III.
KLASIFIKASI KEMAMPUAN LAHAN MENURUT SISTEM USDA–AS
Sistem klasifikasi kemampuan lahan
yang banyak digunakan di Amerika Serikat ® sistem USDA, yang dikemukakan dalam agricultural handbook no.
210 (Klingebiel & Montgomery, 1961). ® merupakan perbaikan dari sistem Hockensmith & Steele (1943).
pengelompokan kemampuan lahan dalam sistem ini dilakukan secara kualitatif dan
dapat ®
merupakan pendekatan pertama dari pendekatan dua tahap menurut FAO (1976).
ISTEM INI
MENGENAL TIGA KATEGORI, YAITU :
•
KELAS
•
SUB-KELAS
•
UNIT
KEMAMPUAN LAHAN UNTUK MEMPRODUKSI PERTANIAN
SECARA UMUM, TANPA MENIMBULKAN KERUSAKAN DALAM JANGKA PANJANG
3.1. KEMAMPUAN LAHAN DALAM TINGKAT
KELAS
•
Kemampuan lahan menunjukkan
kesamaan besarnya faktor-faktor penghambat
•
Lahan dikelompokkan ke dalam
KELAS I – VIII
•
Lahan Kelas I sampai IV merupakan
lahan yang sesuai untuk usaha pertanian, sedangkan Kelas V sampai VIII tidak
sesuai untuk usaha pertanian atau diperlukan biaya yang sangat tinggi untuk
pengelolaannya
3.2. KEMAMPUAN LAHAN DALAM TINGKAT
SUBKELAS
•
SUBKELAS ® pembagian
lebih lanjut dari kelas berdasarkan faktor pembatas yang sama
•
Faktor-faktor tersebut dapat
dikelompokkan ke dalam beberapa jenis ® bahaya erosi (e), genangan air (w), penghambat terhadap perakaran
tanaman (s), dan iklim (c)
•
Jenis-jenis faktor
penghambat ini ditulis dibelakang angka kelas seperti berikut: IIIe, IIw, IVs,
dan sebagainya
3.3. KEMAMPUAN LAHAN DALAM TINGKAT
UNIT (SATUAN PENGELOLAAN)
•
UNIT memberikan keterangan
yang lebih spesifik dan detil daripada subkelas
•
Lahan yang termasuk dalam
suatu unit kemampuan lahan mempunyai kemampuan dan memerlukan cara pengelolaan
(pemupukan dan lain-lain) yang sama untuk pertumbuhan tanaman.
•
Mempunyai
sifat-sifat yang sama dalam hal: (a) kemampuan memproduksi tanaman pertanian
dan rumput makanan ternak, (b) memerlukan tindakan-tindakan konservasi dan
pengelolaan yang sama, (c) tanaman yang ditanam pada lahan tersebut dengan
pengelolaan yang sama akan memberi hasil yang kurang lebih sama (produksi
rata-rata tidak akan berbeda lebih dari 25 persen)
3.4. KRITERIA KUANTITATIF KLASIFIKASI
Ø Arsyad (1979) mengadakan modifikasi terhadap sistem asli-nya yang
kualitatif dan mengemukakan
kriteria-kriteria yang lebih definitif yang dapat diterapkan untuk lahan di
Indonesia
Ø Faktor-faktor klasifikasi pada kategori kelas adalah faktor-faktor
penghambat yang bersifat permanen atau sulit dapat diubah seperti tekstur
tanah, lereng permukaan, drainase, kedalaman efektif tanah, tingkat erosi yang
terjadi, liat masam (cat-clay) dan faktor-faktor lain yang sulit untuk
diubah, seperti batuan di permukaan tanah, ancaman banjir atau genangan air
yang tetap, dan iklim
Faktor-faktor tersebut digolongkan
berdasarkan besarnya intensitas faktor penghambat atau ancaman sebagai berikut
(Arsyad, 1979).
Tekstur tanah (t).
Dikelompokkan dalam lima kelompok
sebagai berikut:
t1 : halus : liat berdebu, liat
t2 : agak halus : liat berpasir, lempung liat berdebu, lempung
berliat, lempung liat berpasir
t3 : sedang : debu, lempung berdebu, lempung
t4 : agak kasar : lempung berpasir
t5 : kasar : pasir berlempung, pasir
Permeabilitas (p)
Permeabilitas dikelompokkan sebagai
berikut:
P1 : lambat : <0.5 cm/jam
P2 : agak lambat : 0.5 - 2.0 m/jam
P3 : sedang : 2.0 - 6.25 cm/jam
P4 : agak cepat : 6.25 - 12.5 cm.jam
P5 : cepat : >12.5 cm/jam
Kedalaman
sampai kerikil, padas, plinthit (k)
Kedalaman
efektif dikelompokkan sebagai berikut:
K0
: dalam : >90 cm
K1
: sedang : 90 - 50 cm
K2 : dangkal : 50 - 25 cm
K3 : sangat dangkal : <25 cm
Lereng permukaan (l)
Lereng
permukaan dikelompokkan sebagai berikut:
l0
(A) : 0 - 3% : datar
l1
(B) : 3 - 8% : landai/berombak
l2
(C) : 8 - 15% : agak miring/bergelombang
l3
(D) : 15 - 30% : miring/berbukit
l4
(E) : 30 - 45% : agak curam
l5
(F) : 45 -65% : curam
16
(F) : >65% : sangat curam
Drainase tanah (d)
Drainase tanah
diklasifikasikan sebagai berikut:
d0
|
:
|
baik
|
:
|
tanah mempunyai peredaran udara
baik. Seluruh profil tanah dari atas sampai lapisan bawah berwarna terang
yang uniform dan tidak terdapat becak-becak
|
d1
|
:
|
agak baik
|
:
|
tanah mempunyai peredaran udara
baik. Tidak terdapat becak-becak berwarna kuning, coklat, atau kelabu pada
lapisan atas dan bagian atas lapisan bawah
|
d2
|
:
|
agak buruk
|
:
|
lapisan tanah atas mempunyai
peredaran udara baik; tidak terdapat becak-becak berwarna kuning, coklat,
atau kelabu. Becak-becak terdapat pada seluruh lapisan bawah
|
d3
|
:
|
buruk
|
:
|
bagian atau lapisan atas (dekat
permukaan terdapat warna atau becak-becak berwarna kelabu, coklat, dan
kekuningan)
|
d4
|
:
|
sangat buruk
|
:
|
seluruh lapisan permukaan tanah
berwarna kelabu dan tanah bawah berwarna kelabu atau terdapat becak-becak
kelabu, coklat, dan kekuningan
|
Erosi (e).
Kerusakan oleh
erosi dikelompokkan sebagai berikut:
e0
|
:
|
tidak ada erosi
|
||
e1
|
:
|
ringan
|
:
|
<25% lapisan atas hilang
|
e2
|
:
|
sedang
|
:
|
25-75% lapisan atas hilang
|
e3
|
:
|
berat
|
:
|
>75% lapisan atas hilang, sampai < 25% lapisan
bawah hilang
|
e4
|
:
|
sangat berat
|
:
|
>25% lapisan bawah hilang
|
Faktor-faktor khusus
Faktor-faktor penghambat lain yang
mungkin terdapat adalah batu-batuan dan bahaya banjir.
(A). Batu-batuan
Bahan kasar dapat berada dalam lapisan
tanah atau di permukaan tanah. Bahan kasar yang terdapat dalam lapisan 20 cm
atau di bagian atas tanah yang berukuran > 2 mm dibedakan atas kerikil
dan batuan kecil.
Kerikil adalah bahan kasar yang berdiameter 2
mm - 7,5 cm jika berbentuk bulat atau sumbu panjangnya berukuran sampai 15 cm
jika berbentuk gepeng. Kerikil di dalam lapisan 2 cm permukaan sebagai berikut:
b0 : tidak ada atau sedikit : 0-15% volume tanah
b1 : sedang : 15-50% volume
tanah
b2 : banyak : 50-90% volume
tanah
b3 : sangat banyak : >90% volume tanah
Batuan kecil adalah bahan kasar atau berdiameter 7,5 - 25 cm jika berbentuk
bulat atau sumbu panjangnya berukuran 15 - 4 cm jika gepeng. Banyaknya batuan
kecil dikelompokkan sebagai berikut:
b0
|
:
|
tidak ada atau sedikit
|
:
|
0-15% volume tanah
|
b1
|
:
|
sedang
|
:
|
15-5% volume tanah; pengolahan tanah mulai agak sulit dan pertumbuhan tanaman
agak terganggu
|
b2
|
:
|
banyak
|
:
|
50-90% volume tanah; pengolahan tanah sangat sulit dan
pertumbuhan tanaman terganggu
|
b3
|
:
|
sangat banyak
|
:
|
>90% volume tanah;
pengolahan tanah tidak mungkin dilakukan dan pertumbuhan tanaman
terganggu
|
Batuan lepas: batuan lepas adalah batuan yang
tersebar diatas permukaan tanah dan berdiameter > 25 cm (berbentuk bulat)
atau bersumbu memanjang > 40 cm (berbentuk gepeng). Penyebaran batuan
lepas di atas permukaan tanah dikelompokkan sebagai berikut:
b0
|
:
|
tidak ada
|
:
|
< 0,01% luas areal
|
b1
|
:
|
sedikit
|
:
|
0,01-3% permukaan tanah tertutup; pengolahan tanah
dengan mesin agak terganggu tetapi tidak
mengganggu pertumbuhan tanaman
|
b2
|
:
|
sedang
|
:
|
3-15% permukaan tanah tertutup; pengolahan tanah
mulai agak sulit dan luas areal produktif berkurang
|
b3
|
:
|
banyak
|
:
|
15-90% permukaan tanah tertutup; pengolahan tanah dan penanaman menjadi sangat sulit
|
b4
|
:
|
sangat banyak
|
:
|
> 90% permukaan tanah
tertutup; tanah sama sekali tidak dapat digunakan untuk tanaman
|
Batu tersingkap (rock). Penyebaran batuan tersingkap dikelompokkan sebagai berikut:
b0
|
:
|
tidak ada
|
:
|
< 2% permukaan tanah
tertutup
|
b1
|
:
|
sedikit
|
:
|
2-10% permukaan tanah tertutup;
pengolahan tanah dan penanaman agak terganggu
|
b2
|
:
|
sedang
|
:
|
10-50% permukaan tanah
tertutup; pengolahan tanah dan penanaman terganggu
|
b3
|
:
|
banyak
|
:
|
50-90% permukaan tanah
tertutup; pengolahan tanah dan penanaman sangat terganggu
|
b4
|
:
|
sangat banyak
|
:
|
> 90% permukaan tanah
tertutup; tanah sama sekali tidak dapat digarap
|
(B). Ancaman
banjir/genangan
Ancaman banjir
atau penggenangan dikelompokkan sebagai berikut:
O0 :
|
tidak pernah
|
:
|
dalam periode satu tahun tanah
tidak pernah tertutup banjir untuk waktu lebih dari 24 jam
|
O1 :
|
jarang
|
:
|
Dalam periode kurang dari satu
bulan banjir yang menutupi tanah lebih dari 24 jam terjadinya tidak teratur
|
O2 :
|
kadang-kadang
|
:
|
selama waktu satu bulan dalam
setahun tanah secara teratur tertutup banjir untuk jangka waktu lebih dari 24
jam
|
O3 :
|
sering
|
:
|
selama waktu 2 - 5 bulan dalam
setahun, secara teratur selalu dilanda banjir yang lamanya lebih dari 24 jam
|
O4 :
|
sangat sering
|
:
|
selama waktu enam bulan atau
lebih tanah selalu dilanda banjir secara teratur yang lamanya lebih dari 24
jam.
|
Kriteria
Klasifikasi Kemampuan Lahan
No.
|
Faktor
|
Kelas Kemampuan
|
|||||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
VI
|
VII
|
VIII
|
||
1.
|
Tekstur tanah (t)
a. lapisan atas (40 cm)
|
t2/t3
|
t1/t4
|
t1/t4
|
(*)
|
(*)
|
(*)
|
(*)
|
t5
|
b. Lapisan bawah
|
t2/t4
|
t1/t4
|
t1/t4
|
(*)
|
(*)
|
(*)
|
(*)
|
t5
|
|
2.
|
Lereng permukaan (%)
|
i0
|
i1
|
i2
|
i3
|
(*)
|
l4
|
i5
|
i6
|
3.
|
Drainase
|
d0/d1
|
d2
|
d3
|
d4
|
(**)
|
(*)
|
(*)
|
(*)
|
4.
|
Kedalaman efektif
|
k0
|
k0
|
k1
|
k2
|
(*)
|
k3
|
(*)
|
(*)
|
5.
|
Keadaan erosi
|
e0
|
e1
|
e1
|
e2
|
(*)
|
e3
|
e4
|
(*)
|
6.
|
Kerikil/batuan
|
b0
|
b0
|
b0
|
b1
|
b2
|
(*)
|
(*)
|
b3
|
7.
|
Banjir
|
00
|
01
|
02
|
03
|
04
|
(*)
|
(*)
|
(*)
|
IV.
KLASIFIKASI KESESUAIAN LAHAN MENURUT SISTEM FAO
KERANGKA
KLASIFIKASI MENURUT METODA FAO (1976)
METODE FAO DAPAT DIPAKAI UNTUK
KLASIFIKASI KUANTITATIF MAUPUN KUALITATIF, TERGANTUNG DARI DATA YANG TERSEDIA.
KERANGKA DARI SISTEM KLASIFIKASI KESESUAIAN LAHAN INI MENGENAL 4 (EMPAT)
KATEGORI, YAITU:
•
ORDO ® MENUNJUKKAN APAKAH SUATU LAHAN SESUAI ATAU TIDAK SESUAI UNTUK PENGGUNAAN TERTENTU;
•
KELAS ® MENUNJUKKAN TINGKAT KESESUAIAN SUATU
LAHAN;
•
SUB-KELAS ® MENUNJUKKAN JENIS PEMBATAS ATAU MACAM PERBAIKAN
YANG HARUS DIJALANKAN DALAM MASING-MASING KELAS;
UNIT ® MENUNJUKKAN PERBEDAAN-PERBEDAAN KECIL YG BERPENGARUH DALAM
PENGELOLAAN SUATU SUB-KELAS
4.1. KESESUAIAN LAHAN PADA TINGKAT
ORDO (ORDER)
PADA TINGKAT ORDO DITUNJUKKAN, APAKAH
SUATU LAHAN SESUAI ATAU TIDAK SESUAI UNTUK SUATU JENIS PENGGUNAAN LAHAN
TERTENTU. DIKENAL ADA 2 (DUA) ORDO, YAITU:
ORDO S (SESUAI): LAHAN YANG DAPAT DIGUNAKAN DALAM JANGKA WAKTU YANG TIDAK TERBATAS
UNTUK SUATU TUJUAN YANG TELAH DIPERTIMBANGKAN.
ORDO N (TIDAK SESUAI): LAHAN YANG MEMPUNYAI KESULITAN SEDEMIKIAN RUPA, SEHINGGA MENCEGAH
PENGGUNAANNYA UNTUK SUATU TUJUAN YANG TELAH DIRENCANAKAN
4.2. KESESUAIAN LAHAN PADA TINGKAT
KELAS
•
KELAS
KESESUAIAN LAHAN ADALAH PEMBAGIAN LEBIH LANJUT DARI ORDO DAN MENUNJUKKAN
TINGKAT KESESUAIAN DARI ORDO TERSEBUT.
•
KELAS
DIBERI NOMOR URUT YANG DITULIS DI BELAKANG SIMBOL ORDO
JIKA TIGA KELAS YANG DIPAKAI DALAM
ORDO S DAN DUA KELAS YANG DIPAKAI DALAM ORDO N, MAKA PEMBAGIAN SERTA
DEFINISINYA SECARA KUALITATIF ADALAH:
KELAS S1: SANGAT SESUAI (HIGLY
SUITABLE).
KELAS S2: CUKUP SESUAI (MODERATELY
SUITABLE).
KELAS S3: SESUAI MARGINAL (MARGINALLY
SUITABLE).
KELAS N1: TIDAK SESUAI PADA SAAT
INI (CURRENTLY NOT SUITABLE).
KELAS N2: TIDAK SESUAI UNTUK
SELAMANYA (PERMANENTLY NOT SUITABLE).
4.3. KESESUAIAN LAHAN PADA TINGKAT
UNIT
KESESUAIAN
LAHAN PADA TINGKAT UNIT MERUPAKAN PEMBAGIAN LEBIH LANJUT DARI SUB-KELAS.
•
PEMBERIAN
SIMBOL DALAM TINGKAT UNIT DILAKUKAN DENGAN PENAMBAHAN ANGKA ARAB YANG
DIPISAHKAN OLEH STRIP DARI SIMBOL SUB-KELAS. MISALNYA S2e-1, S2e-2 DAN
SEBAGAINYA.
•
UNIT
DALAM SATU SUB-KELAS JUMLAHNYA TIDAK TERBATAS.
CONTOH PENAMAAN DARI ORDO SAMPAI UNIT
ADALAH SEBAGAI BERIKUT:
ORDO
|
|
KELAS
|
|
SUB-KELAS
|
|
UNIT
|
|
|
S1
|
|
S2m
|
|
S2-e
|
||
S
|
|
S2
|
|
S2e
|
|
S2e-2
|
|
|
S3
|
|
S2me
|
|
Dsb
|
||
|
|
Dsb
|
|
Dsb
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
|
N1
|
|
N1m
|
|
|
||
N
|
|
N2
|
|
N1e
|
|
|
|
|
|
N2
|
|
dsb
|
|
|
|
SELAIN TINGKAT KELAS, MULAI DARI ORDO
SAMPAI UNIT JUGA DIKENAL ISTILAH KESESUAIAN BERSYARAT ATAU CONDITIONAL
SUITABLE ATAU CS (FAO, 1976).
JUMLAH SERTA JENIS KUALITAS DAN
KARAKTERISTIK LAHAN YANG DIPERTIMBANGKAN DALAM EVALUASI LAHAN
No.
|
Kualitas
Lahan
|
Karakteristik
Lahan
|
Satuan
|
A. Persyaratan Ekologi/Tumbuhan Tanaman
|
|||
1.
|
Regim radiasi
|
·
Total radiasi: rata-rata panjang
penyinaran matahari
|
jam/hari
|
2.
|
Regim suhu
|
·
Rata-rata suhu tahunan
|
oC
|
|
|
·
Rata-rata suhu bulanan terdingin
|
oC
|
|
|
·
Rata-rata suhu bulanan terpanas
|
oC
|
3.
|
Ketersediaan air
|
·
Panjang periode pertumbuhan
|
hari/tahun
|
|
|
·
Total curah hujan pada periode pertumbuhan
|
mm
|
|
|
·
Jumlah bulan kering (<75 mm)
|
Bulan
|
4.
|
Kelembaban udara
|
·
Kelembaban nisbi udara
|
%
|
5.
|
Media perakaran
|
·
Drainase
|
Kelas
|
|
|
·
Tekstur tanah
|
Kelas
|
|
|
·
Kedalaman efektif tanah
|
Cm
|
|
|
·
sifat gambut: kematangan dan
ketebalan
|
Cm
|
6.
|
Retensi hara
|
·
KTK (lapisan atas)
|
me/100gr
tnh
|
|
|
·
KB (lapisan bawah)
|
me/100gr
tnh
|
|
|
·
pH (lapisan atas)
|
-
|
7.
|
Ketersediaan hara
|
·
N total
|
kg/ha
|
|
|
·
P tersedia
|
kg/ha
|
|
|
·
K dapat ditukar
|
kg/ha
|
8.
|
Bahaya banjir
|
·
Periode lamanya banjir berlangsung
|
Minggu
|
|
|
·
Frekuensi banjir
|
-
|
9.
|
Kegaraman tanah
|
·
Salinitas atau sodisitas
|
mmhos/cm2
|
10.
|
Toksisitas
|
·
Kejenuhan aluminium
|
%
|
|
|
·
Bahan Sulfidik (kedalaman)
|
Cm
|
B. Persyaratan Pengelolaan
|
|||
11.
|
Kemudahan
pengolahan
|
·
Tekstur lapisan atas
|
Kelas
|
12.
|
Potensi
mekanisasi
|
·
Kemiringan lereng/lahan
|
%
|
C. Persyaratan Konservasi
|
|||
13.
|
Bahaya erosi
|
·
Kemiringan lereng/lahan
|
%
|
|
|
·
TBE (dengan rumus USLE)
|
ton/ha/tahun
|
Contoh
Kriteria kesesuaian lahan untuk Jagung (Maize)
Kualitas/Karakteristik
Lahan
|
|
Kelas Kesesuaian Lahan
|
|||||||||||
S1
|
S2
|
S3
|
N1
|
N2
|
|||||||||
Temperatur
|
(t)
|
||||||||||||
Rata-rata tahunan
|
(oC)
|
20-26
|
>26-30
|
>30-32
15-<20
|
Td
Td
|
>32
<16
|
|||||||
Ketersediaan air
|
(w)
|
||||||||||||
Bulan Kering
|
(<75
mm)
|
1-7
|
>7-8
|
>8-9
|
Td
|
>9
|
|||||||
Curah hujan/tahun
|
(mm)
|
>1200
|
900-1200
|
600-<900
|
<600
|
||||||||
LGP
|
(hari)
|
>150
|
120-150
|
90-120
|
<90
|
<90
|
|||||||
Media perakaran
|
(r)
|
||||||||||||
Drainase Tanah
|
|
Baik, sedang
|
Agak
terhambat
|
Terhambat,
agak cepat
|
Td
|
Cepat, sangat
terhambat
|
|||||||
Tekstur
|
L, SCL,
SiL,
Si, CL,
SiCL,
|
SL, SC, C
|
LS, SiC, Str C
|
Td
|
Kerikil, pasir
|
||||||||
Kedalaman Efektif
|
(cm)
|
>60
|
10-60
|
24->40
|
20-24
|
<24
|
|||||||
Gambut
|
|
||||||||||||
a. Kematangan
|
|
Saprik
|
Hemik
|
Saprik-Hemik
|
Fibrik
|
||||||||
b. Ketebalan
|
(cm)
|
<100
|
100-150
|
>150-200
|
>200
|
||||||||
Retensi Hara
|
(f)
|
||||||||||||
KTK Tanah
|
|
≥Sedang
|
Rendah
|
Sangat rendah
|
Td
|
||||||||
pH Tanah
|
|
6,0-7,0
|
>7,0-7,5
5,5-<5,9
|
>7,5-8,0
4,5-<5,5
|
>8,0-85
4,0-4,5
|
>8,5
<4,0
|
|||||||
C-organik
|
(%)
|
>0,8
|
<0,8
|
Td
|
Td
|
Td
|
|||||||
Kegaraman
|
(c)
|
||||||||||||
Salinitas
|
(ds/m)
|
<2
|
2-4
|
>4-6
|
>6-8
|
>8
|
|||||||
Toksisitas
|
(x)
|
||||||||||||
Kejenuhan Al
|
(%)
|
<20
|
20-40
|
40-60
|
>60
|
||||||||
Kedalaman Sulfidik
|
(cm)
|
>100
|
75-<100
|
50-<75
|
40-<50
|
<40
|
|||||||
Kualitas/Karakteristik
Lahan
|
|
Kelas Kesesuaian Lahan
|
|||||||||||
S1
|
S2
|
S3
|
N1
|
N2
|
|||||||||
Hara Tersedia
|
(n)
|
||||||||||||
Total N
|
|
> Sedang
|
Rendah
|
Sangat rendah
|
-
|
||||||||
P2O5
|
|
Sangat tinggi
|
Tinggi
|
Sedang-rendah
|
Sangat rendah
|
||||||||
K2O
|
|
> Sedang
|
Rendah
|
Sangat rendah
|
-
|
||||||||
Kemudahan pengolahan
|
(p)
|
-
|
|||||||||||
Konsistensi, besar butir
|
|
Sangat keras,
sangat teguh,
sangat lekat
|
berkerikil,
berbatu
|
||||||||||
Terrain/potensi
mekanisasi
|
(s/m)
|
||||||||||||
Lereng
|
(%)
|
<3
|
3-8
|
>8-15
|
>15-24
|
>24
|
|||||||
Batuan permukaan
|
(%)
|
<3
|
3-15
|
>15-40
|
Td
|
>40
|
|||||||
Singkapan batuan
|
(%)
|
<2
|
2-10
|
>10-25
|
>25-40
|
>40
|
|||||||
Tingkat bahaya erosi (TBE)
|
(e)
|
SR
|
R
|
S
|
B
|
SB
|
|||||||
Lereng*)
|
(%)
|
(<3)
|
(3-8)
|
(>8-15)
|
(>15-24)
|
(>24)
|
|||||||
Bahaya banjir
|
(b)
|
F0
|
F1
|
F2
|
F3
|
F4
|
|||||||
Kriteria
penilaian sifat-sifat kimia tanah (Pusat Penelitian Tanah, 1993)
Sifat Tanah
|
Sangat rendah
|
Rendah
|
Sedang
|
Tinggi
|
Sangat tinggi
|
C (%)
|
<1.00
|
1.00-2.00
|
2.01-3.00
|
3.01-5.00
|
>5.00
|
N (%)
|
<0.1
|
0.1-0.2
|
0.21-0.5
|
0.51-0.75
|
>0.75
|
C/N
|
<5
|
5-10
|
11-15
|
16-25
|
>25
|
P2O5 HCl (me/ 100g)
|
<10
|
10-20
|
21-40
|
41-60
|
>60
|
P2O5 Bray (ppm)
|
<10
|
10-15
|
16-25
|
26-35
|
>35
|
P2O5 Olsen (ppm)
|
<4.5
|
<4.5-11.5
|
11.6-22.8
|
>22.8
|
-
|
K2O HCl 25% (me/100g)*)
|
<10
|
10-20
|
21-40
|
41-60
|
>60
|
K-total (ppm)**)
|
<100
|
100-200
|
210-400
|
410-600
|
>600
|
KTK (me/100g)***)
|
<5
|
5-16
|
17-24
|
25-40
|
>40
|
Susunan kation :
|
|||||
K (me/100g)
|
<0.2
|
0.2-0.3
|
0.4-0.5
|
0.6-1.0
|
>1.0
|
Na (me/100g)
|
<0.1
|
0.1-0.3
|
0.4-0.7
|
0.8-1.0
|
>1.0
|
Mg (me/100g)
|
<0.4
|
0.4-1.1
|
1.1-2.0
|
2.1-8.0
|
>8.0
|
Ca (me/100g)
|
<2
|
2-5
|
6-10
|
11-20
|
>20
|
Kejenuhan Basa (%)
|
<20
|
20-35
|
36-60
|
61-75
|
>75
|
Kejenuhan Aluminium (%)
|
<10
|
10-20
|
21-30
|
31-60
|
>60
|
Sangat masam
|
Masam
|
Agak
Masam
|
Netral
|
Agak
alkalis
|
Alkalis
|
pH H2O
|
|||||
<4.5
|
4.5-5.5
|
5.6-6.5
|
6.6-7.5
|
7.6-8.5
|
>8.5
|
*) 1mg/100g = 1mg/100.000 mg = 10
mg/1.000.000 mg = 10 ppm
**) Puslittanak, 1993
***) me/100 g = cmol (+)/kg
Penilaian
kesesuaian lahan jagung
Kualitas dan Karakteristik
Lahan
|
Nilai
Data
|
Kelas
Kesesuaian
Lahan
Aktual
|
Usaha
Perbaikan
|
Kelas
Kesesuaian
Lahan
Potensial
|
t.
Rejim suhu
|
S1
|
S1
|
||
Suhu
rata-rata tahunan
|
22oC
|
S1
|
S1
|
|
w.
Ketersediaan air
|
S1
|
S1
|
||
bulan
kering
|
3-6
bulan
|
S1
|
S1
|
|
Curah
hujan tahunan
|
2625
mm/th
|
S1
|
S1
|
|
r.
Media perakaran
|
S2
|
S2
|
||
Drainase
tanah
|
Sedang
|
S1
|
S1
|
|
Tekstur
tanah
|
Pasir
berlempung
|
S2
|
S2
|
|
Kedalaman
efektif
|
Sedang
|
S1
|
S1
|
|
Gambut;
kematangan
|
-
|
-
|
-
|
|
Ketebalan
|
-
|
-
|
-
|
|
f.
Retensi hara
|
S2
|
S1
|
||
KTK
|
Rendah
|
S2
|
Penambahan
bahan organik
|
S1
|
pH
|
6,0
|
S1
|
S1
|
|
n.
Ketersediaan hara
|
S3
|
S2
|
||
N
total
|
0,12%
|
S2
|
Pemupukan
N
|
S1
|
P
tersedia
|
49 ppm
(sangat
tinggi)
|
S1
|
S1
|
|
K
tersedia
|
70 ppm
(sangat
rendah)
|
S3
|
Pemupukan
K
|
S2
|
i.
Bahaya banjir
|
S1
|
S1
|
||
periode
banjir
|
Tidak
pernah
|
S1
|
||
frekuensi
|
S1
|
|||
x.
Kegaraman
|
S1
|
S1
|
||
salinitas
|
Tidak
ada
|
S2
|
S1
|
|
g. Toksisitas
|
S2
|
S1
|
||
kejenuhan
Aluminium
|
24%
|
S2
|
Pengapuran
|
S1
|
kedalaman
pirit
|
Td
|
S1
|
S1
|
|
p.
Kemudahan pengolahan
|
S1
|
S1
|
||
Tekstur
|
Pasir
berlempung
|
S1
|
S1
|
|
Konsistensi
|
Tidak
lekat
|
S1
|
S1
|
|
m.
Potensi mekanisasi
|
S1
|
S1
|
||
Kemiringan
lahan
|
2%
|
S1
|
S1
|
|
batu
permukaan
|
0%
|
S1
|
S1
|
|
rock
outcrop
|
0%
|
S1
|
S1
|
|
e.
Bahaya erosi
|
S2
|
S1
|
||
TBE
|
Rendah
|
S2
|
Pencegahan
erosi
|
S1
|
Sub-kelas
kesesuaian lahan
|
Aktual
(A)
|
= S3n
|
Potensial
(P)
|
= S2rn
|
IV. EVALUASI SUMBERDAYA LAHAN UNTUK
BERBAGAI PENGGUNAAN
Evaluasi dapat dilakukan untuk
komoditas-komoditas dan bidang-bidang kegiatan
•
Pertanian
Ø Pertanian Tanaman Pangan (padi sawah, padi lahan kering, jagung,
kedelai dll.)
Ø Perkebunan (kelapa sawit, karet, kopi, kakao, dll)
Ø Meliputi + 40 komoditas
•
Kehutanan (Dep. Kehutanan,
2002)
•
Perikanan (tambak)
•
Engineering (bangunan, tempat
pembuangan sampah)
•
Tempat Wisata
•
Irigasi
Kriteria Evaluasi Lahan yang dapat
digunakan:
•
Badan Litbang Departemen
Pertanian (2002)
•
LREP II (1994)
•
Hardjowigeno & Widiatmaka
(2007)
Konservasi, Degradasi dan Rehabilitasi
Tanah
•
Pengertian konservasi tanah:
•
Konservasi tanah adalah
penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan
kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang
diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah.
•
Pengertian tersebut
mengandung intisari:
•
Penggunaan tanah sesuai
dengan kemampuannya
•
Memberi perlakuan sesuai
dengan persyaratan
•
Tidak terjadi kerusakan
tanah.
v Degradasi lahan:
•
Degradasi lahan adalah
kerusakan tanah sehingga kehilangan satu
atau lebih fungsinya yang mengakibatkan daya dukung tanah tersebut bagi kehidupan di atasnya berkurang atau bahkan
hilang.
•
Penyebab:
1.
Erosi.
2.
Kehilangan unsur hara dan bahan
organik.
3.
Terkumpulnya garam di daerah
perakaran (salinisasi)
4.
Terkumpulnya atau terungkapnya
senyawa yang bersifat racun/limbah industri.
5.
Aktivitas penambangan.
•
Tipe
degradasi lahan : Kimia ,Fisik & biologi
v Erosi :
Erosi
adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu
tempat yang diangkut oleh air atau angin ke tempat lain. Erosi merupakan salah satu penyebab
utamadegradasi lahan
APA YANG DIMAKSUD LAHAN KRITIS?
Lahan yang sudah mengalami kerusakan
lanjut sehingga kehilangan daya dukung bagi
kehidupan di atasnya.
Penyebab timbulnya lahan kritis yang
utama di Indonesia termasuk di Bogor adalah erosi yang tidak terkendali.
1.2 Permasahan terkait Degradasi lahan :
1.2.1. Lahan
Kritis Nasional
•
Deptan
: 18 juta ha lahan kritis (7 juta ha lahan potensial krtis, 6 juta ha semi kritis,
4,9 lahan kritis
•
Dephut
: 13,2 juta ha lahan kritis, 5,9 juta ha di dalam hutan, dan 7,3 juta ha di
luar hutan
•
BPS :
38,6 juta ha lahan kritis
Perlu
Teknologi Rehabilitasi lahan kritis
untuk menjamin ketahanan pangan nasional
MENGAPA EROSI DAPAT MENGAKIBATKAN LAHAN
MENJADI KRITIS?
Erosi menyebabkan hilangnya tanah
lapisan atas yang subur.
Erosi menyebabkan berkurangnya kemampuan
tanah menyerap dan menyimpan air.
Sifat tanah Latosol Citayam setelah tererosi selama
10 bulan sebesar 52.45 mm
|
||
Sebelum erosi
|
sesudah erosi
|
|
Bobot isi (g/cm3)
|
0.93
|
1.05
|
Permeabilitas (cm/jam)
|
3.11
|
1.43
|
Tahanan Penetrasi (kg/cm)
|
14.5
|
30.3
|
1.2.2
Permasalahan DAS kritis
v DAS Kritis : Erosi lanjut, tutupan hutan minim à Banjir, kekeringan, sedimentasi
v Jumlah DAS Kritis meningkat
(1980 à 22 DAS, 1990 à 36 DAS, 2000 à 69
DAS)
v Penanganan DAS kritis à multi stakeholder, multi institusi
v Di P.Jawa 16 DAS Super kritis
1.2.3 Banjir - Longsor
Banjir-longsor terjadi akibat DAS kritis
•
Frekuensi banjir dan longsor masih tinggi di
Indonesia
1.2.4 Kekeringan dan Sedimentasi
Ø . Kekeringan terjadi akibat
§ Kerusakan sifat fisik tanah
(infiltrasi rendah)
§ Tutupan hutan pada suatu DAS
sangat sedikit
Ø Kekeringan mengakibatkan
daerah irigasi padi sawah terganggu
Ø Sedimentasi terjadi akibat
erosi yang tingi di hulu
Ø Sedimentasi menurunkan
kualitas air dan merusak dam/waduk di hilir
2.
Tipe dan Penyebab Degradasi Lahan
2.1 Tipe Degradasi
2.1.1 Erosi : Pengikisan tanah (top
soil) dan unsur hara
PENYEBAB UTAMA KERUSAKAN TANAH DI
INDONESIAADALAH EROSI OLEH AIR.
Proses erosi sesungguhnya sederhana:
•
Penghancuran oleh berbagai gaya penghancur
(aktifitas berbagai kehidupan, percikan hujan, perendaman, dan aliran air).
•
Pengangkutan oleh media angkut
yaitu air yang mengalir.
FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN BESAR
KECILNYA EROSI
•
Iklim: terutama curah hujan,
semakin tinggi curah hujan erosi semakin tinggi pula.
•
Topografi: Semakin curam dan
berbukit atau bergunung erosi semakin tinggi.
•
Vegetasi: Penutupan vegetasi
semakin rapat akan mencegah erosi semakin baik.
•
anah: Ada tanah yang peka
terhadap erosi, dan ada pula tanah yang relatif tahan terhadap erosi.
•
Manusia: Perilaku manusia
sangat menentukan besar kecilnya erosi. Ada kemungkinan perilaku manusia
menekan atau meningkatkan erosi.
FAKTOR HUJAN (R)
Curah hujan mempengaruhi erosi melalui
a)
Detachment - > energi pukulan
butir hujan (Tergantung Intensitas hujan,
ukuran butir, dan kecepatan jatuh
butir hujan
b) Aliran Permukaan
FAKTOR LERENG
Kemiringan lereng ( Persen/ derajad
Semakin curam lereng kecepatan aliran
permukaan makin besar maka erosi juga makin besar
Kemiringan lereng ( Persen/derajad)
Semakin panjang lereng makin banyak
aliran permukaan terakumulasi sehingga energi meningkat dan erosi meningkat
FAKTOR TANAMAN
Faktor tanaman menurunkan erosi karena :
-
Melindungi tanah dari energi pukulan butir hujan
-
Menurunkan laju aliran permukaan
-
Memperbaiki agregasi dan porositas tanah melalui akar dan bahan organik
FAKTOR TANAH
•
Masing-masing jenis tanah
mempunyai kepekaan terhadap erosi yang
berbeda.
•
Ukuran kepekaan tanah terhadap erosi disebut erodibilitas tanah (K)
•
Kepekaan tersebut dipengaruhi : Tekstur, Struktur dan Stabilitas agregat, Kadar bahan
organik
Curah hujan, topografi, dan sifat tanah lebih bersifat “given” atau kita terima apa adanya.
Vegetasi kita dapat pilih-pilih, tetapi
pilihan terbatas karena berbagai kepentingan.
Faktor manusia menjadi kunci dalam
tindakan konservasi tanah dan air.
Yang perlu diperhatikan adalah:
Bagaimana cara mencegah agar tanah tidak
hancur dan tidak terangkut oleh aliran air.
2.1 Tipe Degradasi (cont’ed)
2.1.2 Non-Erosi
•
Fisik : Pemadatan, surface
crusting, laterisasi (Rasio silikat/sesquioksida rendah)
•
Biologi :
•
Musnahnya flora dan fauna
tanah sebagai akibat pembahkaran, penggunaan pestisida berlebuhan dan akibat
pembuangan pollutant (limbah) sembarangan
•
Kimia :
•
Penurunan kandungan bahan
organik dan unsur hara akibat pembakaran
hutan
•
Kontaminasi logam berat
•
Salinisasi
2.2 Penyebab Degradasi Lahan
2.2. 1
Alami :
•
Curah Hujan tinggi,
•
Tanah peka erosi,
•
Lereng curam
2.2.2
Manusia :
•
Penggunaan lahan tidak sesuai dengan
peruntukannya à Perambahan hutan
•
Pertambangan: Merusak top soil, tailing yang
memp. Ph<3 à micronutrient menjadi tidak
tersedia
•
Industri: Pembuangan limbah dengan kandungan
garam dan logam berat
BAGAIMANA KERUSAKAN LAHAN AKIBAT
PENAMBANGAN DAPAT TERJADI?
Penggalian bahan tambang (pasir, bahan
semen, emas) mengakibatkan hilangnya tanah lapisan atas dan tersingkapnya bahan
induk atau bahkan batuan yang ada di bawah tanah.
à Akibatnya bahan induk atau batuan
yang ada dipermukaan tanah tidak lagi mampu mendukung pertumbuhan tanaman dan
juga tidak mampu menjadi bafer lingkungan.
3. Rehabilitasi Lahan
q 3.1 Pencegahan :
•
Penggunaan lahan sesuai
peruntukannnya
−
Kelas I, II, III, IV untuk
Pertanian
−
Kelas V, VI, VII, VIII untuk
non-pertanian
•
Pertahankan erosi lebih kecil dari yang
ditoleransikan (Etol) à Perlu prediksi erosi (dg USLE) à Jika erosi besar Etol maka terapkan teknik KTA
•
Pencegahan degradasi lahan
yang diakibatkan erosi dapat dilakukan
dengan Teknik Konservasi Tanah dan Air yang dibagi atas 3 kelompok:
1.
Metode vegetatif
2.
Metode Mekanik
3.
Metode Kimia
METODE VEGETATIF
Fungsi vegetasi:
1.
Melindungi tanah dari
percikan (daya rusak) air hujan.
2.
Menghambat dan Mengurangi
aliran permukaan.
3.
Menambah daya resap tanah
terhadap air.
Contoh: Tanaman Penutup Tanah, Penggunaan mulsa
METODE MEKANIK
Metode mekanik berfungsi:
1.
Memperlambat aliran
permukaan
2.
Menampung air hujan dan
menyalurkan aliran permukaan dengan aliran lambat.
3.
Memperbesar daya resap
(infiltrasi)
4.
tanah terhadap air
ex: Guludan dari batu, Pembuatan teras bangku
3. 2 Rehabilitasi Lahan Kritis
•
Revegetasi : Agroforestry,
cover crop
•
Amelioran : Pupuk organik, bahan organik, mulsa
•
Subsoiling :
Menggemburkan subsoil
•
Minimum tillage: Pengolahan
tanah minimum
•
Aplikasi bahan kimia: Misalnya
Alcosrob Soil Fix untuk Hydro seeding
•
Penanaman Pohon di Lapangan
dengan menggunakan Alcosorb.
•
Alcosorb dapat mengatasi Krisis
Air untuk kebutuhan tanaman
•
Aplikasi bahan kimia: Misalnya Alcosrob
Soil Fix untuk Hydro seeding
Freeport Tailing Rec. Soilfix Polybead, Alcosrob Soil Fix untuk
Hydro seeding pada Kaltim Prima Coal
PREDIKSI EROSI
•
Menggunakan Rumus USLE (UNIVERSAL SOIL LOSS EQUATION)
•
Rumus USLE menggunakan 5 faktor yang berpengaruh
terhadap erosi, sebagai berikut:
R = Erosivitas hujan
K = Erodibilitas tanah
LS =
Faktor lereng
- Panjang Lereng
- Persen Lereng (kemiringan)
C = Faktor Tanaman
P = Faktor teknik Konservasi
Dimana Besar Erosi (A) = KRLSCP,
satuan A adalah ton/ha/tahun
Perencanaan Penggunaan Lahan
Cakupan
1.
Prinsip-prinsip perencanaan penggunaan lahan
termasuk
kesesuaian lahan,
land
rent,
tata
ruang,
kebijakan
pemerintah daerah,
preferensi
masy.,
ketersediaan
sarana dan prasarana, skala usaha).
2.
Proses perencanaan penggunaan lahan
3.
Perencanaan penggunaan lahan berkelanjutan
4.
Keterkaitan dengan rencana
tata ruang wilayah
Potensi Sumber daya Lahan
o Ketersediaan lahan untuk
usaha pertanian merupakan conditio sine-quanon (keharusan atau syarat mutlak) dalam mewujudkan peran sektor pertanian secara berkelanjutan (sustainable
agriculture).
•
Lahan
merupakan faktor produksi yang utama namun unik karena tidak dapat
digantikan dalam usaha pertanian.
•
Secara filosofis lahan memiliki peran dan fungsi sentral bagi masyarakat
Indonesia yang bercorak agraris karena di samping memiliki nilai ekonomis
lahan juga memiliki nilai sosial dan bahkan nilai religius.
Penutupan dan Penggunaan Lahan
Penutupan lahan (land cover) vs
Penggunaan Lahan (Land Use)
o Penutupan Lahan atau Tutupan
Lahan (Land Cover) adalah kondisi fisik di atas permukaan bumi
o Penggunaan lahan (land use) adalah
perbuatan (modifikasi) manusia atas lingkungan alamiah menjadi lingkungan
binaan seperti ladang, sawah, hingga permukiman
o Informasi Mengenai Penutupan dan Penggunaan Lahan diperoleh melalui dua
pendekatan: (1) survei lapangan dan (2) pemanfaatan teknologi penginderaan
jauh (remote sensing)
o Degradasi Lahan cenderung terus memburuk pada lahan-lahan tanpa
perencanaan penggunaan lahan atau penggunaan akibat keputusan yang tidak tepat,
struktur insentif kelembagaan yang mengaruh pada pengambilan keputusan
penggunaan lahan yang tidak sesuai atau akibat kebijakan penggunaan lahan
dengan cara pandang sempit (narrow approach) (FAO)
Penggunaan lahan merupakan upaya manusia
yang terus menerus dalam memenuhi kebutuhannya dari sumberdaya lahan yang
tersedia.
Penggunaan lahan sifatnya dinamis mengikuti perkembangan kehidupan manusia dan budayanya
Dari berbagai sumberdaya alam:
Beberapa diantaranya misalnya iklim
tidak dapat segera dipengaruhi oleh campur tangan manusia, sehingga sifatnya
lebih stabil
SDA lainnya misalnya tanah, air,
vegetasi segera dapat dipengaruhi oleh campur tangan manusia, bersifat mudah
berubah dan tidak stabil (labil).
Perubahan Penggunaan dan Penutupan
Lahan (Land Use-Cover Change atau LUCC) (FAO,
1997a; FAO/UNEP, 1999).
o LUCC adalah bentuk pengaturan, aktivitas, dan input-input dimana
manusia berperan dalam menentukan tipe-tipe penutupan lahan
o Efek-efek LUCC global yang sangat signifikan berlangsug sejak
pertengahan abad 18 (revolusi Industri) berupa deforestasi di negara-negara
temperate
o Efek-efek LUCC global akhir-akhir ini berupa deforestasi di
negara-negara tropis dan dunia ketiga, urban sprawl (perluasan kota
secara acak/tak teratur dengan kerapatan rendah), erosi tanah, degradasi tanah,
salinisasi dan desertifikasi
o LUCC dan penggunaan energi fosil adalah sumber utama dihasilkannya
CO2 secara antropogenik dan gas-gas pencipta efek rumah kaca
Land Rent
Teori Dasar Pergeseran Penggunaan
Lahan
o Segala bentuk surplus manfaat (ekonomi,
lingkungan dan sosial) yang diperoleh atas pemanfaatan lahan/ruang
Land rent
(1)
Economic land rent
(2) Environmental Rent
(3) Social Rent
o Economic land rent: ”surplus pendapatan yang diperoleh atas penggunaan
bidang lahan”
a.
Ricardian Rent
b.
Location Rent
o Environmental Rent: ”surplus lingkungan (manfaat jasa lingkungan yang diperoleh kawasan
lainnya/di sekitarnya) yang diperoleh atas pemanfatan sebidang lahan”
o Social Rent: ” manfaat sosial yang diperoleh atas penggunaan bidang lahan yang dinikmati
kawasan di sekitarnya ”
Land Rent
Total Land Rent = Economic Rent (EcoR)
+ Social Rent (SocR)
+ Environmental Rent (EnvR)
Perencanaan
Penggunaan lahan, Penataan Ruang dan Kebijakan Agraria adalah untuk
meningkatkan Total Land Rent
Adanya trade
off antara tujuan meningkatkan EcoR, SocR & EnvR
Economic Rent = Ricardian Rent
+ Location Rent
Ricardian Rent (RR): Merupakan rent (surplus) alamiah akibat adanya keunggulan
komparatif (kualitas) suatu tempat karena sedemikian rupa menyebabkan tingginya
efisiensi dan produktivitas sistem produksi/utilitas
Contoh:
Tanah subur, tanah datar, kekayaan alam (adanya air, bahan tambang berharga)
dll
Location Rent (LR):
surplus yang timbul sebagai akibat
manfaat lokasi (tingginya aksesibilitas suatu tempat)
Land Rent
o Rent yang paling menentukan dalam mekanisme pasar terkait dengan
alih fungsi lahan
o Mekanisme pasar tidak mengapresiasi bentuk-bentuk nilai jasa sosial
maupun lingkungan yang tidak terinternalisasi (tidak dihitung) dalam sistem
nilai pasar (harga pasar)
o Kegagalan pasar (Market Failure) terjadi ketika mekanisme
pasar gagal mendistribusikan dan mengalokasikan sumberdaya (termasuk ruang)
secara efisien, adil dan berkelanjutan
Sifat Intrinsik Lahan
dalam mekanisme pasar
o Alokasi pemanfaatan/penggunaan lahan termasuk alih fungsi
(perubahan) penggunaan adalah fungsi dari (economic) land rent
o Beberapa alih fungsi lahan bersifat irreversible
n Misal: sawah berubah ke permukiman
o Akibatnya alokasi/pasokan penggunaan lahan dengan land rent
yang inferior bersifat inelastic dan bersifat sangat langka
Ruang
o Ruang lebih luas dari lahan, karena tidak hanya mencakup
daratan
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan
hidupnya
Tata Ruang
o Situasi, fenomena atau keadaan mengenai pemanfaatan ruang
o Tata Ruang ada baik yang direncanakan maupun tidak direncanakan.
o Wujud struktur dan pola (pemanfaatan) ruang
Pola (pemanfaatan) Ruang
o Adalah distribusi pemanfaatan ruang dalam
suatu wilayah yang meliputi pemanfaatan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang
untuk fungsi budidaya
o Pola spasial (spatial pattern) pemanfaatan ruang.
o Pola Penutupan dan Penggunaan Lahan adalah gambaran Pola Ruang di
Wilayah Daratan
Struktur ruang
o Adalah susunan pusat-pusat
permukiman sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai
pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki
hubungan fungsional.
o Hal-hal yang menyangkut keterkaitan (interaksi, fenomena aliran dan
interaksi) dan hirarki dari komponen-komponen ruang
Unsur-unsur truktur ruang
a. Susunan pusat-pusat aktifitas/pelayanan sistem permukiman (Hirarki
antar pusat/keterkaitan)
b. Jaringan Prasarana
CONTOH STRUKTUR KAWASAN AGROPOLITAN
Kawasan Sentra Produksi (On-Farm)
Kota Tani Utama (Agropolis)
Kota Pemasaran Akhir (Out let)
Penataan Ruang bagian dari Proses Pembangunan
o Pembangunan: upaya melakukan perubahan ke arah yang lebih baik
secara terencana
o Penataan Ruang merupakan upaya melakukan perubahan tata ruang ke
arah yang lebih baik: perubahan struktur dan pola pemanfaatan ruang
o Penataan Ruang: Kegiatan Perencanaan, Pemanfaatan dan Pengendalian
Pemanfaatan Ruang
o Sebagai bagian dari upaya memenuhi kebutuhan masyarakat untuk
melakukan perubahan atau upaya untuk mencegah terjadinya perubahan yang tidak
diinginkan
o Menciptakan keseimbangan pemanfaatan sumberdaya di masa sekarang dan
masa yang akan datang (pembangunan berkelanjutan)
Penataan Ruang
Proses perencanaan, implementasi dan
pengendalian pemanfaatan ruang
Tujuan Penataan Ruang
1.
Optimasi
pemanfaatan sumberdaya: Meningkatkan efisiensi dan produktifitas pemanfaatan
ruang
2.
Alat
mendistribusi pemanfaatan sumberdaya secara merata, berimbang dan berkeadilan
3.
Pemanfaatan
ruang dan sumberdaya secara berkeberlanjutan (sustainability)
Perencanaan Penggunaan Lahan dan Rencana
Tata Ruang
Perencanaan
o Suatu proses menentukan apa yang
ingin dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang
dibutuhkan untuk mencapainya.
o Suatu cara rasional untuk
mempersiapkan masa depan.
o Suatu kegiatan terkoordinasi untuk
mencapai suatu tujuan tertentu di dalam waktu tertentu.
Perencanaan itu sendiri dalam arti
luas:
Merupakan
proses yang dilakukan secara sadar dan sistematis
dari sejumlah kegiatan dalam memilih dan mengembangkan
tindakan yang paling baik untuk mencapai
tujuan tertentu.
Dalam
kaitan dengan pengertian ini Katz dalam Tjokroamidjojo
(1979) mengemukakan lima alasan perlunya
melakukan perencanaan:
1.
Dengan adanya perencanaan diharapkan terdapat suatu pengarahan kegiatan,
adanya pedoman bagi pelaksanaan
kegiatan-kegitan yang ditujukan pada pencapaian
tujuan pembangunan;
2.
Dengan perencanaan maka dilakukan suatu peramalan (forecasting) terhadap
berbagai hal dalam masa pelaksanaan
yang akan dilalui. Peramalan dilakukan mengenai
potensi-potensi dan prospek-prospek
perkembangan, tetapi juga mengenai hambatan- hambatan dan resiko-resiko yang mungkin
dihadapi. Perencanaan mengusahakan supaya ketidakpastian dapat
dibatasi sesedikit mungkin;
3.
Perencanaan memberikan
kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara yang terbaik
atau kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara yang terbaik;
4.
Dengan perencanaan dilakukan penyusunan
skala prioritas. Memilih urutan-urutan dari segi pentingnya suatu tujuan,
sasaran maupun kegiatan usahanya; dan
5.
Dengan adanya rencana maka akan
ada suatu alat pengukur atau patokan dalam melakukan pengawasan dan
evaluasi.
Lima urutan tahapan dalam setiap
perencanaan:
1.
pengumpulan data atau fakta
yang diperlukan,
2.
penganalisisan fakta,
3.
penyusunan keputusan,
4.
pelaksanaan keputusan,
5.
penilaian hasil.
Kelima tahapan umum ini juga merupakan
tahapan utama dalam kegiatan perencanaan penggunaan lahan.
Perencanaan Penggunaan Lahan bertujuan
untuk:
1.
Mencegah penggunaan lahan yang salah tempat dalam mengupayakan
terciptanya penggunaan lahan yang optimal;
2.
Mencegah adanya salah urus yang menyebabkan lahan rusak dalam
mengupayakan penggunaan lahan yang berkesinambungan;
3.
Mencegah adanya tuna kendali dalam mengupayakan penggunaan lahan yang
senantiasa diserasikan oleh adanya kendali;
4.
Menyediakan lahan untuk keperluan pembangunan yang terus meningkat; dan
5.
Memanfaatkan lahan sebesar-besarnya untuk kemakmuran manusia (Sandi, 1984; dan
Silalahi, 1985).
Penatagunaan Tanah
(atau
Pengelolaan Tata Guna Tanah) adalah: Penyerasian penggunaan tanah/lahan dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah yaitu suatu upaya untuk mewujudkan rencana tata
ruang wilayah diatas tanah/lahan dengan mengatur dan menyelenggarakan
persediaan, peruntukan, penggunaan dan pemeliharaan tanah/lahan
Rencana Penggunaan Lahan dan Rencana
Tata Ruang
o Dimensi Spasial dari Rencana Pembangunan
o Dua Unsur utama Rencana Tata Ruang
(1)
Rencana Pola Ruang
(2)
Rencana Struktur Ruang
Perencanaan Penggunaan Lahan di
Indonesia adalah bagian utama di dalam Perencanaan Tata Ruang
Rencana Penggunaan Lahan adalah Rencana
Pola Ruang di Wilayah Daratan dari Ruang Wilayah
Permasalahan dan Solusi Pemecahan Tanah
Pertanian di Indonesia
Isue pokok : Negara agraris yang tidak
mampu mencukupi kebutuhan pangan nabati maupun hewani rakyatnya
Tidak
import Import
Eksport
Beras:
√
Gandum: 4-5 jt ton
Kedelei: 1 juta ton
Jagung: 1-2 jt ton
Gula: 0.5-1
jt ton
Karet
Kopi >
500.000 ton
Kakao 0.5- 1 Jt ton
CPO 12-13 jt ton
Daging > 100.000 ton
Susu > 80.000 ton
PRODUKTIVITAS PERTANIAN DAN RENDEMEN
RENDAH
Rata-rata prod Ind Prod ideal
Beras:
4.5 ton/ha 6-7
ton /ha
Jagung 4-5 ton/ha 8-10 ton/ha
Gandum:
Kedelei: 0.8-1 ton/ha 1.5- 2 ton/ha
Ubikayu: 10-15 ton/ha 30-40
ton/ha
Gula: 80
ton/ha >
100 ton/ha
Kelapa Sawit 18-20 ton/ha
>30 ton/ha
Issue yang berkembang saat ini
1. Sebagian besar tanah tidak subur
2. Kepemilkan lahan rata-rata sempit
3. Banyak dimiliki orang kota
4. Konversi lahan pertanian menjadi non
pertanian berjalan sangat cepat
5. Penurunan kualitas lahan karena erosi
6. Konversi lahan hutan alam dan lahan
gambut menyebabkan emisi karbon
Yang harus dilakukan:
Perlu perencanaan pembangunan
pertanian yang terarah
Teknologi
-
Data SDM
-
Karakteristik tanah
-
Tanaman
-
Data fisik lainnya
Karakteristik Tanah di Indonesia
Beriklim basah
1. Tanah
dominan: Podsolik, Latosol /
Ultisol, Inceptisol
2. Reaksi
tanah masam
3. Lahan
datar sebagian besar sudah digunakan
4. Lahan
yang banyak tersedia adalah daerah berlereng, berbukit dan bergunung)
Erosi
Faktor-faktor yang mempengaruhi:
•
Sifat hujan ……. Curah
Hujan : 600-800 mm - > 4000 mm
Intensitas hujan: Ringan - tinggi
•
Sifat lahan …….. Lereng,
……... penutup
lahan
•
Sifat Tanah …….. Tebal
solum, kapasitas infiltrasi: Tekstur, struktur,type
liat, kandungan Bo,
Permasalahan Tanah Masam
•
Kandungan basa-basa rendah
•
Al-dd yang dapat meracuni
tanaman tinggi
•
Umumnya KTK rendah
•
Ketersediaan hara P rendah
•
Activitas bakteri tidak optimum
Pengelolaan Tanah Masam
•
Pilih tanaman yang sesuai
•
Usaha perbaikan:
–
Penambahan bahan organik
–
Penambahan kapur, RP, dolomit
•
Pemupukan yang tepat
Masalah tanah: pH rendah, KTK rendah
>>> dikapur, cari tanaman yang cocok
Tanah pada Lahan beriklim kering
•
Peluang terjadinya kekeringan
besar
•
Solum tanah dangkal
•
Bahaya erosi saat hujan
Pengelolaan Lahan beriklim kering
•
Penyesuaian Jadwal tanam
•
Pengelolaan bahan organik tanah
•
Mengurangi evapotranspirasi
(menutup dengan mulsa)
Memanfaatkan air hujan sebaik baiknya
mis membangun penampungan air (embung
Sifat Lahan Rawa Gambut
•
Lahan selalu tergenang
•
Landuse asli: Hutan Rawa
•
Tanah gambut
-Kematangan: fibrik, hemik, saprik
-Ketebalan : dangkal – dalam
-Landform unique: Umumnya dome shape
-Kandungan Unsur hara relatif yang
rendah
-Kerapatan isi tanah rendah (<0.3
gr/cc
-Daya dukung tanah relatif rendah
-Bila di drainase
Subsidence (penurunan permukaan tanah)
Kebakaran Hilangnya
gambut
Pemanfaatan Lahan Gambut di Indonesia
•
Secara tradisional
- Start dgn Tmn setahun kemudian dgn Tmn
Tahunan
•
Program Transmigrasi (1969 –
1998)
- Mula-mula ditujukan untuk persawahan
•
Program Perkebunan dan HTI
- Perkebunan kelapa Hibrida
- Hutan Tanaman Industri - Accacia crassicarpa
-
Eucalyptus
Secara tradisional para petani dari
Suku Banjar, Bugis, Dayak, dan
masyarakat suku tradisional lainnya telah berhasil
Mengembangkan lahan gambut terutama
dekat dengan sungai untuk usaha pertanian
Pengelolaan pada Lahan gambut
•
Pengelolaan air harus baik
Tidak boleh terlalu tergenang pada musim
hujan dan tidak boleh kekeringan pada musim kering, krn gambut mudah terbakar.
Lahan tidak benar benar datar
•
Ada kemungkinan pyrite FeS2
teroksidasi akibat drainase
Cara pemerintah:
> Lebar, panjang, dalam
Cara tradisional
> Sempit, pendek, dangkal
Tanah Sulfat Masam
•
Reaksi tanah sangat masam (pH
<3.5)
•
Kelarutan Al dan Fe sangat
tinggi
•
Ketersediaan unsur hara P
rendah
•
Dekomposisi bahan organik
lambat
•
Kandungan basa-basa rendah
•
Vegetasi dominan : Purun kudung
, Gelam (Melaleuca leucadendron)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar