tahun

Contoh Kriteria kesesuaian lahan untuk Jagung (Maize)
Kualitas/Karakteristik
Lahan
 
 
Kelas Kesesuaian Lahan

S1
S2
S3
N1
N2

Temperatur
(t)






Rata-rata tahunan
(oC)
20-26
>26-30
>30-32
15-<20
Td
Td
>32
<16

Ketersediaan air
(w)






Bulan Kering
(<75
mm)
1-7
>7-8
>8-9
Td
>9

Curah hujan/tahun
(mm)
>1200
900-1200
600-<900

<600

LGP
(hari)
>150
120-150
90-120
<90
<90

Media perakaran
(r)






Drainase Tanah

Baik, sedang
Agak
terhambat
Terhambat,
agak cepat
Td
Cepat, sangat
terhambat

Tekstur

L, SCL, SiL,
Si, CL,
SiCL,
SL, SC, C
LS, SiC, Str C
Td
Kerikil, pasir

Kedalaman Efektif
(cm)
>60
10-60
24->40
20-24
<24

Gambut







a. Kematangan


Saprik
Hemik
Saprik-Hemik
Fibrik

b. Ketebalan
(cm)

<100
100-150
>150-200
>200

Retensi Hara
(f)






KTK Tanah

≥Sedang
Rendah
Sangat rendah
Td


pH Tanah

6,0-7,0
>7,0-7,5
5,5-<5,9
>7,5-8,0
4,5-<5,5
>8,0-85
4,0-4,5
>8,5
<4,0

C-organik
(%)
>0,8
<0,8
Td
Td
Td

Kegaraman
(c)






Salinitas
(ds/m)
<2
2-4
>4-6
>6-8
>8

Toksisitas
(x)






Kejenuhan Al
(%)
<20
20-40
40-60
>60


Kedalaman Sulfidik
(cm)
>100
75-<100
50-<75
40-<50
<40

Kualitas/Karakteristik
Lahan
 
 
Kelas Kesesuaian Lahan
S1
S2
S3
N1
N2
Hara Tersedia
(n)





Total N

> Sedang
Rendah
Sangat rendah
-

P2O5 

Sangat tinggi
Tinggi
Sedang-rendah
Sangat rendah

K2O

> Sedang
Rendah
Sangat rendah
-

Kemudahan pengolahan
(p)



-

Konsistensi, besar butir



Sangat keras,
sangat teguh,
sangat lekat

berkerikil,
berbatu
Terrain/potensi
mekanisasi
(s/m)





Lereng
(%)
<3
3-8
>8-15
>15-24
>24
Batuan permukaan
(%)
<3
3-15
>15-40
Td
>40
Singkapan batuan
(%)
<2
2-10
>10-25
>25-40
>40
Tingkat bahaya erosi (TBE)
(e)
SR
R
S
B
SB
Lereng*)
(%)
(<3)
(3-8)
(>8-15)
(>15-24)
(>24)
Bahaya banjir
(b)
F0
F1
F2
F3
F4















Kriteria penilaian sifat-sifat kimia tanah (Pusat Penelitian Tanah, 1993)
Sifat Tanah
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
C (%)
<1.00
1.00-2.00
2.01-3.00
3.01-5.00
>5.00
N (%)
<0.1
0.1-0.2
0.21-0.5
0.51-0.75
>0.75
C/N
<5
5-10
11-15
16-25
>25
P2O5 HCl (me/ 100g)
<10
10-20
21-40
41-60
>60
P2O5 Bray (ppm)
<10
10-15
16-25
26-35
>35
P2O5 Olsen (ppm)
<4.5
<4.5-11.5
11.6-22.8
>22.8
-
K2O HCl 25% (me/100g)*)
<10
10-20
21-40
41-60
>60
K-total (ppm)**)
<100
100-200
210-400
410-600
>600
KTK (me/100g)***)
<5
5-16
17-24
25-40
>40
Susunan kation :





K (me/100g)
<0.2
0.2-0.3
0.4-0.5
0.6-1.0
>1.0
Na (me/100g)
<0.1
0.1-0.3
0.4-0.7
0.8-1.0
>1.0
Mg (me/100g)
<0.4
0.4-1.1
1.1-2.0
2.1-8.0
>8.0
Ca (me/100g)
<2
2-5
6-10
11-20
>20
Kejenuhan Basa (%)
<20
20-35
36-60
61-75
>75
Kejenuhan Aluminium (%)
<10
10-20
21-30
31-60
>60
Sangat masam
Masam
Agak
Masam
Netral
Agak
alkalis
Alkalis
pH H2O





<4.5
4.5-5.5
5.6-6.5
6.6-7.5
7.6-8.5
>8.5

*)         1mg/100g = 1mg/100.000 mg = 10 mg/1.000.000 mg = 10 ppm
**)       Puslittanak, 1993
***)     me/100 g = cmol (+)/kg

Penilaian kesesuaian lahan jagung
Kualitas dan Karakteristik
Lahan
Nilai Data
Kelas Kesesuaian
Lahan Aktual
Usaha
Perbaikan
Kelas Kesesuaian
Lahan Potensial
t. Rejim suhu

S1

S1
Suhu rata-rata tahunan
22oC
S1

S1
w. Ketersediaan air

S1

S1
bulan kering
3-6 bulan
S1

S1
Curah hujan tahunan
2625 mm/th
S1

S1
r. Media perakaran

S2

S2
Drainase tanah
Sedang
S1

S1
Tekstur tanah
Pasir berlempung
S2

S2
Kedalaman efektif
Sedang
S1

S1
Gambut; kematangan
-
-

-
Ketebalan
-
-

-
f. Retensi hara

S2

S1
KTK
Rendah
S2
Penambahan bahan organik
S1
pH
6,0
S1

S1
n. Ketersediaan hara

S3

S2
N total
0,12%
S2
Pemupukan N
S1
P tersedia
49 ppm
(sangat tinggi)
S1

S1
K tersedia
70 ppm
(sangat rendah)
S3
Pemupukan K
S2
i. Bahaya banjir

S1

S1
periode banjir
Tidak pernah
S1


frekuensi

S1


x. Kegaraman

S1

S1
salinitas
Tidak ada
S2

S1
g. Toksisitas

S2

S1
kejenuhan Aluminium
24%
S2
Pengapuran
S1
kedalaman pirit
Td
S1

S1
p. Kemudahan pengolahan

S1

S1
Tekstur
Pasir berlempung
S1

S1
Konsistensi
Tidak lekat
S1

S1
m. Potensi mekanisasi

S1

S1
Kemiringan lahan
2%
S1

S1
batu permukaan
0%
S1

S1
rock outcrop
0%
S1

S1
e. Bahaya erosi

S2

S1
TBE
Rendah
S2
Pencegahan erosi
S1
Sub-kelas kesesuaian lahan
Aktual (A)
= S3n
Potensial (P)
= S2rn

IV. EVALUASI SUMBERDAYA LAHAN UNTUK BERBAGAI PENGGUNAAN
Evaluasi dapat dilakukan untuk komoditas-komoditas dan bidang-bidang kegiatan
         Pertanian
Ø  Pertanian Tanaman Pangan (padi sawah, padi lahan kering, jagung, kedelai dll.)
Ø  Perkebunan (kelapa sawit, karet, kopi, kakao, dll)
Ø  Meliputi + 40 komoditas
         Kehutanan (Dep. Kehutanan, 2002)
         Perikanan (tambak)
         Engineering (bangunan, tempat pembuangan sampah)
         Tempat Wisata
         Irigasi

Kriteria Evaluasi Lahan yang dapat digunakan:
         Badan Litbang Departemen Pertanian (2002)
         LREP II (1994)
         Hardjowigeno & Widiatmaka (2007)





Konservasi, Degradasi dan Rehabilitasi Tanah

         Pengertian konservasi tanah:
         Konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah.
         Pengertian tersebut mengandung intisari:
         Penggunaan tanah sesuai dengan kemampuannya
         Memberi perlakuan sesuai dengan persyaratan
         Tidak terjadi kerusakan tanah.

v  Degradasi lahan:
         Degradasi lahan adalah kerusakan  tanah sehingga kehilangan satu atau lebih fungsinya yang mengakibatkan daya dukung tanah tersebut bagi  kehidupan di atasnya berkurang atau bahkan hilang.
         Penyebab:
1.      Erosi.
2.      Kehilangan unsur hara dan bahan organik.
3.      Terkumpulnya garam di daerah perakaran (salinisasi)
4.      Terkumpulnya atau terungkapnya senyawa yang bersifat racun/limbah industri.
5.      Aktivitas penambangan.
         Tipe degradasi lahan : Kimia ,Fisik & biologi

v  Erosi :
            Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat yang diangkut oleh air atau angin ke tempat lain.  Erosi merupakan salah satu penyebab utamadegradasi lahan

APA YANG DIMAKSUD LAHAN KRITIS?
Lahan yang sudah mengalami kerusakan lanjut sehingga kehilangan daya dukung bagi  kehidupan di atasnya.
Penyebab timbulnya lahan kritis yang utama di Indonesia termasuk di Bogor adalah erosi yang tidak terkendali.

1.2 Permasahan terkait  Degradasi lahan :
1.2.1. Lahan Kritis  Nasional
         Deptan : 18 juta ha lahan kritis (7 juta ha lahan potensial krtis, 6 juta ha semi kritis, 4,9 lahan kritis
         Dephut : 13,2 juta ha lahan kritis, 5,9 juta ha di dalam hutan, dan 7,3 juta ha di luar hutan
         BPS : 38,6 juta ha lahan kritis
Perlu Teknologi Rehabilitasi lahan kritis  untuk menjamin ketahanan pangan nasional

MENGAPA EROSI DAPAT MENGAKIBATKAN LAHAN MENJADI KRITIS?
Erosi menyebabkan hilangnya tanah lapisan atas yang subur.
Erosi menyebabkan berkurangnya kemampuan tanah menyerap dan menyimpan air.

Sifat tanah Latosol Citayam setelah tererosi selama 10 bulan sebesar 52.45 mm

Sebelum erosi
sesudah erosi
Bobot isi (g/cm3)
0.93
1.05
Permeabilitas (cm/jam)
3.11
1.43
Tahanan Penetrasi (kg/cm)
14.5
30.3

1.2.2  Permasalahan DAS kritis
v  DAS Kritis : Erosi lanjut, tutupan hutan minim à Banjir, kekeringan, sedimentasi
v   Jumlah DAS Kritis meningkat (1980 à 22 DAS, 1990 à 36 DAS, 2000 à 69 DAS)
v   Penanganan DAS kritis à multi stakeholder, multi institusi 
v   Di P.Jawa 16 DAS Super kritis

1.2.3 Banjir - Longsor
Banjir-longsor  terjadi akibat DAS kritis
       Frekuensi banjir dan longsor masih tinggi di Indonesia

1.2.4 Kekeringan dan Sedimentasi
Ø  . Kekeringan terjadi akibat
§   Kerusakan sifat fisik tanah (infiltrasi rendah)
§   Tutupan hutan pada suatu DAS sangat sedikit
Ø   Kekeringan mengakibatkan daerah irigasi padi sawah terganggu
Ø   Sedimentasi terjadi akibat erosi yang tingi di hulu
Ø   Sedimentasi menurunkan kualitas air dan merusak dam/waduk di hilir


2.  Tipe dan Penyebab Degradasi Lahan
2.1 Tipe Degradasi
2.1.1 Erosi : Pengikisan tanah (top soil) dan unsur hara

PENYEBAB UTAMA KERUSAKAN TANAH DI INDONESIAADALAH EROSI OLEH AIR.
Proses erosi sesungguhnya sederhana:
          Penghancuran oleh berbagai gaya penghancur (aktifitas berbagai kehidupan, percikan hujan, perendaman, dan aliran air).
      Pengangkutan oleh media angkut yaitu air yang mengalir.
FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN BESAR KECILNYA EROSI
      Iklim: terutama curah hujan, semakin tinggi curah hujan erosi semakin tinggi pula.
      Topografi: Semakin curam dan berbukit atau bergunung erosi semakin tinggi.
      Vegetasi: Penutupan vegetasi semakin rapat akan mencegah erosi semakin baik.
      anah: Ada tanah yang peka terhadap erosi, dan ada pula tanah yang relatif tahan terhadap erosi.
      Manusia: Perilaku manusia sangat menentukan besar kecilnya erosi. Ada kemungkinan perilaku manusia menekan atau meningkatkan erosi. 

FAKTOR HUJAN (R)
Curah hujan mempengaruhi erosi melalui
a)  Detachment  - > energi pukulan butir hujan (Tergantung Intensitas hujan,  ukuran  butir, dan kecepatan jatuh butir hujan
b) Aliran Permukaan

FAKTOR LERENG
Kemiringan lereng ( Persen/ derajad
Semakin curam lereng kecepatan aliran permukaan makin besar maka erosi juga makin besar
Kemiringan lereng ( Persen/derajad)
Semakin panjang lereng makin banyak aliran permukaan terakumulasi sehingga energi meningkat dan erosi meningkat

FAKTOR TANAMAN
Faktor tanaman  menurunkan erosi karena :
-  Melindungi tanah dari energi pukulan butir hujan 
-  Menurunkan laju aliran permukaan
-  Memperbaiki agregasi dan porositas tanah melalui akar dan   bahan organik

FAKTOR TANAH
      Masing-masing jenis tanah mempunyai kepekaan terhadap erosi  yang berbeda.
       Ukuran kepekaan tanah terhadap erosi disebut erodibilitas tanah (K)
       Kepekaan tersebut dipengaruhi : Tekstur,   Struktur dan Stabilitas agregat, Kadar bahan organik

Curah hujan, topografi,  dan sifat tanah lebih bersifat “given”  atau kita terima apa adanya.
Vegetasi kita dapat pilih-pilih, tetapi pilihan terbatas karena berbagai kepentingan.
Faktor manusia menjadi kunci dalam tindakan konservasi tanah dan air.
Yang perlu diperhatikan adalah:
Bagaimana cara mencegah agar tanah tidak hancur dan tidak terangkut oleh aliran air.

2.1 Tipe Degradasi  (cont’ed)
2.1.2 Non-Erosi
         Fisik : Pemadatan, surface crusting, laterisasi (Rasio silikat/sesquioksida rendah)
         Biologi : 
         Musnahnya flora dan fauna tanah sebagai akibat pembahkaran, penggunaan pestisida berlebuhan dan akibat pembuangan pollutant (limbah) sembarangan
         Kimia :
         Penurunan kandungan bahan organik dan unsur hara akibat  pembakaran hutan
         Kontaminasi logam berat
         Salinisasi

2.2 Penyebab Degradasi Lahan
2.2. 1  Alami    :
      Curah Hujan tinggi,
      Tanah peka erosi,
      Lereng curam
2.2.2   Manusia :
       Penggunaan lahan tidak sesuai dengan peruntukannya à Perambahan hutan
       Pertambangan: Merusak top soil, tailing yang memp. Ph<3 à micronutrient menjadi tidak tersedia
       Industri: Pembuangan limbah dengan kandungan garam dan logam berat

BAGAIMANA KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PENAMBANGAN DAPAT TERJADI?
Penggalian bahan tambang (pasir, bahan semen, emas) mengakibatkan hilangnya tanah lapisan atas dan tersingkapnya bahan induk atau bahkan batuan yang ada di bawah tanah. 
à Akibatnya bahan induk atau batuan yang ada dipermukaan tanah tidak lagi mampu mendukung pertumbuhan tanaman dan juga tidak mampu menjadi bafer lingkungan.

3. Rehabilitasi Lahan
q  3.1 Pencegahan :
         Penggunaan lahan sesuai peruntukannnya
        Kelas I, II, III, IV untuk Pertanian
        Kelas V, VI, VII, VIII untuk non-pertanian
         Pertahankan  erosi lebih kecil dari yang ditoleransikan  (Etol) à Perlu prediksi erosi (dg USLE) à Jika erosi besar Etol maka terapkan teknik KTA

      Pencegahan degradasi lahan yang diakibatkan erosi dapat dilakukan  dengan Teknik Konservasi Tanah dan Air yang dibagi atas 3 kelompok:
1.      Metode vegetatif
2.      Metode Mekanik
3.      Metode Kimia

METODE VEGETATIF
Fungsi vegetasi:
1.      Melindungi tanah dari percikan (daya rusak) air hujan.
2.      Menghambat dan Mengurangi aliran permukaan.
3.      Menambah daya resap tanah terhadap air.
Contoh: Tanaman Penutup Tanah, Penggunaan mulsa

METODE MEKANIK
Metode mekanik berfungsi:
1.      Memperlambat aliran permukaan
2.      Menampung air hujan dan menyalurkan aliran permukaan dengan aliran lambat.
3.      Memperbesar daya resap (infiltrasi)
4.      tanah terhadap air
ex: Guludan dari batu, Pembuatan teras bangku

3. 2 Rehabilitasi Lahan Kritis
         Revegetasi : Agroforestry, cover crop
         Amelioran   : Pupuk organik, bahan organik, mulsa
         Subsoiling         :  Menggemburkan subsoil
         Minimum tillage: Pengolahan tanah minimum
         Aplikasi bahan kimia: Misalnya Alcosrob Soil Fix untuk Hydro seeding
         Penanaman Pohon di Lapangan dengan menggunakan Alcosorb.
         Alcosorb dapat mengatasi Krisis Air untuk kebutuhan tanaman
         Aplikasi bahan kimia: Misalnya Alcosrob Soil Fix untuk Hydro seeding
Freeport Tailing Rec. Soilfix Polybead, Alcosrob Soil Fix untuk Hydro seeding pada Kaltim Prima Coal

PREDIKSI EROSI
       Menggunakan Rumus USLE (UNIVERSAL SOIL LOSS EQUATION)
       Rumus USLE menggunakan 5 faktor yang berpengaruh terhadap erosi, sebagai berikut: 
R         =          Erosivitas hujan
K         =          Erodibilitas tanah
LS       =          Faktor lereng
                        -  Panjang Lereng
                        -  Persen Lereng (kemiringan)
C         =          Faktor Tanaman
P          =          Faktor teknik Konservasi
Dimana Besar Erosi (A) = KRLSCP, satuan A adalah ton/ha/tahun
             





Perencanaan Penggunaan Lahan

Cakupan
1.      Prinsip-prinsip perencanaan penggunaan lahan
            termasuk kesesuaian lahan,
            land rent,
            tata ruang,   
            kebijakan pemerintah daerah,
            preferensi masy.,
            ketersediaan sarana dan prasarana, skala usaha).
2.      Proses perencanaan penggunaan lahan
3.      Perencanaan penggunaan lahan berkelanjutan
4.      Keterkaitan dengan rencana tata ruang wilayah

Potensi Sumber daya Lahan 
o  Ketersediaan lahan untuk usaha pertanian merupakan conditio sine-quanon (keharusan atau syarat mutlak) dalam mewujudkan peran sektor pertanian secara berkelanjutan (sustainable agriculture).
         Lahan merupakan faktor produksi yang utama namun unik karena tidak dapat digantikan dalam usaha pertanian. 
         Secara filosofis lahan memiliki peran dan fungsi sentral bagi masyarakat Indonesia yang bercorak agraris karena di samping memiliki nilai ekonomis lahan juga memiliki nilai sosial dan bahkan nilai religius.

Penutupan dan Penggunaan Lahan
Penutupan lahan (land cover) vs Penggunaan Lahan (Land Use)
o  Penutupan Lahan atau Tutupan  Lahan  (Land Cover) adalah kondisi fisik di atas permukaan bumi
o  Penggunaan lahan (land use) adalah perbuatan (modifikasi) manusia atas lingkungan alamiah menjadi lingkungan binaan seperti ladang, sawah, hingga permukiman
o  Informasi Mengenai Penutupan dan Penggunaan Lahan diperoleh melalui dua pendekatan: (1) survei lapangan dan (2) pemanfaatan teknologi penginderaan jauh (remote sensing)
o  Degradasi Lahan cenderung terus memburuk pada lahan-lahan tanpa perencanaan penggunaan lahan atau penggunaan akibat keputusan yang tidak tepat, struktur insentif kelembagaan yang mengaruh pada pengambilan keputusan penggunaan lahan yang tidak sesuai atau akibat kebijakan penggunaan lahan dengan cara pandang sempit (narrow approach) (FAO)

Penggunaan lahan merupakan upaya manusia yang terus menerus dalam memenuhi kebutuhannya dari sumberdaya lahan yang tersedia.

Penggunaan lahan sifatnya dinamis mengikuti perkembangan kehidupan manusia dan budayanya

     
      Dari berbagai sumberdaya alam:
Beberapa diantaranya misalnya iklim tidak dapat segera dipengaruhi oleh campur tangan manusia, sehingga sifatnya lebih stabil
SDA lainnya misalnya tanah, air, vegetasi segera dapat dipengaruhi oleh campur tangan manusia, bersifat mudah berubah dan tidak stabil (labil).

Perubahan Penggunaan dan Penutupan Lahan (Land Use-Cover Change atau LUCC) (FAO, 1997a; FAO/UNEP, 1999).
o  LUCC adalah bentuk pengaturan, aktivitas, dan input-input dimana manusia berperan dalam menentukan tipe-tipe penutupan lahan
o  Efek-efek LUCC global yang sangat signifikan berlangsug sejak pertengahan abad 18 (revolusi Industri) berupa deforestasi di negara-negara temperate
o  Efek-efek LUCC global akhir-akhir ini berupa deforestasi di negara-negara tropis dan dunia ketiga, urban sprawl (perluasan kota secara acak/tak teratur dengan kerapatan rendah), erosi tanah, degradasi tanah, salinisasi dan desertifikasi
o  LUCC dan penggunaan energi fosil adalah sumber utama dihasilkannya CO2 secara antropogenik dan gas-gas pencipta efek rumah kaca

Land Rent
Teori Dasar Pergeseran Penggunaan Lahan
o  Segala bentuk surplus manfaat (ekonomi, lingkungan dan sosial) yang diperoleh atas pemanfaatan lahan/ruang
Land rent
(1) Economic land rent
(2) Environmental Rent
(3) Social Rent

o  Economic land rent: surplus pendapatan yang diperoleh atas penggunaan bidang lahan”
            a. Ricardian Rent
            b. Location Rent
o  Environmental Rent: surplus lingkungan (manfaat jasa lingkungan yang diperoleh kawasan lainnya/di sekitarnya) yang diperoleh atas pemanfatan sebidang lahan”
o  Social Rent: ” manfaat sosial yang diperoleh atas penggunaan bidang lahan yang dinikmati kawasan di sekitarnya ”

Land Rent
Total Land Rent = Economic Rent (EcoR)
                                                  + Social Rent (SocR)
                                                  + Environmental Rent (EnvR)
Perencanaan Penggunaan lahan, Penataan Ruang dan Kebijakan Agraria adalah untuk meningkatkan Total Land Rent
Adanya trade off antara tujuan meningkatkan EcoR, SocR & EnvR

Economic Rent = Ricardian Rent + Location Rent
Ricardian Rent (RR): Merupakan rent (surplus) alamiah akibat adanya keunggulan komparatif (kualitas) suatu tempat karena sedemikian rupa menyebabkan tingginya efisiensi dan produktivitas sistem produksi/utilitas
            Contoh: Tanah subur, tanah datar, kekayaan alam (adanya air, bahan tambang berharga) dll
Location Rent (LR):  surplus yang timbul sebagai akibat  manfaat lokasi (tingginya aksesibilitas suatu tempat)

Land Rent
o  Rent yang paling menentukan dalam mekanisme pasar terkait dengan alih fungsi lahan
o  Mekanisme pasar tidak mengapresiasi bentuk-bentuk nilai jasa sosial maupun lingkungan yang tidak terinternalisasi (tidak dihitung) dalam sistem nilai pasar (harga pasar)
o  Kegagalan pasar (Market Failure) terjadi ketika mekanisme pasar gagal mendistribusikan dan mengalokasikan sumberdaya (termasuk ruang) secara efisien, adil dan berkelanjutan

Sifat Intrinsik Lahan
dalam mekanisme pasar
o  Alokasi pemanfaatan/penggunaan lahan termasuk alih fungsi (perubahan) penggunaan adalah fungsi dari (economic) land rent
o  Beberapa alih fungsi lahan bersifat irreversible
n  Misal: sawah berubah ke permukiman
o  Akibatnya alokasi/pasokan penggunaan lahan dengan land rent yang inferior bersifat inelastic dan bersifat sangat langka

Ruang
o  Ruang lebih luas dari lahan, karena tidak hanya mencakup daratan
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya

Tata Ruang
o  Situasi, fenomena atau keadaan mengenai pemanfaatan ruang
o  Tata Ruang ada baik yang direncanakan maupun  tidak direncanakan.
o  Wujud struktur dan pola (pemanfaatan) ruang

Pola (pemanfaatan) Ruang
o  Adalah distribusi pemanfaatan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi pemanfaatan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya
o  Pola spasial (spatial pattern)  pemanfaatan ruang.
o  Pola Penutupan dan Penggunaan Lahan adalah gambaran Pola Ruang di Wilayah Daratan

Struktur ruang
o  Adalah susunan pusat-pusat permukiman sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional.
o  Hal-hal yang menyangkut keterkaitan (interaksi, fenomena aliran dan interaksi) dan hirarki dari komponen-komponen ruang

Unsur-unsur truktur ruang
a. Susunan pusat-pusat aktifitas/pelayanan sistem permukiman (Hirarki antar pusat/keterkaitan)
b. Jaringan Prasarana

CONTOH STRUKTUR KAWASAN AGROPOLITAN
Kawasan Sentra Produksi (On-Farm)
Kota Tani Utama (Agropolis)
Kota Pemasaran Akhir (Out let)

Penataan Ruang  bagian dari Proses Pembangunan
o  Pembangunan: upaya melakukan perubahan ke arah yang lebih baik secara terencana
o  Penataan Ruang merupakan upaya melakukan perubahan tata ruang ke arah yang lebih baik: perubahan struktur dan pola pemanfaatan  ruang
o  Penataan Ruang: Kegiatan Perencanaan, Pemanfaatan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
o  Sebagai bagian dari upaya memenuhi kebutuhan masyarakat untuk melakukan perubahan atau upaya untuk mencegah terjadinya perubahan yang tidak diinginkan
o  Menciptakan keseimbangan pemanfaatan sumberdaya di masa sekarang dan masa yang akan datang (pembangunan berkelanjutan)

Penataan Ruang
Proses perencanaan, implementasi dan pengendalian pemanfaatan ruang

Tujuan Penataan Ruang
1.      Optimasi pemanfaatan sumberdaya: Meningkatkan efisiensi dan produktifitas pemanfaatan ruang
2.      Alat mendistribusi pemanfaatan sumberdaya secara merata, berimbang dan berkeadilan
3.      Pemanfaatan ruang dan sumberdaya secara berkeberlanjutan (sustainability)

Perencanaan Penggunaan Lahan dan Rencana Tata Ruang
Perencanaan
o  Suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya.
o  Suatu cara rasional untuk mempersiapkan masa depan.
o  Suatu kegiatan terkoordinasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu di dalam waktu tertentu.

Perencanaan itu sendiri dalam arti luas:
            Merupakan proses yang dilakukan secara sadar dan sistematis dari sejumlah kegiatan dalam memilih dan             mengembangkan tindakan yang paling baik untuk     mencapai tujuan tertentu.
            Dalam kaitan dengan pengertian ini Katz dalam        Tjokroamidjojo (1979) mengemukakan lima alasan             perlunya melakukan perencanaan:
1.            Dengan adanya perencanaan diharapkan terdapat                suatu pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi                       pelaksanaan kegiatan-kegitan yang ditujukan pada                pencapaian tujuan pembangunan;
2.            Dengan perencanaan maka dilakukan suatu peramalan                  (forecasting) terhadap berbagai hal dalam masa                      pelaksanaan yang akan dilalui. Peramalan dilakukan                     mengenai potensi-potensi dan prospek-prospek  perkembangan, tetapi juga mengenai hambatan-                          hambatan dan resiko-resiko yang mungkin dihadapi.                  Perencanaan mengusahakan supaya ketidakpastian              dapat dibatasi sesedikit mungkin;
3.      Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara yang terbaik atau kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara yang terbaik;
4.      Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas. Memilih urutan-urutan dari segi pentingnya suatu tujuan, sasaran maupun kegiatan usahanya; dan
5.      Dengan adanya rencana maka akan ada suatu alat pengukur atau patokan dalam melakukan pengawasan dan evaluasi.

Lima urutan tahapan dalam setiap perencanaan:
1.      pengumpulan data atau fakta yang diperlukan,
2.      penganalisisan fakta,
3.      penyusunan keputusan,
4.      pelaksanaan keputusan,
5.      penilaian hasil.
Kelima tahapan umum ini juga merupakan tahapan utama dalam kegiatan perencanaan penggunaan lahan.

Perencanaan Penggunaan Lahan bertujuan untuk:
1.      Mencegah penggunaan lahan yang salah tempat dalam mengupayakan terciptanya penggunaan lahan yang optimal;
2.      Mencegah adanya salah urus yang menyebabkan lahan rusak dalam mengupayakan penggunaan lahan yang berkesinambungan;
3.      Mencegah adanya tuna kendali dalam mengupayakan penggunaan lahan yang senantiasa diserasikan oleh adanya kendali;
4.      Menyediakan lahan untuk keperluan pembangunan yang terus meningkat; dan
5.      Memanfaatkan lahan sebesar-besarnya untuk kemakmuran manusia (Sandi, 1984; dan Silalahi, 1985).

Penatagunaan Tanah
(atau Pengelolaan Tata Guna Tanah) adalah: Penyerasian penggunaan tanah/lahan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah yaitu suatu upaya untuk mewujudkan rencana tata ruang wilayah diatas tanah/lahan dengan mengatur dan menyelenggarakan persediaan, peruntukan, penggunaan dan pemeliharaan tanah/lahan

Rencana Penggunaan Lahan dan Rencana Tata Ruang
o  Dimensi Spasial dari Rencana Pembangunan
o  Dua Unsur utama Rencana Tata Ruang
            (1) Rencana Pola Ruang
            (2) Rencana Struktur Ruang
Perencanaan Penggunaan Lahan di Indonesia adalah bagian utama di dalam Perencanaan Tata Ruang
Rencana Penggunaan Lahan adalah Rencana Pola Ruang di Wilayah Daratan dari Ruang Wilayah






Permasalahan dan Solusi Pemecahan Tanah Pertanian di Indonesia

Isue pokok : Negara agraris yang tidak mampu mencukupi kebutuhan pangan nabati maupun hewani rakyatnya
                                    Tidak import             Import                         Eksport
Beras:                               
Gandum:                                                        4-5 jt ton
Kedelei:                                                          1 juta ton
Jagung:                                                           1-2 jt ton
Gula:                                                              0.5-1 jt ton
Karet
Kopi                                                                                                 > 500.000 ton
Kakao                                                                                                      0.5- 1 Jt ton
CPO                                                                                             12-13 jt ton
Daging                                                        > 100.000 ton
Susu                                                            >   80.000 ton


PRODUKTIVITAS PERTANIAN DAN RENDEMEN RENDAH
Rata-rata prod Ind               Prod ideal
Beras:                                4.5 ton/ha                        6-7 ton /ha
Jagung                                    4-5 ton/ha                   8-10 ton/ha
Gandum:                                                                   
Kedelei:                                      0.8-1 ton/ha                        1.5- 2 ton/ha
Ubikayu:                                   10-15 ton/ha                        30-40 ton/ha
Gula:                                      80 ton/ha                                > 100 ton/ha
Kelapa Sawit                         18-20 ton/ha               >30 ton/ha

Issue yang berkembang saat ini
1. Sebagian besar tanah tidak subur
2. Kepemilkan lahan rata-rata sempit
3. Banyak dimiliki orang kota
4. Konversi lahan pertanian menjadi non pertanian berjalan sangat cepat
5. Penurunan kualitas lahan karena erosi
6. Konversi lahan hutan alam dan lahan gambut menyebabkan emisi karbon

Yang harus dilakukan:
Perlu perencanaan pembangunan pertanian yang terarah
Teknologi
-        Data SDM
-        Karakteristik tanah
-        Tanaman
-        Data fisik lainnya

Karakteristik Tanah di Indonesia
Beriklim basah
1.         Tanah dominan: Podsolik, Latosol / 
             Ultisol, Inceptisol
2.         Reaksi tanah masam
3.         Lahan datar sebagian besar sudah digunakan
4.         Lahan yang banyak tersedia adalah daerah berlereng, berbukit dan bergunung)

Erosi
Faktor-faktor yang mempengaruhi:
         Sifat hujan             …….   Curah Hujan : 600-800 mm - > 4000 mm
                                   Intensitas hujan: Ringan - tinggi
         Sifat lahan             …….. Lereng,
                        ……...             penutup lahan
         Sifat Tanah            …….. Tebal solum, kapasitas infiltrasi:   Tekstur,                                         struktur,type liat,  kandungan Bo,

Permasalahan Tanah Masam
         Kandungan basa-basa rendah
         Al-dd yang dapat meracuni tanaman tinggi
         Umumnya KTK rendah
         Ketersediaan hara P rendah
         Activitas bakteri tidak optimum

Pengelolaan Tanah Masam
         Pilih tanaman yang sesuai
         Usaha perbaikan:
     Penambahan bahan organik
     Penambahan kapur, RP, dolomit
         Pemupukan yang tepat

Masalah tanah: pH rendah, KTK rendah >>> dikapur, cari tanaman yang cocok

Tanah pada Lahan beriklim kering
         Peluang terjadinya kekeringan besar
         Solum tanah dangkal
         Bahaya erosi saat hujan

Pengelolaan Lahan beriklim kering
         Penyesuaian Jadwal tanam
         Pengelolaan bahan organik tanah
         Mengurangi evapotranspirasi (menutup dengan mulsa)
Memanfaatkan air hujan sebaik baiknya mis membangun penampungan air (embung

Sifat Lahan Rawa Gambut
         Lahan selalu tergenang
         Landuse asli: Hutan Rawa
         Tanah gambut
-Kematangan: fibrik, hemik, saprik
-Ketebalan : dangkal – dalam
-Landform unique: Umumnya dome shape
-Kandungan Unsur hara relatif yang rendah
-Kerapatan isi tanah rendah (<0.3 gr/cc
-Daya dukung tanah relatif rendah
-Bila di drainase
Subsidence (penurunan permukaan tanah)
Kebakaran                Hilangnya gambut

Pemanfaatan Lahan Gambut di Indonesia
         Secara tradisional
- Start dgn Tmn setahun kemudian dgn Tmn Tahunan
         Program Transmigrasi (1969 – 1998)
- Mula-mula ditujukan untuk persawahan
         Program Perkebunan dan HTI
- Perkebunan kelapa Hibrida
- Hutan Tanaman Industri       - Accacia crassicarpa
                                                - Eucalyptus

Secara tradisional para petani dari
Suku Banjar, Bugis, Dayak, dan masyarakat suku tradisional lainnya telah berhasil
Mengembangkan lahan gambut terutama dekat dengan sungai untuk usaha pertanian
  
Pengelolaan pada Lahan gambut
         Pengelolaan air harus baik
Tidak boleh terlalu tergenang pada musim hujan dan tidak boleh kekeringan pada musim kering, krn gambut mudah terbakar.
Lahan tidak benar benar datar
         Ada kemungkinan pyrite FeS2 teroksidasi akibat drainase

Cara pemerintah:
> Lebar, panjang, dalam
Cara tradisional
> Sempit, pendek, dangkal

Tanah Sulfat Masam
         Reaksi tanah sangat masam (pH <3.5)
         Kelarutan Al dan Fe sangat tinggi
         Ketersediaan unsur hara P rendah
         Dekomposisi bahan organik lambat
         Kandungan basa-basa rendah
         Vegetasi dominan : Purun kudung , Gelam (Melaleuca leucadendron)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar