Kamis, 10 Januari 2013

UAS Setahun



PENYAKIT PADA PADI

PENYAKIT BLAS
Telah dikenal di semua negara penghasil padi dunia dan dianggap penyakit terpenting
Di Indonesia pertama kali dilaporkan oleh Rutgers pada tahun 1913 di Jawa Timur
Terdapat terutama pada pertanaman yang subur;  Intensifikasi meningkatkan insiden penyakit ini

GEJALA PENYAKIT
         Gejala dapat muncul pada daun, batang, malai, bulir padi
         Blas daun (LEAF BLAST): bercak belah ketupat; awalnya hijau keabu-abuan, kemudian putih, akhirnya abu-abu; tepi coklat atau coklat kemerahan
         Bentuk dan warna bercak bervariasi tergantung keadaan lingkungan, umur bercak, ketahanan padi
         Busuk leher (NECK BLAST): tangkai malai busuk dan patah
         Malai hampa: penyakit terjadi sebelum masa pengisian bulir
         Busuk pada seludang daun.  Bercak-bercak kecil pada bulir padi

PENYEBAB PENYAKIT
         Pyricularia oryzae (fase aseksual) atau Magnaporthe grisea (fase sempurna)
         Mempunyai konidiofora bersekat-sekat, jarang bercabang, berwarna kelabu, membentuk konidium pada ujungnya
         Konidium berbentuk buah alpokat, bersel tiga, hialin, 1 – 20 konidia per konidiofora
         Terdapat banyak (lebih dari 260) ras fisiologi yang berbeda virulensinya
         Mudah bermutasi yang menyebabkan tahan terhadap fungisida
         Mengeluarkan beberapa jenis toksin (mis: picolinic acid, pyricularin, pyriculol, tenuazonic acid) yang mematikan sel tanaman (patogen non abligat)

SIKLUS PENYAKIT
         Penularan terutama terjadi dengan kodinia yang dapat dipencarkan jauh oleh angin; terutama malam hari atau siang hari sehabis turun hujan
         Konidium lepas bila kelembaban udara lebih dari 90% secara ekplosif karena pecahnya sel kecil di bawah konidium akibat tekanan osmotik
         Cairan bahan pelengket pada permukaan inang dikeluarkan di ujung konidia.
         Konidia berkecambah, penetrasi kutikula inang dengan apresorium
         Infeksi berhasil ® muncul gejala ® sporulasi (12 hari): polisiklik.
         Bertahan sebagai konidia atau miselium ® biji, sisa tanaman dan gulma (famili Graminea: Panicum repens, Pennisetum purpureum, Setaria italica, Eleusine indica)

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT
         Kelebihan nitrogen dan/atau kekurangan air (mis: padi gogo) menambah kerentanan tanaman
         Kedua faktor ini menyebabkan berkurangnya kandungan silikat jaringan tan
         Keberhasilan infeksi ® lamanya daun basah; embun pagi padi gogo > padi sawah.
         25-30C optimum untuk perkecambahan konidia dan pembentukan apresorium
         Masa terentan tanaman: saat batang padi tumbuh memanjang (+ 55 hari)
         Terdapat perbedaan respon tanaman padi: jenis indica lebih tahan dari pada japonica; ketan sangat rentan
         Patogen mudah membentuk ras baru mematahkan ketahanan tanaman

PENGENDALIAN PENYAKIT
         Pemupukan seimbang, nitrogen tidak berlebihan: lebih lunak, nutrisi sesuai.
         Pengairan mencukupi; tress air padi gogo > padi sawah.
         Pemusnahan sisa tanaman sakit dan gulma.
         Penggunaan benih sehat; benomil atau tiram, air panas 50C selama 5 menit.
         Aplikasi fungisida.


PENYAKIT HAWAR BAKTERI
PENYEBAB PENYAKIT
         Xanthomonas campestris pv. oryzae
         Diketahui 8 kelompok atau patotipe yang bervariasi dalam virulensi
1.      Patotipe I dan II tidak terdapat di Indonesia
2.      Patotipe III dan IV terdapat di Sulsel, Kalsel, Jawa dan Bali (IV tidak terdapat di Kalsel)
3.      Patotipe V hanya di Bali
4.      Patotipe VI – VIII hanya di Jabar
         Diagnose: potongan daun sakit ® dicelupkan dalam air bening ® massa bakteri (ooze)

SIKLUS PENYAKIT
         Bakteri dapat bertahan pada tunggul padi dan gulma (Leersia oryzoides, Zizania latifolia, Leptochloa chinensis, Cyperus rotundis)
         Bakteri dalam biji padi tidak bertahan lama; Bakteri dapat hidup dalam air irigasi
         Infeksi melalui hidatoda atau luka pada daun dan akar ® pemotongan ujung bibit dan kerusakan akar akibat dicabut
         Kelembaban tinggi, air berlebihan, suhu hangat (25-30C) optimum bagi perkembangan penyakit; padi sawah > padi gogo.
         Penyebaran bakteri: air irigasi, persinggungan antar tanaman, alat pertanian, hujan angin ® insiden penyakit tinggi bakteri (ooze)

PENGENDALIAN PENYAKIT
         Penanaman varietas resisten ® gene-to-gene resistance
         Kultur teknis  ® menghindari pemupukan nitrogen berlebihan, penggenangan yang tidak perlu, penyiangan gulma dan tunggul padi
         Bakterisida ® tidak memberikan hasil yang memadai

PENYAKIT TUNGRO
Tungro penting untuk kawasan Asia
Dikenal dengan berbagai nama: Mentek atau Habang (Indonesia), Penyakit Merah (Malaysia), Yellow-orange leaf (Thailand), Waika (Jepang)
Kehilangan hasil berkisar antara 10 – 40%

GEJALA PENYAKIT
         Tungro disebabkan oleh infeksi dua jenis virus: Rice tungro bacilliform virus (RTBV) dan Rice tungro spherical virus (RTSV)
         Sinergisme kedua virus ini menyebabkan pertumbuhan tanaman tehambat, daun berwarna kuning sampai orange, jumlah anakan berkurang
         Infeksi RTBV saja hanya menimbulkan gejala sedang, dan infeksi RTSV saja gajala sangat lemah
         Keparahan gejala tergantung dari varietas padi, strain virus, umur tanaman saat terinfeksi dan keadaan lingkungan
PENYEBAB PENYAKIT
RTBV
         Berpartikel batang 100 – 300 x 30 – 35 nm
         Bergenom DNA untai ganda sirkular
RTSV
         Berpatikel bulat dengan diameter 30 nm
         Bergenom RNA untai tunggal

VEKTOR
         Kedua virus dapat ditularkan oleh: Nephotettix virescens, N. cincticeps, N. nigropictus, N. parvus, N. malayanus, dan Recilia dorsalis
         Makan akuisisi minimal 30 menit, tidak ada periode laten, makan inokulasi minimal 7 menit, retensi 3-5 hari, non-transtadial
         Penularan RTBV tergantung pada RTSV, tetapi tidak sebaliknya


SIKLUS PENYAKIT
       Virus dapat menginfeksi tunggul padi sisa panen dan beberapa gulma jenis rumput-rumputan (Dactyloctenium aegyptium, Eleusine indica, Echinochloa colonum, E. crusgalli)
       Tunggul pada yang tumbuh dari tanaman terinfeksi juga dapat menjadi sumber inokulum
PENGENDALIAN PENYAKIT
         Penanaman serempak varietas padi tahan serangga vektor diikuti dengan pemusnahan tunggul-tunggul padi dan gulma
         Pengendalian vektor dengan insektisida


PENYAKIT BERCAK COKLAT
Umum terdapat di negara penghasil padi dunia (tropis dan subtropis)
Di Indonesia pertama kali dilaporkan oleh van Breda de Haan pada tahun 1900
Terdapat terutama pada pertanaman yang kurang baik keadaannya (kekurangan air atau unsur hara)

KERUGIAN
         1942 - 1943 di India kehilangan produksi 50 – 91% (faktor penyebab bahaya kelaparan)
         1978 - 1980 di Indonesia intensitas serangan mencapai 2,7 – 39% pada lahan 500 – 14.000 ha (tidak ada data mengenai kehilangan hasil)

GEJALA PENYAKIT
         Dapat muncul pada semai, daun, bulir padi (disebut kerusakan fase 1, 2, 3)
         Bibit yang terinfeksi busuk pada koleoptil, batang dan akar sehingga mati
         Bercak pada daun memanjang (oval) bertepi coklat tua dan bagian tengah kuning pucat, kelabu; kadang dikelilingi “halo”; padi rentan 1-4 mm; sangat rentan ® 14 mm;
         Bila terserang berat daun menjadi kering; batang dan tangkai bulir terinfeksi patah sehingga biji keriput; atau tanaman tidak membentuk malai atau malai tidak keluar dari upih
         Hanya sebagian biji pada malai yang terserang; bercak berwarna coklat

PENYEBAB PENYAKIT
         Dreschslera oryzae atau Bipolaris oryzae atau Helminthosporium oryzae
         Ophiobolus miyabeanus atau Cochliobolus miyabeanus (stadium sempurna hanya di daerah beriklim sedang)
         Di atas permukaan bercak, konidiofora menyangga 1-6 konidia
         Konidium melengkung, di tengah agak lebar, bersekat 6-14, berhilum, kecoklatan
         Konidium berkecambah dari kedua sel ujung
         Menghasilkan enzim proteolitik penghancurkan dinding sel
         Menghasilkan cochliobolin atau opiobolin, toksin penghambat pertumbuhan akar dan pengganggu respirasi daun

SIKLUS PENYAKIT
         Miselium dan konidia dapat bertahan dalam biji selama 4 tahun; atau pada jerami atau tanah
         Konidia terbawa angin atau benih; tanah terinfestasi; sisa tanaman atau gulma sakit ® sumber infeksi primer. (Gulma: Leersia hexandra, Cynodon dactylon, Digitaria sanguinalis, Eleusine indica, E. corona)
         Konidium berkecambah dari kedua sel ujung; penetrasi epidermis inang dengan/tanpa apresorium; perkecambahan ® air bebas dan suhu 16-30C/optimum 20-30C.
         Polycyclic: infeksi, muncul gejala, sporulasi ® konidia menginfeksi tanaman baru, siklus berulang kembali.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT
         Ketahanan tanaman berbeda dan berkorelasi dengan: ketebalan sel epidermis dan lapisan kutikula; kandungan silikat dalam sel; dan kecepatan akumulasi polifenol saat infeksi
         Tanaman padi bertambah rentan semakin bertambahnya umur; paling rentan saat pembentukan bunga dan buah
         Padi yang ditanam di tempat kering (padi gogo) lebih rentan: berhubungan dengan kelembaban tanah dan udara
-        Patogen tetap hidup sampai 6 bln bila kelembaban tanah 20% (31C) tetapi hanya 1 bln bila 96%
-        Infeksi hanya terjadi pada kelembaban udara minimal 92% (25C), infeksi tidak terjadi pada 89%
         Kelebihan/kekurang nitrogen memperparah penyakit; Insiden penyakit lebih banyak pada tanaman kekurangan besi, mangan atau kalium.

PENGENDALIAN PENYAKIT
         Memperbaiki cara bertanam: pemupukan seimbang; pengairan yang cukup; penanaman serempak
         Bertahan dalam tanah ® pergiliran tanaman.
         Sanitasi ® eleminasi sisa tanaman dan gulma sakit.
         Terbawa benih ® perlakuan dengan fungisida atau air panas.
         Varietas resisten ® bercak lebih kecil

PENYAKIT BERCAK COKLAT SEMPIT
Pertama kali dilaporkan di Indonesia (Jawa) pada tahun 1900 oleh Raciborski dan kemudian di Jepang tahun1906
Saat ini telah tersebar di semua negara penghasil padi dunia dan dikenal dengan narrow brown leaf spot

KERUGIAN
         Kerugian hasil dapat mencapai 40 % (1953 – 1954 di Suriname)
         Di Indonesia tidak menimbulkan kerusakan yang berarti

GEJALA PENYAKIT
         Gejala muncul selama fase reproduksi tanaman padi dan gejala paling berat tampak sekitar sebulan sebelum panen
         Dicirikan oleh bercak adanya sempit memanjang pada daun, berwarna coklat kemerahan, sejajar dengan tulang daun
         Pada serangan yang berat bercak dapat timbul pada seludang daun, batang, dan bulir
         Bercak cenderung lebih sempit, lebih pendek dan berwarna lebih gelap pada varietas padi yang resisten

PENYEBAB PENYAKIT
         Cercospora janseana atau Cercospora oryzae
         Sphaerulina oryzina (stadium sempurna)
         Konidiofora berwarna coklat, tumbuh di atas bercak sendiri-sendiri atau berkumpul sampai tiga
         Konidium dibentuk di atas konidiofora, berbentuk gada terbalik, bersekat 3 - 10

SIKLUS PENYAKIT
         Konidia disebarkan oleh angin dan infeksi terjadi melalui stomata, hifa berkembang di ruang antar sel
         Masa inkubasi sebulan atau lebih: gejala tampak lambat di lapang walaupun infeksi terjadi saat tanaman muda
         Patogen dapat bertahan hidup pada jerami atau bulir padi atau gulma (Panicum repens)

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT
         Kerentanan varietas padi terhadap race cendawan dan fase pertumbuhan tanaman adalah faktor yang menentukan perkembangan penyakit
         Semua stadia pertumbuhan tanaman padi rentan terhadap infeksi C. oryzae.  Pembentukan dan pengisian malai adalah saat paling rentan

PENGENDALIAN PENYAKIT
         Penanaman jenis padi yang tahan
         Penyemprotan dengan benomil atau mankozeb dapat meningkatkan (menyelamatkan) hasil 30%
          

PENYAKIT HAWAR SELUDANG
Dulu dianggap kurang penting, akhir-akhir ini sering dilaporkan menimbulkan kerusakan berat; di dunia menempati urutan kedua setelah blast

KERUGIAN
         Penyakit mempengaruhi jumlah gabah yang berisi tiap malai, panjang malai dan persen kehampaan, tetapi tidak berat 100 biji

GEJALA PENYAKIT
         Pada akhir stadia anakan muncul gejala awal: bercak oval 1 cm kehijauan pada seludang daun dekat permukaan air
         Bercak berkembang cepat menjadi hawar sampai ke daun, coklat/seperti jerami.
         Pada serangan berat, seluruh bagian tanaman mengering
         Bulir padi dapat terserang hawar

PENYEBAB PENYAKIT
         Rhizoctonia solani dan R. oryzae
         Rhizoctonia solani membentuk sclerotium pada permukaan hawar; belum pernah  ditemukan sclerotium yang dibentuk R. oryzae
         Membentuk tiga jenis hifa:
(1)   Runner hyphae: tumbuh cepat di permukaan tanaman.
(2)   Lobate hyphae: hifa yang membengkak menjadi bantalan untuk penetrasi (apresorium)
(3)   Monilioid cell: hifa bersel satu berdiferensiasi dan berkembang menjadi sclerotium

SIKLUS PENYAKIT
         Cendawan bertahan sebagai sclerotium atau miselium pada sisa tanaman
         Sclerotium mengambang di permukaan air sawah®berkumpul di sekitar pertanaman padi®infeksi pada seludang dekat permukaan air
         Banyak inang (kedelai, kacang-kacangan, dan berbagai jenis gulma) sehingga disimpulkan bahwa sumber infeksi untuk padi selalu ada

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT
         Penyakit dibantu oleh penanaman yang terlalu rapat
         Tanaman padi yang terlalu subur lebih rentan terhadap penyakit ini
         Jenis padi yang berbatang pendek dan mempunyai anakan banyak lebih rentan terhadap R. solani

PENGENDALIAN PENYAKIT
         Sinar matahari intensif ® menekan perkembangan penyakit®jenis padi dengan anakan banyak lebih rentan ® memperlebar jarak tanam
         Tanaman padi terlalu subur (N­) rentan ® pemupukan seimbang
         Patogen tular tanah ® sanitasi

PENYAKIT BUSUK BATANG
Busuk batang (stem rot) pertama kali dideskripsi oleh Cattaneo pada tahun 1876 di Italia
Penyakit telah terdapat di pertanaman padi di daerah tropis dan di daerah beriklim sedang
Penyakit ini telah terdapat di Indonesia (Ramlan et al. 1985) terutama di Jawa dan Sumatera

GEJALA PENYAKIT
Fase anakan lewat ® gejala awal: bercak hitam tidak teratur pada seludang daun di atas garis air sawah
Penyakit berkembang ® bercak membesar ® patogen menginvasi ke bagian dalam seludang
Invasi patogen sampai pada bagian batang
Bulir tidak berisi bahkan tanaman mati

PENYEBAB PENYAKIT
         Sclerotium oryzae (fase sclerotium; umum ditemukan); Nakataea sigmoidea (fase konidium); Magnaporthe salvinii (peritesium; fase sempurna)
         Sclerotium banyak dibentuk di permukaan bagian tanaman sakit bulat 200-300 mm, hitam

SIKLUS PENYAKIT
         Scleorotium pada sisa tanaman atau tanah ® penggenangan sawah ® sclerotium mengambang ikut aliran air ® menginfeksi seludang daun ® gejala muncul ® sporulasi ® sclerotium dalam jumlah banyak
         Infeksi permulaan terjadi karena skerotium membentuk apresorium dan bantalan infeksi.
         Sporulasi juga membentuk konidia dan askospora ® inokulum tambahan
         Jumlah sclerotium di permukaan tanah ® berat/ringan penyakit pada siklus pertama
         Kelebihan nitrogen membantu penyakit, tetapi pemberian natrium silikat atau kalium mengurangi penyakit
         Adanya luka termasuk luka akibat serangga menambah kerentanan tanaman

PENGENDALIAN PENYAKIT
         Diarahkan pada pengelolaan residu sisa tanaman; pemupukan tepat; pemilihan varietas
         Pembenaman sisa tanaman ® menurunkan secara drastis viabilitas sclerotium
         Pemupukan nitrogen tidak berlebihan ® menghindari penurunan ketahan
         Varietas tahan ® menginaktifkan enzyme pendegradasi dinding sel


PENYAKIT FUSARIUM (BAKANAE)
         Penyakit ini banyak terdapat di daerah beriklim basah di Asia
         Pertama kali dilaporkan di Jepang tahun 1829 dengan sebutan “Bakanae”
         Di Indonesia adanya penyakit oleh Fusarium dilaporkan tahun 1938

GEJALA PENYAKIT
         Gejala terutama terlihat pada tanaman muda atau di pembibitan
         Tanaman terinfeksi mempunyai batang 1,5 sampai 2 kali panjang tanaman sehat, berwarna pucat
         Gejala hiperplasia ini akibat patogen mengeluarkan gibberellin
         Bila tanaman tua terserang juga memperlihatkan pertumbuhan batang yang abnormal; pada pangkal batang tumbuh banyak akar lateral

GEJALA PENYAKIT
         Tanaman yang dapat bertahan sampai tua umumnya steril, tidak menghasilkan malai; istilah “palay lalake” (bhs Filipina = padi jantan) digunakan untuk padi yang steril ini
         Terdapat dua strain patogen:
1.      Strain yang menghasilkan lebih banyak gibberellin ® menginduksi hiperplasia
2.      Strain yang menghasilkan lebih banyak fusaric acid ® menginduksi hipoplasia yaitu pertumbuhan terhambat sehingga tampak kerdil

PENYEBAB PENYAKIT
         Fusarium moniliforme (bentuk sempurnanya: Gebberella fujikuroi)
         Membentuk peritesium yang di dalamnya berisi askus yang masing-masing mengandung 4-8 askospora
         Mikrokonidia hialin, oval, satu sel, dibentuk berantai;
         Makrokonidia melengkung dengan ujung meruncing bersepta 3-5

SIKLUS PENYAKIT
         Fusarium dapat berkembang dan bertahan dalam sisa tanaman yang berada di dalam dan di atas tanah
         F. miniliforme adalah tular benih, infeksi benih terjadi sebelum panen melalui konidia dan askospora yang diterbangkan angin, atau karena kontaminasi selama proses pemanenan.  Cendawan tidak menginvestasi benih secara internal
         Patogen menginfeksi tanaman melalui akar atau pucuk tanaman secara sistemik tetapi tidak sampai ke malai
         Cendawan juga dapat menyerang tebu, jagung dan padi-padian lain
         Pemencaran inokulum terutama dilakukan oleh angin

PENGENDALIAN PENYAKIT
         Penggunaan benih sehat sangat penting untuk mengendalikan penyakit ini.
         Tetapi di Indonesia penyakit kurang mempunyai arti ekonomi, sehingga belum pernah dilakukan pengendalian


PENYAKIT GOSONG PALSU
Penyakit ini sudah terdapat di semua negara penanam padi termasuk Indonesia.
Gosong palsu umumnya adalah penyakit minor, tetapi kejadian endemik pernah dilaporkan di India, Myanmar, Peru dan Pilipina.

GEJALA PENYAKIT
         Biji padi berubah menjadi bola spora berdiameter 1 cm (bahkan ada yang mencapai 5 cm), keluar diantara sekam, berwarna kuning emas dan kadang-kadang hijau
         Bagian tengah dari bola ini adalah suatu anyaman meselium padat yang merupakan sklerotium

GEJALA PENYAKIT
         Di bagian luar dari anyaman miselium ini terdapat tiga lapisan spora:
         Lapisan dalam dan tengah adalah spora yang belum matang berwarna kuning keemasan
         Lapisan luar adalah spora yang telah matang berwarna agak kehitaman.
         Umumnya hanya beberapa bulir padi saja yang terserang pada satu malai
         Dilaporkan bahwa bulir yang berdekatan dengan bulir yang menunjukkan gosong palsu adalah sehat

PENYEBAB PENYAKIT
         Ustilaginoidea virens membentuk sklerotium berdiameter 5-8 mm
         Konidia yang dibentuk di permukaan sklerotium, berbentuk bulat lonjong, berduri, berukuran 4-6 x 3-5 um, berkecambah dengan membentuk konidium sekunder yang lebih kecil dan hialin

SIKLUS PENYAKIT
         Konidia tersebar oleh angin, menginfeksi bunga atau biji yang mulai terbentuk
         Patogen dapat bertahan sebagai sklerotium atau sebagai bola spora yang mengeras yang disebut pseudomorph.
         Pseudomorph dapat bertahan 4 bulan dalam kondisi lapangan
         Musim hujan, kelembaban tinggi, pemupukan nitrogen berlebih meningkatkan perkembangan penyakit

PENGENDALIAN PENYAKIT
         Jarang dikendalikan karena kurang merugikan
         Beberapa varietas padi dilaporkan tahan terhadap U. virens
         Beberapa jenis fungisida dapat secara efektif mengendalikan gosong palsu

PENYAKIT KEMBANG API
         Penyakit kembang api, yang juga dikenal dengan sebutan Udbatta (bhs. India), telah dilaporkan terdapat di India, China, Vietnam, Hongkong, New Caledonia, dan Afrika Barat.
         Dapat menyebabkan kerugian yang berat pada daerah yang sudah endemik, tetapi umumnya bersifat sporadis dan tidak terlalu penting.
         Penyakit ini mungkin sudah lama ada di Indonesia, tetapi baru dilaporkan pada tahun 1976 terdapat di Jawa.

GEJALA PENYAKIT
         Gejala tidak akan tampak sampai fase bunting
         Malai yang keluar dari upih daun berndera diliputi oleh miselium cendawan berwarna putih, biji-biji hampa terekat satu sama lain, tegak kaku seperti mummi
         Mumifikasi terjadi saat masih terbungkus oleh upih daun bendera, maka malai yang sudah seperti mummi ini tegak lurus tampak seperti kembang api
         Patogen membentuk sklerotium hitam pada permukaan kembang api
         Daun bendera lebih kecil dari normal kadang berwarna keperakan
         Tanaman terinfeksi terhambat pertumbuhannya

PENYEBAB PENYAKIT
         Ephelis oryzae (stadium sempurnanya disebut Balansia oryzae-sativae)
         Membentuk stroma putih sampai kelabu menyelubungi permukaan malai.
         Dalam stroma dibentuk piknidium bulat 1-1,5 mm.
         Konidiofora bercabang, hialin, berukuran 22-85 x 1-1,4 um. Konidia seperti jarum, bersel satu, hialin, berukuran 12-40 x 1.2-1,5 um.

SIKLUS PENYAKIT
         Patogen menginvasi tanaman secara sistemik dan menginfeksi tanaman saat masih bibit.
         Infeksi bibit mungkin melalui benih yang membawa patogen. Infeksi oleh konidia juga dapat terjadi melalui bunga.
         Patogen dapat terbawa biji tetapi tidak dapat bertahan dalam tanah.
         Cendawan dapat bertahan pada gulma yang umum terdapat di sawah seperti Echinochloa crusgalli, Cynodon dactylon, dan Setaria italica.

PENGENDALIAN PENYAKIT
         Karena dianggap kurang penting, penyakit ini jarang dikendalikan.
         Bila diperlukan, pengendalian dapat dilakukan dengan penggunaan benih sehat atau perlakuan benih dengan air hangat (54C selama 10 menit), atau dengan perlakuan benih dengan  fungisida.


PENYAKIT STACKBURN
Pertama kali dilaporkan terdapat di Amerika Serikat (Lousiana dan Texas) pada tahun 1916
Saat ini diketahui bahwa penyakit terdapat di banyak negara Asia Tenggara.
Di Indonesia pertama kali dilaporkan pada tahun1972

GEJALA PENYAKIT
         Pada daun terjadi bercak oval 3-10 mm; bertepi coklat dengan pusat yang semula berwarna coklat pucat sedikit demi sedikit berubah menjadi putih; dengan banyak titik-titik hitam yang terdiri dari sklerotium
         Bulir yang terinfeksi berbercak coklat dengan tepi lebih gelap, infeksi dapat sampai ke biji dan menyebabkan biji keriput dan mudah pecah

PENYEBAB PENYAKIT
         Alternaria padwickii
         Sklerotium bulat berdiameter 50-200 mm hitam
         Konidiofora berukuran 3-4 mm tumbuh tegak sampai ketinggian 180 mm
         Konidia berdinding tebal bersekat 3-5, pada sekat agak melekuk, sel kedua atau ketiga lebih besar dari sel lainnya, berukuran 11-20 x 95-170 mm (termasuk ekor)

SIKLUS PENYAKIT
Daur penyakit ini belum banyak diketahui kecuali:
         Cendawan mempertahankan diri pada benih dan sisa tanaman sakit, dan mungkin juga di dalam tanah.
         Di udara konidia lebih banyak terdapat menjelang tengah hari, terutama pada waktu padi mulai masak

PENGENDALIAN PENYAKIT
         Belum ditemukan varietas padi yang tahan terhadap stuckburn
         Penanaman benih sehat dapat mengurangi insiden penyakit
         Perlakuan benih dengan air panas (54C selama 10 menit) atau dengan fungisida (mankozeb, ceresan) cukup efektif mengendalikan penyakit


PENYAKIT DAUN BERGORES BAKTERI
Daun bergores bakteri (bacterial leaf streak/BLS) pertama kali ditemukan di Filipina pada tahun 1918
Penyakit telah tersebar luas di daerah tropis seperti Filipina, Malaysia, Cina selatan, Thailand, Vietnam, Kambidia; tetapi tidak ditemukan di Jepang dan negara-negara subtropis lainnya
Di Indonesia pertama kali dilaporkan oleh Oka pada tahun 1972 di Jawa, saat ini penyakit telah tersebar di seluruh Indonesia, kecuali Maluku dan Irian Jaya

GEJALA PENYAKIT
         Penyakit dapat terjadi pada semua stadia pertumbuhan tanaman
         Goresan/garis interveinal hijau kebasahan, lalu coklat terang
         Gejala lanjut ® helai daun menjadi coklat ® putih keabu-abuan ® mati (mirip dengan kresek)

TANDA PENYAKIT
         Pada permukaan bercak keluar eksudat bakteri berwarna kuning

PENYEBAB PENYAKIT
         Xanthomonas oryzae pv. oryzicola dan X. campestris pv. oryzicola;
         Telah diproduksi antiserum yang dapat membedakan kedua spesies ini
         Bakteri menghasilkan enzim pektinase dan selulase penghancur dinding sel tanaman

SIKLUS PENYAKIT
         Bakteri bertahan dari musim ke musim pada sisa-sisa tanaman sakit dan dalam biji
         Beberapa gulma (padi liar/genus Oryza) terinfeksi dapat menjadi sumber inokulum primer.
         Bakteri dapat menyebar dari petak ke petak karena terbawa air irigasi
         Infeksi secara meluas terjadi pada waktu hujan berangin:
         Massa bakteri yang mengering terlarut dalam air hujan dan tersebar oleh angin
         Angin menyebabkan luka pada daun sebagai tempat infeksi

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT
         Penyakit lebih banyak terjadi pada daerah-daerah dengan curah hujan yang tinggi (Jabar, Jateng, Kalsel dan Sulsel
         Suhu tinggi tampaknya membantu perkembangan penyakit (perkembangan BLS tertinggi terjadi Agustus-September)
         Kelembaban tinggi tidak mempengaruhi perkembangan gejala, tetapi membantu infeksi dan pemencaran patogen
         Nitrogen hanya sedikit membantu perkembangan gejala
         Pada umumnya ketahanan tanaman bertambah dengan bertambahnya umur

PENGENDALIAN PENYAKIT
         Tidak memerlukan usaha pengendalian yang khusus, kecuali penanaman jenis-jenis padi yang tahan
         Jika penyakit selalu terjadi dianjurkan agar tidak memakai benih dari pertanaman yang sakit

PENYAKIT KERDIL KUNING
Kerdil kuning (yellow dwarf) dilaporkan terdapat hanya di Asia termasuk Indonesia
GEJALA PENYAKIT
         Tanaman terinfeksi menjadi kerdil, anakan banyak, daun berwarna hijau pucat atau kuning pucat
         Tanaman yang terinfeksi saat masih muda memperlihatkan gejala 40-50 hari kemudian, dan umumnya mati lebih cepat
         Tanaman yang dapat bertahan hidup tidak menghasilkan malai

PENYEBAB PENYAKIT
         Phytoplasma, penyebab kerdil kuning, terbatas pada jaringan phloem tanaman inang, selnya berbentuk tidak beraturan, berukuran 100-800 nm
         Nephotettix cincticeps adalah vektor utama di daerah beriklim sedang;
         N. nigropictus dan N. virescens adalah vektor utama di daerah beriklim sedang
         Makan akuisisi 1 jam, periode laten 20-40 hari, makan inokulasi 1 jam, sirkulasi, propagatif, resistensi sampai vektor mati

PENGENDALIAN PENYAKIT
         Tidak ada cara pengendalian yang direkomendasikan karena penyakit tidak terlalu penting secara ekonomi


PENYAKIT KERDIL HAMPA
Kerdil hampa (ragged stunt) pertama kali ditemukan di Indonesia tahun1976, kemudian penyakit dilaporkan terdapat di negara Asia lainnya seperti Thailand, Malaysia, India, Sri Lanka, Cina, Jepang dan Filipina

GEJALA PENYAKIT
         Tanaman terinfeksi tampak kerdil, daun-daun menjadi pendek berwarna gelap, satu atau kedua sisinya sobek atau berlekuk-lekuk (ragged)
         Daun bendera terpilin
         Pada permukaan bawah daun atau pada seludang daun terdapat puru (gall) karena jaringan phloem mengalami hiperplasia
         Malai umumnya tidak berisi atau hampa (maka disebut: kedil hampa)
         Gejala muncul 2-3 minggu setelah infeksi

PENYEBAB PENYAKIT
         Rice ragged stunt virus (RRSV) mempunyai partikel berbentuk bulat berdiameter 63-65 nm
         Genomnya 10 macam RNA untai ganda, protein mantelnya terdiri dari lima jenis subunit protein

SIKLUS PENYAKIT
         RRSV menginvasi inang terbatas pada jaringan phloem
         Dapat ditularkan oleh Nilaparvata lugens dan N. bakeri
         Makan akuisisi 8 jam, periode laten 8-15 hari, makan inokulasi minimal 1 jam, vektor infektif selama hidup, transtadial, tetapi tidak transovarial
         Beberapa padi liar seperti Oryza nivara dan O. latifolia dilaporkan dapat diinfeksi RRSV
         Karena wereng coklat monopaghous pada padi, maka infeksi alami pada gulma dapat dikatakan tidak terjadi
         Dengan demikian virus hanya dapat bertahan pada tanaman padi dan vektornya

PENGENDALIAN PENYAKIT
         Pengendalian dapat dilakukan dengan menanam varietas padi tahan wereng coklat atau mengendalikan wereng dengan insektisida


PENYAKIT KERDIL RUMPUT
Kerdil rumput (grassy stunt) pertama kali dilaporkan di Filipina tahun1962, dan sekarang dilaporkan telah tersebar di seluruh negara penghasil beras di Asia

GEJALA PENYAKIT
         Gejala muncul 10-20 hari setelah infeksi
         Tanaman terinfeksi menjadi kerdil, anakan lebih banyak dari normal, daun-daun lebih sempit, kaku dan tegak, sehingga rumpun tanaman nampak seperti rumput (kerdil rumput)
         Tanaman masih dapat membantuk malai tetapi jumlah biji sangat sedikit dan berukuran kecil

PENYEBAB PENYAKIT
         Rice grassy stunt virus (RGSV) mempunyai partikel berupa benang lentur 6-8 x 950-1350 nm
         Genomnya 4 jenis RNA untai tunggal, satu jenis coat protein (31 kDa)

SIKLUS PENYAKIT
         RGSV ditularkan terutama oleh Nilaparvata lugens, dan dapat juga oleh N. bakeri dan N. muiri
         Makan akuisisi minimal 30 menit, periode laten 10-11 hari, makan inokulasi 5-15 menit, transtadial tetapi tidak transovarial
         Virus bertahan dari musim ke musim pada sisa tanaman padi yang masih hidup dan vektornya
         Di daerah tropis, kejadian penyakit tinggi pada daerah yang terus-menerus ditanami padi
         Migrasi serangga vektor sangat berperan untuk penyebaran virus

PENGENDALIAN PENYAKIT
         Pengendalian vektor dengan insektisida
         Pola tanam; pergiliran tanaman dengan bukan padi
         Penanaman varietas tahan terhadap wereng coklat
         Sanitasi; mencabut dan membenamkan tanaman sakit


PENYAKIT HOJA BLANKA
Terdapat hanya di Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Karibia.
Pertama kali dilaporkan tahun 1935 di Kolombia.
Insiden penyakit tercatat selalu rendah, kecuali tahun 1981-1985 terjadi outbreak di Amerika Tengah

GEJALA PENYAKIT
         Tanaman yang terinfeksi menjadi kerdil
         Terdapat garis-garis klorotik/ kuning pada daun
         Pada beberapa kasus helaian daun menjadi putih

GEJALA PENYAKIT
         Bunga menjadi steril
         Palea dan lemma tidak tumbuh dengan sempurna dan berwana coklat.
         Tanaman terinfeksi mempunyai akar lebih sedikit dan pendek.
         Bibit yang terinfeksi mungkin akan mati.
         Gejala muncul 5-35 hari setelah infeksi, tergantung pada umur dan varietas padi, dan tempat infeksi

PENYEBAB PENYAKIT
         Rice hoja blanca virus (RHBV) termasuk group Tenuivirus, partikelnya filamentous, dengan lebar 3-4 nm, genomnya RNA rantai tunggal, mempunyai satu jenis coat protein

SIKLUS PENYAKIT
         Wereng Sogatodes orizicola adalah vektor utama RHBV
         S. Cubanus dapat menularkan RHBV dari padi ke rumput-rumputan seperti Echinochloa, tetapi tidak dari padi ke padi atau dari rumput ke padi
         Makan akuisisi 15 menit-1 jam, periode laten 30-36 hari, makan inokulasi 30 menit-1 jam, sirkulatif, provagatif, dan transovarial.
         Periode laten melebihi panjang hidup vektor jantan (14-24 hari) dan betina (30-44 hari)
         5-15% dari populasi vektor di lapangan dapat menyebarkan RHBV
         Insiden RHBV sangat tergantung dari jumlah nimfa vektor yang infektif
         Mengingat periode laten yang sangat panjang, tanaman sakit tampaknya tidak menjadi sumber infeksi untuk tanaman dalam musim yang sama

PENGENDALIAN PENYAKIT
         Penanaman varietas padi yang resisten terhadap RHBV atau terhadap vektornya pernah dilakukan dan berhasil dengan baik
         Menanam pada saat populasi vektor rendah dilaporkan sangat efektif mengurangi insiden penyakit





PENYAKIT PADA JAGUNG

PENYAKIT HAWAR DAUN
Penyakit hawar daun (leaf blight) pada tanaman jagung dapat disebabkan oleh salah satu dari tiga spesies cendawan yaitu:
1.      Exserohilum turcicum (Helminthosporium turcicum)
2.      Bipolaris maydis (Helminthosporium maydis)
3.      Bipolaris zeicola (Helminthosporium carbonum)
Ketiga jenis cendawan ini terdapat di Indonesia

GEJALA PENYAKIT
         Hawar daun turcicum: terdapat daerah nekrotik berbentuk elip mencapai 15 cm. Bagian tengah nekrotik terdapat zone sporululasi cendawan berwarna abu-abu gelap
         Hawar daun maydis: terdapat lesio coklat agak cerah dibatasi tulang daun. Hawar memanjang sejajar tulang daun berukuran 2-6 x 3-22 mm
         Hawar daun carbonum: mirip dengan hawar daun maydis, tetapi umumnya berukuran lebih besar

PENYEBAB PENYAKIT
         Penyakit hawar daun dapat disebabkan oleh salah satu dari tiga spesies cendawan yaitu Exserohilum turcicum (Helminthosporium turcicum), Bipolaris maydis (Helminthosporium maydis), dan Bipolaris zeicola (Helminthosporium carbonum).
         Cendawan membentuk konidiofora yang keluar dari stomata jaringan daun yang telah mengalami nekrotik
         Konidiofora menghasilkan konidia lurus atau bengkok pada bagian tengah lebih besar dan bagian ujungnya mengecil
         Konidia berwarna coklat jerami bersekat 5-12

PENYEBAB PENYAKIT
H. torsicum membentuk konidiofora berkelompok dan pada konidianya tampak hilum yang jelas
H. maydis konidioforanya berkelompok tetapi konidianya tidak menampakkan hilum yang jelas
H. carbonum konidianya tumbuh terpisah

SIKLUS PENYAKIT
         Miselium atau konidia dapat bertahan pada sisa tanaman
         Konidia dapat disebarkan oleh angin dalam jarak yang jauh
         Infeksi terjadi secara langsung dengan membentuk apresorium
         Konidia hasil sporulasi berfungsi sebagai inokulum sekunder
         H. turcicum lebih banyak ditemukan di daerah pegunungan (18-27C); H. maydis di dataran rendah (20-32C).

PENGENDALIAN PENYAKIT
         Perlakuan benih dengan fungisida thiram atau karboksin dapat mengurangi insiden penyakit
         Varietas Arjuna dan Hibrida C1 diketahui tahan terhadap hawar daun
         Penyemprotan fungisida mankozeb (bila menguntungkan) dapat dilakukan.


PENYAKIT KARAT
Kerugian yang ditimbulkan bervariasi bergantung pada luasan daun terserang dan umur tanaman. Pada umumnya kehilangan hasil 3-8% terjadi setiap 10% dari total luasan daun terinfeksi

GEJALA PENYAKIT
         Gejala dapat muncul pada daun, seludang daun, bahkan pada batang
         Karat merupakan uredium cendawan yang tumbuh di bawah jaringan epidermis dan menojol ke permukaan
         Bia pecah keluarlah tepung uredospora berwarna coklat kekuningan

PENYEBAB PENYAKIT
         Karat disebabkan oleh dua spesies Puccinia; P. sorghi dan P. polysora

Puccinia sorghi:
1.      Bentuk karat memanjang
2.      Karat terbentuk di kedua permukaan daun
3.      Epidermis menutup uredium sampai matang
4.      Lebih banyak muncul di daerah pegunungan

Puccinia polysora
1.      Berbentuk oval
2.      Lebih banyak di permukaan atas
3.      Karat lebih cepat pecah
4.      Lebih banyak di dataran rendah

PENYEBAB PENYAKIT
         Urediospora coklat keemasan, berdinding tebal berduri
         Teliospora bersel dua berwarna kehitaman
P. Sorghi membentuk urediospora lebih gelap dari pada P. polysora


PENYAKIT KARAT
         Teliospora berkecambah membentuk basidium
         Basidiospora tidak menginfeksi jagung tetapi inang alternate Oxalis spp.
         Pada Oxalis membentuk piknium dan aesium
         Aesiospora dapat menginfeksi jagung
         Infeksi pada jagung menghasilkan uredium dan telium
Pada daerah dimana tidak terdapat Oxalis sp., maka urediospora menjadi inokulum primer dan sekunder bagi tanaman jagung

PENGENDALIAN PENYAKIT
         Penyakit karat efektif dikendalikan dengan menanam jenis jagung yang tahan
Jumlah karat per satuan luas daun pada jenis yang tahan jauh lebih sedikit dibandingkan pada jenis rentan. Jagung varietas Arjuna, Kalingga, Wiyasa, Pioneer-2 tahan terhadap karat
         Fungisida zineb, tembaga oksiklorida, fermat, dan dithane diketahui efektif untuk karat pada jagung


PENYAKIT BERCAK DAUN CERCOSPORA
Bercak daun cercospora (cercospora leaf spot) terdapat mulai dari daerah subtropis sampai daerah tropis yang lembab di Amerika, Eropa, Afrika, maupun Asia

GEJALA PENYAKIT
         Gejala awal berupa lesio nekrotik kecil dengan halo klorotik
         Bercak semakin membesar sampai berukuran 2-4 mm x 1-6 cm; berbentuk persegi; berwarna keabu-abuan; batas jelas antara bagian yang sakit dan yang sehat.
Batas yang jelas terjadi karena patogen tidak mampu menetrasi jaringan sclerenchyma dari tulang daun

PENYEBAB PENYAKIT
         Cercospora zeae-maydis
         Patogen bersporulasi pada permukaan bawah bercak membentuk konidiofora bergerombol
         Di ujung konidiofora tumbuh konidia
         Konidia meruncing dan agak melengkung (5-9 x 30-95 mm), hialin, bersepta 3-10

SIKLUS PENYAKIT
         Jagung adalah satu-satunya inang dari Cercospora zeae-maydis
         Insiden penyakit akan tinggi bila penanaman jagung dilakukan terus menerus dan sisa tanaman sakit tetap dibiarkan di atas tanah
         Patogen dapat bertahan dalam bentuk stroma pada jaringan tanaman sakit; bila lingkungan menguntungkan dari stroma akan tumbuh konidiofora yang menghasilkan konidia
         Konidia dapat disebarkan angin dan percikan air hujan. Tabung kecambah yang tumbuh dari konidia membentuk apresorium dan menginfeksi tanaman melalui stomata
         Konidia dapat hidup dengan kelembaban 60% di permukaan daun, tetapi untuk  perkecambahan konidia dibutuhkan kelembaban minimal 95%

PENGENDALIAN PENYAKIT
         Sanitasi dan pergiliran tanaman dapat mengurangi insiden penyakit


PENYAKIT BULAI
Umum ditemukan di pertanaman jagung di Indonesia. Luas dan intensitas serangan sangat bervariasi; dapat mencapai 90%.

GEJALA PENYAKIT
         Tampak garis-garis putih atau kuning sejajar tulang daun
         Bila infeksi sampai ke titik tumbuh maka daun yang tumbuh kemudian juga mengalami klorosis
         Akar terbatas perkembangannya demikian juga pertumbuhan tanaman
         Bila masih muda terinfeksi, tanaman tidak menghasilkan; bila sudah dewasa maka jumlah biji pada buah sedikit

PENYEBAB PENYAKIT
         Peronosclerospora maydis membentuk konidia/sporangium bulat hialin 17-23 x 27-39 mm pada permukaan bawah daun, dilepaskan pada pagi hari
         Di Pulau Sulawesi ditemukan Peronosclerospora philippinensis yang mempunyai spora lebih ramping

SIKLUS PENYAKIT
         P. maydis adalah parasit obligat dan jagung merupakan satu-satunya inang.
         Tanaman terinfeksi adalah sumber inokulum primer untuk tanaman muda di lapangan. Miselium mungkin dapat bertahan pada tongkol dan biji jagung.
         Infeksi oleh konidia melalui stomata dengan membentuk apresorium, meselium tumbuh pada ruang antar sel dan membentuk haustorium.
         Sporululasi terjadi bila terdapat embun di malam hari. Konidia yang baru terbentuk disebarkan oleh angin dan berfungsi sebagai inokulum sekunder; siklus baru dimulai.
         Insiden bulai lebih banyak terjadi di daerah dataran renah (jarang pada ketinggian lebih dari 900 m dpl) dan pada musim hujan.

PENGENDALIAN PENYAKIT
         Beberapa varietas jagung seperti Genjah Warangan, Jawa Tengah Putih, Ngale, Boman dan Impa-kimpa dilaporkan tahan terhadap bulai
         Mengingat patogen tidak punya inang alternatif; memusnahkan sisa tanaman atau tanaman yang tumbuh liar akan memberikan hasil pengendalian yang baik bila diikuti dengan penanaman serentak pada areal yang luas

PENYAKIT GOSONG/HANGUS
Penyakit gosong/hangus (smut) terdapat di seluruh sentra produksi jagung di Indonesia dan di luar negeri. Kerugian yang ditimbulkan dapat mencapai 10%

GEJALA PENYAKIT
         Gejala berupa gall terutama pada biji. Gall semakin membesar mendesak kelobot sehingga tampak dari luar.
         Di dalam gall penuh dengan teliospora cendawan yang sewaktu-waktu dapat pecah berupa serbuk hitam
         Semua bagian tanaman di atas permukaan tanah rentan. Gall bisa terbentuk pada daun, batang atau bunga jantan

PENYEBAB PENYAKIT
         Ustilago maydis membentuk teliospora bulat 8-11 mm, hitam dan berduri.
         Teliospora dapat bertahan pada tanah dan sisa tanaman. Dengan bantuan angin atau air hujan teliospora terinfestasi ke tanaman muda.
         Infeksi dengan menembus langsung epidermis, atau melalui stomata atau luka dapat dilakukan oleh tabung kecambah yang tumbuh dari teliospora atau dari basidiospora yang tumbuh dari perkecambahan teliospora.

SIKLUS PENYAKIT
         Infeksi dapat terjadi pada batang, daun, bunga jantan, maupun biji. Infeksi pada biji melalui tangkai putik (rambut jagung).
         Meselium tumbuh intraseluler dan mengeluarkan senyawa yang memicu jaringan tanaman membentuk gall

PENGENDALIAN PENYAKIT
         Sisa tanaman di lapangan perlu dibakar untuk mengurangi sumber inokulum.
         Hindari luka mekanik saat melakukan kegiatan budidaya karena infeksi lebih mudah dilakukan melalui luka.
         Hindari pemupukan nitrogen berlebih.
         Belum dilaporkan varietas jagung yang tahan terhadap smut.


PENYAKIT BUSUK BATANG BAKTERI
Penyakit busuk batang baketri telah dilaporkan tersebar di seluruh dunia.

GEJALA PENYAKIT
         Satu atau beberapa buku diatas permukaan tanah terlihat berwarna coklat kebasahan, membusuk dan mengeluarkan bau yang tidak enak. Pada bagian ini mudah patah
         Busuk pucuk juga dapat terjadi bila titik tumbuh apikal terinfeksi bakteri dari air siraman yang terkontaminasi; terutama pada tanaman muda yang aktif tumbuh. Pembusukan akan cepat menjalar sampai ke pangkal batang

PENYEBAB PENYAKIT
Bila batang yang terinfeksi dipotong lalu dicelupkan di dalam air yang bening, maka akan terlihat jelas sel bakteri (ooze) keluar dari jaringan batang tersebut.
Penyebab penyakit ini adalah Erwinia chrysanthemi pv. zeae atau Erwinia carotovora f.sp. zeae.

SIKLUS PENYAKIT
         Bakteri dapat bertahan antar musim tanam pada jaringan batang jagung di atas permukaan tanah. Stomata, hidatoda, dan luka mekanik pada daun dan batang merupakan tempat infeksi bateri
         Penyakit lebih banyak timbul pada daerah dengan curah hujan tinggi. Pekembangan penyakit sangat dibantu oleh kelembaban yang tinggi dan suhu hangat (32-35C). Larva pengorok jagung (Chilo partellus) membantu dalam penularan penyakit.

PENGENDALIAN PENYAKIT
         Mengusahakan aerasi dan menghindari penggenangan pertanaman dapat mengurangi perkembangan penyakit.
         Belum diketahui varietas jagung yang tahan terhadap penyakit ini.

BUSUK BATANG/TONGKOL FUSARIUM
Penyakit busuk oleh Fusarium dapat terjadi pada batang (busuk batang), pada tongkol (busuk tongkol) dan juga  pada semai (damping-off).

GEJALA PENYAKIT
         Bila penyakit terjadi pada batang, maka gejala kelayuan terjadi pada tanaman tersebut
         Kelayuan ini akibat bangkal batang dekat permukaan tanah mengalami pembusukan
         Patah batang dapat terjadi akibat pembusukan ini
         Jaringan yang busuk berwarna merah jambu
         Bila seludang daun dibuka, maka terlihat warna merah pada tempat duduk seludang daun. Juga terlihat peritesia cendawan

GEJALA PENYAKIT
         Gejala pada tongkol berupa pembusukan yang berwarna merah jambu berkembang dari ujung tongkol.

PENYEBAB PENYAKIT
Fusarium graminearum
Membentuk makrokonidia bersepta 3-7; dan mikrokonidia bersepta dua
Bentuk sempurnanya Gibberella zeae membentuk peritesium, askosporanya bersepta tiga agak bengkok
Fusarium moniliforme
Membentuk makrokonidia yang lebih langsing dari F. graminearum. Mikrokonidianya bersel satu atau dua
Bentuk sempurnanya Gibberella fujikuroi membentuk askospora bersel dua

SIKLUS PENYAKIT
         Cendawan dapat bertahan dalam sisa tanaman dan pada biji; mempunyai tanaman inang alternatif seperti padi, tebu, sorghum, gandum, nenas, pisang, dan berbagai gulma.
         Askospora maupun konidia pada sisa tanaman atau inang alternatif dapat menjadi sumber inokulum primer.
         Inokulum disebarkan oleh angin atau air hujan. Infeksi terjadi pada akar, seludang daun, atau tongkol.
         Infeksi dibantu oleh adanya luka yang terjadi akibat serngga, nematoda, dan kerusakan mekanis.

PENGENDALIAN PENYAKIT
         Pemupukan seimbang dapat mengurangi insiden penyakit karena infeksi Fusarium lebih banyak pada tanaman yang kondisinya lemah
         Penelitian untuk mendapatkan varietas resisten perlu dilakukan di Indonesia. Di luar negeri, pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan varietas resisten
Tidak membiarkan tongkol terlalu lama mengering di lapangan


BUSUK TONGKOL DIPLODIA
Penyakit tersebar luas di Indonesia terutama di Jawa.  Disamping busuk tongkol, patogen juga dapat menyebabkan busuk batang.
Pada umumnya kurang merugikan di daerah tropis, tetapi cenderung merugikan pada daerah beriklim sedang

GEJALA PENYAKIT
Busuk tongkol dimulai dari terinfeksinya beberapa biji jagung (tidak tampak) sampai busuknya seluruh tongkol dan kelobot
Busuk umumnya mulai dari pangkal ke ujung tongkol
Diantara biji-biji terdapat miselium jamur yang berwarna putih

GEJALA PENYAKIT
Busuk batang dan upih daun pada umumnya baru tampak jelas setelah tanaman mengadakan penyerbukan
Pada upih daun terjadi bercak-bercak ungu kemerahan sampai coklat tua, yang meluas ke buku dan bagian pangkal ruas batang
Busuk batang umumnya mulai dari luka pada upih atau tempat keluarnya akar adventif
Buku dan ruas batang yang warnanya menjadi coklat tidak kelihatan dari luar karena tertutup oleh upih yang mati dan berwarna pucat

PENYEBAB PENYAKIT
Diplodia maydis atau Stenocarpella maydis
Piknidium subepidermal berwarna coklat sampai kehitaman dibentuk di bagian tempat duduk seludang daun atau bagian yang membusuk pada tongkol jagung
Konidia yang dibentuk di dalam piknidium bersel dua berwarna kecoklatan, berbentuk elip, agak bengkok

DAUR PENYAKIT
Patogen mempertahankan diri dalam biji dan hidup sebagai saprofit pada sisa tanaman sakit; dapat bertahan selama 3 tahun di dalam jaringan batang jagung
Diplodia maydis hanya dapat menyerang tanaman jagung
Infeksi pada tonggkol dapat mulai dari tangkai tongkol, pangkal kelobot, atau ujung tangkai tongkol
Jika tongkol mendekati masak, pembusukan menjadi lebih lambat dan berhenti sama sekali jika kadar biji mencapai kurang dari 21%
Busuk tongkol atau batang umumnya terjadi pada tanaman lemah, dan dibantu oleh kelebihan nitrogen dan kekurangan kalium dalam tanah, tanaman yang terlalu rapat, adanya luka mekanik atau oleh serangga

PENGENDALIAN PENYAKIT
Penanaman benih yang sehat
Mengusahakan kondisi pertanaman yang seimbang (pemupukan dan jarak tanam)
Penanaman jenis yang tahan (di Indonesia belum tersedia)


MAIZE ROUGH DWARF VIRUS (MRDV)
DISTRIBUSI GEOGRAFI
MRDV telah dilaporkan terdapat di Eropa (Spanyol, Italia, Jerman), Asia (Cina, Iran, Israel, Korea), Amerika Latin (Brasil, Argentina).
Belum dilaporkan terdapat di Indonesia (masih merupakan OPTK-A1)

ARTI EKONOMI
Insiden penyakit ini tercatat di Italia dari tahun ke tahun berkisar antara 1 – 30 % dan kadang-kadang mEncapai 60% (Conti, 1983).
Kehilangan hasil akibat infeksi MRDV bervariasi, tidak saja bergantung pada insiden penyakit tetapi juga stadia tanaman saat terinfeksi virus.
Korelasi yang negatif antara insiden penyakit dan hasil panen telah dilaporkan oleh March et al. (1985).
Lovisolo and Caciagli (1989) mengestimasi bahwa akan terjadi kehilangan  sekitar 80 kg biji jagung per hektar per 1% infeksi.

GEJALA PENYAKIT
Tanaman tumbuh kerdil (dwarf), tampak lebih hijau gelap dibandingkan dengan normal.  Daun tumbuh tegak, permukaan bawah daun menjadi bergelombang akibat terjadi enasi pada tulang daun (gall).
Phloem pada akar bengkak secara internal sehingga mengakibatkan akar terbelah. 
Tanaman semacam ini tidak menghasilkan buah.
Bila infeksi terjadi pada saat tanaman telah agak besar, kekerdilan tidak terlalu tampak, enasi mungkin terjadi pada daun-daun bagian atas, buah mungkin terbentuk tetapi ukurannya berkurang dengan biji sedikit.
Pada strain virus tertentu dapat menyebabkan tanaman membentuk anakan yang sangat banyak.

SIFAT VIRUS
Di dalam inang, MRDV hanya ditemukan pada phloem dan phloem parenchyma sepanjang sistem pembuluh vascular.
Partikel virus berbentuk bulat dengan diameter sekitar 70 nm (Maramorosch et al., 1969; Francki et al., 1985).
Genom MRDV terdiri dari 10 segmen double-stranded RNA (dsRNA), dengan berat molekul berkisar antara 1.08 sampai 2.88 mDa (Reddy et al., 1975).

PENULARAN VIRUS
MRDV ditularkan oleh wereng Laodelphax striatellus secara persisten, bereplikasi pada sitoplasma sel inang mapun tubuh vektor.  Makan akuisisi pada tanaman sakit minimal satu hari, masa laten pada tubuh vektor bervariasi dari 10 sampai 30 hari bergantung pada lama akuisisi dan suhu, makan inokulasi minimal 5 jam.  Setelah menjadi infektif, vektor dapat menularkan virus sepanjang hidupnya.  Efesiensi Laodelphax striatellus menularkan MRDV sekitar 50%.  Penularan mungkin transovarial (4% oleh Harpaz and Klein, 1969; dan 0% oleh Lindsten and Conti, 1977)
MRDV isolat Iran dilaporkan dapat ditularkan melalui  spesies wereng lain yaitu Ribautodelphax notabilis (Izadpanah et al., 1983).
Virus tidak ditularkan melalui sap, walaupun sedikit penularan dapat dilakukan dengan tusukan jarum (Harpaz, 1972). Penularan MRDV melalui benih belum pernah dilaporkan walaupun sudah banyak usaha yang dilakukan (Milne and Lovisolo, 1977).

EKOLOGI
Di Italia, inang utama wereng vektor MRDV adalah Digitaria sanguinalis dan Echinochloa crusgalli, yang tumbuh sebagai gulma di pinggir lahan atau sepanjang pinggir jalan.
Jagung, secara umum, adalah bukan sumber MRDV yang baik karena wereng jarang makan pada tanaman jagung dan mereka tidak berkembang biak pada tanaman ini (Conti, 1983).
Di Israel, Cynodon dactylon (atau rumput Bermuda) diyakini mempunyai peranan penting sebagai sumber MRDV alami (Harpaz, 1972).

CARA PENYEBARAN
Bagian tanaman yang mungkin membawa serangga vektor pada saat transportasi/perdagangan:
 - Flowers/inflorescences/cones/calyx: borne internally; invisible.
 - Leaves: borne internally; visible to naked eye.
 - Seedlings/micropropagated plants: borne internally; visible to naked eye.
 - Roots: borne internally; invisible.
 - Stems (above ground)/shoots/trunks/branches: borne internally; invisible.

DETEKSI VIRUS
Sudah tersedia antiserum untuk mendeteksi MRDV (Luisoni et al., 1975; Boccardo and Milne, 1981).
Berbagai macam teknik serologi seperti agar gel double diffusion (Wetter et al., 1969), immuno-electron microscopy (Milne and Luisoni, 1977), and enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) (Caciagli et al., 1985) dapat digunakan secara rutin untuk deteksi dan identifikasi MRDV baik pada tanaman maupun vektor

MOSAIK KERDIL JAGUNG
(MAIZE DWARF MOSAIC)
GEJALA PENYAKIT
Daun tanaman sakit mempunyai garis klorotik putus-putus berwarna hijau muda atau kuning
Tanaman terserang terhambat pertumbuhannya
Pembentukan dan perkembangan tongkol terganggu sehingga tanaman tidak menghasilkan

PENYEBAB PENYAKIT
Maize dwarf mosaic virus (MDMV) termasuk group potyvirus, mempunyai partikel berbentuk batang lentur 12 x 750 mm, genomnya RNA rantai tunggal

PENYEBAB PENYAKIT
Dapat ditularkan secara nonpersisten oleh lebih dari 15 jenis kutu daun diantaranya adalah Schizaphis graminum dan Aphis maidiradicis
Juga dapat ditularkan melalui benih jagung; dan melalui cairan perasan
Disamping jagung, sorghum dan rumpun Johnson dapat menjadi inang

PENGENDALIAN PENYAKIT
Pengendalian dapat dilakukan dengan penanaman varietas resisten, pengendalian vektor, atau pemusnahan gulma dan tanaman terinfeksi

TUMBUHAN PARASIT (Striga spp)
Terdapat 60 species tumbuhan parasit pada tanaman budidaya. Tetapi yang parasit pada tanaman jagung hanya dua spesies
Striga hermatica adalah spesies yang tersebar luas dan menyebabkan kerugian di Afrika dan di Asia
Striga asiatica juga dilaporkan tersebar luas di Asia maupun belahan dunia lain
Tanaman jagung yang terparasit memperlihatkan gejala seperti kekurangan air dan nutrisi walaupun cukup air maupun pupuk
Tumbuhan parasit tumbuh di sebelah tanaman jagung. Bila dilihat di bawah tanah maka tumbuhan ini tumbuh pada akar tanaman jagung
Benih Striga spp. butuh 3-18 bulan untuk dormansi dan dapat bertahan sampai 20 tahun dalam kondisi lapang

Perkecambahan benih Striga terjadi bila terdapat rangsangan senyawa yang dikeluarkan oleh akar jagung
Jika kecambah ini menyentuh akar jagung, maka akan membentuk haustorium yang dalam 8-24 jam mampu mencapai jaringan xylem
Benih parasit ini disebarkan melalui tanah yang terinfestasi
Pemupukan yang cukup, jarak tanam yang tidak terlalu lebar, pemakaian herbisida selektif





PENYAKIT PADA CABAI

1. ANTRAKNOSA
         Penyakit yang paling merugikan
         Di banyak negara dianggap sebagai dua penyakit :
    antraknosa (Gloeosporium) dan busuk matang (Colletotrichum)

Gejala :
G. piperatum:
         Dapat menyerang buah yang masih hijau
         Dapat menyebabkan mati ujung (die back)
         Mula-mula terdapat bintik-bintik kecil kehitaman dan berlekuk
         Tepinya berwarna kuning, membesar dan memanjang, tengahnya semakin gelap
         Aservulus dalam lingkaran-lingkaran sepusat, membentuk konidia berwarna merah jambu
C. capsici :
         Bercak coklat kehitaman, meluas menjadi busuk lunak
         Di tengah bercak ada titik-titik hitam: setae dan konidia
         Menyerang ranting muda; mati ujung (die-back)

  Patogen : 
 Gloeosporium piperatum
         Aservulus dalam sel epidermis/sub epidermis, terbuka, bulat/bulat panjang, kuning jingga/merah jambu
         Konidium bersel satu, hialin, batang, ujung membulat
Colletotrichum capsici
         Aservulus banyak, di bawah /pada permukaan kutikula, hitam, banyak setae
         Setae coklat tua, bersekat, kaku, meruncing ke atas
         Konidium hialin, silindris, ujung tumpul atau bengkok seperti bulan sabit
         Membentuk sklerotium dalam jaringan yang sakit atau dalam medium

Daur penyakit dan faktor-faktor yang berpengaruh
         Cendawan bersifat laten; menginfeksi biji, bertahan dalam tanaman yang tumbuh dari biji terinfeksi
         Bertahan dalam sisa-sisa tanaman
         Konidia disebarkan angin
         Bercak berkembang paling baik pada suhu 30 oC; sporulasi G. piperatum pada 23 oC, C. capsici pada 30 oC
Pengendalian
         Tidak menanam biji dari buah yang terinfeksi
         Sanitasi
         Fungisida : Topsin M70WP, Antila 80 WP, Dithane M-45 80WP Velimex 80WP, dll

BERCAK DAUN CERCOSPORA
         Banyak terdapat pada cabai merah
         Penyakit penting di dataran tinggi, terlebih pada paprika
         Tersebar luas tetapi tidak dianggap berbahaya

Gejala :
v  Pada daun terdapat bercak bulat kecil, kebasahan
v  Bercak dapat meluas hingga berdiameter 0,5 cm atau lebih
v  Pusat bercak berwarna pucat sampai putih, tepi lebih gelap
v  Apabila banyak bercak, daun cepat gugur
v  Pada kondisi yang sangat lembab, bercak dapat mencapai batang, tangkai daun maupun tangkai buah (tetapi jarang pada buah)

Penyebab penyakit  dan faktor-faktor yang berpengaruh
Patogen : Cercospora capsici
         konidium berbentuk gada panjang, bersekat 3-12, konidiofor pendek
         C. capsici terbawa oleh biji, dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman selama satu musim
         Penyakit tidak banyak muncul pada musim kemarau atau di lahan dengan drainase baik
         Penyakit cenderung lebih banyak pada tanaman tua

Pengendalian
         Sanitasi
         Fungisida yang terdaftar : Anvil 50 SC, Daconil 75 WP, Score 250 EC, Topsin M 70 WP, Vondozeb 420 SC, Velimex 80 WP, dll

PENYAKIT TEPUNG (Powdery mildew)
Ø  Tersebar luas di banyak negara penanam cabai
Ø  Umum terdapat di wilayah yang hangat dan kering
Ø  Di wilayah lain jarang menimbulkan kerusakan berat
Ø  Pertama kali terlihat di Florida, Amerika Utara tahun 1971
Ø  Peneliti Belanda: hubungan langsung antara persentase infeksi pada daun dengan kehilangan hasil (1% infeksi pada daun ~ 1% kehilangan hasil)
Ø  Di rumah kaca, di Amerika Utara, kehilangan hasil umumnya antara 10-15%
Lebih dari 1000 spesies dari beberapa famili tanaman rentan terhadap cendawan tepung

Gejala :
         Pada sisi bawah daun yang tua terdapat lapisan tepung berwarna putih
         Bagian daun yang bertepung menguning membentuk bercak-bercak
         Daun menjadi pucat dan cepat rontok

Penyebab penyakit dan faktor-faktor yang berpengaruh
Patogen : Leveillula taurica (Oidiopsis sicula)
v  Miselium berkembang di dalam jaringan daun
v  Konidiofor membentuk berkas, muncul dari mulut daun, bercabang-cabang, ramping, panjang
v  Spora tersebar melalui angin
v  Berbeda dengan penyakit tepung pada tomat atau ketimun; embun tepung pada cabai awal pertumbuhannya tidak terlihat, di dalam jaringan daun, laten hingga 21 hari
v  Infeksi terjadi pada suhu 19-33 oC dengan kelembapan tinggi atau rendah

Pengelolaan penyakit :
         Sanitasi lahan
         Monitoring, embun tepung terjadi mulai dari daun tua, pada bagian bawah
         Hingga saat ini belum ada varietas cabai yang tahan
         Gunakan fungisida protektan pada saat penyakit pertama kali terlihat dan selanjutnya gunakan fungisida yang diijinkan
         Buang daun-daun atau tanaman yang pertama terserang dengan hati-hati, tetap menjaga kebersihan karena cendawan ini mampu bertahan dalam sisa-sisa tanaman





PENYAKIT PADA KUBIS

AKAR GADA (CLUB ROOT)
F Pertama kali ditemukan dan diteliti oleh Woronin (Rusia) tahun 1872
F Di Indonesia pertama kali diketahui di Lembang, Bandung tahun 1975
F Dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar, hasil tidak dapat dijual
F Dapat menjangkiti tanaman lain dari famili kubis-kubisan
F Hanya menjangkiti tanaman dari famili kubis-kubisan

Gejala :
         Sel-sel akar yang terinfeksi membelah dan membesar sehingga terbentuk bintil
         Bintil-bintil menyatu membentuk bengkakan memanjang seperti gada (batang pendek)
         Pengangkutan hara dan air terganggu, tanaman merana, daun cepat layu
         Pada saat gejala bagian atas mulai tampak, akar biasanya sudah sangat rusak

Penyebab penyakit dan faktor- faktor yang berpengaruh
Patogen :  Plasmodiophora brassicae
ü  Cendawan membentuk spora istirahat berbentuk bulat, hialin
ü  Spora tahan berkecambah membentuk zoospora (spora kembara) yang mempunyai 2 bulu cambuk
ü  Di dalam akar badan cendawan berbentuk plasmodium
ü  Spora istirahat dapat bertahan hidup lebih dari 10 tahun
ü  Patogen dapat tersebar melalui air irigasi, alat-alat pertanian, tanah, hewan, bibit dan pupuk kandang
ü  Patogen tidak terbawa biji

Pengelolaan penyakit :
F Mencegah masuknya patogen ke wilayah yang belum terinfestasi
F Pembibitan dibuat di lokasi bebas patogen
F Meningkatkan pH tanah dengan pengapuran
F Aplikasi fungisida yang terdaftar : Basamid G, Bavistin 50 WP

BUSUK HITAM (BLACK ROT)
C  Terdapat di semua daerah kubis di seluruh dunia
C  Menimbulkan kerugian yang besar
C  Di Indonesia pertama kali dilaporkan tahun 1931 di Sumatera Utara

Gejala :
         Tepi daun terdapat daerah berwarna kuning, selanjutnya meluas ke bagian tengah
         Tulang daun berwarna coklat tua atau hitam
         Daun yang sakit mengering, seperti selaput, tulang daun berwarna hitam

Penyebab penyakit dan faktor- faktor yang berpengaruh
Patogen : Xanthomonas campestris pv. campestris
Ä  Bakteri berbentuk batang, tidak membentuk spora, bergerak dengan satu flagellum polar
Ä  Bakteri bertahan pada biji, dalam tanah, pada tumbuhan inang lain dan dalam sisa-sisa tanaman sakit
Ä  Bakteri masuk melalui hidatoda atau luka pada daun
Ä  Infeksi melalui mulut kulit/daun jarang terjadi

Pengelolaan penyakit :
! Menanam benih sehat, dibuat di daerah beriklim kering
! Perlakuan benih dengan air panas (hot water treatment), 50 oC selama 30 menit
! Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan kubis-kubisan, minimal 3 tahun
! Sanitasi
! Penggunaan mulsa


Busuk Kaki Hitam
(Black Leg/Phoma Stem Canker)
ü  Penyakit tersebar di seluruh dunia
ü  Dapat berakibat serius di daerah beriklim sedang dan di dataran tinggi di wilayah tropis
ü  Brassica juncea, B. carinata, B. nigra lebih tahan

Gejala dan tanda penyakit:
         Gejala dapat terlihat pada kotiledon dan daun pertama
         Gejala yang parah dapat menyebabkan “damping-off” pada kecambah
         Pada daun terdapat bercak bulat atau tidak beraturan (dibatasi tulang daun), berwarna abu-abu dengan bagian tepi lebih gelap
         Di tengah bercak terdapat bintik-bintik hitam yang merupakan piknidia cendawan
         Pada suhu dan kelembaban yang mendukung, piknidia akan mengeluarkan massa spora berwarna pink
         Gejala dapat terjadi pada daun dan batang, berupa busuk kering berwarna coklat atau hitam
         Busuk kering atau kanker melebar sekeliling batang atau akar, tanaman layu

Patogen : Leptosphaeria maculans
(imperfect: Phoma lingam)
ü  Pseudothesia berbentuk bulat, berwarna hitam dengan ostiol
ü  Askus bitunicate (berdinding ganda), silindris atau seperti gada
ü  Askospora hialin hingga kuning kecoklatan, bersekat 5, memiliki 2 seri, silindris atau lonjong, terdapat satu atau lebih struktur seperti tetesan minyak
ü  Pseudoparaphyses hialin, bersekat, berbentuk ramping


Busuk lunak (Bacterial soft rot)
v  Bakteri busuk lunak dapat menginfeksi hampir semua buah dan sayuran yang lunak
v  Menyebabkan kehilangan hasil yang cukup signifikan secara ekonomis
v  Penyakit cepat berkembang pada wilayah beriklim hangat dan lembab; paling serius di daerah tropik, subtropik yang lembab
v  Kehilangan hasil dapat terjadi di lapangan dan terlebih selama penyimpanan dan transportasi
v  Tanaman yang banyak diserang: sawi putih (chinese cabbage), pak choi, kubis putih, cauliflower, broccoli dan lobak

Patogen:
Erwinia carotovora var. carotovora 
Pseudomonas marginalis pv. marginalis
Kedua bakteri menghasilkan enzim pektolitik yang menghancurkan lamela tengah antar sel sehingga selnya saling lepas
Gejala:
Ø  Terdapat bercak kebasahan berwarna krem yang meluas dengan cepat sehingga jaringan menjadi busuk dan hancur
Ø  Biasanya terjadi robekan jaringan yang mengeluarkan cairan berlendir dan akan berubah warna menjadi merah karat, abu-abu atau coklat tua
Ø  Pseudomonas marginalis menyebabkan busuk lunak berlendir dan basah dengan bau yang tidak enak pada kubis
Ø  Busuk lunak pada batang disebut “hollow stalk” (batang kosong/hampa)
Ø  Busuk bunga (head rot) pada broccoli dan cauliflower terjadi setelah hujan.  Mula-mula terjadi bercak kecil, hitam kebasahan dan menyebar dengan cepat
Ø  Busuk bunga berkembang cepat pada suhu 22 – 28 oC

Siklus penyakit:
v  E. carotovora var. carotovora bertahan hidup terutama pada sisa tanaman atau bersifat laten dalam jaringan tanaman sehat
v  Kemungkinan dapat juga bertahan dalam rizosfer
v  Bakteri dapat disebarkan oleh serangga, air irigasi atau alat pertanian
v  P. marginalis pv. marginalis merupakan bakteri tular tanah
v  Penyakit dapat berkembang cepat walaupun dalam penyimpanan pada suhu mendekati 0 oC
v  Busuk lunak berkembang paling cepat pada suhu diatas 10 oC

Pengendalian:
ü  Rotasi tanaman dengan serealia atau tanaman tahan
ü  Kultur teknis: menanam pada lahan dengandrainase baik, meninggikan bedengan, memperlambat masa tanam dan mengurangi kepadatan tanaman
ü  Saat panen tanaman dalam kondisi kering
ü  Hindarkan pelukaan saat panen, pisau/alat panen harus sering didesinfeksi
ü  Perlakuan denganbahan kimia tidak efektif
ü  Kubis dapat disimpan hingga 10 bulan pada 0-1 oC dan RH 95%; cauliflower dapat disimpan hingga 6 minggu pada 0 oC dan RH 95%
ü  Pengendalian dengan atmosfer terkendali 2-6% CO2 dan 1-5% O2 tidak efektif karena busuk lunak tetap berkembang pada konsentrasi O2 kurang dari 1,5%


Bercak daun alternaria (black spot)
§  Nama lain penyakit ini: black spot, gray leaf spot, dark leaf spot, pod spot, Alternaria blight
§  Pada canola di Kanada, kehilangan hasil bisa mencapai 30%
Patogen:
Alternaria brassicae, A. brassicicola dan A. japonica (= A. raphani)
ü  Konidia A. brassicae lebih panjang dibanding kedua patogen yang lain dengan sekat membujur 0 - 3
ü  Konidia A. brassicae dibentuk secara sendiri-sendiri atau dalam untaian hingga 4 konidia
ü  Konidia A. brassicicola dibentuk dalam untaian hingga 20 konidia atau lebih; A. japonica dalam untaian hingga 6 konidia

Gejala:
v  Pada daun terdapat bercak kecil berwarna hitam yang meluas dan berwarna coklat hingga abu-abu
v  Sering tampak adanya ‘halo’ klorotik, dan lingkaran konsentris
v  Penyakit banyak terdapat pada daun tua

Siklus penyakit dan epidemiologi:
v  Patogen hidup secara saprofit pada sisa tanaman sakit dan sebagai sumber inokulum primer
v  Konidia disebarkan oleh angin, percikan air hujan dan aliran air
v  Cendawan terbawa biji (seedborne); pada persemaian dapat menyebabkan rebah kecambah (damping off)
v  A. brassicicola membutuhkan suhu yang lebih tinggi dibanding A. brassicae untuk perkecambahan spora, perkembangan gejala dan produksi konidia
v  A. brassicae terutama menginfeksi melalui stomata sedangkan A. brassicicola menginfeksi melalui stomata maupun epidermis secara langsung

Pengendalian:
ü  dapat mengendalikan penyakit ini
ü  Pembenaman sisa tanaman dapat mempercepat dekomposisi dan mengurangi sumber inokulum
ü  Benih yang bebas patogen; perlakuan dengan air panas
ü  Aplikasi fungisida yang direkomendasikan secara bijaksana





PENYAKIT PADA BAWANG DAUN

1.  Bercak Ungu (Purple Blotch)
   Penyakit tersebar luas di dunia
   Di Indonesia mulai dilaporkan tahun 1930 di Cipanas (Leefmans 1933)
   Disebut juga sebagai penyakit ‘trotol’
   Dapat menyerang bawang putih yang ditanam pada musim hujan
Patogen:
Alternaria porri

Gejala:
Ø  Terdapat bercak kecil cekung, berwarna putih sampai kelabu
Ø  Bercak membesar, berbentuk oval, warna coklat hingga keunguan dan terdapat zona konsentris
Ø  Tepi bercak agak merah atau ungu dikelilingi warna kuning
Ø  Jika cuaca lembab, permukaan bercak tertutup oleh struktur cendawan berwarna coklat hingga abu-abu tua

Siklus penyakit dan epidemiologi:
§  Cendawan dapat tumbuh pada kisaran suhu 6 – 34 oC; optimum 25 oC
§  Untuk sporulasi memerlukan kelembaban lebih dari 90%
§  Daun yang lebih tua lebih rentan dibanding daun muda
§  Cendawan bertahan hidup antar musim dalam bentuk miselia di dalam sisa tanaman yang terserang
Pengendalian:
q  Penanaman pada lahan dengan drainase baik, pergiliran tanaman, mengurangi kerapatan tanaman
q  Gunakan fungisida yang terdaftar


2.  Busuk daun (Downy mildew)
Disebut juga sebagai penyakit “embun bulu”, “embun tepung” atau “tepung palsu”
Dapat menimbulkan kerugian yang besar pada pertanaman bawang merah di Jawa
Patogen:
Peronospora destructor
ü  Sporangiofor tidak bersekat, muncul dari stomata, bercabang 2-6
ü  Sporangia berbentuk seperti buah pir, berdinding tipis

Gejala:
Pada daun tua terdapat bercak hijau pucat
Pada kondisi lembab, terdapat pertumbuhan seperti bulu halus berwarna ungu keabu-abuan
Daun yang terserang menguning dan mati

Faktor yang mempengaruhi penyakit:
Ø  Penyakit terutama berkembang pada musim hujan bila udara sangat lembab dan suhu malam hari rendah
Ø  Untuk memulai infeksi cendawan membutuhkan suhu kurang dari 22 oC dan RH lebih dari 95%
Ø  Spora dibentuk pada malam hari
Pengendalian:
§  Tanam benih yang sehat
§  Sanitasi dengan membakar daun yang terserang
§  Irigasi permukaan lebih dianjurkan dibanding penggunaan sprinkler
§  Aplikasi fungisida yang terdaftar diilakukan bergantian atau rotasi





PENYAKIT PADA BUNCIS

1.  Antraknosa
         Penyakit tersebar luas di pertanaman buncis di dunia, juga di Indonesia
         Kerugian hasil terjadi karena serangan pada polong

Patogen:
Colletotrichum lindemuthianum
(= Gloeosporium lindemuthianum)

Gejala:
         Infeksi pada polong menyebabkan adanya bercak cekung berwarna coklat tua
         Pada kondisi lembab, bercak tertutup spora berwarna pink
         Pada biji yang terinfeksi muncul bercak coklat pada kulitnya. Jika biji tumbuh, pada keping bijinya seringkali terdapat bercak

Siklus penyakit dan epidemiologi:
§  Cendawan bertahan dalam sisa tanaman sakit dan dalam biji
§  Spora (konidia) disebarkan oleh percikan air hujan terutama yang disertai angin
§  Kacang panjang juga dapat menjadi inang patogen ini
§  Infeksi terjadi pada kelembaban lebih dari 92% dan suhu 17 oC; suhu diatas 27 oC menyebabkan tidak terjadi infeksi
Pengendalian:
         Menanam biji yang sehat
         Rotasi dengan tanaman bukan inang selama 2-3 tahun
         Drainase yang baik, tanaman tidak terlalu rapat, menanam pada musim kering
         Aplikasi fungisida yang dianjurkan

2.  Karat (rust)
         Penyakit karat pada buncis tersebar luas di semua negara
         Di Indonesia sudah ditulis oleh Raciborski tahun 1900
         Penyakit juga penting di Malaysia, Thailand, Singapura, Philipina, dan Queensland

Patogen:
Uromyces phaseoli var. typica (U. appendiculatus)
§  Urediospora bulat atau jorong, bersel satu, berduri
§  Teliospora bulat atau jorong, bertangkai, bersel satu
§  Cendawan mempunyai 20 ras fisiologis di seluruh dunia

Gejala:
         Pada daun terdapat pustul bulat, kecil, berwarna coklat kemerahan, menonjol
         Mula-mula pustul berwarna hijau muda kemudian merobek epidermis untuk menghasilkan spora (uredospora) dalam jumlah besar yang tampak seperti tepung berwarna coklat kemerahan
         Pustul berupa titik hingga diameter mencapai 1-2 mm
         Pustul yang besar biasanya dikelilingi ‘halo’ berwarna kuning
         Jika cuaca dingin, massa spora menjadi berwarna hitam

Siklus penyakit:
§  Cendawan bertahan hidup dari musim ke musim dalam bentuk urediospora; teliospora dan aesiospora jarang terbentuk
§  Urediospora dipencarkan oleh angin, alat-alat pertanian dan manusia
§  Spora berwarna gelap, berdinding tebal sehingga dapat bertahan dalam jangka waktu lebih lama
§  Urediospora masuk ke dalam jaringan tanaman melalui stomata
§  Cuaca yang sejuk dan lembeb sangat mendukung infeksi; adanya kabut dan embun merupakan kondisi yang ideal
§  Diantara varietas buncis terdapat perbedaan ketahanan (Green Leaf, Stream Line…..tahan)

Pengendalian:
§  Sanitasi dengan mengubur sisa-sisa tanaman segera setelah panen
§  Menanam varietas yang tahan
§  Aplikasi fungisida yang direkomendasikan





PENYAKIT PADA MENTIMUN

1.  Busuk daun (downy mildew)
§  Penyakit ini sering juga disebut “embun bulu”
§  Merupakan penyakit terpenting pada jenis labu-labuan (Cucurbitaceae)
§  Tersebar di seluruh dunia
§  Pada mentimun di dataran rendah intensitas penyakit 5 -20%
§  Merupakan penyakit penting di Malaysia, Thailand, Filipina, negara-negara Pasifik Selatan, dan India
§  Di Indonesia sudah dikenal sejak 1902
Patogen:
Pseudoperonospora cubensis
(Peronospora cubensis)
v  Cendawan merupakan parasit obligat
v  Sporangiofor bercabang-cabang, sporangia ungu kelabu atau ungu kecoklatan, bulat telur, berdinding tipis
v  Sporangium berkecambah membentuk zoospora
v  Cendawan bertahan hidup dari musim ke musim karena adanya inang yang selalu tersedia
v  Spora disebarkan oleh angin, infeksi terjadi melalui stomata
v  Infeksi hanya terjadi jika kelembaban 100%

Gejala:
v  Pada daun terdapat bercak kecil berwarna kuning pucat
v  Bercak melebar, bulat dan mengering berwarna coklat, seringkali dibatasi tulang daun
v  Pada kondisi lembab terdapat pertumbuhan cendawan berwarna keunguan di permukaan bawah daun
v  Daun yang terserang menggulung, berkerut dan mati

Pengendalian:
§  Sanitasi dengan membongkar tanaman yang terserang berat kemudian dibakar atau dikubur dalam tanah
§  Dainase yang baik dan mengatur jarak tanam
§  Fungisida yang mengandung tembaga atau belerang tidak dianjurkan


2.  Bintil akar (Root knot)
         Penyakit dapat terjadi pada berbagai tanaman; di Australia (Queensland): pisang, kacang-kacangan, cabai, carnation, wortel, seledri, krisan, cucurbitaceae, terong, jahe, anggur, pepaya, nenas, strawberry, tomat, dll
         Penyakit tersebar di seluruh dunia, umum terdapat dalam tanah
         Penyakit didukung oleh cuaca hangat atau panas
Patogen:
Meloidogyne spp.

Gejala:
Gejala di atas permukaan tanah tidak khas
Tanaman terhambat pertumbuhannya, layu atau klorosis
Pada akar terbentuk puru atau bintil-bintil berdiameter 1-10 mm





PENYAKIT PADA TOMAT

1.  Bercak coklat/bercak kering/bercak daun alternaria (early blight)
§  Penyakit disebabkan oleh patogen yang sama dengan patogen bercak coklat pada kentang
§  Di Jawa dan Sumatera, penyakit terdapat di dataran rendah maupun dataran tinggi
§  Penyakit ini umum di Indonesia, tetapi belum diteliti secara khusus

Patogen : Alternaria solani
Gejala :
ü  Pada daun timbul bercak kecil, bulat atau bersudut, coklat tua-hitam
ü  Pada bercak terdapat lingkaran-lingkaran konsentris
ü  Terdapat “halo” di sekitar bercak
ü  Jika pada daun terdapat banyak bercak ………. Daun menjadi cepat tua, layu atau gugur lebih awal
ü  Pada batang terjadi bercak gelap dengan lingkaran konsentris
ü  Infeksi pada percabangan, cabang mudah patah
ü  Infeksi pada buah terjadi dekat tangkai berupa bercak yang tampak mengendap (berlekuk)

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit :
         Konidia berkecambah pada suhu 6-34 oC; suhu optimum 28-30 oC (di dalam air pada suhu ini berkecambah dalam 35-45 menit
         Cendawan langsung menembus kutikula
         Pembentukan konidia pada saat banyak embun atau sering turun hujan
         Tanaman lemah, penyakit meningkat
         Tanaman rentan saat mulai pembentukan buah
         Tanaman yang berbuah banyak cenderung > rentan

Pengendalian :
v  Pemupukan seimbang
v  Perlakuan benih; disinfestasi biji
v  Pembibitan jangan terlalu rapat dan lembab
v  Fungisida tembaga kurang efektif; Amistartop 325 SC, Anvil 50 SC, Folicur 25 WP, Polycom 70 WG, Score 250 EC Checkpoint 75 WP


2.  Embun tepung (Powdery Mildew)
Ø  Pertama kali ditemukan di California, USA tahun 1978
Ø  Penyakit terbatas pada wilayah yang hangat dan lembab di Asia, Afrika Utara dan Barat daya Amerika
Ø  Pengurangan hasil 10 – 90%

Patogen :
Oidiopsis sicula Scalia (= O. taurica E.S. Salmon)
Aseksual : Leveillula taurica (Lev) G. Arnaud

Gejala :
v  Bagian atas daun berwarna hijau muda – kuning cerah
v  Tengah bercak terbentuk nekrosis, kadang konsentris seperti pada Alternaria
v  Bagian bawah terdapat tepung putih

Siklus Penyakit dan Epidemiologi:
Ø  Inang luas : Alium cepa, Capsicum annuum, Physalis sp, Sonchus oleraceus, Gossypium hirsutum dll.
Ø  Konidia berkecambah pada kisaran suhu 10 – 35 oC
Ø  Konidiofor muncul dari stomata, satu konidia/konidiofor, konidia terbawa angin
Ø  Suhu di atas 30 oC memacu perkembangan penyakit
Pengendalian :
Gunakan fungisida yang direkomendasikan

3. Layu bakteri (Bacterial wilt)
q  Penyakit yang paling merusak pada tomat,juga di Indonesia
q  Tersebar luas di daerah tropika
q  Di Taiwan, kejadian penyakit 15-55%; di India, 10-100% (saat musim panas)
q  Tidak ada pestisida, selain fumigan
q  Di Indonesia umum terdapat pada tomat dataran rendah

Patogen : Ralstonia solanacearum (ras 1)
Inang lain :
         terung, paprika, tembakau, jahe, kacang tanah, dll
         Lebih dari 50 famili: sayuran, buah-buahan, tanaman hias, tanaman tahunan

Gejala :
v  Gejala awal: beberapa daun muda layu
v  Pada batang terdapat banyak akar adventif
v  Berkas pembuluh berwarna coklat
v  Bila batang dipotong akan keluar massa bakteri seperti lendir berwarna putih susu (oose); di dalam gelas berisi air jernih akan terlihat seperti benang-benang putih halus
v  Adanya oose membedakan dengan penyakit layu fusarium

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit :
§  Bakteri menginfeksi melalui luka
§  Inangnya banyak : tembakau cabai, kentang, kacang tanah, gulma terung-terungan (takokak)
§  Penyakit dibantu adanya suhu tinggi; di dataran rendah lebih berat
§  Pupuk kandang yang belum matang dapat membawa bakteri
§  Varietas Intan, Ratna, Arthaloka termasuk agak tahan atau tahan
§  Perkembangan R. solanacearum didukung oleh adanya suhu dan kelembaban yang tinggi
§  Penyakit kurang berkembang pada suhu < 20 oC
§  Patogen menyukai tanah masam (pH < 7.0)
§  Keberadaan nematoda (Meloidogyne sp.) memacu perkembangan penyakit

**)  Faktor-faktor penting dalam strategi PHT penyakit layu bakteri/   busuk coklat oleh Ralstonia solanaceaum ras 1 atau ras 3

Faktor yang digunakan dalam strategi pengendalian
Bobot faktor
Ras 1
Ras 3
Varietas tahan/toleran
2
3
Iklim dingin
1
2
Benih sehat
3
3
Tanah bebas R. solanacearum
7
7
Tanah supresif
2
4
Rotasi cepat
1
4
Jarak tanam
2
3
Waktu tanam
1
3
Pengendalian/ketahanan nematoda
4
2
Tanah kering/panas
3
2
Solarisasi
1
1
Pencabut tanaman liar
2
4
Pencabutan tanaman layu
1
2
Fumigan
3
5
Pengendalian penyebaran dalam air
3
3
Pengolahan tanah minimal
2
1
Perbaikan tanah
1
1
Pengendalian gulma inang
3
2


Rekomendasi AVRDC
(Asian Vegetable Research Development Center)
1.  Pilih lahan yang bersih
         Belum pernah ada serangan layu bakteri
         Lakukan rotasi tanaman dengan padi atau tanaman bukan inang (jagung, kacang hijau, wortel, bawang merah, bawang putih, asparagus, kubis, bayam, brokoli, parea, labu)
         Topografi datar dan drainase baik
         Bebas dari aliran air dalam hamparan yang terinfestasi
2.      Penekanan patogen pada lahan terinfeksi
         Lakukan rotasi tanaman dengan padi atau tanaman kubis-kubisan
         Menggenangi lahan 1 – 3 minggu sebelum tanam tomat
         Perlakuan tanah yang menekan layu bakteri; aplikasi urea dan kapur
3.      Tanam varietas tahan dan bibit bebas penyakit
         Pilih varietas tomat yang tahan dan sudah diuji di lokasi pertanaman; Arthaloka
         Jika varietas tahan tidak ada, lakukan penyambungan dengan batang bawah yang tahan; untuk lahan tergenang gunakan terung
         Gunakan bibit yang sehat dan bebas penyakit

4.      Cegah penyebaran di lapangan
         Buang dan musnahkan tanaman yang terinfeksi
         Kurangi frekuensi irigasi dan jumlah air
         Setelah hujan, lahan segera dikeringkan
         Isolasi bagian lahan yang terserang
         Sterilisasi alat-alat pertanian; dengan alkohol 70%

Pengendalian hayati R. solanacearum
            Actinomycetes
            Bacillus polymixa
            Bacillus subtilis
            Burkholderia glumae
            Erwinia spp.
            Pseudomonas aeruginosa
            Pseudomonas fluorescens
            Ralstonia solanacearum, spontaneous avirulent mutants (EPS-negative)
            R. solanacearum, artificial mutants, EPS+
                Stenotrophomonas maltophilia
            Streptomyces mutabilis

  4.  Kanker Bakteri (Bacterial Canker)
v  Merupakan penyakit penting yang tersebar luas di dunia
v  Semua jenis tomat dapat terserang; pada saat pindah tanam (transplant) dan tanaman yang dipangkas
v  Penyakit pertama kali ditemukan di Michigan, USA tahun 1909 oleh E.F. Smith
v  Setelah 1927 menyebar ke wilayah lain
v  Di Indonesia dilaporkan keberadaannya di Jawa Barat tahun 2002 tetapi belum di publikasikan

Patogen : 
Clavibacter michiganensis pv. michiganensis
Gram positif, tidak membentuk spora, aerob, sel berbentuk batang pendek, koloni pada NA berwarna kuning dengan diameter 2-3 mm setelah 5 hari
Gejala :
Ø  Layu sistemik
Ø  Daun bawah layu, tepinya mengalami nekrosis
Ø  Terbentuk akar adventiv
Ø  Batang bagian luar mengalami perubahan warna dan terbentuk kanker pada kondisi tertentu (seringkali tidak terbentuk)
Gejala pada buah disebut “bird’s eye spot”

Siklus Penyakit dan Epidemiologi:
ü  Sumber inokulum : sisa tanaman dalam tanah, gulma inang, tanaman volunteer, benih
ü  Penyebaran sekunder : percikan air, peralatan terkontaminasi, tangan pekerja, daun, buah terinfeksi
Pengendalian :
ü  Benih dan bibit yang bersih dari patogen …. Benih dicuci, suspensi diinokulasikan pada tanaman indikator Mirabilis jalapa (bunga pukul empat)
ü  Perlakuan benih : HCl (hydrochloric acid), CaOCl2 (calcium hypochlorite) atau air panas
ü  Untuk ajir: NaOCl 1%
Rotasi tanaman bukan inang




PENYAKIT PADA KENTANG

1.         Busuk daun /Hawar daun kentang
            (irish blight/late blight)
Penyakit terpenting :
        -  kelaparan di Irlandia (1845-1860)
        -  1 juta penduduk mati
        -  1,5 juta penduduk bermigrasi al. ke AS
Di Indonesia :
        - 1935/1936 di Jawa

Gejala : 
       Pada daun terdapat bercak lebar, tepi tdk beraturan, mula-mula berwarna hijau pucat, lama kelamaan menjadi kebasahan dan warnanya lebih gelap. Dalam kondisi lembab terdapat lapisan seperti embun berwarna putih.
       Pada umbi terdapat bercak agak cekung, coklat atau hitam-ungu, tidak lunak (di Indonesia jarang terjadi)

Patogen :  Phytophthora infestans
v  Cendawan ini mempunyai      banyak ras.
v  Bertahan hidup dalam umbi yang sakit
v  Dapat bertahan pada tomat
v  Di Indonesia belum pernah ditemukan oospora
v  Pemencaran oleh angin

Faktor yang mempengaruhi penyakit :
Suhu dan kelembaban
         Bercak cepat terjadi pada 18 – 20 oC; pada 30 oC terhambat (pada kentang dataran rendah, <500m dpl, penyakit ini tidak menjadi masalah)
         Epidemi terjadi pada 16-24oC
         Terdapat korelasi positif antara intensitas penyakit dan curah hujan. Oktober – Februari serangan berat di Segunung, Cipanas
         Pada udara kering ……….. Konidia mati dalam 1-2 jam
         Pada kelembaban 50-80%........ Konidia mati dalam 3-6 jam

Pengendalian:
         tanam umbi yang sehat, dari pertanaman yang bersih dari penyakit
         Tanam jenis kentang yang tahan : Bevelander, Populair, Profijt, Gloria, Cipanas, Donata, Thung 151C, Rapan 106, dan Draga
         Gunakan fungisida secara bijaksana; Antracol, Acrobat, Agrifos, dll

2.  Bercak kering (early blight)
-          Tersebar di seluruh daerah pertanaman kentang di dunia
-          Di Malaysia penyakit ini lebih penting dibandingkan dengan busuk daun (P. infestans)
Gejala: 
         umumnya tampak setelah tanaman berumur 6 minggu
         Pada daun terdapat bercak kecil agak bulat, berbatas jelas, tersebar tidak teratur, berwarna coklat tua
         Bercak meluas berwarna coklat tua, kering dengan cincin konsentris (target board spot)
         Bercak pada umbi berwarna gelap, kering, berkerut, keras dan agak mengendap

Patogen :  Alternaria solani
Miselium  :    
coklat muda, konidiofor tegak, bersekat, ukuran 50-90 x 8-9 µm
Konidium :    
berbentuk gada terbalik, coklat, 145-370 x 16-18 µm, sekat melintang 5-10, sekat membujur 1 atau lebih, terdapat paruh di ujung, paruh bersekat

Daur penyakit:
         Cendawan bertahan hidup pada sisa tanaman sakit atau tumbuhan lain (tomat, terung, kecubung)
         Pada daun kering cendawan dapat bertahan selama 12-18 bulan
         Konidium dibentuk pada waktu banyak embun dan hujan
         Penyakit banyak terdapat di daerah beriklim kering
Pengendalian :
         Mengadakan pergiliran tanaman (kendala: konidia mudah diterbangkan angin dari pertanaman lain)
         Menyemprot tanaman dengan fungisida secara bijaksana; Folicur 25WP, Score 250EC, Cadilac 80WP, Raksasa 80WP, Rampart 25WP

3.  Layu bakteri (bacterial wilt)
v  Tersebar di seluruh dunia, terutama di daerah tropik
v  Di Indonesia pertama kali ditemukan di tanah tinggi Karo, Sumut, 1912, van Hall
v  Tahun 1916 penyakit terdapat di Pasuruan, Jawa Timur
v  Kerugian dapat mencapai 40% pada tanaman yang rentan

Patogen :  Ralstonia solanacearum
         Bakteri berbentuk batang, 0,5 x 1,5 µm, tidak berspora, tidak berkapsul, bergerak dengan satu flagellum, polar, aerob, Gram negatif
         Koloni pada media TZC (Tetrazolium chloride) berbentuk bulat, tengah berwarna pink dengan dikelilingi lendir berwarna putih

Ada 5 ras (inang) dan 5 biovar (reaksi biokimia):
          ras 1 … tembakau, solanaceae dan famili lain (suhu optimum 35oC),
         ras 2 …… di daerah tropik Amerika Selatan, menyerang pisang dan Heliconia,
         ras 3 ……… kentang, tomat,terung, cabai, gulma solanaceae (suhu optimum 27oC),
         ras 4 …… khusus menyerang jahe,
         ras 5 ….. Khusus pada murbei (Morus alba)
Ras 3 umum terdapat di pertanaman kentang dataran tinggi tropika

Gejala :
#     Daun-daun pada tanaman yang terserang layu secara mendadak, umumnya tanpa penguningan
#     Jika pangkal batang dipotong akan keluar eksudat berwarna putih
#     Bercak kebasahan pada mata umbi atau pada stolon
#     Jika umbi dipotong melintang, terdapat perubahan warna coklat pada jaringan pembuluh.  Jika ditekan akan keluar cairan putih seperti susu (ooze bakteri) yang membedakan dengan penyakit layu akibat cendawan 

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit :
        Bakteri mempunyai banyak inang : tomat, cabai, terung, tembakau, kacang tanah,dan gulma terung-terungan lainnya
        Penularan melalui air, tanah yang terinfestasi, umbi bibit dan alat pertanian
        Infeksi dibantu oleh adanya luka
        Penyakit berkembang paling cepat pada suhu 27oC
         Penyawahan (penggenangan) dapat mengurangi bakteri yang ada dalam tanah
        Pemberian mulsa dapat menekan penyakit layu

Pengendalian penyakit :
         Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang
         Drainase yang baik (penyawahan)
         Menanam umbi yang sehat
         Menurunkan pH tanah dengan belerang (S) …… hasil tidak menentu
         Aplikasi bakterisida secara bijaksana; Sarner 20WP


4.  Kudis (common scab)
    Umum terdapat di semua daerah penanaman kentang
    Di Indonesia pertama kali dilaporkan th 1916 di Sumatera Utara

Gejala :
         Tanaman tidak menunjukkan gejala sakit
         Umbi yang sakit bersisik dan terdapat bisul-bisul bergabus pada permukaan kulitnya
         Umbi yang berkudis tidak enak dipandang dan cepat membusuk

         Jaringan di bawah kudis agak kecoklatan tetapi tidak mendalam (masih dapat dikonsumsi)
         Lesio pada kudis kemungkinan hanya di permukaan saja (russet scab), agak cembung (erumpent scab) atau cekung (pitted scab)
         Jenis bercak dipercaya ada kaitannya dengan virulensi strain patogen, resistensi tanaman, lingkungan dan tingkat kematangan fisiologis umbi saat infeksi

Patogen :  Streptomyces scabies

Faktor yang mempengaruhi penyakit :
v  Patogen dapat tertular melalui umbi-umbi benih (bibit), air, angin dan pupuk kandang
v  Patogen umum terdapat di dalam tanah
v  Infeksi pada umbi muda melalui lentisel
v  Streptomyces berbiak dengan cepat dalam tanah yang banyak mengandung humus
v  Kudis mulai banyak menyerang pada pH tanah 5,7. Pada pH 6,5 – 7,0 kudis lebih berat dibandingkan pada pH 5,0 – 5,5
v  Penyakit timbul pada suhu 11 – 30 oC; Umbi berkudis paling banyak pada suhu 23 oC
v  Serangan berat terjadi pada tanah kering atau kelembaban sedang. Intensitas kudis pada tanah dengan daya simpan air 50% < 75% > 100%

Pengendalian :
Ø  Menanam benih yang sehat
Ø  Berikan air yang cukup selama pembentukan umbi (± 4-6 minggu)
Ø  Rotasi tanaman (3-4 tahun)
Ø  Perlakuan benih dengan PCNB atau serbuk maneb-zinc
Ø  Pertahankan kemasaman tanah pada pH5,3
Ø  Gunakan varietas tahan

5.  Nematoda sista kentang (Potato cyst nematode)
         Di Indonesia baru diketahui keberadaannya tahun 2004?
         Dikenal sebagai “golden nematodes”, berasal dari Andes
Patogen : 
Globodera rostochiensis (= Heterodera rostochiensis)
G. pallida (= H. pallida)

         Nematoda sista kentang merupakan endoparasit sedenter (menetap) dengan dua bentuk seksual (sexual dimorphism)
         Betina berbentuk bulat lonjong pada saat dewasa sedangkan yang jantan tetap berbentuk seperti cacing
         Pada saat induk betina mati, kutikulanya membentuk sista pelindung yang mengandung 200 – 500 telur
         Jika tidak ada inang, telur dalam sista tetap dorman, tetapi 1/3 dari telur tersebut akan menetas setiap tahun
         Sista yang mengandung telur yang masih hidup dapat bertahan dalam tanah selama > 20 tahun
         Jika tidak ada inang, telur dalam sista tetap dorman, tetapi 1/3 dari telur tersebut akan menetas setiap tahun
         Sista yang mengandung telur yang masih hidup dapat bertahan dalam tanah selama > 20 tahun

Gejala :
v  Pertumbuhan terhambat pada sekelompok kecil tanaman
v  Kelompok tanaman terserang menjadi bertambah besar pada penanaman berikutnya
v  Tanaman layu seperti kekurangan air atau unsur hara: menguning, layu pada siang hari dan mati lebih cepat
v  Pada akar yang sakit terdapat butiran-butiran putih yang terdiri dari nematoda betina belum dewasa yang keluar dari epidermis akar
v  Nematoda betina setelah dewasa berubah menjadi sista berwarna coklat tua; rontok pada saat tanaman dipanen

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit:
       Nematoda dapat tersebar melalui tanah yang terinfestasi, umbi bibit atau wadah untuk membawa tanaman
       Eksudat tanaman dapat menstimulir 60 – 80% penetasan larva tingkat II
       Begitu berada di dalam tanah, nematoda sulit dieradikasi
       Larva nematoda aktif pada suhu 10 oC dan penyerangan pada akar maksimum terjadi pada suhu 16 oC
       Suhu > 26 oC dapat menekan kemampuan hidup dan reproduksi

Pengendalian :
         Rotasi tanaman; inang masih terbatas (tomat dan terung)
         Interval waktu antar penanaman tergantung pada populasi awal nematoda; populasi rendah cukup 2-4 tahun, populasi tinggi > 7 tahun
         Pada tanaman bukan inang, populasi nematoda menurun 40% per tahun, tetapi infestasi dapat bertahan sampai > 20 tahun
         Pengendalian secara terpadu; fumigasi tanah + aplikasi nematisida non fumigan + varietas tahan
         Di US telah diadopsi pengandalian tanpa pestisida kimiawi yaitu : varietas tahan ditanam 2 tahun diikuti tanaman bukan inang pada tahun ke-3 dan tanaman rentan pada tahun ke-4





PENYAKIT PADA KACANG TANAH

BERCAK DAUN CERCOSPORA
Penyebaran penyakit tidak terbatas geografik, dapat ditemukan di hampir semua negara penghasil kacang tanah
Bila tidak dikendalikan kehilangan hasil sampai 50% adalah hal yang biasa
Kehilangan hasil polong berhubungan erat dengan:
(1) persentase defoliasi (gugur daun) dan (2) waktu panen

GEJALA PENYAKIT
Gejala pertama muncul 10 hari setelah inokulasi berupa lesio kecil klorotik; lesio semakin meluas hingga diameter 1 – 10 mm berwarna semakin gelap.
Sporululasi patogen terjadi pada bercak yang telah berkembang penuh biasanya 15 hari setelah inokulasi.
Gejala berbeda tergantung dari spesies patogen (Cercospora arachidicola dan P. personata). Inang kedua patogen ini hanya kacang tanah

C. personata
Bercak relatif lambat muncul, berukuran lebih kecil, berwarna coklat gelap sampai hitam, halo tidak begitu jelas, sporulasi cendawan lebih banyak di permukaan bawah daun
C. arachidicola
Bercak relatif lebih dulu muncul, berukuran lebih besar, berwarna kekuningan, mempunyai halo lebih jelas, sporulasi cendawan lebih banyak di permukaan atas daun

PENYEBAB PENYAKIT
C. arachidicola membentuk konidia lebih panjang dan ramping bersekat 2-12
C. personata membentuk konidia lebih pendek dan gemuk bersekat 1-7

SIKLUS PENYAKIT
Sumber inokulum dapat berupa konidia atau miselium pada sisa tanaman. Inokulum ini dapat disebarkan oleh angin, air hujan, serangga dan alat pertanian
Bila temperatur diatas 19C dan kelembaban diatas 95%, konidia berkecambah, menetrasi jaringan tanaman melalui stomata atau secara langsung
Miselium tumbuh inter atau intraseluler. C. personata membentuk haustorium tetapi C. arachidicola tidak
Defisiensi magnesium dapat mengakibatkan tanaman menjadi lebih rentan terhadap infeksi
Pemupukan berat dengan N dan P dapat memperberat serangan, sedangkan K dapat menurunkan

PENGENDALIAN PENYAKIT
Pengendalian dapat dilakukan dengan
(1)   pemupukan yang seimbang
(2)   rotasi tanaman yang dibarengi dengan
(3)   sanitasi terhadap sisa tanaman dan
(4)   jika cukup ekonomis, dapat digunakan fungisida benomyl, tembaga hidroklorida, belerang, dan lain-lain.


KARAT (RUST)
Karat adalah penyakit penting secara ekonomi di negara-negara penghasil kacang tanah; menyebabkan kehilangan hasil yang cukup signifikan terutama bila serangannya bersama-sama dengan penyakit bercak daun cercospora.
Terjadinya penyakit sebelum atau di awal fase generatif tanaman menyebabkan pengurangan pengisian polong.

GEJALA PENYAKIT
Karat mudah dikenali jika pustul berwarna orange yang merupakan uredia cendawan terlihat di permukaan bawah daun; bila pustul pecah maka keluar masa uredospora berwarna coklat agak kemerahan
Uredospora penting untuk infeksi sekunder; pada kultivar rentan, di sekitar pustul muncul pustul sekunder, atau bahkan di permukaan atas daun.
Disamping pada daun, gejala karat juga dapat timbul di seluruh bagian tanaman di atas permukaan tanah kecuali bunga, daun-daun yang terserang karat tetap menempel, tidak gugur lebih awal

PENYEBAB PENYAKIT
Puccinia arachidis membentuk uredospora bulat agak lonjong, berduri, coklat kemerahan
 Teliospora umumnya bersel dua tetapi ada yang bersel satu, tiga atau empat
Inang terbatas hanya pada genus Arachis dan inang fase piknium dan aesium belum ditemukan
Uredospora adalah satu-satunya propagul untuk penyebarannya
Teliospora tidak berfungsi sebagai propagul karena segera berkecambah setelah mencapai ukuran dewasa tanpa dormansi

SIKLUS PENYAKIT
Patogen dapat bertahan antar musim tanam pada tanaman kacang tanah yang tertinggal di lahan
Penyebaran jarak jauh melalui uredospora yang diterbangkan angin, atau melalui sisa tanaman, polong dan benih yang permukaannya terinfestasi uredospora
Penyebaran antar tanaman dibantu oleh angin, air hujan, dan serangga
Infeksi terjadi bila terdapat air bebas di permukaan tanaman (20-30C), kelembaban 87% (23-24C) sesuai untuk perkembangan penyakit; kelembaban di bawah 75% (di atas 26C) menghambat infeksi

PENGENDALIAN PENYAKIT
Pengolahan tanah antar tanam dilakukan paling cepat 1 bulan dan memusnahkan sisa tanaman yang tertinggal adalah cara yang efektif untuk mengurangi inokulum primer
Beberapa kultivar kacang tanah dilaporkan resisten terhadap karat; pada kultivar ini periode inkubasi lebih lama, frekuensi infeksi menurun, dan ukuran pustul lebih kecil
Fungisida dithiokarbamat, klorotalonil, tebuconazole efektif untuk karat

BELANG (MOTTLE)
GEJALA PENYAKIT
Gejala belang dapat disebabkan oleh Peanut mottle virus (PeMoV) maupun Peanut stripe virus (PStV)
Gejala pada daun muda berupa belang (mottle) atau mosaik hijua tua tidak teratur. Pada daun tua gejala tidak jelas
Kadang-kadang gejala oleh PStV berupa garis putus-putus berwarna hijau gelap (stripe).
Tetapi umumnya gejala kedua virus ini sukar dibedakan

PENYEBAB PENYAKIT
PeMoV dan PStV termasuk potyvirus; mempunyai partikel panjang (700 mm) lentur; membentuk badan inklusi berupa cakra;
dapat ditularkan secara mekanik, melalui benih (8.5% PeMoV; 37% PStV bila infeksi sebelum fase pembungaan),
dan beberapa spesies aphis (Aphis craccivora, A. gossypii, Myzus persicae, Rhopalosiphum padi, R. maidis) secara nonpersisten

PENGENDALIAN PENYAKIT
Pengendalian dapat dilakukan dengan mengurangi sumber inokulum di lapangan yaitu memusnahkan tanaman yang menunjukkan gejala belang dan menggunakan benih bebas virus


LAYU BAKTERI
Kacang tanah umumnya kurang rentan dibandingkan tomat, kentang, tembakau dan terung. Insiden penyakit 4-8% pada kultivar kacang tanah resisten dan 10-30% pada yang rentan.

GEJALA PENYAKIT
Gejala awal berupa kelayuan tidak permanen, tanaman segar kembali di sore/malam/pagi hari. Daun yang layu melengkung ke atas
Gejala ini diikuti oleh kematian sebagian atau seluruh cabang dalam satu tanaman.
Jaringan xylem dan pith mengalami perubahan warna. Pada kondisi ini sistem perakaran tidak berfungsi sehingga tanaman layu dan mati

PENYEBAB PENYAKIT
Bila akar dipotong dan dicelupkan dalam air bening maka terlihatlah ooze putih yang merupakan masa sel bakteri
Pseudomonas solanacearum adalah patogen tular tanah. Kelembaban tanah yang tinggi membantu bakteri untuk bertahan. Suhu tanah 22-33C optimum untuk perkembangan penyakit
Disamping tanaman sakit, benih yang terinfeksi juga dapat berfungsi sebagai inokulum awal di lapangan.
Dilaporkan penularan melalui benih 5-15%, tetapi daya tahan bakteri cepat menurun bila kelembaban benih di bawah 9%

PENGENDALIAN PENYAKIT
Penanaman varietas yang rentan atau tersedianya inang alternatif (gulma) yang terus menerus akan memungkinkan patogen bertahan dalam jangka lama. Gulma tersebut antara lain Ageratum conyzoides, Crotalaria juncea, Croton hirtus, dan Crassocephalum crepidiodes.
Schwarz-21 adalah kultivar sangat resisten pertama kali ditemukan di Indonesia. Kultivar ini telah digunakan selama 50 tahun tetapi tetap resisten.
Kultivar resisten yang lain: Gajah, Macan, Kidang, dan Banteng.
Rotasi dengan tanaman bukan inang Pseudomonas solanacearum seperti padi, jagung, kedelai, dan tebu efektif untuk mengurangi serangan penyakit.
Kultur teknis seperti merendam tanah selama 15-30 hari kemudian diikuti dengan perbaikan drainage sebelum penyemaian dapat mengurangi insiden penyakit.

LAYU PYTHIUM
Dilaporkan terdapat di negara-negara penghasil kacang tanah; kerugian bervariasi 0-80% tergantung isolat patogen dan varietas kacang tanah
GEJALA PENYAKIT
Gejala layu muncul karena sistem perakaran, terutama jaringan pem-buluh telah terinfeksi
Tanaman layu permanen mempunyai perakaran jauh lebih sedikit
Infeksi pada fase generatif menyebabkan polong mengalami pembusukan

PENYEBAB PENYAKIT
Pythium myriotylum (lebih dominan dari P. aphanidermatum, P. debaryanum, dan P irregulare) adalah cendawan penghuni tanah, dapat hidup sebagai saprofit
Oospora adalah struktur bertahan; sporangium berumur pendek
Inokulum dapat disebarkan aliran air erosi atau alat pertanian

PENGENDALIAN PENYAKIT
Pengendalian dapat dilakukan dengan penanaman varietas resisten; fumigasi pada tanah-tanah terinfestasi berat; dan walaupun diketahui mempunyai kisaran inang yang luas, penelitian menunjukkan bahwa insiden busuk polong lebih banyak pada daerah yang ditanami kacang tanah terus menerus


BUSUK BATANG SCLEROTIUM
Penyakit tersebar luas dan ditemukan pada lebih dari 200 spesies tanaman
Gejala mula-mula timbul pada batang atau daun dekat permukaan tanah
Biasanya pada bagian ini terdapat kumpulan miselium putih dan sklerotium
Sclerotium rolfsii menghasilkan oxalic acid, suatu phytotoxin penyebab warna ungu pada polong dan klorosis atau nekrosis pada daun
Pada kondisi lingkungan optimum, miselium tumbuh dengan cepat bahkan dapat sampai ke tanaman di sebelahnya
Sklerotium (0,5-2,0 mm) yang dibentuk pada mulanya berwarna putih kemudian menjadi coklat gelap

Sklerotium yang tertanam di dalam tanah dapat bertahan sampai satu tahun, tetapi bila di atas permukaan tanah dapat sampai beberapa tahun.
Pengendalian harus dimulai dengan pencegahan penimbunan inokulum
Pengendalian gulma efektif menekan insiden penyakit ini karena gulma dapat menciptakan lingkungan yang lembab dan dapat menjadi inang alternatif
Trichoderma harzianum adalah agen pengendali hayati yang efektif
Fungisida triazole efektif menekan perkembangan penyakit, tetapi benomyl memperparah penyakit karena menekan populasi T. harzianum


PURU AKAR
(Meloidogyne arenaria)


SAPU (WITCHES’ BROOM)
Tanaman yang terserang mempunyai cabang lateral atau cabang yang tumbuh pada buku-buku batang/cabang dalam jumlah banyak
Ginofor mengalami geotropi negatif atau tumbuh ke atas
Cabang lateral ini ruasnya pendek, daun-daun yang tumbuhpun kecil-kecil sehingga penampakan tanaman seperti sapu

Phytoplasma adalah organisme satu sel, tidak mempunyai dinding sel sehingga bentuknya berubah-ubah
Di dalam tanaman, phytoplasma terbatas pada jaringan phloem
Wereng Orosius argentatus adalah vektor yang efektif menyebarkan di lapangan
Sanitasi dengan mencabut tanaman kacang tanah yang tumbuh liar dan tanaman yang terserang sudah cukup untuk mengendalikan penyakit yang tidak berbahaya ini





PENYAKIT PADA KEDELAI

Karat, SOYBEAN MOSAIC VIRUS


ANTRAKNOSA
ARTI EKONOMI
Antraknosa pada kedelai tersebar luas di Indonesia
Sudah cukup lama dikenal di Indonesia (1931)
Selalu terdapat pada pertanaman kedelai menjelang dewasa
bila keadaan cuaca lembab kerugian yang disebabkan cukup tinggi; penurunan hasil dilaporkan berkisar 16-26% (Amerika) atau 30-50% (Thailand)

GEJALA PENYAKIT
Gejala pada tanaman dewasa muncul pada batang, tangkai daun, dan polong.  Gejala jarang terlihat pada daun
Infeksi terjadi pada bagian tanaman yang aktif tumbuh dan segera menjadi infeksi laten (tanpa timbul gejala).
Gejala muncul jika jaringan tanaman mencapai stadium matang
Gejala khas pada batang dan polong berupa daerah-daerah nekrotik coklat konsentris diselimuti acervulus hitam
Infeksi berat menyebabkan gugur daun
Gejala “damping-off” dapat terjadi bila benih membawa patogen

PENYEBAB PENYAKIT
Antraknosa disebabkan oleh Colletotrichum truncatum.
Patogen membentuk aservulus hitam dengan seta berwarna coklat kehitaman, banyak dibentuk dipermukaan bagian yang sakit bila cuaca lembab
Adanya seta pada acervulus merupakan tanda diagnostik
Konidia hialin, bersel satu dan agak bengkok 20-22 x 4 mm.

BIOEKOLOGI
Infeksi oleh konidia dengan penetrasi langsung.  Pada jaringan tanaman yang aktif tumbuh, cendawan lambat menyebar; bila tanaman mencapai stadia berbunga, cendawan berkembang cepat dan sistemik
Perkecambahan konidia terjadi bila permukaan tanaman basah dan suhu di bawah 35C. Konidia sensitif terhadap kekeringan. Kekeringan selama 5 jam menyebabkan daya kecambah menurun 98%
Karena konidia terikat dalam masa seperti lendir, pemencaran terutama terjadi oleh percikan air
Cendawan juga dapat terbawa biji dari polong yang sakit.  Pada keping biji terjadi bercak hitam dimana banyak masa spora berwarna merah jambu.  Kecambah menjadi sumber infeksi bagi tanaman sekitarnya
Beberapa jenis kacang-kacangan (Phaseolus lunatus, P. vulgaris, Cyamopsis tetragonoloba dan Acasia longifolia) dapat menjadi inang alternatif

PENGELOLAAN
1.      Hanya menanam benih sehat.  Bila tidak, kejadian damping off dapat mencapai 20%
2.      Menanam dengan jarak yang lebih renggang terutama pada musim hujan
3.      Karena patogen dapat bertahan pada sisa tanaman dan tanah, maka hindari penanaman kedelai terus menerus
4.      Sebelum menanam kedelai, lahan sebaiknya bersih dari sisa tanaman kacang-kacangan
5.      Beberapa jenis fungisida mungkin efektif untuk antraknosa
Penggunaan mikroba antagonis

HAWAR BAKTERI
ARTI EKONOMI
Hawar bakteri (bacterial blight) umum terdapat pada tanaman kedelai terutama pada kondisi/cuaca basah.
Kehilangan hasil tercatat 18% (Amerika) sampai 40% (Korea)
Di Indonesia dilaporkan telah tersebar di seluruh pertanaman kedelai

GEJALA PENYAKIT
Gejala awal berupa bercak kecil bersegi (angular) berwarna kuning atau coklat kebasahan dan tembus cahaya (translucent)
Pusat bercak segera menjadi kering, warnanya menjadi coklat kemerahan dan dikelilingi oleh halo kekuningan agak kebasahan
Bila bercak meluas bagian tengah menjadi robek
Hawar juga dapat terjadi pada batang dan polong
Biji dari polong terinfeksi biasanya keriput

PENYEBAB PENYAKIT
Pseudomonos syringae pv. glycinea

BIOEKOLOGI
Patogen bertahan antar musim pada sisa tanaman dan pada benih. Jika biji sakit ditanam maka keping biji akan terinfeksi dan menjadi sumber inokulum primer di lapang
Pemencaran bakteri terutama terjadi pada cuaca basah, sejuk dan berangin.  Kegiatan budidaya pada saat daun-daun masih basah efektif menyebarkan bakteri.  Bakteri akan dorman pada keadaan kering
Bakteri menginfeksi melalui luka, mulut kulit dan hidatoda; memperbanyak diri pada ruang antar sel jaringan mesofil, memproduksi toxin penghambat pembentukan klorofil
Udara sejuk dan basah sangat membantu perkembangan penyakit, peledakan penyakit biasanya terjadi setelah hujan angin.  Di Indonesia penyakit lebih banyak terdapat di daerah tinggi

PENGELOLAAN
(1)   Tidak menanam varietas yang rentan di daerah yang potensial terjadi penyakit
(2)   Menggunakan benih bebas patogen
(3)   Membenam agak dalam sisa tanaman
(4)   Kegiatan budidaya hendaknya tidak dilakukan saat daun-daun masih basah


PUSTUL
GEJALA PENYAKIT
Mula-mula pada daun terjadi bercak hijau kekuningan dengan bangian tengahnya agak menonjol
Bercak ini tidak tampak kebasahan seperti kebanyakan infeksi oleh bakteri
Bercak berkembang menjadi lebih besar dan bagian tengah (terutama bagian permukaan bawah daun) terdapat tonjolan coklat muda (pustul) yang mirip dengan karat
Bercak mengering dan sering menjadi sobek-sobek (seperti hawar daun)

PENYEBAB PENYAKIT
Xanthomonas campestris pv. phaseoli

BIOEKOLOGI
Patogen mempertahankan diri pada sisa tanaman, dapat terbawa benih, dan pada rhizosphere tanaman lain (gandum)
Dapat disebarkan oleh air pada waktu hujan angin, kegiatan budidaya saat daun-daun masih basah
Bakteri menginfeksi melalui luka, stomata, atau lubang alami lain; memperbanyak diri interseluler
Penyakit akan berkembang jika lingkungan lembab dan hangat (30-35C), sehingga penyakit banyak ditemukan di dataran rendah

PENGELOLAAN
Menimbun dan memusnahkan sisa tanaman setelah panen
Menghindari kegiatan budidaya pada waktu daun-daun masih basah
Menanam benih sehat, dan menanam jenis yang tahan
Penyiangan gulma perlu dilakukan untuk mengurangi penyakit
Pergiliran tanaman


BERCAK DAUN CERCOSPORA
GEJALA PENYAKIT
Bercak pada daun berbentuk bulat atau bersegi (< 1 mm)
Pada awalnya berupa bercak kebasahan, kemudian menjadi abu-abu dengan tepi coklat kemerahan
Pada polong, bercak agak bulat, cekung, coklat kemerahan bertepi lebih gelap.
Cendawan dapat berkembang sampai ke biji

PENYEBAB PENYAKIT
Cercospora sojina membentuk konidia bergerombol, hialin, bersepta 0-10. Konidia dapat disebarkan oleh angin

BIOEKOLOGI
Patogen bertahan pada biji. Tanaman yang tumbuh dari biji terinfeksi menghasilkan bercak pada kotiledon.  Sporululasi cendawan pada kotiledon menjadi sumber inokulum primer
Patogen bertahan pada sisa tanaman di lapang
Konidia dapat disebarkan oleh angin

PENGELOLAAN
Di Indonesia, penyakit ini kurang berarti sehingga tidak dikendalikan


BERCAK UNGU
GEJALA PENYAKIT
Gejala khas terlihat pada biji berupa bercak ungu muda atau ungu tua yang dapat menyelimuti seluruh permukaan biji
Gejala pada daun berupa bercak tidak teratur berwarna coklat atau ungu dan pusat bercak berwarna kelabu

PENYEBAB PENYAKIT
Cercospora kikuchii membentuk konidia ramping dan sangat panjang (4-5x70-164mm), bersepta 0-22.
Inokulum primer di lapangan berupa benih terinfeksi atau sisa tanaman.
Konidia yang berkecambah dapat menginfeksi tanaman melalui stomata atau menetrasi langsung sel epidermis.
Jika kelembaban tinggi maka terjadi pertumbuhan cendawan dengan cepat, timbul gejala, lalu terjadi sporululasi

PENGELOLAAN
Pengendalian dapat dilakukan dengan penanaman benih bebas patogen


EMBUN BULU (DOWNY MILDEW)
GEJALA PENYAKIT
Embun bulu tampak pada permukaan atas daun muda berupa bercak kuning pucat
Selama cuaca lembab, permukaan bawah bercak diselimuti kumpulan sporangiofora berwarna coklat sampai kekuningan
Daun terinfeksi berat cepat gugur
Polong yang terinfeksi mungkin tidak menampakkan gejala di luar, tetapi biji yang dihasilkan diselimuti miselium cendawan

PENYEBAB PENYAKIT
Peronospora manshurica membentuk sporangium bulat atau oval, hialin; sporangiofora bercabang dikotom.
Oospora, struktur istirahat pada daun atau benih
Benih yang tumbuh dari biji sakit akan terinfeksi sistemik dan bercak muncul pada daun kedua
Sporululasi cendawan pada bercak ini menghasilkan sporangiospora yang dapat disebarkan melalui angin dan terjadilah infeksi pada tanaman di sekitarnya

PENGELOLAAN
Varietas dengan gen resisten Rpm terhadap race 1-32 tetapi tidak terhadap race 33
Benih hendaknya diberi perlakuan fungisida
Sisa tanaman harus dibenam agak dalam
Rotasi dengan tanaman bukan inang minimal setahun


HAWAR RHIZOCTONIA
GEJALA PENYAKIT
Bercak pada daun pada mulanya hijau abu-abu agak berair lalu menjadi coklat. 
Gejala gugur daun terjadi pada perkembangan hawar lebih lanjut.
Polong yang terinfeksi menjadi mongering

PENYEBAB PENYAKIT
Rhizoctonia solani dapat hidup sebagai saprofit dan bertahan di tanah sebagai sklerotium atau sebagai miselium pada sisa tanaman
Miselium cendawan yang tumbuh di permukaan tanaman akhirnya membentuk sklerotium
Infeksi tanaman dapat terjadi pada saat tanaman masih muda, tetapi gejala berkembang cepat bila kanopi tanaman telah tertutup satu sama lain

BIOEKOLOGI
Disamping cuaca hangat, air bebas atau embun pada permukaan tanaman sangat penting untuk perkembangan penyakit.
Udara kering akan menghentikan perkembangan penyakit

PENGELOLAAN
Jarak tanam agak jarang akan mengurangi insiden penyakit;
pergiliran tanaman kurang memberi hasil


LAYU SKLEROTIUM
GEJALA PENYAKIT
Menguning atau layu tanaman secara tiba-tiba merupakan gejala awal yang se-ring ditemukan.
Infeksi dimulai dari pangkal batang menimbulkan bercak coklat dan dapat meluas sampai ke seluruh batang.
Jaringan tanaman mati oleh enzyme yang dikeluarkan patogen untuk menghancurkan pektin dan selulose.
Bila kondisi lingkungan mendukung, tanaman di sekitarnya dengan cepat terinfeksi tetapi umumnya perkembangan penyakit terbatas pada sekumpulan tanaman yang berdekatan

PENYEBAB PENYAKIT
Penyebab penyakit Sclerotium rolfsii
Tanda penyakit yang paling mudah ditemukan adalah miselium berwarna putih dan sklerotium coklat pada tanaman sakit

BIOEKOLOGI
Perkecambahan sklerotium pada tanah lembab dirangsang oleh eksudat organik yang dikeluarkan oleh sisa tanaman
Karena kekurangan energi, miselium mengkolonisasi sisa organik yang tersedia di tanah sebelum akhirnya menginfeksi tanaman
Kelembaban tinggi pada tanah maupun di bawah kanopi tanaman memperparah kerusakan. Penyakit lebih banyak terjadi pada tanah berpasir dengan aerasi baik





PENYAKIT PADA TANAMAN UBI JALAR

KUDIS

BUSUK LUNAK
GEJALA
Gejala khas berupa pembusukan pada umbi yang dimulai dari salah satu atau kedua ujungnya.
Bila pembusukan telah lanjut, bagian yang busuk tersebut menjadi lunak dan agak berair.
Pembusukan terjadi karena Rhizopus spp. menghasilkan enzim penghancur jaringan umbi.
Jika kelembaban mencukupi (50-100%), proses pembusukan meningkat  sehingga seluruh bagian umbi menjadi lunak.

Pada permukaan busuk, tumbuh miselium berwarna putih dan sporangium dengan sporangiospora berwarna kehitaman.
Dari sporangium satu tumbuh hifa yang menjulur di atas permukaan umbi (dis. stolon) lalu membentuk rhizoid (hifa untuk mengkoloni) dan sporangium baru, demikian seterusnya.

PENYEBAB
Rhizopus nigricans dan R. stolo-nifer lebih banyak terdapat di daerah temperate, sedangkan R. oryzae di daerah tropis.

GEJALA
Cendawan dapat membentuk zygospora.
Spora ini merupakan badan untuk mempertahankan diri pada sisa tanaman di lapang.
Zygospora dapat berkecambah langsung membentuk sporangium. Infeksi awal terjadi bila kelembaban 75-84%.

PENCEGAHAN
Mencegah kerusakan yang tidak perlu saat pemanenan dan penyimpanan dapat mengurangi penyakit.

BUSUK HITAM DIPLODIA
GEJALA
Penyakit ini umum terdapat di Indonesia; di negara lain disebut “Java black rot”, karena di Amerika Serikat pertama kali ditemukan pada umbi yang dikirim dari Jawa.
Busuk hitam ini lebih banyak ditemukan pada umbi segar di penyimpanan.
Gejala umumnya dimulai dari salah satu ujung bekas potongan umbi berupa bercak putih kotor dan lunak, lalu berwarna coklat tua atau hitam.

GEJALA
Dalam waktu 2 minggu seluruh bagian umbi menjadi busuk, kemudian mengering, mengalami mummifikasi, dan menjadi sangat keras.

PENYEBAB
Botryodiplodia theobromae (dulu disebut Diplodia gossypina) membentuk piknidia di dalam stroma di permukaan bagian umbi yang mengalami pembusukan.
Di dalam piknidia, konidia yang masih muda hialin dan satu sel, tetapi bila sudah tua menjadi coklat gelap dan bersekat.

BIOEKOLOGI
Konidia berdinding tebal dan dapat bertahan hidup pada tanah sampai beberapa tahun.
Cendawan tidak dapat menginfeksi umbi secara langsung.
Konidia pada tanah terinvestasi yang terbawa pada umbi saat panen dapat menginfeksi melalui luka.
Bila suhu di penyimpanan tinggi maka gejala akan cepat muncul.
Penyakit tidak dapat berkembang pada suhu agak rendah.

PENCEGAHAN
Menghindari kerusakan mekanik pada umbi, menyimpan umbi pada tempat bersuhu agak rendah mungkin dapat mengurangi penyakit.

BUSUK HITAM CERATOCYSTIS
GEJALA
Infeksi terjadi pada waktu umbi masih di lapang.
Mula-mula pada umbi terjadi bercak coklat, bulat, dengan garis tengah + 0,5 cm, agak cekung. Kerusakan ini hanya dangkal. 
Bercak membesar sehingga ukurannya dapat mencapai 5 cm, hitam kehijauan, pada permukaannya terdapat miselium kelabu dengan peritesium hitam yang berleher panjang. 
Bagian yang busuk menjadi padat dan biasanya tetap dangkal saja. 

GEJALA
Pembusukan yang dalam biasanya sebagai akibat dari adanya organisme lain. 
Jika dimasak jaringan yang terinfeksi terasa pahit
PENYEBAB
Ceratocystis fimbriata membentuk endokonidium bersel 1, 9-50 x 3-5 um, yang dibentuk satu per satu dalam konidiofor.  Konidiofor hialin, 50-100 x 4-6 um. 
Peritesium pada bercak umbi sakit; berbentuk botol 105-140 um, dengan leher panjang, 350-800 x 20-3- um, mempunyai rumbai-rumbai pada mulutnya. Askus berbentuk buah jambu, berisi 8 askospora bersel 1, hialin, 5-7 um.  Spora dipencarkan oleh air.
Dari umbi sakit atau dari tanah patogen dapat menginfeksi tunas yang masih muda, menyebabkan jaringan yang nekrotik yang dapat menggelang batang. 
Tanaman yang terinfeksi ini menghasilkan umbi yang akan membusuk dalam simpanan.
Patogen terutama mengadakan infeksi melalui luka-luka, meskipun infeksi mungkin dapat terjadi tanpa adanya luka.


BERCAK ALTERNARIA
GEJALA
Bercak biasanya terjadi pada daun-daun yang agak tua. Bercak berwarna coklat dengan lingkaran-lingkaran kon-sentris khas Alternaria. Bagian yang mengalami nekrotik mungkin robek.
Bila serangan terjadi hanya pada daun, kehilangan hasil tidak terlalu nyata karena gejala umumnya terjadi pada daun yang sudah agak tua.
Tetapi kadang-kadang gejala dapat muncul pada tangkai.
Bila ini terjadi, kerusakan mungkin lebih berat.

PENYEBAB
Konidia Alternaria spp. berbentuk seperti buah alpokat, berwarna kecoklatan, bersekat melintang dan ada yang membujur.
Cuaca yang lembab membantu perkem-bangan penyakit.
Di Indonesia, penyakit ini belum perlu dikendalikan.

BERCAK CERCOSPORA
GEJALA
Gejala tergantung pada spesies Cercospora yang menginfeksi.
Cercospora ipomoeae menyebabkan bercak bulat berwarna abu-abu dengan pinggir coklat.
Sedangkan bercak oleh Cercospora timorensis awalnya berwana kekuningan lalu coklat gelap berbentuk tidak teratur.

PENYEBAB
Sporululasi cendawan terjadi pada kedua permukaan bercak. Konidia hialin, bersekat 3-15 tergantung spesies cendawan.
Konidia dapat disebarkan oleh angin atau percikan air hujan ke tanaman di sebelahnya.
Cendawan dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman atau gulma inang alternatif.
Cuaca agak panas dan lembab sesuai untuk perkembangan penyakit. Bercak jarang ditemukan pada musim/daerah kering.

PENGELOLAAN
Belum ada laporan mengenai cara pengendalian khusus untuk penyakit ini.
Klon Kaya dilaporkan tahan terhadap Cercospora spp.
Sanitasi dengan memusnahkan sumber inokulum mungkin dapat mengurangi insiden penyakit.

LAYU FUSARIUM
GEJALA
Gejala awal terlihat sebagai menguningnya daun-daun tanaman yang sedang tumbuh pesat.
Selanjutnya diikuti kelayuan tanaman, daun-daun yang lebih tua mulai berguguran.
Kelayuan tanaman terjadi karena jaringan pembuluh batang telah terinfeksi yang ditandai dengan warna coklat pada bagian yang mengalami nekrotik.

PENYEBAB
Fusarium oxysporum f.sp. batatas bertahan sebagai klamidospora di dalam tanah.
Beberapa jenis tanaman dan gulma dapat terinfeksi tanpa menimbulkan gejala, dan berfungsi sebagai sumber inokulum.
Infeksi dapat terjadi bila kelembaban cukup untuk mendukung  pertumbuhan ubi jalar. Tetapi gejala lebih berat bila kelembaban tanah rendah.

PENGELOLAAN
Menggunakan kultivar resisten adalah cara yang paling berhasil untuk menanggulangi penyakit ini.
Populasi patogen dalam tanah dapat dikurangi tetapi tidak tereliminasi dengan rotasi tanaman.
Bibit harus diambil dari tanaman yang sehat.






PENYAKIT PADA UBI KAYU
Hawar daun, Mosaik,

PENYAKIT PADA TALAS
Hawar, daun, DASHEEN MOSAIC VIRUS

BERCAK COKLAT
Selain di Indonesia, penyakit bercak juga terdapat di Malaysia dan di negara Kepulauan Pasifik Selatan termasuk Hawaii.
Gejala khas berupa bercak bulat, coklat kemerahan, bergaris tengah 0.5-1.5 cm, terdapat pada kedua sisi daun.
Cladosporium colocasiae bersporulasi di permukaan bercak membentuk konidia pada konidiofora.
Cendawan ini adalah parasit lemah, yang mulai berkem-bang pada sekresi kutu daun yang umum terdapat pada talas.
Penyakit ini tidak terlalu merugikan, umumnya tidak dikendalikan.

BUSUK UMBI FUSARIUM
Penyakit ini mungkin telah lama terdapat di Indonesia, tetapi baru dilaporkan pada tahun 2001 di Bogor. Di luar negeri, telah tercatat terdapat di Hawaii dan Kepulauan Solomons.
Gejala di permukaan tanah berupa kelayuan pada tangkai daun, daun menjadi coklat dan menggulung ke atas.
Umbi dari tanaman sakit biasanya busuk, jika dibelah maka akan tampak seperti bekas gerekan serangga.
Jika tangkai daun dibelah maka akan tampak garis-garis nekrotik berwarna coklat memanjang.
Tanaman yang terserang mudah dicabut karena umbinya mengalami pembusukan, apalagi jika umbinya sudah benar-benar hancur.
Gejala lain juga dapat timbul yaitu terjadinya khlorosis pada daun, berupa variasi warna hijau
dan kuning.
                                                                                          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar