PENYAKIT PADA PADI
PENYAKIT
BLAS
Telah dikenal di semua negara penghasil
padi dunia dan dianggap penyakit terpenting
Di Indonesia pertama kali dilaporkan
oleh Rutgers pada tahun 1913 di Jawa Timur
Terdapat terutama pada pertanaman yang
subur; Intensifikasi meningkatkan
insiden penyakit ini
GEJALA
PENYAKIT
•
Gejala dapat muncul pada daun,
batang, malai, bulir padi
•
Blas daun (LEAF BLAST): bercak
belah ketupat; awalnya hijau keabu-abuan, kemudian putih, akhirnya abu-abu;
tepi coklat atau coklat kemerahan
•
Bentuk dan warna bercak
bervariasi tergantung keadaan lingkungan, umur bercak, ketahanan padi
•
Busuk leher (NECK BLAST):
tangkai malai busuk dan patah
•
Malai hampa: penyakit terjadi
sebelum masa pengisian bulir
•
Busuk pada seludang daun. Bercak-bercak kecil pada bulir padi
PENYEBAB PENYAKIT
•
Pyricularia oryzae (fase aseksual) atau Magnaporthe grisea (fase sempurna)
•
Mempunyai konidiofora
bersekat-sekat, jarang bercabang, berwarna kelabu, membentuk konidium pada
ujungnya
•
Konidium berbentuk buah
alpokat, bersel tiga, hialin, 1 – 20 konidia per konidiofora
•
Terdapat banyak (lebih dari
260) ras fisiologi yang berbeda virulensinya
•
Mudah bermutasi yang
menyebabkan tahan terhadap fungisida
•
Mengeluarkan beberapa jenis
toksin (mis: picolinic acid, pyricularin, pyriculol, tenuazonic acid) yang
mematikan sel tanaman (patogen non abligat)
SIKLUS PENYAKIT
•
Penularan terutama terjadi
dengan kodinia yang dapat dipencarkan jauh oleh angin; terutama malam hari atau
siang hari sehabis turun hujan
•
Konidium lepas bila kelembaban
udara lebih dari 90% secara ekplosif karena pecahnya sel kecil di bawah
konidium akibat tekanan osmotik
•
Cairan bahan pelengket pada
permukaan inang dikeluarkan di ujung konidia.
•
Konidia berkecambah, penetrasi
kutikula inang dengan apresorium
•
Infeksi berhasil ® muncul gejala ®
sporulasi (12 hari): polisiklik.
•
Bertahan sebagai konidia atau
miselium ® biji, sisa tanaman dan gulma (famili
Graminea: Panicum repens, Pennisetum purpureum, Setaria italica, Eleusine
indica)
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT
•
Kelebihan nitrogen dan/atau
kekurangan air (mis: padi gogo) menambah kerentanan tanaman
•
Kedua faktor ini menyebabkan
berkurangnya kandungan silikat jaringan tan
•
Keberhasilan infeksi ® lamanya daun basah; embun pagi padi gogo > padi sawah.
•
25-30C optimum untuk
perkecambahan konidia dan pembentukan apresorium
•
Masa terentan tanaman: saat
batang padi tumbuh memanjang (+ 55 hari)
•
Terdapat perbedaan respon
tanaman padi: jenis indica lebih tahan dari pada japonica; ketan sangat rentan
•
Patogen mudah membentuk ras
baru mematahkan ketahanan tanaman
PENGENDALIAN PENYAKIT
•
Pemupukan seimbang, nitrogen
tidak berlebihan: lebih lunak, nutrisi sesuai.
•
Pengairan mencukupi; tress air
padi gogo > padi sawah.
•
Pemusnahan sisa tanaman sakit
dan gulma.
•
Penggunaan benih sehat; benomil
atau tiram, air panas 50C selama 5 menit.
•
Aplikasi fungisida.
PENYAKIT HAWAR BAKTERI
PENYEBAB PENYAKIT
•
Xanthomonas campestris pv. oryzae
•
Diketahui 8 kelompok atau
patotipe yang bervariasi dalam virulensi
1.
Patotipe I dan II tidak
terdapat di Indonesia
2.
Patotipe III dan IV terdapat di
Sulsel, Kalsel, Jawa dan Bali (IV tidak terdapat di Kalsel)
3.
Patotipe V hanya di Bali
4.
Patotipe VI – VIII hanya di
Jabar
•
Diagnose: potongan daun sakit ® dicelupkan dalam air bening ® massa bakteri (ooze)
SIKLUS PENYAKIT
•
Bakteri dapat bertahan pada
tunggul padi dan gulma (Leersia oryzoides, Zizania latifolia, Leptochloa
chinensis, Cyperus rotundis)
•
Bakteri dalam biji padi tidak
bertahan lama; Bakteri dapat hidup dalam air irigasi
•
Infeksi melalui hidatoda atau
luka pada daun dan akar ®
pemotongan ujung bibit dan kerusakan akar akibat dicabut
•
Kelembaban tinggi, air
berlebihan, suhu hangat (25-30C) optimum bagi perkembangan penyakit; padi sawah
> padi gogo.
•
Penyebaran bakteri: air
irigasi, persinggungan antar tanaman, alat pertanian, hujan angin ® insiden penyakit tinggi bakteri (ooze)
PENGENDALIAN PENYAKIT
•
Penanaman varietas resisten ® gene-to-gene resistance
•
Kultur teknis ®
menghindari pemupukan nitrogen berlebihan, penggenangan yang tidak perlu,
penyiangan gulma dan tunggul padi
•
Bakterisida ® tidak memberikan hasil yang memadai
PENYAKIT TUNGRO
Tungro penting untuk kawasan Asia
Dikenal dengan berbagai nama: Mentek
atau Habang (Indonesia), Penyakit Merah (Malaysia), Yellow-orange leaf
(Thailand), Waika (Jepang)
Kehilangan hasil berkisar antara 10 –
40%
GEJALA PENYAKIT
•
Tungro disebabkan oleh infeksi
dua jenis virus: Rice tungro bacilliform virus (RTBV) dan Rice tungro
spherical virus (RTSV)
•
Sinergisme kedua virus ini
menyebabkan pertumbuhan tanaman tehambat, daun berwarna kuning sampai orange,
jumlah anakan berkurang
•
Infeksi RTBV saja hanya
menimbulkan gejala sedang, dan infeksi RTSV saja gajala sangat lemah
•
Keparahan gejala tergantung
dari varietas padi, strain virus, umur tanaman saat terinfeksi dan keadaan lingkungan
PENYEBAB PENYAKIT
RTBV
•
Berpartikel batang 100 – 300 x
30 – 35 nm
•
Bergenom DNA untai ganda
sirkular
RTSV
•
Berpatikel bulat dengan
diameter 30 nm
•
Bergenom RNA untai tunggal
VEKTOR
•
Kedua virus dapat ditularkan
oleh: Nephotettix virescens, N. cincticeps, N. nigropictus, N. parvus, N.
malayanus, dan Recilia dorsalis
•
Makan akuisisi minimal 30
menit, tidak ada periode laten, makan inokulasi minimal 7 menit, retensi 3-5
hari, non-transtadial
•
Penularan RTBV tergantung pada
RTSV, tetapi tidak sebaliknya
SIKLUS PENYAKIT
• Virus dapat menginfeksi tunggul padi sisa panen dan beberapa gulma
jenis rumput-rumputan (Dactyloctenium aegyptium, Eleusine indica,
Echinochloa colonum, E. crusgalli)
• Tunggul pada yang tumbuh dari tanaman terinfeksi juga dapat menjadi
sumber inokulum
PENGENDALIAN PENYAKIT
•
Penanaman serempak varietas
padi tahan serangga vektor diikuti dengan pemusnahan tunggul-tunggul padi dan
gulma
•
Pengendalian vektor dengan
insektisida
PENYAKIT BERCAK COKLAT
Umum terdapat di negara penghasil padi
dunia (tropis dan subtropis)
Di Indonesia pertama kali dilaporkan
oleh van Breda de Haan pada tahun 1900
Terdapat terutama pada pertanaman yang
kurang baik keadaannya (kekurangan air atau unsur hara)
KERUGIAN
•
1942 - 1943 di India kehilangan
produksi 50 – 91% (faktor penyebab bahaya kelaparan)
•
1978 - 1980 di Indonesia
intensitas serangan mencapai 2,7 – 39% pada lahan 500 – 14.000 ha (tidak ada
data mengenai kehilangan hasil)
GEJALA PENYAKIT
•
Dapat muncul pada semai, daun,
bulir padi (disebut kerusakan fase 1, 2, 3)
•
Bibit yang terinfeksi busuk
pada koleoptil, batang dan akar sehingga mati
•
Bercak pada daun memanjang
(oval) bertepi coklat tua dan bagian tengah kuning pucat, kelabu; kadang
dikelilingi “halo”; padi rentan 1-4 mm; sangat rentan ® 14 mm;
•
Bila terserang berat daun
menjadi kering; batang dan tangkai bulir terinfeksi patah sehingga biji
keriput; atau tanaman tidak membentuk malai atau malai tidak keluar dari upih
•
Hanya sebagian biji pada malai
yang terserang; bercak berwarna coklat
PENYEBAB PENYAKIT
•
Dreschslera oryzae atau Bipolaris oryzae atau Helminthosporium oryzae
•
Ophiobolus miyabeanus atau Cochliobolus miyabeanus (stadium sempurna hanya di
daerah beriklim sedang)
•
Di atas permukaan bercak,
konidiofora menyangga 1-6 konidia
•
Konidium melengkung, di tengah
agak lebar, bersekat 6-14, berhilum, kecoklatan
•
Konidium berkecambah dari kedua
sel ujung
•
Menghasilkan enzim proteolitik
penghancurkan dinding sel
•
Menghasilkan cochliobolin
atau opiobolin, toksin penghambat pertumbuhan akar dan pengganggu
respirasi daun
SIKLUS PENYAKIT
•
Miselium dan konidia dapat
bertahan dalam biji selama 4 tahun; atau pada jerami atau tanah
•
Konidia terbawa angin atau
benih; tanah terinfestasi; sisa tanaman atau gulma sakit ® sumber infeksi primer. (Gulma: Leersia hexandra, Cynodon
dactylon, Digitaria sanguinalis, Eleusine indica, E. corona)
•
Konidium berkecambah dari kedua
sel ujung; penetrasi epidermis inang dengan/tanpa apresorium; perkecambahan ® air bebas dan suhu 16-30C/optimum 20-30C.
•
Polycyclic: infeksi, muncul gejala, sporulasi ® konidia menginfeksi tanaman baru, siklus berulang kembali.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT
•
Ketahanan tanaman berbeda dan
berkorelasi dengan: ketebalan sel epidermis dan lapisan kutikula; kandungan
silikat dalam sel; dan kecepatan akumulasi polifenol saat infeksi
•
Tanaman padi bertambah rentan
semakin bertambahnya umur; paling rentan saat pembentukan bunga dan buah
•
Padi yang ditanam di tempat
kering (padi gogo) lebih rentan: berhubungan dengan kelembaban tanah dan udara
-
Patogen tetap hidup sampai 6
bln bila kelembaban tanah 20% (31C) tetapi hanya 1 bln bila 96%
-
Infeksi hanya terjadi pada kelembaban
udara minimal 92% (25C), infeksi tidak terjadi pada 89%
•
Kelebihan/kekurang nitrogen
memperparah penyakit; Insiden penyakit lebih banyak pada tanaman kekurangan
besi, mangan atau kalium.
PENGENDALIAN PENYAKIT
•
Memperbaiki cara bertanam:
pemupukan seimbang; pengairan yang cukup; penanaman serempak
•
Bertahan dalam tanah ® pergiliran tanaman.
•
Sanitasi ® eleminasi sisa tanaman dan gulma sakit.
•
Terbawa benih ® perlakuan dengan fungisida atau air panas.
•
Varietas resisten ® bercak lebih kecil
PENYAKIT BERCAK COKLAT SEMPIT
Pertama kali dilaporkan di Indonesia
(Jawa) pada tahun 1900 oleh Raciborski dan kemudian di Jepang tahun1906
Saat ini telah tersebar di semua negara
penghasil padi dunia dan dikenal dengan narrow brown leaf spot
KERUGIAN
•
Kerugian hasil dapat mencapai
40 % (1953 – 1954 di Suriname)
•
Di Indonesia tidak menimbulkan
kerusakan yang berarti
GEJALA PENYAKIT
•
Gejala muncul selama fase reproduksi
tanaman padi dan gejala paling berat tampak sekitar sebulan sebelum panen
•
Dicirikan oleh bercak adanya
sempit memanjang pada daun, berwarna coklat kemerahan, sejajar dengan tulang
daun
•
Pada serangan yang berat bercak
dapat timbul pada seludang daun, batang, dan bulir
•
Bercak cenderung lebih sempit,
lebih pendek dan berwarna lebih gelap pada varietas padi yang resisten
PENYEBAB PENYAKIT
•
Cercospora janseana atau Cercospora oryzae
•
Sphaerulina oryzina (stadium sempurna)
•
Konidiofora berwarna coklat,
tumbuh di atas bercak sendiri-sendiri atau berkumpul sampai tiga
•
Konidium dibentuk di atas
konidiofora, berbentuk gada terbalik, bersekat 3 - 10
SIKLUS PENYAKIT
•
Konidia disebarkan oleh angin
dan infeksi terjadi melalui stomata, hifa berkembang di ruang antar sel
•
Masa inkubasi sebulan atau
lebih: gejala tampak lambat di lapang walaupun infeksi terjadi saat tanaman
muda
•
Patogen dapat bertahan hidup
pada jerami atau bulir padi atau gulma (Panicum repens)
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT
•
Kerentanan varietas padi
terhadap race cendawan dan fase pertumbuhan tanaman adalah faktor yang
menentukan perkembangan penyakit
•
Semua stadia pertumbuhan
tanaman padi rentan terhadap infeksi C. oryzae.
Pembentukan dan pengisian malai adalah saat paling rentan
PENGENDALIAN PENYAKIT
•
Penanaman jenis padi yang tahan
•
Penyemprotan dengan benomil
atau mankozeb dapat meningkatkan (menyelamatkan) hasil 30%
•
PENYAKIT HAWAR SELUDANG
Dulu dianggap kurang penting,
akhir-akhir ini sering dilaporkan menimbulkan kerusakan berat; di dunia
menempati urutan kedua setelah blast
KERUGIAN
•
Penyakit mempengaruhi jumlah
gabah yang berisi tiap malai, panjang malai dan persen kehampaan, tetapi tidak
berat 100 biji
GEJALA PENYAKIT
•
Pada akhir stadia anakan muncul
gejala awal: bercak oval 1 cm kehijauan pada seludang daun dekat permukaan air
•
Bercak berkembang cepat menjadi
hawar sampai ke daun, coklat/seperti jerami.
•
Pada serangan berat, seluruh
bagian tanaman mengering
•
Bulir padi dapat terserang
hawar
PENYEBAB PENYAKIT
•
Rhizoctonia solani dan R. oryzae
•
Rhizoctonia solani membentuk sclerotium pada permukaan hawar; belum pernah ditemukan sclerotium yang dibentuk R. oryzae
•
Membentuk tiga jenis hifa:
(1)
Runner hyphae: tumbuh cepat di permukaan tanaman.
(2)
Lobate hyphae: hifa yang membengkak menjadi bantalan untuk penetrasi (apresorium)
(3)
Monilioid cell: hifa bersel satu berdiferensiasi dan berkembang menjadi sclerotium
SIKLUS PENYAKIT
•
Cendawan bertahan sebagai
sclerotium atau miselium pada sisa tanaman
•
Sclerotium mengambang di
permukaan air sawah®berkumpul
di sekitar pertanaman padi®infeksi
pada seludang dekat permukaan air
•
Banyak inang (kedelai,
kacang-kacangan, dan berbagai jenis gulma) sehingga disimpulkan bahwa sumber
infeksi untuk padi selalu ada
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT
•
Penyakit dibantu oleh penanaman
yang terlalu rapat
•
Tanaman padi yang terlalu subur
lebih rentan terhadap penyakit ini
•
Jenis padi yang berbatang
pendek dan mempunyai anakan banyak lebih rentan terhadap R. solani
PENGENDALIAN PENYAKIT
•
Sinar matahari intensif ® menekan perkembangan penyakit®jenis padi dengan anakan banyak lebih rentan ® memperlebar jarak tanam
•
Tanaman padi terlalu subur (N) rentan ®
pemupukan seimbang
•
Patogen tular tanah ® sanitasi
PENYAKIT BUSUK BATANG
Busuk batang (stem rot) pertama kali
dideskripsi oleh Cattaneo pada tahun 1876 di Italia
Penyakit telah terdapat di pertanaman
padi di daerah tropis dan di daerah beriklim sedang
Penyakit ini telah terdapat di Indonesia
(Ramlan et al. 1985) terutama di Jawa dan Sumatera
GEJALA PENYAKIT
Fase anakan lewat ® gejala awal: bercak hitam tidak teratur pada seludang daun di atas
garis air sawah
Penyakit berkembang ® bercak membesar ® patogen
menginvasi ke bagian dalam seludang
Invasi patogen sampai pada bagian batang
Bulir tidak berisi bahkan tanaman mati
PENYEBAB PENYAKIT
•
Sclerotium oryzae (fase sclerotium; umum ditemukan); Nakataea sigmoidea (fase
konidium); Magnaporthe salvinii (peritesium; fase sempurna)
•
Sclerotium banyak dibentuk di
permukaan bagian tanaman sakit bulat 200-300 mm, hitam
SIKLUS PENYAKIT
•
Scleorotium pada sisa tanaman
atau tanah ® penggenangan sawah ® sclerotium mengambang ikut aliran air ® menginfeksi seludang daun ® gejala
muncul ® sporulasi ® sclerotium dalam jumlah banyak
•
Infeksi permulaan terjadi
karena skerotium membentuk apresorium dan bantalan infeksi.
•
Sporulasi juga membentuk
konidia dan askospora ® inokulum
tambahan
•
Jumlah sclerotium di permukaan
tanah ® berat/ringan penyakit pada siklus
pertama
•
Kelebihan nitrogen membantu
penyakit, tetapi pemberian natrium silikat atau kalium mengurangi penyakit
•
Adanya luka termasuk luka
akibat serangga menambah kerentanan tanaman
PENGENDALIAN PENYAKIT
•
Diarahkan pada pengelolaan
residu sisa tanaman; pemupukan tepat; pemilihan varietas
•
Pembenaman sisa tanaman ® menurunkan secara drastis viabilitas sclerotium
•
Pemupukan nitrogen tidak
berlebihan ® menghindari penurunan ketahan
•
Varietas tahan ® menginaktifkan enzyme pendegradasi dinding sel
PENYAKIT FUSARIUM (BAKANAE)
•
Penyakit ini banyak terdapat di
daerah beriklim basah di Asia
•
Pertama kali dilaporkan di
Jepang tahun 1829 dengan sebutan “Bakanae”
•
Di Indonesia adanya penyakit
oleh Fusarium dilaporkan tahun 1938
GEJALA PENYAKIT
•
Gejala terutama terlihat pada
tanaman muda atau di pembibitan
•
Tanaman terinfeksi mempunyai batang
1,5 sampai 2 kali panjang tanaman sehat, berwarna pucat
•
Gejala hiperplasia ini akibat
patogen mengeluarkan gibberellin
•
Bila tanaman tua terserang juga
memperlihatkan pertumbuhan batang yang abnormal; pada pangkal batang tumbuh
banyak akar lateral
GEJALA PENYAKIT
•
Tanaman yang dapat bertahan
sampai tua umumnya steril, tidak menghasilkan malai; istilah “palay lalake”
(bhs Filipina = padi jantan) digunakan untuk padi yang steril ini
•
Terdapat dua strain patogen:
1.
Strain yang menghasilkan lebih
banyak gibberellin ®
menginduksi hiperplasia
2.
Strain yang menghasilkan lebih
banyak fusaric acid ®
menginduksi hipoplasia yaitu pertumbuhan terhambat sehingga tampak kerdil
PENYEBAB PENYAKIT
•
Fusarium moniliforme (bentuk sempurnanya: Gebberella fujikuroi)
•
Membentuk peritesium yang di
dalamnya berisi askus yang masing-masing mengandung 4-8 askospora
•
Mikrokonidia hialin, oval, satu
sel, dibentuk berantai;
•
Makrokonidia melengkung dengan
ujung meruncing bersepta 3-5
SIKLUS PENYAKIT
•
Fusarium dapat berkembang dan
bertahan dalam sisa tanaman yang berada di dalam dan di atas tanah
•
F. miniliforme adalah tular benih, infeksi benih terjadi sebelum panen melalui
konidia dan askospora yang diterbangkan angin, atau karena kontaminasi selama
proses pemanenan. Cendawan tidak menginvestasi
benih secara internal
•
Patogen menginfeksi tanaman
melalui akar atau pucuk tanaman secara sistemik tetapi tidak sampai ke malai
•
Cendawan juga dapat menyerang
tebu, jagung dan padi-padian lain
•
Pemencaran inokulum terutama
dilakukan oleh angin
PENGENDALIAN PENYAKIT
•
Penggunaan benih sehat sangat
penting untuk mengendalikan penyakit ini.
•
Tetapi di Indonesia penyakit
kurang mempunyai arti ekonomi, sehingga belum pernah dilakukan pengendalian
PENYAKIT GOSONG PALSU
Penyakit ini sudah terdapat di semua
negara penanam padi termasuk Indonesia.
Gosong palsu umumnya adalah penyakit
minor, tetapi kejadian endemik pernah dilaporkan di India, Myanmar, Peru dan
Pilipina.
GEJALA PENYAKIT
•
Biji padi berubah menjadi bola
spora berdiameter 1 cm (bahkan ada yang mencapai 5 cm), keluar diantara sekam,
berwarna kuning emas dan kadang-kadang hijau
•
Bagian tengah dari bola ini
adalah suatu anyaman meselium padat yang merupakan sklerotium
GEJALA PENYAKIT
•
Di bagian luar dari anyaman
miselium ini terdapat tiga lapisan spora:
•
Lapisan dalam dan tengah
adalah spora yang belum matang berwarna kuning keemasan
•
Lapisan luar adalah
spora yang telah matang berwarna agak kehitaman.
•
Umumnya hanya beberapa bulir
padi saja yang terserang pada satu malai
•
Dilaporkan bahwa bulir yang
berdekatan dengan bulir yang menunjukkan gosong palsu adalah sehat
PENYEBAB PENYAKIT
•
Ustilaginoidea virens membentuk sklerotium berdiameter 5-8 mm
•
Konidia yang dibentuk di
permukaan sklerotium, berbentuk bulat lonjong, berduri, berukuran 4-6 x 3-5 um,
berkecambah dengan membentuk konidium sekunder yang lebih kecil dan hialin
SIKLUS PENYAKIT
•
Konidia tersebar oleh angin,
menginfeksi bunga atau biji yang mulai terbentuk
•
Patogen dapat bertahan sebagai
sklerotium atau sebagai bola spora yang mengeras yang disebut pseudomorph.
•
Pseudomorph dapat bertahan 4
bulan dalam kondisi lapangan
•
Musim hujan, kelembaban tinggi,
pemupukan nitrogen berlebih meningkatkan perkembangan penyakit
PENGENDALIAN PENYAKIT
•
Jarang dikendalikan karena
kurang merugikan
•
Beberapa varietas padi
dilaporkan tahan terhadap U. virens
•
Beberapa jenis fungisida dapat
secara efektif mengendalikan gosong palsu
PENYAKIT KEMBANG API
•
Penyakit kembang api, yang juga
dikenal dengan sebutan Udbatta (bhs. India), telah dilaporkan terdapat
di India, China, Vietnam, Hongkong, New Caledonia, dan Afrika Barat.
•
Dapat menyebabkan kerugian yang
berat pada daerah yang sudah endemik, tetapi umumnya bersifat sporadis dan
tidak terlalu penting.
•
Penyakit ini mungkin sudah lama
ada di Indonesia, tetapi baru dilaporkan pada tahun 1976 terdapat di Jawa.
GEJALA PENYAKIT
•
Gejala tidak akan tampak sampai
fase bunting
•
Malai yang keluar dari upih
daun berndera diliputi oleh miselium cendawan berwarna putih, biji-biji hampa
terekat satu sama lain, tegak kaku seperti mummi
•
Mumifikasi terjadi saat masih
terbungkus oleh upih daun bendera, maka malai yang sudah seperti mummi ini
tegak lurus tampak seperti kembang api
•
Patogen membentuk sklerotium
hitam pada permukaan kembang api
•
Daun bendera lebih kecil dari
normal kadang berwarna keperakan
•
Tanaman terinfeksi terhambat
pertumbuhannya
PENYEBAB PENYAKIT
•
Ephelis oryzae (stadium sempurnanya disebut Balansia oryzae-sativae)
•
Membentuk stroma putih sampai
kelabu menyelubungi permukaan malai.
•
Dalam stroma dibentuk piknidium
bulat 1-1,5 mm.
•
Konidiofora bercabang, hialin,
berukuran 22-85 x 1-1,4 um. Konidia seperti jarum, bersel satu, hialin,
berukuran 12-40 x 1.2-1,5 um.
SIKLUS PENYAKIT
•
Patogen menginvasi tanaman
secara sistemik dan menginfeksi tanaman saat masih bibit.
•
Infeksi bibit mungkin melalui
benih yang membawa patogen. Infeksi oleh konidia juga dapat terjadi melalui
bunga.
•
Patogen dapat terbawa biji
tetapi tidak dapat bertahan dalam tanah.
•
Cendawan dapat bertahan pada
gulma yang umum terdapat di sawah seperti Echinochloa crusgalli, Cynodon
dactylon, dan Setaria italica.
PENGENDALIAN PENYAKIT
•
Karena dianggap kurang penting,
penyakit ini jarang dikendalikan.
•
Bila diperlukan, pengendalian
dapat dilakukan dengan penggunaan benih sehat atau perlakuan benih dengan air
hangat (54C selama 10 menit), atau dengan perlakuan benih dengan fungisida.
PENYAKIT STACKBURN
Pertama kali dilaporkan terdapat di
Amerika Serikat (Lousiana dan Texas) pada tahun 1916
Saat ini diketahui bahwa penyakit
terdapat di banyak negara Asia Tenggara.
Di Indonesia pertama kali dilaporkan
pada tahun1972
GEJALA PENYAKIT
•
Pada daun terjadi bercak oval
3-10 mm; bertepi coklat dengan pusat yang semula berwarna coklat pucat sedikit
demi sedikit berubah menjadi putih; dengan banyak titik-titik hitam yang terdiri
dari sklerotium
•
Bulir yang terinfeksi berbercak
coklat dengan tepi lebih gelap, infeksi dapat sampai ke biji dan menyebabkan
biji keriput dan mudah pecah
PENYEBAB PENYAKIT
•
Alternaria padwickii
•
Sklerotium bulat berdiameter
50-200 mm hitam
•
Konidiofora berukuran 3-4 mm tumbuh tegak sampai ketinggian 180 mm
•
Konidia berdinding tebal
bersekat 3-5, pada sekat agak melekuk, sel kedua atau ketiga lebih besar dari
sel lainnya, berukuran 11-20 x 95-170 mm
(termasuk ekor)
SIKLUS PENYAKIT
Daur penyakit ini belum banyak diketahui
kecuali:
•
Cendawan mempertahankan diri
pada benih dan sisa tanaman sakit, dan mungkin juga di dalam tanah.
•
Di udara konidia lebih banyak
terdapat menjelang tengah hari, terutama pada waktu padi mulai masak
PENGENDALIAN PENYAKIT
•
Belum ditemukan varietas padi
yang tahan terhadap stuckburn
•
Penanaman benih sehat dapat
mengurangi insiden penyakit
•
Perlakuan benih dengan air
panas (54C selama 10 menit) atau dengan fungisida (mankozeb, ceresan) cukup
efektif mengendalikan penyakit
PENYAKIT DAUN BERGORES BAKTERI
Daun bergores bakteri (bacterial leaf
streak/BLS) pertama kali ditemukan di Filipina pada tahun 1918
Penyakit telah tersebar luas di daerah
tropis seperti Filipina, Malaysia, Cina selatan, Thailand, Vietnam, Kambidia;
tetapi tidak ditemukan di Jepang dan negara-negara subtropis lainnya
Di Indonesia pertama kali dilaporkan
oleh Oka pada tahun 1972 di Jawa, saat ini penyakit telah tersebar di seluruh
Indonesia, kecuali Maluku dan Irian Jaya
GEJALA PENYAKIT
•
Penyakit dapat terjadi pada semua
stadia pertumbuhan tanaman
•
Goresan/garis interveinal hijau
kebasahan, lalu coklat terang
•
Gejala lanjut ® helai daun menjadi coklat ® putih
keabu-abuan ® mati (mirip dengan kresek)
TANDA PENYAKIT
•
Pada permukaan bercak keluar
eksudat bakteri berwarna kuning
PENYEBAB PENYAKIT
•
Xanthomonas oryzae pv. oryzicola dan X. campestris pv. oryzicola;
•
Telah diproduksi antiserum yang
dapat membedakan kedua spesies ini
•
Bakteri menghasilkan enzim
pektinase dan selulase penghancur dinding sel tanaman
SIKLUS PENYAKIT
•
Bakteri bertahan dari musim ke
musim pada sisa-sisa tanaman sakit dan dalam biji
•
Beberapa gulma (padi liar/genus
Oryza) terinfeksi dapat menjadi sumber inokulum primer.
•
Bakteri dapat menyebar dari
petak ke petak karena terbawa air irigasi
•
Infeksi secara meluas terjadi
pada waktu hujan berangin:
•
Massa bakteri yang mengering
terlarut dalam air hujan dan tersebar oleh angin
•
Angin menyebabkan luka pada
daun sebagai tempat infeksi
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT
•
Penyakit lebih banyak terjadi
pada daerah-daerah dengan curah hujan yang tinggi (Jabar, Jateng, Kalsel dan
Sulsel
•
Suhu tinggi tampaknya membantu
perkembangan penyakit (perkembangan BLS tertinggi terjadi Agustus-September)
•
Kelembaban tinggi tidak
mempengaruhi perkembangan gejala, tetapi membantu infeksi dan pemencaran
patogen
•
Nitrogen hanya sedikit membantu
perkembangan gejala
•
Pada umumnya ketahanan tanaman
bertambah dengan bertambahnya umur
PENGENDALIAN PENYAKIT
•
Tidak memerlukan usaha
pengendalian yang khusus, kecuali penanaman jenis-jenis padi yang tahan
•
Jika penyakit selalu terjadi
dianjurkan agar tidak memakai benih dari pertanaman yang sakit
PENYAKIT KERDIL KUNING
Kerdil kuning (yellow dwarf)
dilaporkan terdapat hanya di Asia termasuk Indonesia
GEJALA PENYAKIT
•
Tanaman terinfeksi menjadi
kerdil, anakan banyak, daun berwarna hijau pucat atau kuning pucat
•
Tanaman yang terinfeksi saat
masih muda memperlihatkan gejala 40-50 hari kemudian, dan umumnya mati lebih
cepat
•
Tanaman yang dapat bertahan
hidup tidak menghasilkan malai
PENYEBAB PENYAKIT
•
Phytoplasma, penyebab kerdil
kuning, terbatas pada jaringan phloem tanaman inang, selnya berbentuk tidak
beraturan, berukuran 100-800 nm
•
Nephotettix cincticeps adalah vektor utama di daerah beriklim sedang;
•
N. nigropictus dan N. virescens adalah vektor utama di daerah beriklim
sedang
•
Makan akuisisi 1 jam, periode
laten 20-40 hari, makan inokulasi 1 jam, sirkulasi, propagatif, resistensi
sampai vektor mati
PENGENDALIAN PENYAKIT
•
Tidak ada cara pengendalian
yang direkomendasikan karena penyakit tidak terlalu penting secara ekonomi
PENYAKIT KERDIL HAMPA
Kerdil hampa (ragged stunt)
pertama kali ditemukan di Indonesia tahun1976, kemudian penyakit dilaporkan
terdapat di negara Asia lainnya seperti Thailand, Malaysia, India, Sri Lanka,
Cina, Jepang dan Filipina
GEJALA PENYAKIT
•
Tanaman terinfeksi tampak
kerdil, daun-daun menjadi pendek berwarna gelap, satu atau kedua sisinya sobek
atau berlekuk-lekuk (ragged)
•
Daun bendera terpilin
•
Pada permukaan bawah daun atau
pada seludang daun terdapat puru (gall) karena jaringan phloem mengalami
hiperplasia
•
Malai umumnya tidak berisi atau
hampa (maka disebut: kedil hampa)
•
Gejala muncul 2-3 minggu
setelah infeksi
PENYEBAB PENYAKIT
•
Rice ragged stunt virus (RRSV)
mempunyai partikel berbentuk bulat berdiameter 63-65 nm
•
Genomnya 10 macam RNA untai
ganda, protein mantelnya terdiri dari lima jenis subunit protein
SIKLUS PENYAKIT
•
RRSV menginvasi inang terbatas
pada jaringan phloem
•
Dapat ditularkan oleh Nilaparvata
lugens dan N. bakeri
•
Makan akuisisi 8 jam, periode
laten 8-15 hari, makan inokulasi minimal 1 jam, vektor infektif selama hidup,
transtadial, tetapi tidak transovarial
•
Beberapa padi liar seperti Oryza
nivara dan O. latifolia dilaporkan dapat diinfeksi RRSV
•
Karena wereng coklat
monopaghous pada padi, maka infeksi alami pada gulma dapat dikatakan tidak
terjadi
•
Dengan demikian virus hanya
dapat bertahan pada tanaman padi dan vektornya
PENGENDALIAN PENYAKIT
•
Pengendalian dapat dilakukan
dengan menanam varietas padi tahan wereng coklat atau mengendalikan wereng dengan
insektisida
PENYAKIT KERDIL RUMPUT
Kerdil rumput (grassy stunt)
pertama kali dilaporkan di Filipina tahun1962, dan sekarang dilaporkan telah
tersebar di seluruh negara penghasil beras di Asia
GEJALA PENYAKIT
•
Gejala muncul 10-20 hari
setelah infeksi
•
Tanaman terinfeksi menjadi
kerdil, anakan lebih banyak dari normal, daun-daun lebih sempit, kaku dan
tegak, sehingga rumpun tanaman nampak seperti rumput (kerdil rumput)
•
Tanaman masih dapat membantuk
malai tetapi jumlah biji sangat sedikit dan berukuran kecil
PENYEBAB PENYAKIT
•
Rice grassy stunt virus (RGSV) mempunyai partikel berupa benang lentur 6-8 x 950-1350 nm
•
Genomnya 4 jenis RNA untai
tunggal, satu jenis coat protein (31 kDa)
SIKLUS PENYAKIT
•
RGSV ditularkan terutama oleh Nilaparvata
lugens, dan dapat juga oleh N. bakeri dan N. muiri
•
Makan akuisisi minimal 30
menit, periode laten 10-11 hari, makan inokulasi 5-15 menit, transtadial tetapi
tidak transovarial
•
Virus bertahan dari musim ke
musim pada sisa tanaman padi yang masih hidup dan vektornya
•
Di daerah tropis, kejadian
penyakit tinggi pada daerah yang terus-menerus ditanami padi
•
Migrasi serangga vektor sangat
berperan untuk penyebaran virus
PENGENDALIAN PENYAKIT
•
Pengendalian vektor dengan
insektisida
•
Pola tanam; pergiliran tanaman
dengan bukan padi
•
Penanaman varietas tahan
terhadap wereng coklat
•
Sanitasi; mencabut dan
membenamkan tanaman sakit
PENYAKIT HOJA BLANKA
Terdapat hanya di Amerika Tengah,
Amerika Selatan dan Karibia.
Pertama kali dilaporkan tahun 1935 di
Kolombia.
Insiden penyakit tercatat selalu rendah,
kecuali tahun 1981-1985 terjadi outbreak di Amerika Tengah
GEJALA PENYAKIT
•
Tanaman yang terinfeksi menjadi
kerdil
•
Terdapat garis-garis klorotik/
kuning pada daun
•
Pada beberapa kasus helaian
daun menjadi putih
GEJALA PENYAKIT
•
Bunga menjadi steril
•
Palea dan lemma tidak tumbuh
dengan sempurna dan berwana coklat.
•
Tanaman terinfeksi mempunyai
akar lebih sedikit dan pendek.
•
Bibit yang terinfeksi mungkin
akan mati.
•
Gejala muncul 5-35 hari setelah
infeksi, tergantung pada umur dan varietas padi, dan tempat infeksi
PENYEBAB PENYAKIT
•
Rice hoja blanca virus (RHBV) termasuk group Tenuivirus, partikelnya filamentous,
dengan lebar 3-4 nm, genomnya RNA rantai tunggal, mempunyai satu jenis coat
protein
SIKLUS PENYAKIT
•
Wereng Sogatodes orizicola
adalah vektor utama RHBV
•
S. Cubanus dapat menularkan RHBV dari padi ke rumput-rumputan seperti Echinochloa,
tetapi tidak dari padi ke padi atau dari rumput ke padi
•
Makan akuisisi 15 menit-1 jam,
periode laten 30-36 hari, makan inokulasi 30 menit-1 jam, sirkulatif,
provagatif, dan transovarial.
•
Periode laten melebihi panjang
hidup vektor jantan (14-24 hari) dan betina (30-44 hari)
•
5-15% dari populasi vektor di
lapangan dapat menyebarkan RHBV
•
Insiden RHBV sangat tergantung
dari jumlah nimfa vektor yang infektif
•
Mengingat periode laten yang
sangat panjang, tanaman sakit tampaknya tidak menjadi sumber infeksi untuk
tanaman dalam musim yang sama
PENGENDALIAN PENYAKIT
•
Penanaman varietas padi yang
resisten terhadap RHBV atau terhadap vektornya pernah dilakukan dan berhasil
dengan baik
•
Menanam pada saat populasi
vektor rendah dilaporkan sangat efektif mengurangi insiden penyakit
PENYAKIT PADA JAGUNG
PENYAKIT
HAWAR DAUN
Penyakit hawar daun (leaf blight)
pada tanaman jagung dapat disebabkan oleh salah satu dari tiga spesies cendawan
yaitu:
1.
Exserohilum turcicum (Helminthosporium turcicum)
2.
Bipolaris maydis (Helminthosporium maydis)
3.
Bipolaris zeicola (Helminthosporium carbonum)
Ketiga jenis cendawan ini terdapat di
Indonesia
GEJALA PENYAKIT
•
Hawar daun turcicum: terdapat daerah nekrotik berbentuk elip mencapai 15 cm. Bagian
tengah nekrotik terdapat zone sporululasi cendawan berwarna abu-abu gelap
•
Hawar daun maydis: terdapat lesio coklat agak cerah dibatasi tulang daun. Hawar
memanjang sejajar tulang daun berukuran 2-6 x 3-22 mm
•
Hawar daun carbonum: mirip dengan hawar daun maydis, tetapi umumnya berukuran lebih
besar
PENYEBAB PENYAKIT
•
Penyakit hawar daun dapat
disebabkan oleh salah satu dari tiga spesies cendawan yaitu Exserohilum
turcicum (Helminthosporium turcicum), Bipolaris maydis (Helminthosporium
maydis), dan Bipolaris zeicola (Helminthosporium carbonum).
•
Cendawan membentuk konidiofora
yang keluar dari stomata jaringan daun yang telah mengalami nekrotik
•
Konidiofora menghasilkan
konidia lurus atau bengkok pada bagian tengah lebih besar dan bagian ujungnya
mengecil
•
Konidia berwarna coklat jerami
bersekat 5-12
PENYEBAB PENYAKIT
H. torsicum membentuk konidiofora berkelompok dan pada konidianya tampak hilum
yang jelas
H. maydis konidioforanya berkelompok tetapi konidianya tidak menampakkan hilum
yang jelas
H. carbonum konidianya tumbuh terpisah
SIKLUS PENYAKIT
•
Miselium atau konidia dapat
bertahan pada sisa tanaman
•
Konidia dapat disebarkan oleh
angin dalam jarak yang jauh
•
Infeksi terjadi secara langsung
dengan membentuk apresorium
•
Konidia hasil sporulasi
berfungsi sebagai inokulum sekunder
•
H. turcicum lebih banyak ditemukan di daerah pegunungan (18-27C); H. maydis
di dataran rendah (20-32C).
PENGENDALIAN PENYAKIT
•
Perlakuan benih dengan fungisida
thiram atau karboksin dapat mengurangi insiden penyakit
•
Varietas Arjuna dan Hibrida C1
diketahui tahan terhadap hawar daun
•
Penyemprotan fungisida mankozeb
(bila menguntungkan) dapat dilakukan.
PENYAKIT KARAT
Kerugian yang ditimbulkan bervariasi bergantung
pada luasan daun terserang dan umur tanaman. Pada umumnya kehilangan hasil 3-8%
terjadi setiap 10% dari total luasan daun terinfeksi
GEJALA PENYAKIT
•
Gejala dapat muncul pada daun,
seludang daun, bahkan pada batang
•
Karat merupakan uredium cendawan
yang tumbuh di bawah jaringan epidermis dan menojol ke permukaan
•
Bia pecah keluarlah tepung
uredospora berwarna coklat kekuningan
PENYEBAB PENYAKIT
•
Karat disebabkan oleh dua
spesies Puccinia; P. sorghi dan P. polysora
Puccinia sorghi:
1.
Bentuk karat memanjang
2.
Karat terbentuk di kedua
permukaan daun
3.
Epidermis menutup uredium
sampai matang
4.
Lebih banyak muncul di daerah
pegunungan
Puccinia polysora
1.
Berbentuk oval
2.
Lebih banyak di permukaan atas
3.
Karat lebih cepat pecah
4.
Lebih banyak di dataran rendah
PENYEBAB PENYAKIT
•
Urediospora coklat keemasan,
berdinding tebal berduri
•
Teliospora bersel dua berwarna
kehitaman
P. Sorghi
membentuk urediospora lebih gelap dari pada P. polysora
PENYAKIT KARAT
•
Teliospora berkecambah
membentuk basidium
•
Basidiospora tidak menginfeksi
jagung tetapi inang alternate Oxalis spp.
•
Pada Oxalis membentuk
piknium dan aesium
•
Aesiospora dapat menginfeksi
jagung
•
Infeksi pada jagung
menghasilkan uredium dan telium
Pada daerah dimana tidak terdapat Oxalis
sp., maka urediospora menjadi inokulum primer dan sekunder bagi tanaman jagung
PENGENDALIAN PENYAKIT
•
Penyakit karat efektif
dikendalikan dengan menanam jenis jagung yang tahan
Jumlah karat per satuan luas daun pada
jenis yang tahan jauh lebih sedikit dibandingkan pada jenis rentan. Jagung
varietas Arjuna, Kalingga, Wiyasa, Pioneer-2 tahan terhadap karat
•
Fungisida zineb, tembaga
oksiklorida, fermat, dan dithane diketahui efektif untuk
karat pada jagung
PENYAKIT BERCAK DAUN CERCOSPORA
Bercak daun cercospora (cercospora
leaf spot) terdapat mulai dari daerah subtropis sampai daerah tropis yang
lembab di Amerika, Eropa, Afrika, maupun Asia
GEJALA PENYAKIT
•
Gejala awal berupa lesio
nekrotik kecil dengan halo klorotik
•
Bercak semakin membesar sampai
berukuran 2-4 mm x 1-6 cm; berbentuk persegi; berwarna keabu-abuan; batas jelas
antara bagian yang sakit dan yang sehat.
Batas yang jelas terjadi karena patogen
tidak mampu menetrasi jaringan sclerenchyma dari tulang daun
PENYEBAB PENYAKIT
•
Cercospora zeae-maydis
•
Patogen bersporulasi pada
permukaan bawah bercak membentuk konidiofora bergerombol
•
Di ujung konidiofora tumbuh
konidia
•
Konidia meruncing dan agak
melengkung (5-9 x 30-95 mm),
hialin, bersepta 3-10
SIKLUS PENYAKIT
•
Jagung adalah satu-satunya
inang dari Cercospora zeae-maydis
•
Insiden penyakit akan tinggi
bila penanaman jagung dilakukan terus menerus dan sisa tanaman sakit tetap
dibiarkan di atas tanah
•
Patogen dapat bertahan dalam
bentuk stroma pada jaringan tanaman sakit; bila lingkungan menguntungkan dari
stroma akan tumbuh konidiofora yang menghasilkan konidia
•
Konidia dapat disebarkan angin
dan percikan air hujan. Tabung kecambah yang tumbuh dari konidia membentuk
apresorium dan menginfeksi tanaman melalui stomata
•
Konidia dapat hidup dengan
kelembaban 60% di permukaan daun, tetapi untuk
perkecambahan konidia dibutuhkan kelembaban minimal 95%
PENGENDALIAN PENYAKIT
•
Sanitasi dan pergiliran tanaman
dapat mengurangi insiden penyakit
PENYAKIT BULAI
Umum ditemukan di pertanaman jagung di
Indonesia. Luas dan intensitas serangan sangat bervariasi; dapat mencapai 90%.
GEJALA PENYAKIT
•
Tampak garis-garis putih atau
kuning sejajar tulang daun
•
Bila infeksi sampai ke titik
tumbuh maka daun yang tumbuh kemudian juga mengalami klorosis
•
Akar terbatas perkembangannya
demikian juga pertumbuhan tanaman
•
Bila masih muda terinfeksi,
tanaman tidak menghasilkan; bila sudah dewasa maka jumlah biji pada buah
sedikit
PENYEBAB PENYAKIT
•
Peronosclerospora maydis membentuk konidia/sporangium bulat hialin 17-23 x 27-39 mm pada permukaan bawah daun, dilepaskan pada pagi hari
•
Di Pulau Sulawesi ditemukan Peronosclerospora
philippinensis yang mempunyai spora lebih ramping
SIKLUS PENYAKIT
•
P. maydis adalah parasit obligat dan jagung merupakan satu-satunya inang.
•
Tanaman terinfeksi adalah
sumber inokulum primer untuk tanaman muda di lapangan. Miselium mungkin dapat
bertahan pada tongkol dan biji jagung.
•
Infeksi oleh konidia melalui
stomata dengan membentuk apresorium, meselium tumbuh pada ruang antar sel dan
membentuk haustorium.
•
Sporululasi terjadi bila terdapat
embun di malam hari. Konidia yang baru terbentuk disebarkan oleh angin dan
berfungsi sebagai inokulum sekunder; siklus baru dimulai.
•
Insiden bulai lebih banyak
terjadi di daerah dataran renah (jarang pada ketinggian lebih dari 900 m dpl)
dan pada musim hujan.
PENGENDALIAN PENYAKIT
•
Beberapa varietas jagung
seperti Genjah Warangan, Jawa Tengah Putih, Ngale, Boman dan Impa-kimpa
dilaporkan tahan terhadap bulai
•
Mengingat patogen tidak punya
inang alternatif; memusnahkan sisa tanaman atau tanaman yang tumbuh liar akan
memberikan hasil pengendalian yang baik bila diikuti dengan penanaman serentak
pada areal yang luas
PENYAKIT GOSONG/HANGUS
Penyakit gosong/hangus (smut)
terdapat di seluruh sentra produksi jagung di Indonesia dan di luar negeri.
Kerugian yang ditimbulkan dapat mencapai 10%
GEJALA PENYAKIT
•
Gejala berupa gall terutama
pada biji. Gall semakin membesar mendesak kelobot sehingga tampak dari luar.
•
Di dalam gall penuh dengan
teliospora cendawan yang sewaktu-waktu dapat pecah berupa serbuk hitam
•
Semua bagian tanaman di atas
permukaan tanah rentan. Gall bisa terbentuk pada daun, batang atau bunga jantan
PENYEBAB PENYAKIT
•
Ustilago maydis membentuk teliospora bulat 8-11 mm, hitam dan berduri.
•
Teliospora dapat bertahan pada
tanah dan sisa tanaman. Dengan bantuan angin atau air hujan teliospora
terinfestasi ke tanaman muda.
•
Infeksi dengan menembus
langsung epidermis, atau melalui stomata atau luka dapat dilakukan oleh tabung
kecambah yang tumbuh dari teliospora atau dari basidiospora yang tumbuh dari
perkecambahan teliospora.
SIKLUS PENYAKIT
•
Infeksi dapat terjadi pada
batang, daun, bunga jantan, maupun biji. Infeksi pada biji melalui tangkai
putik (rambut jagung).
•
Meselium tumbuh intraseluler
dan mengeluarkan senyawa yang memicu jaringan tanaman membentuk gall
PENGENDALIAN PENYAKIT
•
Sisa tanaman di lapangan perlu
dibakar untuk mengurangi sumber inokulum.
•
Hindari luka mekanik saat
melakukan kegiatan budidaya karena infeksi lebih mudah dilakukan melalui luka.
•
Hindari pemupukan nitrogen
berlebih.
•
Belum dilaporkan varietas
jagung yang tahan terhadap smut.
PENYAKIT BUSUK BATANG BAKTERI
Penyakit busuk batang baketri telah
dilaporkan tersebar di seluruh dunia.
GEJALA PENYAKIT
•
Satu atau beberapa buku diatas
permukaan tanah terlihat berwarna coklat kebasahan, membusuk dan mengeluarkan
bau yang tidak enak. Pada bagian ini mudah patah
•
Busuk pucuk juga dapat terjadi
bila titik tumbuh apikal terinfeksi bakteri dari air siraman yang
terkontaminasi; terutama pada tanaman muda yang aktif tumbuh. Pembusukan akan cepat
menjalar sampai ke pangkal batang
PENYEBAB PENYAKIT
Bila batang yang terinfeksi dipotong
lalu dicelupkan di dalam air yang bening, maka akan terlihat jelas sel bakteri
(ooze) keluar dari jaringan batang tersebut.
Penyebab penyakit ini adalah Erwinia
chrysanthemi pv. zeae atau Erwinia carotovora f.sp. zeae.
SIKLUS PENYAKIT
•
Bakteri dapat bertahan antar
musim tanam pada jaringan batang jagung di atas permukaan tanah. Stomata,
hidatoda, dan luka mekanik pada daun dan batang merupakan tempat infeksi bateri
•
Penyakit lebih banyak timbul
pada daerah dengan curah hujan tinggi. Pekembangan penyakit sangat dibantu oleh
kelembaban yang tinggi dan suhu hangat (32-35C). Larva pengorok jagung (Chilo
partellus) membantu dalam penularan penyakit.
PENGENDALIAN PENYAKIT
•
Mengusahakan aerasi dan
menghindari penggenangan pertanaman dapat mengurangi perkembangan penyakit.
•
Belum diketahui varietas jagung
yang tahan terhadap penyakit ini.
BUSUK BATANG/TONGKOL FUSARIUM
Penyakit busuk oleh Fusarium
dapat terjadi pada batang (busuk batang), pada tongkol (busuk tongkol) dan
juga pada semai (damping-off).
GEJALA PENYAKIT
•
Bila penyakit terjadi pada
batang, maka gejala kelayuan terjadi pada tanaman tersebut
•
Kelayuan ini akibat bangkal
batang dekat permukaan tanah mengalami pembusukan
•
Patah batang dapat terjadi
akibat pembusukan ini
•
Jaringan yang busuk berwarna
merah jambu
•
Bila seludang daun dibuka, maka
terlihat warna merah pada tempat duduk seludang daun. Juga terlihat peritesia
cendawan
GEJALA PENYAKIT
•
Gejala pada tongkol berupa
pembusukan yang berwarna merah jambu berkembang dari ujung tongkol.
PENYEBAB PENYAKIT
Fusarium graminearum
Membentuk makrokonidia bersepta 3-7; dan
mikrokonidia bersepta dua
Bentuk sempurnanya Gibberella zeae
membentuk peritesium, askosporanya bersepta tiga agak bengkok
Fusarium moniliforme
Membentuk makrokonidia yang lebih
langsing dari F. graminearum. Mikrokonidianya bersel satu atau dua
Bentuk sempurnanya Gibberella
fujikuroi membentuk askospora bersel dua
SIKLUS PENYAKIT
•
Cendawan dapat bertahan dalam
sisa tanaman dan pada biji; mempunyai tanaman inang alternatif seperti padi,
tebu, sorghum, gandum, nenas, pisang, dan berbagai gulma.
•
Askospora maupun konidia pada
sisa tanaman atau inang alternatif dapat menjadi sumber inokulum primer.
•
Inokulum disebarkan oleh angin
atau air hujan. Infeksi terjadi pada akar, seludang daun, atau tongkol.
•
Infeksi dibantu oleh adanya
luka yang terjadi akibat serngga, nematoda, dan kerusakan mekanis.
PENGENDALIAN PENYAKIT
•
Pemupukan seimbang dapat
mengurangi insiden penyakit karena infeksi Fusarium lebih banyak pada
tanaman yang kondisinya lemah
•
Penelitian untuk mendapatkan
varietas resisten perlu dilakukan di Indonesia. Di luar negeri, pengendalian
penyakit dapat dilakukan dengan varietas resisten
Tidak membiarkan tongkol terlalu lama
mengering di lapangan
BUSUK TONGKOL DIPLODIA
Penyakit tersebar luas di Indonesia
terutama di Jawa. Disamping busuk
tongkol, patogen juga dapat menyebabkan busuk batang.
Pada umumnya kurang merugikan di daerah
tropis, tetapi cenderung merugikan pada daerah beriklim sedang
GEJALA PENYAKIT
Busuk tongkol dimulai dari terinfeksinya
beberapa biji jagung (tidak tampak) sampai busuknya seluruh tongkol dan kelobot
Busuk umumnya mulai dari pangkal ke
ujung tongkol
Diantara biji-biji terdapat miselium
jamur yang berwarna putih
GEJALA PENYAKIT
Busuk batang dan upih daun pada umumnya
baru tampak jelas setelah tanaman mengadakan penyerbukan
Pada upih daun terjadi bercak-bercak
ungu kemerahan sampai coklat tua, yang meluas ke buku dan bagian pangkal ruas
batang
Busuk batang umumnya mulai dari luka
pada upih atau tempat keluarnya akar adventif
Buku dan ruas batang yang warnanya
menjadi coklat tidak kelihatan dari luar karena tertutup oleh upih yang mati
dan berwarna pucat
PENYEBAB PENYAKIT
Diplodia maydis atau Stenocarpella maydis
Piknidium subepidermal berwarna coklat
sampai kehitaman dibentuk di bagian tempat duduk seludang daun atau bagian yang
membusuk pada tongkol jagung
Konidia yang dibentuk di dalam piknidium
bersel dua berwarna kecoklatan, berbentuk elip, agak bengkok
DAUR PENYAKIT
Patogen mempertahankan diri dalam biji
dan hidup sebagai saprofit pada sisa tanaman sakit; dapat bertahan selama 3
tahun di dalam jaringan batang jagung
Diplodia maydis hanya dapat menyerang
tanaman jagung
Infeksi pada tonggkol dapat mulai dari
tangkai tongkol, pangkal kelobot, atau ujung tangkai tongkol
Jika tongkol mendekati masak, pembusukan
menjadi lebih lambat dan berhenti sama sekali jika kadar biji mencapai kurang
dari 21%
Busuk tongkol atau batang umumnya
terjadi pada tanaman lemah, dan dibantu oleh kelebihan nitrogen dan kekurangan
kalium dalam tanah, tanaman yang terlalu rapat, adanya luka mekanik atau oleh
serangga
PENGENDALIAN PENYAKIT
Penanaman benih yang sehat
Mengusahakan kondisi pertanaman yang
seimbang (pemupukan dan jarak tanam)
Penanaman jenis yang tahan (di Indonesia
belum tersedia)
MAIZE ROUGH DWARF VIRUS (MRDV)
DISTRIBUSI GEOGRAFI
MRDV
telah dilaporkan terdapat di Eropa (Spanyol, Italia, Jerman), Asia (Cina, Iran,
Israel, Korea), Amerika Latin (Brasil, Argentina).
Belum
dilaporkan terdapat di Indonesia (masih merupakan OPTK-A1)
ARTI EKONOMI
Insiden
penyakit ini tercatat di Italia dari tahun ke tahun berkisar antara 1 – 30 %
dan kadang-kadang mEncapai 60% (Conti, 1983).
Kehilangan
hasil akibat infeksi MRDV bervariasi, tidak saja bergantung pada insiden
penyakit tetapi juga stadia tanaman saat terinfeksi virus.
Korelasi
yang negatif antara insiden penyakit dan hasil panen telah dilaporkan oleh
March et al. (1985).
Lovisolo
and Caciagli (1989) mengestimasi bahwa akan terjadi kehilangan sekitar 80 kg biji jagung per hektar per 1%
infeksi.
GEJALA PENYAKIT
Tanaman
tumbuh kerdil (dwarf), tampak lebih hijau gelap dibandingkan dengan
normal. Daun tumbuh tegak, permukaan
bawah daun menjadi bergelombang akibat terjadi enasi pada tulang daun (gall).
Phloem
pada akar bengkak secara internal sehingga mengakibatkan akar terbelah.
Tanaman
semacam ini tidak menghasilkan buah.
Bila
infeksi terjadi pada saat tanaman telah agak besar, kekerdilan tidak terlalu
tampak, enasi mungkin terjadi pada daun-daun bagian atas, buah mungkin
terbentuk tetapi ukurannya berkurang dengan biji sedikit.
Pada
strain virus tertentu dapat menyebabkan tanaman membentuk anakan yang sangat
banyak.
SIFAT VIRUS
Di dalam
inang, MRDV hanya ditemukan pada phloem dan phloem parenchyma sepanjang sistem
pembuluh vascular.
Partikel
virus berbentuk bulat dengan diameter sekitar 70 nm (Maramorosch et al., 1969;
Francki et al., 1985).
Genom
MRDV terdiri dari 10 segmen double-stranded RNA (dsRNA), dengan berat molekul
berkisar antara 1.08 sampai 2.88 mDa (Reddy et al., 1975).
PENULARAN VIRUS
MRDV
ditularkan oleh wereng Laodelphax striatellus secara persisten, bereplikasi
pada sitoplasma sel inang mapun tubuh vektor.
Makan akuisisi pada tanaman sakit minimal satu hari, masa laten pada
tubuh vektor bervariasi dari 10 sampai 30 hari bergantung pada lama akuisisi
dan suhu, makan inokulasi minimal 5 jam.
Setelah menjadi infektif, vektor dapat menularkan virus sepanjang hidupnya. Efesiensi Laodelphax striatellus menularkan
MRDV sekitar 50%. Penularan mungkin
transovarial (4% oleh Harpaz and Klein, 1969; dan 0% oleh Lindsten and Conti,
1977)
MRDV
isolat Iran dilaporkan dapat ditularkan melalui
spesies wereng lain yaitu Ribautodelphax notabilis (Izadpanah et al.,
1983).
Virus
tidak ditularkan melalui sap, walaupun sedikit penularan dapat dilakukan dengan
tusukan jarum (Harpaz, 1972). Penularan MRDV melalui benih belum pernah
dilaporkan walaupun sudah banyak usaha yang dilakukan (Milne and Lovisolo,
1977).
EKOLOGI
Di
Italia, inang utama wereng vektor MRDV adalah Digitaria sanguinalis dan Echinochloa
crusgalli, yang tumbuh sebagai gulma di pinggir lahan atau sepanjang
pinggir jalan.
Jagung,
secara umum, adalah bukan sumber MRDV yang baik karena wereng jarang makan pada
tanaman jagung dan mereka tidak berkembang biak pada tanaman ini (Conti, 1983).
Di
Israel, Cynodon dactylon (atau rumput Bermuda) diyakini mempunyai
peranan penting sebagai sumber MRDV alami (Harpaz, 1972).
CARA PENYEBARAN
Bagian
tanaman yang mungkin membawa serangga vektor pada saat
transportasi/perdagangan:
- Flowers/inflorescences/cones/calyx: borne
internally; invisible.
- Leaves: borne internally; visible to naked
eye.
- Seedlings/micropropagated plants: borne
internally; visible to naked eye.
- Roots: borne internally; invisible.
- Stems (above ground)/shoots/trunks/branches:
borne internally; invisible.
DETEKSI VIRUS
Sudah
tersedia antiserum untuk mendeteksi MRDV (Luisoni et al., 1975; Boccardo
and Milne, 1981).
Berbagai
macam teknik serologi seperti agar gel double diffusion (Wetter et al.,
1969), immuno-electron microscopy (Milne and Luisoni, 1977), and enzyme-linked
immunosorbent assay (ELISA) (Caciagli et al., 1985) dapat digunakan
secara rutin untuk deteksi dan identifikasi MRDV baik pada tanaman maupun
vektor
MOSAIK KERDIL JAGUNG
(MAIZE DWARF MOSAIC)
GEJALA PENYAKIT
Daun tanaman sakit mempunyai garis
klorotik putus-putus berwarna hijau muda atau kuning
Tanaman terserang terhambat
pertumbuhannya
Pembentukan dan perkembangan tongkol
terganggu sehingga tanaman tidak menghasilkan
PENYEBAB PENYAKIT
Maize dwarf mosaic virus (MDMV) termasuk
group potyvirus, mempunyai partikel berbentuk batang lentur 12 x 750 mm, genomnya RNA rantai tunggal
PENYEBAB PENYAKIT
Dapat ditularkan secara nonpersisten
oleh lebih dari 15 jenis kutu daun diantaranya adalah Schizaphis graminum
dan Aphis maidiradicis
Juga dapat ditularkan melalui benih
jagung; dan melalui cairan perasan
Disamping jagung, sorghum dan rumpun Johnson
dapat menjadi inang
PENGENDALIAN PENYAKIT
Pengendalian dapat dilakukan dengan
penanaman varietas resisten, pengendalian vektor, atau pemusnahan gulma dan
tanaman terinfeksi
TUMBUHAN PARASIT (Striga spp)
Terdapat 60 species tumbuhan parasit
pada tanaman budidaya. Tetapi yang parasit pada tanaman jagung hanya dua
spesies
Striga hermatica adalah spesies yang tersebar luas dan menyebabkan kerugian di
Afrika dan di Asia
Striga asiatica juga dilaporkan tersebar luas di Asia maupun belahan dunia lain
Tanaman jagung yang terparasit
memperlihatkan gejala seperti kekurangan air dan nutrisi walaupun cukup air
maupun pupuk
Tumbuhan parasit tumbuh di sebelah
tanaman jagung. Bila dilihat di bawah tanah maka tumbuhan ini tumbuh pada akar
tanaman jagung
Benih Striga spp. butuh 3-18
bulan untuk dormansi dan dapat bertahan sampai 20 tahun dalam kondisi lapang
Perkecambahan benih Striga
terjadi bila terdapat rangsangan senyawa yang dikeluarkan oleh akar jagung
Jika kecambah ini menyentuh akar jagung,
maka akan membentuk haustorium yang dalam 8-24 jam mampu mencapai jaringan
xylem
Benih parasit ini disebarkan melalui
tanah yang terinfestasi
Pemupukan yang cukup, jarak tanam yang
tidak terlalu lebar, pemakaian herbisida selektif
PENYAKIT PADA CABAI
1.
ANTRAKNOSA
•
Penyakit yang paling merugikan
•
Di banyak negara dianggap sebagai dua penyakit :
antraknosa (Gloeosporium) dan busuk
matang (Colletotrichum)
Gejala
:
G.
piperatum:
•
Dapat menyerang buah yang masih hijau
•
Dapat menyebabkan mati ujung (die back)
•
Mula-mula terdapat bintik-bintik kecil kehitaman dan berlekuk
•
Tepinya berwarna kuning, membesar dan memanjang, tengahnya semakin gelap
•
Aservulus dalam lingkaran-lingkaran sepusat, membentuk konidia berwarna
merah jambu
C.
capsici :
•
Bercak coklat kehitaman, meluas menjadi busuk lunak
•
Di tengah bercak ada titik-titik hitam: setae dan konidia
•
Menyerang ranting muda; mati ujung (die-back)
Patogen :
Gloeosporium piperatum
•
Aservulus dalam sel epidermis/sub epidermis, terbuka, bulat/bulat
panjang, kuning jingga/merah jambu
•
Konidium bersel satu, hialin, batang, ujung membulat
Colletotrichum
capsici
•
Aservulus banyak, di bawah /pada permukaan kutikula, hitam, banyak setae
•
Setae coklat tua, bersekat, kaku, meruncing ke atas
•
Konidium hialin, silindris, ujung tumpul atau bengkok seperti bulan sabit
•
Membentuk sklerotium dalam jaringan yang sakit atau dalam medium
Daur
penyakit dan faktor-faktor yang berpengaruh
•
Cendawan bersifat laten; menginfeksi biji, bertahan dalam tanaman yang
tumbuh dari biji terinfeksi
•
Bertahan dalam sisa-sisa tanaman
•
Konidia disebarkan angin
•
Bercak berkembang paling baik pada suhu 30 oC; sporulasi G.
piperatum pada 23 oC, C. capsici pada 30 oC
Pengendalian
•
Tidak menanam biji dari buah yang terinfeksi
•
Sanitasi
•
Fungisida : Topsin M70WP, Antila 80 WP, Dithane M-45 80WP Velimex 80WP,
dll
BERCAK
DAUN CERCOSPORA
•
Banyak terdapat pada cabai merah
•
Penyakit penting di dataran tinggi, terlebih pada paprika
•
Tersebar luas tetapi tidak dianggap berbahaya
Gejala
:
v Pada daun terdapat bercak bulat
kecil, kebasahan
v Bercak dapat meluas hingga
berdiameter 0,5 cm atau lebih
v Pusat bercak berwarna pucat sampai
putih, tepi lebih gelap
v Apabila banyak bercak, daun cepat
gugur
v Pada kondisi yang sangat lembab,
bercak dapat mencapai batang, tangkai daun maupun tangkai buah (tetapi jarang
pada buah)
Penyebab
penyakit dan faktor-faktor yang berpengaruh
Patogen
: Cercospora capsici
•
konidium berbentuk gada panjang, bersekat 3-12, konidiofor pendek
•
C. capsici
terbawa oleh biji, dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman selama satu musim
•
Penyakit tidak banyak muncul pada musim kemarau atau di lahan dengan
drainase baik
•
Penyakit cenderung lebih banyak pada tanaman tua
Pengendalian
•
Sanitasi
•
Fungisida yang terdaftar : Anvil 50 SC, Daconil 75 WP, Score 250 EC,
Topsin M 70 WP, Vondozeb 420 SC, Velimex 80 WP, dll
PENYAKIT
TEPUNG (Powdery mildew)
Ø Tersebar luas di banyak negara
penanam cabai
Ø Umum terdapat di wilayah yang
hangat dan kering
Ø Di wilayah lain jarang menimbulkan
kerusakan berat
Ø Pertama kali terlihat di Florida,
Amerika Utara tahun 1971
Ø Peneliti Belanda: hubungan
langsung antara persentase infeksi pada daun dengan kehilangan hasil (1%
infeksi pada daun ~ 1% kehilangan hasil)
Ø Di rumah kaca, di Amerika Utara,
kehilangan hasil umumnya antara 10-15%
Lebih
dari 1000 spesies dari beberapa famili tanaman rentan terhadap cendawan tepung
Gejala
:
•
Pada sisi bawah daun yang tua terdapat lapisan tepung berwarna putih
•
Bagian daun yang bertepung menguning membentuk bercak-bercak
•
Daun menjadi pucat dan cepat rontok
Penyebab
penyakit dan faktor-faktor yang berpengaruh
Patogen
: Leveillula taurica (Oidiopsis sicula)
v Miselium berkembang di dalam
jaringan daun
v Konidiofor membentuk berkas,
muncul dari mulut daun, bercabang-cabang, ramping, panjang
v Spora tersebar melalui angin
v Berbeda dengan penyakit tepung
pada tomat atau ketimun; embun tepung pada cabai awal pertumbuhannya tidak
terlihat, di dalam jaringan daun, laten hingga 21 hari
v Infeksi terjadi pada suhu 19-33 oC
dengan kelembapan tinggi atau rendah
Pengelolaan
penyakit :
•
Sanitasi lahan
•
Monitoring, embun tepung terjadi mulai dari daun tua, pada bagian bawah
•
Hingga saat ini belum ada varietas cabai yang tahan
•
Gunakan fungisida protektan pada saat penyakit pertama kali terlihat dan
selanjutnya gunakan fungisida yang diijinkan
•
Buang daun-daun atau tanaman yang pertama terserang dengan hati-hati,
tetap menjaga kebersihan karena cendawan ini mampu bertahan dalam sisa-sisa
tanaman
PENYAKIT PADA KUBIS
AKAR
GADA (CLUB ROOT)
F Pertama kali ditemukan dan
diteliti oleh Woronin (Rusia) tahun 1872
F Di Indonesia pertama kali
diketahui di Lembang, Bandung tahun 1975
F Dapat menimbulkan kerugian yang
sangat besar, hasil tidak dapat dijual
F Dapat menjangkiti tanaman lain
dari famili kubis-kubisan
F Hanya menjangkiti tanaman dari
famili kubis-kubisan
Gejala
:
•
Sel-sel akar yang terinfeksi membelah dan membesar sehingga terbentuk
bintil
•
Bintil-bintil menyatu membentuk bengkakan memanjang seperti gada (batang
pendek)
•
Pengangkutan hara dan air terganggu, tanaman merana, daun cepat layu
•
Pada saat gejala bagian atas mulai tampak, akar biasanya sudah sangat
rusak
Penyebab
penyakit dan faktor- faktor yang berpengaruh
Patogen
: Plasmodiophora brassicae
ü Cendawan membentuk spora istirahat
berbentuk bulat, hialin
ü Spora tahan berkecambah membentuk
zoospora (spora kembara) yang mempunyai 2 bulu cambuk
ü Di dalam akar badan cendawan
berbentuk plasmodium
ü Spora istirahat dapat bertahan
hidup lebih dari 10 tahun
ü Patogen dapat tersebar melalui air
irigasi, alat-alat pertanian, tanah, hewan, bibit dan pupuk kandang
ü Patogen tidak terbawa biji
Pengelolaan
penyakit :
F Mencegah masuknya patogen ke
wilayah yang belum terinfestasi
F Pembibitan dibuat di lokasi bebas
patogen
F Meningkatkan pH tanah dengan
pengapuran
F Aplikasi fungisida yang terdaftar
: Basamid G, Bavistin 50 WP
BUSUK
HITAM (BLACK ROT)
C Terdapat di semua daerah kubis di
seluruh dunia
C Menimbulkan kerugian yang besar
C Di Indonesia pertama kali
dilaporkan tahun 1931 di Sumatera Utara
Gejala
:
•
Tepi daun terdapat daerah berwarna kuning, selanjutnya meluas ke bagian
tengah
•
Tulang daun berwarna coklat tua atau hitam
•
Daun yang sakit mengering, seperti selaput, tulang daun berwarna hitam
Penyebab
penyakit dan faktor- faktor yang berpengaruh
Patogen
: Xanthomonas campestris pv. campestris
Ä Bakteri berbentuk batang, tidak
membentuk spora, bergerak dengan satu flagellum polar
Ä Bakteri bertahan pada biji, dalam
tanah, pada tumbuhan inang lain dan dalam sisa-sisa tanaman sakit
Ä Bakteri masuk melalui hidatoda
atau luka pada daun
Ä Infeksi melalui mulut kulit/daun
jarang terjadi
Pengelolaan
penyakit :
! Menanam benih sehat, dibuat di
daerah beriklim kering
! Perlakuan benih dengan air panas
(hot water treatment), 50 oC selama 30 menit
! Pergiliran tanaman dengan tanaman
bukan kubis-kubisan, minimal 3 tahun
! Sanitasi
! Penggunaan mulsa
Busuk Kaki Hitam
(Black
Leg/Phoma Stem Canker)
ü Penyakit tersebar di seluruh dunia
ü Dapat berakibat serius di daerah
beriklim sedang dan di dataran tinggi di wilayah tropis
ü Brassica juncea, B. carinata, B.
nigra lebih tahan
Gejala
dan tanda penyakit:
•
Gejala dapat terlihat pada kotiledon dan daun pertama
•
Gejala yang parah dapat menyebabkan “damping-off” pada kecambah
•
Pada daun terdapat bercak bulat atau tidak beraturan (dibatasi tulang
daun), berwarna abu-abu dengan bagian tepi lebih gelap
•
Di tengah bercak terdapat bintik-bintik hitam yang merupakan piknidia
cendawan
•
Pada suhu dan kelembaban yang mendukung, piknidia akan mengeluarkan massa
spora berwarna pink
•
Gejala dapat terjadi pada daun dan batang, berupa busuk kering berwarna
coklat atau hitam
•
Busuk kering atau kanker melebar sekeliling batang atau akar, tanaman
layu
Patogen
: Leptosphaeria maculans
(imperfect: Phoma lingam)
ü Pseudothesia berbentuk bulat,
berwarna hitam dengan ostiol
ü Askus bitunicate (berdinding
ganda), silindris atau seperti gada
ü Askospora hialin hingga kuning
kecoklatan, bersekat 5, memiliki 2 seri, silindris atau lonjong, terdapat satu
atau lebih struktur seperti tetesan minyak
ü Pseudoparaphyses hialin, bersekat,
berbentuk ramping
Busuk
lunak (Bacterial soft rot)
v Bakteri busuk lunak dapat
menginfeksi hampir semua buah dan sayuran yang lunak
v Menyebabkan kehilangan hasil yang
cukup signifikan secara ekonomis
v Penyakit cepat berkembang pada
wilayah beriklim hangat dan lembab; paling serius di daerah tropik, subtropik
yang lembab
v Kehilangan hasil dapat terjadi di
lapangan dan terlebih selama penyimpanan dan transportasi
v Tanaman yang banyak diserang: sawi
putih (chinese cabbage), pak choi, kubis putih, cauliflower, broccoli dan lobak
Patogen:
Erwinia
carotovora var.
carotovora
Pseudomonas
marginalis pv.
marginalis
Kedua
bakteri menghasilkan enzim pektolitik yang menghancurkan lamela tengah antar
sel sehingga selnya saling lepas
Gejala:
Ø Terdapat bercak kebasahan berwarna
krem yang meluas dengan cepat sehingga jaringan menjadi busuk dan hancur
Ø Biasanya terjadi robekan jaringan
yang mengeluarkan cairan berlendir dan akan berubah warna menjadi merah karat,
abu-abu atau coklat tua
Ø Pseudomonas marginalis menyebabkan busuk lunak berlendir
dan basah dengan bau yang tidak enak pada kubis
Ø Busuk lunak pada batang disebut
“hollow stalk” (batang kosong/hampa)
Ø Busuk bunga (head rot) pada
broccoli dan cauliflower terjadi setelah hujan.
Mula-mula terjadi bercak kecil, hitam kebasahan dan menyebar dengan
cepat
Ø Busuk bunga berkembang cepat pada
suhu 22 – 28 oC
Siklus
penyakit:
v E. carotovora var. carotovora bertahan
hidup terutama pada sisa tanaman atau bersifat laten dalam jaringan tanaman
sehat
v Kemungkinan dapat juga bertahan
dalam rizosfer
v Bakteri dapat disebarkan oleh
serangga, air irigasi atau alat pertanian
v P. marginalis pv. marginalis merupakan
bakteri tular tanah
v Penyakit dapat berkembang cepat
walaupun dalam penyimpanan pada suhu mendekati 0 oC
v Busuk lunak berkembang paling
cepat pada suhu diatas 10 oC
Pengendalian:
ü Rotasi tanaman dengan serealia
atau tanaman tahan
ü Kultur teknis: menanam pada lahan
dengandrainase baik, meninggikan bedengan, memperlambat masa tanam dan
mengurangi kepadatan tanaman
ü Saat panen tanaman dalam kondisi
kering
ü Hindarkan pelukaan saat panen,
pisau/alat panen harus sering didesinfeksi
ü Perlakuan denganbahan kimia tidak
efektif
ü Kubis dapat disimpan hingga 10
bulan pada 0-1 oC dan RH 95%; cauliflower dapat disimpan hingga 6
minggu pada 0 oC dan RH 95%
ü Pengendalian dengan atmosfer
terkendali 2-6% CO2 dan 1-5% O2 tidak efektif karena
busuk lunak tetap berkembang pada konsentrasi O2 kurang dari 1,5%
Bercak daun alternaria (black spot)
§ Nama lain penyakit ini: black spot, gray leaf spot, dark leaf spot,
pod spot, Alternaria blight
§ Pada canola di Kanada, kehilangan hasil bisa mencapai 30%
Patogen:
Alternaria brassicae, A.
brassicicola dan A. japonica (= A.
raphani)
ü Konidia A. brassicae lebih panjang dibanding kedua patogen
yang lain dengan sekat membujur 0 - 3
ü Konidia A. brassicae dibentuk secara sendiri-sendiri atau
dalam untaian hingga 4 konidia
ü Konidia A. brassicicola dibentuk dalam untaian hingga 20
konidia atau lebih; A. japonica dalam untaian hingga 6 konidia
Gejala:
v Pada daun terdapat bercak kecil berwarna hitam yang meluas dan
berwarna coklat hingga abu-abu
v Sering tampak adanya ‘halo’ klorotik, dan lingkaran konsentris
v Penyakit banyak terdapat pada daun tua
Siklus penyakit dan epidemiologi:
v Patogen hidup secara saprofit pada sisa tanaman sakit dan sebagai
sumber inokulum primer
v Konidia disebarkan oleh angin, percikan air hujan dan aliran air
v Cendawan terbawa biji (seedborne); pada persemaian dapat menyebabkan
rebah kecambah (damping off)
v A. brassicicola membutuhkan suhu yang
lebih tinggi dibanding A. brassicae untuk perkecambahan spora,
perkembangan gejala dan produksi konidia
v A. brassicae terutama menginfeksi
melalui stomata sedangkan A. brassicicola menginfeksi melalui stomata
maupun epidermis secara langsung
Pengendalian:
ü dapat mengendalikan penyakit ini
ü Pembenaman sisa tanaman dapat mempercepat dekomposisi dan mengurangi
sumber inokulum
ü Benih yang bebas patogen; perlakuan dengan air panas
ü Aplikasi fungisida yang direkomendasikan secara bijaksana
PENYAKIT PADA BAWANG DAUN
1.
Bercak Ungu (Purple Blotch)
☻
Penyakit tersebar luas di
dunia
☻
Di Indonesia mulai
dilaporkan tahun 1930 di Cipanas (Leefmans 1933)
☻
Disebut juga sebagai
penyakit ‘trotol’
☻
Dapat menyerang bawang putih
yang ditanam pada musim hujan
Patogen:
Alternaria porri
Gejala:
Ø
Terdapat bercak kecil
cekung, berwarna putih sampai kelabu
Ø
Bercak membesar,
berbentuk oval, warna coklat hingga keunguan dan terdapat zona konsentris
Ø
Tepi bercak agak merah
atau ungu dikelilingi warna kuning
Ø
Jika cuaca lembab, permukaan
bercak tertutup oleh struktur cendawan berwarna coklat hingga abu-abu tua
Siklus penyakit dan epidemiologi:
§ Cendawan dapat tumbuh pada kisaran suhu 6 – 34 oC; optimum 25 oC
§ Untuk sporulasi memerlukan kelembaban lebih dari 90%
§ Daun yang lebih tua lebih rentan dibanding daun muda
§ Cendawan bertahan hidup antar musim dalam bentuk miselia di dalam
sisa tanaman yang terserang
Pengendalian:
q Penanaman pada lahan dengan drainase baik, pergiliran tanaman,
mengurangi kerapatan tanaman
q Gunakan fungisida yang terdaftar
2.
Busuk daun (Downy mildew)
Disebut juga sebagai penyakit “embun
bulu”, “embun tepung” atau “tepung palsu”
Dapat menimbulkan kerugian yang besar
pada pertanaman bawang merah di Jawa
Patogen:
Peronospora destructor
ü Sporangiofor tidak bersekat, muncul dari stomata, bercabang 2-6
ü Sporangia berbentuk seperti buah pir, berdinding tipis
Gejala:
Pada daun tua terdapat bercak hijau
pucat
Pada kondisi lembab, terdapat
pertumbuhan seperti bulu halus berwarna ungu keabu-abuan
Daun yang terserang menguning dan
mati
Faktor yang mempengaruhi penyakit:
Ø Penyakit terutama berkembang pada musim hujan bila udara sangat
lembab dan suhu malam hari rendah
Ø Untuk memulai infeksi cendawan membutuhkan suhu kurang dari 22 oC
dan RH lebih dari 95%
Ø Spora dibentuk pada malam hari
Pengendalian:
§ Tanam benih yang sehat
§ Sanitasi dengan membakar daun yang terserang
§ Irigasi permukaan lebih dianjurkan dibanding penggunaan sprinkler
§ Aplikasi fungisida yang terdaftar diilakukan bergantian atau rotasi
PENYAKIT PADA BUNCIS
1.
Antraknosa
•
Penyakit tersebar luas di
pertanaman buncis di dunia, juga di Indonesia
•
Kerugian hasil terjadi
karena serangan pada polong
Patogen:
Colletotrichum lindemuthianum
(= Gloeosporium lindemuthianum)
Gejala:
•
Infeksi pada polong
menyebabkan adanya bercak cekung berwarna coklat tua
•
Pada kondisi lembab,
bercak tertutup spora berwarna pink
•
Pada biji yang terinfeksi
muncul bercak coklat pada kulitnya. Jika biji tumbuh, pada keping bijinya
seringkali terdapat bercak
Siklus penyakit dan epidemiologi:
§ Cendawan bertahan dalam sisa tanaman sakit dan dalam biji
§ Spora (konidia) disebarkan oleh percikan air hujan terutama yang
disertai angin
§ Kacang panjang juga dapat menjadi inang patogen ini
§ Infeksi terjadi pada kelembaban lebih dari 92% dan suhu 17 oC; suhu
diatas 27 oC menyebabkan tidak terjadi infeksi
Pengendalian:
•
Menanam biji yang sehat
•
Rotasi dengan tanaman
bukan inang selama 2-3 tahun
•
Drainase yang baik,
tanaman tidak terlalu rapat, menanam pada musim kering
•
Aplikasi fungisida yang
dianjurkan
2.
Karat (rust)
•
Penyakit karat pada
buncis tersebar luas di semua negara
•
Di Indonesia sudah
ditulis oleh Raciborski tahun 1900
•
Penyakit juga penting di
Malaysia, Thailand, Singapura, Philipina, dan Queensland
Patogen:
Uromyces phaseoli var. typica (U. appendiculatus)
§ Urediospora bulat atau jorong, bersel satu, berduri
§ Teliospora bulat atau jorong, bertangkai, bersel satu
§ Cendawan mempunyai 20 ras fisiologis di seluruh dunia
Gejala:
•
Pada daun terdapat pustul
bulat, kecil, berwarna coklat kemerahan, menonjol
•
Mula-mula pustul berwarna
hijau muda kemudian merobek epidermis untuk menghasilkan spora (uredospora)
dalam jumlah besar yang tampak seperti tepung berwarna coklat kemerahan
•
Pustul berupa titik
hingga diameter mencapai 1-2 mm
•
Pustul yang besar
biasanya dikelilingi ‘halo’ berwarna kuning
•
Jika cuaca dingin, massa
spora menjadi berwarna hitam
Siklus penyakit:
§ Cendawan bertahan hidup dari musim ke musim dalam bentuk
urediospora; teliospora dan aesiospora jarang terbentuk
§ Urediospora dipencarkan oleh angin, alat-alat pertanian dan manusia
§ Spora berwarna gelap, berdinding tebal sehingga dapat bertahan dalam
jangka waktu lebih lama
§ Urediospora masuk ke dalam jaringan tanaman melalui stomata
§ Cuaca yang sejuk dan lembeb sangat mendukung infeksi; adanya kabut
dan embun merupakan kondisi yang ideal
§ Diantara varietas buncis terdapat perbedaan ketahanan (Green Leaf,
Stream Line…..tahan)
Pengendalian:
§ Sanitasi dengan mengubur sisa-sisa tanaman segera setelah panen
§ Menanam varietas yang tahan
§ Aplikasi fungisida yang direkomendasikan
PENYAKIT PADA MENTIMUN
1.
Busuk daun (downy mildew)
§ Penyakit ini sering juga disebut “embun bulu”
§ Merupakan penyakit terpenting pada jenis labu-labuan (Cucurbitaceae)
§ Tersebar di seluruh dunia
§ Pada mentimun di dataran rendah intensitas penyakit 5 -20%
§ Merupakan penyakit penting di Malaysia, Thailand, Filipina,
negara-negara Pasifik Selatan, dan India
§ Di Indonesia sudah dikenal sejak 1902
Patogen:
Pseudoperonospora cubensis
(Peronospora cubensis)
v Cendawan merupakan parasit obligat
v Sporangiofor bercabang-cabang, sporangia ungu kelabu atau ungu
kecoklatan, bulat telur, berdinding tipis
v Sporangium berkecambah membentuk zoospora
v Cendawan bertahan hidup dari musim ke musim karena adanya inang yang
selalu tersedia
v Spora disebarkan oleh angin, infeksi terjadi melalui stomata
v Infeksi hanya terjadi jika kelembaban 100%
Gejala:
v Pada daun terdapat bercak kecil berwarna kuning pucat
v Bercak melebar, bulat dan mengering berwarna coklat, seringkali
dibatasi tulang daun
v Pada kondisi lembab terdapat pertumbuhan cendawan berwarna keunguan
di permukaan bawah daun
v Daun yang terserang menggulung, berkerut dan mati
Pengendalian:
§ Sanitasi dengan membongkar tanaman yang terserang berat kemudian
dibakar atau dikubur dalam tanah
§ Dainase yang baik dan mengatur jarak tanam
§ Fungisida yang mengandung tembaga atau belerang tidak dianjurkan
2.
Bintil akar (Root knot)
•
Penyakit dapat terjadi
pada berbagai tanaman; di Australia (Queensland): pisang, kacang-kacangan, cabai,
carnation, wortel, seledri, krisan, cucurbitaceae, terong, jahe, anggur,
pepaya, nenas, strawberry, tomat, dll
•
Penyakit tersebar di
seluruh dunia, umum terdapat dalam tanah
•
Penyakit didukung oleh
cuaca hangat atau panas
Patogen:
Meloidogyne spp.
Gejala:
Gejala di atas permukaan tanah tidak
khas
Tanaman terhambat pertumbuhannya,
layu atau klorosis
Pada akar terbentuk puru atau
bintil-bintil berdiameter 1-10 mm
PENYAKIT PADA TOMAT
1. Bercak coklat/bercak kering/bercak daun
alternaria (early blight)
§ Penyakit disebabkan oleh patogen yang sama dengan patogen bercak
coklat pada kentang
§ Di Jawa dan Sumatera, penyakit terdapat di dataran rendah maupun
dataran tinggi
§ Penyakit ini umum di Indonesia, tetapi belum diteliti secara khusus
Patogen : Alternaria solani
Gejala :
ü Pada daun timbul bercak kecil, bulat atau bersudut, coklat tua-hitam
ü Pada bercak terdapat lingkaran-lingkaran konsentris
ü Terdapat “halo” di sekitar bercak
ü Jika pada daun terdapat banyak bercak ………. Daun menjadi cepat tua,
layu atau gugur lebih awal
ü Pada batang terjadi bercak gelap dengan lingkaran konsentris
ü Infeksi pada percabangan, cabang mudah patah
ü Infeksi pada buah terjadi dekat tangkai berupa bercak yang tampak
mengendap (berlekuk)
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit
:
•
Konidia berkecambah pada
suhu 6-34 oC; suhu optimum 28-30 oC (di dalam air pada suhu ini berkecambah
dalam 35-45 menit
•
Cendawan langsung
menembus kutikula
•
Pembentukan konidia pada
saat banyak embun atau sering turun hujan
•
Tanaman lemah, penyakit
meningkat
•
Tanaman rentan saat mulai
pembentukan buah
•
Tanaman yang berbuah
banyak cenderung > rentan
Pengendalian :
v Pemupukan seimbang
v Perlakuan benih; disinfestasi biji
v Pembibitan jangan terlalu rapat dan lembab
v Fungisida tembaga kurang efektif; Amistartop 325 SC, Anvil 50 SC,
Folicur 25 WP, Polycom 70 WG, Score 250 EC Checkpoint 75 WP
2. Embun tepung (Powdery Mildew)
Ø Pertama kali ditemukan di
California, USA tahun 1978
Ø Penyakit terbatas pada
wilayah yang hangat dan lembab di Asia, Afrika Utara dan Barat daya Amerika
Ø Pengurangan hasil 10 – 90%
Patogen :
Oidiopsis sicula Scalia (= O. taurica E.S. Salmon)
Aseksual : Leveillula taurica
(Lev) G. Arnaud
Gejala :
v Bagian atas daun berwarna hijau muda – kuning cerah
v Tengah bercak terbentuk nekrosis, kadang konsentris seperti pada
Alternaria
v Bagian bawah terdapat tepung putih
Siklus Penyakit dan Epidemiologi:
Ø Inang luas : Alium cepa, Capsicum annuum, Physalis sp,
Sonchus oleraceus, Gossypium hirsutum dll.
Ø Konidia berkecambah pada kisaran suhu 10 – 35 oC
Ø Konidiofor muncul dari stomata, satu konidia/konidiofor, konidia
terbawa angin
Ø Suhu di atas 30 oC memacu perkembangan penyakit
Pengendalian :
Gunakan fungisida yang
direkomendasikan
3. Layu bakteri (Bacterial wilt)
q Penyakit yang paling merusak pada tomat,juga di Indonesia
q Tersebar luas di daerah tropika
q Di Taiwan, kejadian penyakit 15-55%; di India, 10-100% (saat musim
panas)
q Tidak ada pestisida, selain fumigan
q Di Indonesia umum terdapat pada tomat dataran rendah
Patogen : Ralstonia solanacearum (ras 1)
Inang lain :
•
terung, paprika, tembakau, jahe, kacang tanah, dll
•
Lebih dari 50 famili: sayuran, buah-buahan, tanaman hias, tanaman
tahunan
Gejala :
v Gejala awal: beberapa daun muda layu
v Pada batang terdapat banyak akar adventif
v Berkas pembuluh berwarna coklat
v Bila batang dipotong akan keluar massa bakteri seperti lendir
berwarna putih susu (oose); di dalam gelas berisi air jernih akan terlihat
seperti benang-benang putih halus
v Adanya oose membedakan dengan penyakit layu fusarium
Faktor-faktor yang mempengaruhi
penyakit :
§ Bakteri menginfeksi melalui luka
§ Inangnya banyak : tembakau cabai, kentang, kacang tanah, gulma
terung-terungan (takokak)
§ Penyakit dibantu adanya suhu tinggi; di dataran rendah lebih berat
§ Pupuk kandang yang belum matang dapat membawa bakteri
§ Varietas Intan, Ratna, Arthaloka termasuk agak tahan atau tahan
§ Perkembangan R. solanacearum didukung oleh adanya suhu dan
kelembaban yang tinggi
§ Penyakit kurang berkembang pada suhu < 20 oC
§ Patogen menyukai tanah masam (pH < 7.0)
§ Keberadaan nematoda (Meloidogyne sp.) memacu perkembangan
penyakit
**)
Faktor-faktor penting dalam strategi PHT penyakit layu bakteri/ busuk coklat oleh Ralstonia solanaceaum
ras 1 atau ras 3
Faktor yang
digunakan dalam strategi pengendalian
|
Bobot faktor
|
|
Ras 1
|
Ras 3
|
|
Varietas
tahan/toleran
|
2
|
3
|
Iklim dingin
|
1
|
2
|
Benih sehat
|
3
|
3
|
Tanah bebas R.
solanacearum
|
7
|
7
|
Tanah supresif
|
2
|
4
|
Rotasi cepat
|
1
|
4
|
Jarak tanam
|
2
|
3
|
Waktu tanam
|
1
|
3
|
Pengendalian/ketahanan
nematoda
|
4
|
2
|
Tanah
kering/panas
|
3
|
2
|
Solarisasi
|
1
|
1
|
Pencabut tanaman
liar
|
2
|
4
|
Pencabutan
tanaman layu
|
1
|
2
|
Fumigan
|
3
|
5
|
Pengendalian
penyebaran dalam air
|
3
|
3
|
Pengolahan tanah
minimal
|
2
|
1
|
Perbaikan tanah
|
1
|
1
|
Pengendalian
gulma inang
|
3
|
2
|
Rekomendasi AVRDC
(Asian Vegetable Research Development
Center)
1.
Pilih lahan yang bersih
•
Belum pernah ada serangan
layu bakteri
•
Lakukan rotasi tanaman
dengan padi atau tanaman bukan inang (jagung, kacang hijau, wortel, bawang
merah, bawang putih, asparagus, kubis, bayam, brokoli, parea, labu)
•
Topografi datar dan drainase
baik
•
Bebas dari aliran air dalam
hamparan yang terinfestasi
2.
Penekanan patogen pada
lahan terinfeksi
•
Lakukan rotasi tanaman
dengan padi atau tanaman kubis-kubisan
•
Menggenangi lahan 1 – 3
minggu sebelum tanam tomat
•
Perlakuan tanah yang menekan
layu bakteri; aplikasi urea dan kapur
3.
Tanam varietas tahan dan
bibit bebas penyakit
•
Pilih varietas tomat yang
tahan dan sudah diuji di lokasi pertanaman; Arthaloka
•
Jika varietas tahan tidak
ada, lakukan penyambungan dengan batang bawah yang tahan; untuk lahan tergenang
gunakan terung
•
Gunakan bibit yang sehat dan
bebas penyakit
4.
Cegah penyebaran di
lapangan
•
Buang dan musnahkan tanaman
yang terinfeksi
•
Kurangi frekuensi irigasi
dan jumlah air
•
Setelah hujan, lahan segera
dikeringkan
•
Isolasi bagian lahan yang
terserang
•
Sterilisasi alat-alat
pertanian; dengan alkohol 70%
Pengendalian hayati R.
solanacearum
Actinomycetes
Bacillus
polymixa
Bacillus
subtilis
Burkholderia
glumae
Erwinia
spp.
Pseudomonas
aeruginosa
Pseudomonas
fluorescens
Ralstonia
solanacearum, spontaneous avirulent mutants (EPS-negative)
R.
solanacearum, artificial mutants, EPS+
Stenotrophomonas maltophilia
Streptomyces
mutabilis
4. Kanker Bakteri (Bacterial Canker)
v Merupakan penyakit penting yang tersebar luas di dunia
v Semua jenis tomat dapat terserang; pada saat pindah tanam
(transplant) dan tanaman yang dipangkas
v Penyakit pertama kali ditemukan di Michigan, USA tahun 1909 oleh
E.F. Smith
v Setelah 1927 menyebar ke wilayah lain
v Di Indonesia dilaporkan keberadaannya di Jawa Barat tahun 2002
tetapi belum di publikasikan
Patogen :
Clavibacter michiganensis pv. michiganensis
Gram positif, tidak membentuk spora,
aerob, sel berbentuk batang pendek, koloni pada NA berwarna kuning dengan
diameter 2-3 mm setelah 5 hari
Gejala :
Ø Layu sistemik
Ø Daun bawah layu, tepinya mengalami nekrosis
Ø Terbentuk akar adventiv
Ø Batang bagian luar mengalami perubahan warna dan terbentuk kanker
pada kondisi tertentu (seringkali tidak terbentuk)
Gejala pada buah disebut “bird’s eye
spot”
Siklus Penyakit dan Epidemiologi:
ü Sumber inokulum : sisa tanaman dalam tanah, gulma inang, tanaman
volunteer, benih
ü Penyebaran sekunder : percikan air, peralatan terkontaminasi, tangan
pekerja, daun, buah terinfeksi
Pengendalian :
ü Benih dan bibit yang bersih dari patogen …. Benih dicuci, suspensi
diinokulasikan pada tanaman indikator Mirabilis jalapa (bunga pukul
empat)
ü Perlakuan benih : HCl (hydrochloric acid), CaOCl2 (calcium
hypochlorite) atau air panas
ü Untuk ajir: NaOCl 1%
Rotasi tanaman bukan inang
PENYAKIT PADA KENTANG
1. Busuk
daun /Hawar daun kentang
(irish
blight/late blight)
Penyakit terpenting :
-
kelaparan di Irlandia (1845-1860)
-
1 juta penduduk mati
-
1,5 juta penduduk bermigrasi al. ke AS
Di Indonesia :
- 1935/1936 di Jawa
Gejala :
Pada daun terdapat bercak lebar, tepi tdk beraturan, mula-mula berwarna
hijau pucat, lama kelamaan menjadi kebasahan dan warnanya lebih gelap. Dalam
kondisi lembab terdapat lapisan seperti embun berwarna putih.
Pada umbi terdapat bercak agak cekung, coklat atau hitam-ungu, tidak
lunak (di Indonesia jarang terjadi)
Patogen : Phytophthora infestans
v Cendawan ini mempunyai
banyak ras.
v Bertahan hidup dalam umbi yang sakit
v Dapat bertahan pada tomat
v Di Indonesia belum pernah ditemukan oospora
v Pemencaran oleh angin
Faktor yang mempengaruhi penyakit :
Suhu dan kelembaban
•
Bercak cepat terjadi pada 18
– 20 oC; pada 30 oC terhambat (pada kentang dataran
rendah, <500m dpl, penyakit ini tidak menjadi masalah)
•
Epidemi terjadi pada 16-24oC
•
Terdapat korelasi positif
antara intensitas penyakit dan curah hujan. Oktober – Februari serangan berat
di Segunung, Cipanas
•
Pada udara kering ………..
Konidia mati dalam 1-2 jam
•
Pada kelembaban 50-80%........
Konidia mati dalam 3-6 jam
Pengendalian:
•
tanam umbi yang sehat, dari
pertanaman yang bersih dari penyakit
•
Tanam jenis kentang yang
tahan : Bevelander, Populair, Profijt, Gloria, Cipanas, Donata, Thung 151C,
Rapan 106, dan Draga
•
Gunakan fungisida secara
bijaksana; Antracol, Acrobat, Agrifos, dll
2.
Bercak kering (early blight)
-
Tersebar di seluruh daerah
pertanaman kentang di dunia
-
Di Malaysia penyakit ini
lebih penting dibandingkan dengan busuk daun (P. infestans)
Gejala:
•
umumnya tampak setelah
tanaman berumur 6 minggu
•
Pada daun terdapat bercak
kecil agak bulat, berbatas jelas, tersebar tidak teratur, berwarna coklat tua
•
Bercak meluas berwarna
coklat tua, kering dengan cincin konsentris (target board spot)
•
Bercak pada umbi berwarna
gelap, kering, berkerut, keras dan agak mengendap
Patogen : Alternaria
solani
Miselium :
coklat muda, konidiofor tegak,
bersekat, ukuran 50-90 x 8-9 µm
Konidium :
berbentuk gada terbalik, coklat,
145-370 x 16-18 µm, sekat melintang 5-10, sekat membujur 1 atau lebih, terdapat
paruh di ujung, paruh bersekat
Daur penyakit:
•
Cendawan bertahan hidup pada
sisa tanaman sakit atau tumbuhan lain (tomat, terung, kecubung)
•
Pada daun kering cendawan
dapat bertahan selama 12-18 bulan
•
Konidium dibentuk pada waktu
banyak embun dan hujan
•
Penyakit banyak terdapat di
daerah beriklim kering
Pengendalian :
•
Mengadakan pergiliran
tanaman (kendala: konidia mudah diterbangkan angin dari pertanaman lain)
•
Menyemprot tanaman dengan
fungisida secara bijaksana; Folicur 25WP, Score 250EC, Cadilac 80WP, Raksasa
80WP, Rampart 25WP
3.
Layu bakteri (bacterial wilt)
v Tersebar di seluruh dunia, terutama di daerah tropik
v Di Indonesia pertama kali ditemukan di tanah tinggi Karo, Sumut,
1912, van Hall
v Tahun 1916 penyakit terdapat di Pasuruan, Jawa Timur
v Kerugian dapat mencapai 40% pada tanaman yang rentan
Patogen : Ralstonia
solanacearum
•
Bakteri berbentuk batang, 0,5 x 1,5 µm, tidak berspora, tidak
berkapsul, bergerak dengan satu flagellum, polar, aerob, Gram negatif
•
Koloni pada media TZC (Tetrazolium chloride) berbentuk bulat, tengah
berwarna pink dengan dikelilingi lendir berwarna putih
Ada 5 ras (inang) dan 5 biovar
(reaksi biokimia):
•
ras 1 … tembakau, solanaceae dan famili lain (suhu optimum 35oC),
•
ras 2 …… di daerah tropik
Amerika Selatan, menyerang pisang dan Heliconia,
•
ras 3 ……… kentang,
tomat,terung, cabai, gulma solanaceae (suhu optimum 27oC),
•
ras 4 …… khusus menyerang
jahe,
•
ras 5 ….. Khusus pada
murbei (Morus alba)
Ras 3 umum terdapat di pertanaman
kentang dataran tinggi tropika
Gejala :
#
Daun-daun pada tanaman yang
terserang layu secara mendadak, umumnya tanpa penguningan
#
Jika pangkal batang dipotong
akan keluar eksudat berwarna putih
#
Bercak kebasahan pada mata
umbi atau pada stolon
#
Jika umbi dipotong melintang,
terdapat perubahan warna coklat pada jaringan pembuluh. Jika ditekan akan keluar cairan putih seperti
susu (ooze bakteri) yang membedakan dengan penyakit layu akibat cendawan
Faktor-faktor yang mempengaruhi
penyakit :
♪
Bakteri mempunyai banyak
inang : tomat, cabai, terung, tembakau, kacang tanah,dan gulma terung-terungan
lainnya
♪
Penularan melalui air,
tanah yang terinfestasi, umbi bibit dan alat pertanian
♪
Infeksi dibantu oleh
adanya luka
♪
Penyakit berkembang
paling cepat pada suhu 27oC
♪
Penyawahan (penggenangan) dapat mengurangi
bakteri yang ada dalam tanah
♪
Pemberian mulsa dapat
menekan penyakit layu
Pengendalian penyakit :
•
Pergiliran tanaman dengan
tanaman bukan inang
•
Drainase yang baik
(penyawahan)
•
Menanam umbi yang sehat
•
Menurunkan pH tanah dengan
belerang (S) …… hasil tidak menentu
•
Aplikasi bakterisida secara
bijaksana; Sarner 20WP
4.
Kudis (common scab)
☻
Umum terdapat di semua daerah
penanaman kentang
☻
Di Indonesia pertama kali
dilaporkan th 1916 di Sumatera Utara
Gejala :
•
Tanaman tidak menunjukkan
gejala sakit
•
Umbi yang sakit bersisik
dan terdapat bisul-bisul bergabus pada permukaan kulitnya
•
Umbi yang berkudis tidak
enak dipandang dan cepat membusuk
•
Jaringan di bawah kudis
agak kecoklatan tetapi tidak mendalam (masih dapat dikonsumsi)
•
Lesio pada kudis
kemungkinan hanya di permukaan saja (russet scab), agak cembung (erumpent scab)
atau cekung (pitted scab)
•
Jenis bercak dipercaya
ada kaitannya dengan virulensi strain patogen, resistensi tanaman, lingkungan
dan tingkat kematangan fisiologis umbi saat infeksi
Patogen : Streptomyces scabies
Faktor yang mempengaruhi penyakit :
v Patogen dapat tertular melalui umbi-umbi benih (bibit), air, angin
dan pupuk kandang
v Patogen umum terdapat di dalam tanah
v Infeksi pada umbi muda melalui lentisel
v Streptomyces berbiak dengan cepat dalam
tanah yang banyak mengandung humus
v Kudis mulai banyak menyerang pada pH tanah 5,7. Pada pH 6,5 – 7,0
kudis lebih berat dibandingkan pada pH 5,0 – 5,5
v Penyakit timbul pada suhu 11 – 30 oC; Umbi berkudis
paling banyak pada suhu 23 oC
v Serangan berat terjadi pada tanah kering atau kelembaban sedang.
Intensitas kudis pada tanah dengan daya simpan air 50% < 75% > 100%
Pengendalian :
Ø Menanam benih yang sehat
Ø Berikan air yang cukup selama pembentukan umbi (± 4-6 minggu)
Ø Rotasi tanaman (3-4 tahun)
Ø Perlakuan benih dengan PCNB atau serbuk maneb-zinc
Ø Pertahankan kemasaman tanah pada pH5,3
Ø Gunakan varietas tahan
5.
Nematoda sista kentang (Potato cyst nematode)
•
Di Indonesia baru diketahui
keberadaannya tahun 2004?
•
Dikenal sebagai “golden
nematodes”, berasal dari Andes
Patogen :
Globodera rostochiensis (= Heterodera rostochiensis)
G. pallida (= H. pallida)
•
Nematoda sista kentang
merupakan endoparasit sedenter (menetap) dengan dua bentuk seksual (sexual
dimorphism)
•
Betina berbentuk bulat
lonjong pada saat dewasa sedangkan yang jantan tetap berbentuk seperti cacing
•
Pada saat induk betina
mati, kutikulanya membentuk sista pelindung yang mengandung 200 – 500 telur
•
Jika tidak ada inang,
telur dalam sista tetap dorman, tetapi 1/3 dari telur tersebut akan menetas
setiap tahun
•
Sista yang mengandung
telur yang masih hidup dapat bertahan dalam tanah selama > 20 tahun
•
Jika tidak ada inang,
telur dalam sista tetap dorman, tetapi 1/3 dari telur tersebut akan menetas
setiap tahun
•
Sista yang mengandung
telur yang masih hidup dapat bertahan dalam tanah selama > 20 tahun
Gejala :
v Pertumbuhan terhambat pada sekelompok kecil tanaman
v Kelompok tanaman terserang menjadi bertambah besar pada penanaman
berikutnya
v Tanaman layu seperti kekurangan air atau unsur hara: menguning, layu
pada siang hari dan mati lebih cepat
v Pada akar yang sakit terdapat butiran-butiran putih yang terdiri
dari nematoda betina belum dewasa yang keluar dari epidermis akar
v Nematoda betina setelah dewasa berubah menjadi sista berwarna coklat
tua; rontok pada saat tanaman dipanen
Faktor-faktor yang mempengaruhi
penyakit:
♣
Nematoda dapat tersebar
melalui tanah yang terinfestasi, umbi bibit atau wadah untuk membawa tanaman
♣
Eksudat tanaman dapat
menstimulir 60 – 80% penetasan larva tingkat II
♣
Begitu berada di dalam
tanah, nematoda sulit dieradikasi
♣
Larva nematoda aktif pada
suhu 10 oC dan penyerangan pada akar maksimum terjadi pada suhu 16 oC
♣
Suhu > 26 oC
dapat menekan kemampuan hidup dan reproduksi
Pengendalian :
•
Rotasi tanaman; inang masih
terbatas (tomat dan terung)
•
Interval waktu antar
penanaman tergantung pada populasi awal nematoda; populasi rendah cukup 2-4
tahun, populasi tinggi > 7 tahun
•
Pada tanaman bukan inang,
populasi nematoda menurun 40% per tahun, tetapi infestasi dapat bertahan sampai
> 20 tahun
•
Pengendalian secara terpadu;
fumigasi tanah + aplikasi nematisida non fumigan + varietas tahan
•
Di US telah diadopsi
pengandalian tanpa pestisida kimiawi yaitu : varietas tahan ditanam 2 tahun
diikuti tanaman bukan inang pada tahun ke-3 dan tanaman rentan pada tahun ke-4
PENYAKIT PADA KACANG TANAH
BERCAK DAUN CERCOSPORA
Penyebaran penyakit tidak terbatas
geografik, dapat ditemukan di hampir semua negara penghasil kacang tanah
Bila tidak dikendalikan kehilangan hasil
sampai 50% adalah hal yang biasa
Kehilangan hasil polong berhubungan erat
dengan:
(1) persentase defoliasi (gugur daun)
dan (2) waktu panen
GEJALA PENYAKIT
Gejala pertama muncul 10 hari setelah
inokulasi berupa lesio kecil klorotik; lesio semakin meluas hingga diameter 1 –
10 mm berwarna semakin gelap.
Sporululasi patogen terjadi pada bercak
yang telah berkembang penuh biasanya 15 hari setelah inokulasi.
Gejala berbeda tergantung dari spesies
patogen (Cercospora arachidicola dan P. personata). Inang kedua patogen
ini hanya kacang tanah
C. personata
Bercak relatif lambat muncul, berukuran
lebih kecil, berwarna coklat gelap sampai hitam, halo tidak begitu jelas,
sporulasi cendawan lebih banyak di permukaan bawah daun
C. arachidicola
Bercak relatif lebih dulu muncul,
berukuran lebih besar, berwarna kekuningan, mempunyai halo lebih jelas,
sporulasi cendawan lebih banyak di permukaan atas daun
PENYEBAB PENYAKIT
C. arachidicola membentuk konidia lebih panjang dan ramping bersekat 2-12
C. personata membentuk konidia lebih pendek dan gemuk bersekat 1-7
SIKLUS PENYAKIT
Sumber inokulum dapat berupa konidia
atau miselium pada sisa tanaman. Inokulum ini dapat disebarkan oleh angin, air
hujan, serangga dan alat pertanian
Bila temperatur diatas 19C dan
kelembaban diatas 95%, konidia berkecambah, menetrasi jaringan tanaman melalui
stomata atau secara langsung
Miselium tumbuh inter atau intraseluler.
C. personata membentuk haustorium tetapi C. arachidicola tidak
Defisiensi magnesium dapat mengakibatkan
tanaman menjadi lebih rentan terhadap infeksi
Pemupukan berat dengan N dan P dapat
memperberat serangan, sedangkan K dapat menurunkan
PENGENDALIAN PENYAKIT
Pengendalian dapat dilakukan dengan
(1)
pemupukan yang seimbang
(2)
rotasi tanaman yang dibarengi
dengan
(3)
sanitasi terhadap sisa tanaman
dan
(4)
jika cukup ekonomis, dapat
digunakan fungisida benomyl, tembaga hidroklorida, belerang, dan lain-lain.
KARAT
(RUST)
Karat adalah penyakit penting secara
ekonomi di negara-negara penghasil kacang tanah; menyebabkan kehilangan hasil
yang cukup signifikan terutama bila serangannya bersama-sama dengan penyakit
bercak daun cercospora.
Terjadinya penyakit sebelum atau di awal
fase generatif tanaman menyebabkan pengurangan pengisian polong.
GEJALA PENYAKIT
Karat mudah dikenali jika pustul
berwarna orange yang merupakan uredia cendawan terlihat di permukaan bawah
daun; bila pustul pecah maka keluar masa uredospora berwarna coklat agak
kemerahan
Uredospora penting untuk infeksi
sekunder; pada kultivar rentan, di sekitar pustul muncul pustul sekunder, atau
bahkan di permukaan atas daun.
Disamping pada daun, gejala karat juga
dapat timbul di seluruh bagian tanaman di atas permukaan tanah kecuali bunga,
daun-daun yang terserang karat tetap menempel, tidak gugur lebih awal
PENYEBAB PENYAKIT
Puccinia arachidis membentuk uredospora bulat agak lonjong, berduri, coklat kemerahan
Teliospora umumnya bersel dua tetapi ada yang
bersel satu, tiga atau empat
Inang terbatas hanya pada genus Arachis
dan inang fase piknium dan aesium belum ditemukan
Uredospora adalah satu-satunya propagul
untuk penyebarannya
Teliospora tidak berfungsi sebagai
propagul karena segera berkecambah setelah mencapai ukuran dewasa tanpa
dormansi
SIKLUS PENYAKIT
Patogen dapat bertahan antar musim tanam
pada tanaman kacang tanah yang tertinggal di lahan
Penyebaran jarak jauh melalui uredospora
yang diterbangkan angin, atau melalui sisa tanaman, polong dan benih yang
permukaannya terinfestasi uredospora
Penyebaran antar tanaman dibantu oleh
angin, air hujan, dan serangga
Infeksi terjadi bila terdapat air bebas
di permukaan tanaman (20-30C), kelembaban 87% (23-24C) sesuai untuk
perkembangan penyakit; kelembaban di bawah 75% (di atas 26C) menghambat infeksi
PENGENDALIAN PENYAKIT
Pengolahan tanah antar tanam dilakukan
paling cepat 1 bulan dan memusnahkan sisa tanaman yang tertinggal adalah cara
yang efektif untuk mengurangi inokulum primer
Beberapa kultivar kacang tanah
dilaporkan resisten terhadap karat; pada kultivar ini periode inkubasi lebih lama,
frekuensi infeksi menurun, dan ukuran pustul lebih kecil
Fungisida dithiokarbamat, klorotalonil,
tebuconazole efektif untuk karat
BELANG (MOTTLE)
GEJALA PENYAKIT
Gejala belang dapat disebabkan oleh Peanut
mottle virus (PeMoV) maupun Peanut stripe virus (PStV)
Gejala pada daun muda berupa belang (mottle)
atau mosaik hijua tua tidak teratur. Pada daun tua gejala tidak jelas
Kadang-kadang gejala oleh PStV berupa
garis putus-putus berwarna hijau gelap (stripe).
Tetapi umumnya gejala kedua virus ini
sukar dibedakan
PENYEBAB PENYAKIT
PeMoV dan PStV termasuk potyvirus;
mempunyai partikel panjang (700 mm)
lentur; membentuk badan inklusi berupa cakra;
dapat ditularkan secara mekanik, melalui
benih (8.5% PeMoV; 37% PStV bila infeksi sebelum fase pembungaan),
dan beberapa spesies aphis (Aphis
craccivora, A. gossypii, Myzus persicae, Rhopalosiphum padi, R. maidis)
secara nonpersisten
PENGENDALIAN PENYAKIT
Pengendalian dapat dilakukan dengan
mengurangi sumber inokulum di lapangan yaitu memusnahkan tanaman yang menunjukkan
gejala belang dan menggunakan benih bebas virus
LAYU BAKTERI
Kacang tanah umumnya kurang rentan
dibandingkan tomat, kentang, tembakau dan terung. Insiden penyakit 4-8% pada
kultivar kacang tanah resisten dan 10-30% pada yang rentan.
GEJALA PENYAKIT
Gejala awal berupa kelayuan tidak
permanen, tanaman segar kembali di sore/malam/pagi hari. Daun yang layu
melengkung ke atas
Gejala ini diikuti oleh kematian
sebagian atau seluruh cabang dalam satu tanaman.
Jaringan xylem dan pith mengalami perubahan
warna. Pada kondisi ini sistem perakaran tidak berfungsi sehingga tanaman layu
dan mati
PENYEBAB PENYAKIT
Bila akar dipotong dan dicelupkan dalam
air bening maka terlihatlah ooze putih yang merupakan masa sel bakteri
Pseudomonas solanacearum adalah patogen tular tanah. Kelembaban tanah yang tinggi membantu
bakteri untuk bertahan. Suhu tanah 22-33C optimum untuk perkembangan penyakit
Disamping tanaman sakit, benih yang
terinfeksi juga dapat berfungsi sebagai inokulum awal di lapangan.
Dilaporkan penularan melalui benih
5-15%, tetapi daya tahan bakteri cepat menurun bila kelembaban benih di bawah
9%
PENGENDALIAN PENYAKIT
Penanaman varietas yang rentan atau tersedianya
inang alternatif (gulma) yang terus menerus akan memungkinkan patogen bertahan dalam
jangka lama. Gulma tersebut antara lain Ageratum conyzoides, Crotalaria juncea,
Croton hirtus, dan Crassocephalum crepidiodes.
Schwarz-21 adalah kultivar sangat resisten
pertama kali ditemukan di Indonesia. Kultivar ini telah digunakan selama 50 tahun
tetapi tetap resisten.
Kultivar resisten yang lain: Gajah, Macan,
Kidang, dan Banteng.
Rotasi dengan tanaman bukan inang Pseudomonas
solanacearum seperti padi, jagung, kedelai, dan tebu efektif untuk mengurangi
serangan penyakit.
Kultur teknis seperti merendam tanah selama
15-30 hari kemudian diikuti dengan perbaikan drainage sebelum penyemaian dapat mengurangi
insiden penyakit.
LAYU PYTHIUM
Dilaporkan terdapat di negara-negara penghasil
kacang tanah; kerugian bervariasi 0-80% tergantung isolat patogen dan varietas kacang
tanah
GEJALA PENYAKIT
Gejala layu muncul karena sistem perakaran,
terutama jaringan pem-buluh telah terinfeksi
Tanaman layu permanen mempunyai perakaran
jauh lebih sedikit
Infeksi pada fase generatif menyebabkan polong
mengalami pembusukan
PENYEBAB PENYAKIT
Pythium myriotylum (lebih dominan dari P. aphanidermatum, P. debaryanum, dan
P irregulare) adalah cendawan penghuni tanah, dapat hidup sebagai saprofit
Oospora adalah struktur bertahan;
sporangium berumur pendek
Inokulum dapat disebarkan aliran air erosi
atau alat pertanian
PENGENDALIAN PENYAKIT
Pengendalian dapat dilakukan dengan penanaman
varietas resisten; fumigasi pada tanah-tanah terinfestasi berat; dan walaupun diketahui
mempunyai kisaran inang yang luas, penelitian menunjukkan bahwa insiden busuk polong
lebih banyak pada daerah yang ditanami kacang tanah terus menerus
BUSUK BATANG SCLEROTIUM
Penyakit tersebar luas dan ditemukan pada
lebih dari 200 spesies tanaman
Gejala mula-mula timbul pada batang atau
daun dekat permukaan tanah
Biasanya pada bagian ini terdapat kumpulan
miselium putih dan sklerotium
Sclerotium rolfsii menghasilkan oxalic acid, suatu phytotoxin penyebab warna ungu pada
polong dan klorosis atau nekrosis pada daun
Pada kondisi lingkungan optimum, miselium
tumbuh dengan cepat bahkan dapat sampai ke tanaman di sebelahnya
Sklerotium (0,5-2,0 mm) yang dibentuk pada
mulanya berwarna putih kemudian menjadi coklat gelap
Sklerotium yang tertanam di dalam tanah dapat
bertahan sampai satu tahun, tetapi bila di atas permukaan tanah dapat sampai beberapa
tahun.
Pengendalian harus dimulai dengan pencegahan
penimbunan inokulum
Pengendalian gulma efektif menekan insiden
penyakit ini karena gulma dapat menciptakan lingkungan yang lembab dan dapat menjadi
inang alternatif
Trichoderma harzianum adalah agen pengendali hayati yang efektif
Fungisida triazole efektif menekan perkembangan
penyakit, tetapi benomyl memperparah penyakit karena menekan populasi T. harzianum
PURU AKAR
(Meloidogyne arenaria)
SAPU (WITCHES’ BROOM)
Tanaman yang terserang mempunyai cabang
lateral atau cabang yang tumbuh pada buku-buku batang/cabang dalam jumlah banyak
Ginofor mengalami geotropi negatif atau tumbuh
ke atas
Cabang lateral ini ruasnya pendek, daun-daun
yang tumbuhpun kecil-kecil sehingga penampakan tanaman seperti sapu
Phytoplasma adalah organisme satu sel, tidak
mempunyai dinding sel sehingga bentuknya berubah-ubah
Di dalam tanaman, phytoplasma terbatas pada
jaringan phloem
Wereng Orosius argentatus adalah vektor
yang efektif menyebarkan di lapangan
Sanitasi dengan mencabut tanaman kacang tanah
yang tumbuh liar dan tanaman yang terserang sudah cukup untuk mengendalikan penyakit
yang tidak berbahaya ini
PENYAKIT PADA KEDELAI
Karat, SOYBEAN MOSAIC VIRUS
ANTRAKNOSA
ARTI
EKONOMI
Antraknosa pada kedelai tersebar luas di
Indonesia
Sudah cukup lama dikenal di Indonesia
(1931)
Selalu terdapat pada pertanaman kedelai menjelang
dewasa
bila keadaan cuaca lembab kerugian yang disebabkan
cukup tinggi; penurunan hasil dilaporkan berkisar 16-26% (Amerika) atau 30-50%
(Thailand)
GEJALA
PENYAKIT
Gejala pada tanaman
dewasa muncul pada batang, tangkai daun, dan polong. Gejala jarang terlihat pada daun
Infeksi terjadi
pada bagian tanaman yang aktif tumbuh dan segera menjadi infeksi laten (tanpa timbul
gejala).
Gejala muncul jika
jaringan tanaman mencapai stadium matang
Gejala khas pada
batang dan polong berupa daerah-daerah nekrotik coklat konsentris diselimuti acervulus
hitam
Infeksi berat menyebabkan
gugur daun
Gejala
“damping-off” dapat terjadi bila benih membawa patogen
PENYEBAB
PENYAKIT
Antraknosa disebabkan
oleh Colletotrichum truncatum.
Patogen membentuk
aservulus hitam dengan seta berwarna coklat kehitaman, banyak dibentuk dipermukaan
bagian yang sakit bila cuaca lembab
Adanya seta pada
acervulus merupakan tanda diagnostik
Konidia hialin,
bersel satu dan agak bengkok 20-22 x 4 mm.
BIOEKOLOGI
Infeksi oleh konidia
dengan penetrasi langsung. Pada jaringan
tanaman yang aktif tumbuh, cendawan lambat menyebar; bila tanaman mencapai
stadia berbunga, cendawan berkembang cepat dan sistemik
Perkecambahan konidia
terjadi bila permukaan tanaman basah dan suhu di bawah 35C. Konidia sensitif terhadap
kekeringan. Kekeringan selama 5 jam menyebabkan daya kecambah menurun 98%
Karena konidia
terikat dalam masa seperti lendir, pemencaran terutama terjadi oleh percikan
air
Cendawan juga dapat
terbawa biji dari polong yang sakit. Pada
keping biji terjadi bercak hitam dimana banyak masa spora berwarna merah jambu. Kecambah menjadi sumber infeksi bagi tanaman sekitarnya
Beberapa jenis
kacang-kacangan (Phaseolus lunatus, P. vulgaris, Cyamopsis tetragonoloba dan
Acasia longifolia) dapat menjadi inang alternatif
PENGELOLAAN
1.
Hanya menanam benih sehat. Bila tidak, kejadian damping off dapat mencapai
20%
2.
Menanam dengan jarak yang lebih
renggang terutama pada musim hujan
3.
Karena patogen dapat bertahan pada
sisa tanaman dan tanah, maka hindari penanaman kedelai terus menerus
4.
Sebelum menanam kedelai, lahan sebaiknya
bersih dari sisa tanaman kacang-kacangan
5.
Beberapa jenis fungisida mungkin
efektif untuk antraknosa
Penggunaan mikroba
antagonis
HAWAR
BAKTERI
ARTI
EKONOMI
Hawar bakteri
(bacterial blight) umum terdapat pada tanaman kedelai terutama pada kondisi/cuaca
basah.
Kehilangan hasil
tercatat 18% (Amerika) sampai 40% (Korea)
Di Indonesia dilaporkan
telah tersebar di seluruh pertanaman kedelai
GEJALA
PENYAKIT
Gejala awal berupa
bercak kecil bersegi (angular) berwarna kuning atau coklat kebasahan dan
tembus cahaya (translucent)
Pusat bercak segera
menjadi kering, warnanya menjadi coklat kemerahan dan dikelilingi oleh halo kekuningan
agak kebasahan
Bila bercak meluas
bagian tengah menjadi robek
Hawar juga dapat
terjadi pada batang dan polong
Biji dari polong
terinfeksi biasanya keriput
PENYEBAB
PENYAKIT
Pseudomonos
syringae pv. glycinea
BIOEKOLOGI
Patogen bertahan
antar musim pada sisa tanaman dan pada benih. Jika biji sakit ditanam maka keping
biji akan terinfeksi dan menjadi sumber inokulum primer di lapang
Pemencaran bakteri
terutama terjadi pada cuaca basah, sejuk dan berangin. Kegiatan budidaya pada saat daun-daun masih basah
efektif menyebarkan bakteri. Bakteri akan
dorman pada keadaan kering
Bakteri menginfeksi
melalui luka, mulut kulit dan hidatoda; memperbanyak diri pada ruang antar sel jaringan
mesofil, memproduksi toxin penghambat pembentukan klorofil
Udara sejuk dan
basah sangat membantu perkembangan penyakit, peledakan penyakit biasanya terjadi
setelah hujan angin. Di Indonesia penyakit
lebih banyak terdapat di daerah tinggi
PENGELOLAAN
(1)
Tidak menanam varietas yang rentan
di daerah yang potensial terjadi penyakit
(2)
Menggunakan benih bebas patogen
(3)
Membenam agak dalam sisa tanaman
(4)
Kegiatan budidaya hendaknya tidak
dilakukan saat daun-daun masih basah
PUSTUL
GEJALA
PENYAKIT
Mula-mula pada
daun terjadi bercak hijau kekuningan dengan bangian tengahnya agak menonjol
Bercak ini tidak
tampak kebasahan seperti kebanyakan infeksi oleh bakteri
Bercak berkembang
menjadi lebih besar dan bagian tengah (terutama bagian permukaan bawah daun) terdapat
tonjolan coklat muda (pustul) yang mirip dengan karat
Bercak mengering
dan sering menjadi sobek-sobek (seperti hawar daun)
PENYEBAB
PENYAKIT
Xanthomonas
campestris pv. phaseoli
BIOEKOLOGI
Patogen mempertahankan
diri pada sisa tanaman, dapat terbawa benih, dan pada rhizosphere tanaman lain
(gandum)
Dapat disebarkan
oleh air pada waktu hujan angin, kegiatan budidaya saat daun-daun masih basah
Bakteri menginfeksi
melalui luka, stomata, atau lubang alami lain; memperbanyak diri interseluler
Penyakit akan berkembang
jika lingkungan lembab dan hangat (30-35C), sehingga penyakit banyak ditemukan di
dataran rendah
PENGELOLAAN
Menimbun dan memusnahkan
sisa tanaman setelah panen
Menghindari kegiatan
budidaya pada waktu daun-daun masih basah
Menanam benih sehat,
dan menanam jenis yang tahan
Penyiangan gulma
perlu dilakukan untuk mengurangi penyakit
Pergiliran tanaman
BERCAK DAUN
CERCOSPORA
GEJALA
PENYAKIT
Bercak pada
daun berbentuk bulat atau bersegi (< 1 mm)
Pada awalnya
berupa bercak kebasahan, kemudian menjadi abu-abu dengan tepi coklat kemerahan
Pada polong,
bercak agak bulat, cekung, coklat kemerahan bertepi lebih gelap.
Cendawan dapat
berkembang sampai ke biji
PENYEBAB
PENYAKIT
Cercospora sojina membentuk konidia bergerombol, hialin, bersepta 0-10. Konidia dapat
disebarkan oleh angin
BIOEKOLOGI
Patogen bertahan
pada biji. Tanaman yang tumbuh dari biji terinfeksi menghasilkan bercak pada kotiledon. Sporululasi cendawan pada kotiledon menjadi sumber
inokulum primer
Patogen bertahan
pada sisa tanaman di lapang
Konidia dapat disebarkan
oleh angin
PENGELOLAAN
Di Indonesia, penyakit
ini kurang berarti sehingga tidak dikendalikan
BERCAK UNGU
GEJALA
PENYAKIT
Gejala khas terlihat
pada biji berupa bercak ungu muda atau ungu tua yang dapat menyelimuti seluruh permukaan
biji
Gejala pada daun
berupa bercak tidak teratur berwarna coklat atau ungu dan pusat bercak berwarna
kelabu
PENYEBAB
PENYAKIT
Cercospora kikuchii membentuk konidia ramping dan sangat panjang (4-5x70-164mm), bersepta 0-22.
Inokulum
primer di lapangan berupa benih terinfeksi atau sisa tanaman.
Konidia yang berkecambah
dapat menginfeksi tanaman melalui stomata atau menetrasi langsung sel
epidermis.
Jika kelembaban
tinggi maka terjadi pertumbuhan cendawan dengan cepat, timbul gejala, lalu terjadi
sporululasi
PENGELOLAAN
Pengendalian dapat
dilakukan dengan penanaman benih bebas patogen
EMBUN BULU
(DOWNY MILDEW)
GEJALA
PENYAKIT
Embun bulu tampak
pada permukaan atas daun muda berupa bercak kuning pucat
Selama cuaca lembab,
permukaan bawah bercak diselimuti kumpulan sporangiofora berwarna coklat sampai
kekuningan
Daun terinfeksi
berat cepat gugur
Polong yang terinfeksi
mungkin tidak menampakkan gejala di luar, tetapi biji yang dihasilkan diselimuti
miselium cendawan
PENYEBAB
PENYAKIT
Peronospora
manshurica membentuk sporangium bulat atau oval, hialin;
sporangiofora bercabang dikotom.
Oospora, struktur
istirahat pada daun atau benih
Benih yang tumbuh
dari biji sakit akan terinfeksi sistemik dan bercak muncul pada daun kedua
Sporululasi cendawan
pada bercak ini menghasilkan sporangiospora yang dapat disebarkan melalui angin
dan terjadilah infeksi pada tanaman di sekitarnya
PENGELOLAAN
Varietas dengan
gen resisten Rpm terhadap race 1-32 tetapi tidak terhadap race 33
Benih hendaknya
diberi perlakuan fungisida
Sisa tanaman harus
dibenam agak dalam
Rotasi dengan tanaman
bukan inang minimal setahun
HAWAR
RHIZOCTONIA
GEJALA
PENYAKIT
Bercak pada
daun pada mulanya hijau abu-abu agak berair lalu menjadi coklat.
Gejala gugur
daun terjadi pada perkembangan hawar lebih lanjut.
Polong yang
terinfeksi menjadi mongering
PENYEBAB
PENYAKIT
Rhizoctonia
solani dapat hidup sebagai saprofit dan bertahan di
tanah sebagai sklerotium atau sebagai miselium pada sisa tanaman
Miselium cendawan
yang tumbuh di permukaan tanaman akhirnya membentuk sklerotium
Infeksi tanaman
dapat terjadi pada saat tanaman masih muda, tetapi gejala berkembang cepat bila
kanopi tanaman telah tertutup satu sama lain
BIOEKOLOGI
Disamping cuaca
hangat, air bebas atau embun pada permukaan tanaman sangat penting untuk perkembangan
penyakit.
Udara kering akan
menghentikan perkembangan penyakit
PENGELOLAAN
Jarak tanam agak
jarang akan mengurangi insiden penyakit;
pergiliran tanaman
kurang memberi hasil
LAYU
SKLEROTIUM
GEJALA
PENYAKIT
Menguning atau
layu tanaman secara tiba-tiba merupakan gejala awal yang se-ring ditemukan.
Infeksi dimulai
dari pangkal batang menimbulkan bercak coklat dan dapat meluas sampai ke seluruh
batang.
Jaringan tanaman
mati oleh enzyme yang dikeluarkan patogen untuk menghancurkan pektin dan selulose.
Bila kondisi
lingkungan mendukung, tanaman di sekitarnya dengan cepat terinfeksi tetapi umumnya
perkembangan penyakit terbatas pada sekumpulan tanaman yang berdekatan
PENYEBAB
PENYAKIT
Penyebab penyakit
Sclerotium rolfsii
Tanda penyakit
yang paling mudah ditemukan adalah miselium berwarna putih dan sklerotium coklat
pada tanaman sakit
BIOEKOLOGI
Perkecambahan sklerotium
pada tanah lembab dirangsang oleh eksudat organik yang dikeluarkan oleh sisa tanaman
Karena kekurangan
energi, miselium mengkolonisasi sisa organik yang tersedia di tanah sebelum akhirnya
menginfeksi tanaman
Kelembaban tinggi
pada tanah maupun di bawah kanopi tanaman memperparah kerusakan. Penyakit lebih
banyak terjadi pada tanah berpasir dengan aerasi baik
PENYAKIT PADA TANAMAN UBI JALAR
KUDIS
BUSUK LUNAK
GEJALA
Gejala khas berupa
pembusukan pada umbi yang dimulai dari salah satu atau kedua ujungnya.
Bila pembusukan
telah lanjut, bagian yang busuk tersebut menjadi lunak dan agak berair.
Pembusukan terjadi
karena Rhizopus spp. menghasilkan enzim penghancur jaringan umbi.
Jika kelembaban
mencukupi (50-100%), proses pembusukan meningkat sehingga seluruh bagian umbi menjadi lunak.
Pada permukaan
busuk, tumbuh miselium berwarna putih dan sporangium dengan sporangiospora berwarna
kehitaman.
Dari sporangium
satu tumbuh hifa yang menjulur di atas permukaan umbi (dis. stolon) lalu membentuk
rhizoid (hifa untuk mengkoloni) dan sporangium baru, demikian seterusnya.
PENYEBAB
Rhizopus nigricans dan R. stolo-nifer lebih banyak terdapat di daerah temperate,
sedangkan R. oryzae di daerah tropis.
GEJALA
Cendawan dapat
membentuk zygospora.
Spora ini merupakan
badan untuk mempertahankan diri pada sisa tanaman di lapang.
Zygospora dapat
berkecambah langsung membentuk sporangium. Infeksi awal terjadi bila kelembaban
75-84%.
PENCEGAHAN
Mencegah kerusakan
yang tidak perlu saat pemanenan dan penyimpanan dapat mengurangi penyakit.
BUSUK HITAM
DIPLODIA
GEJALA
Penyakit ini umum
terdapat di Indonesia; di negara lain disebut “Java black rot”, karena di Amerika
Serikat pertama kali ditemukan pada umbi yang dikirim dari Jawa.
Busuk hitam ini
lebih banyak ditemukan pada umbi segar di penyimpanan.
Gejala umumnya
dimulai dari salah satu ujung bekas potongan umbi berupa bercak putih kotor dan
lunak, lalu berwarna coklat tua atau hitam.
GEJALA
Dalam waktu 2 minggu
seluruh bagian umbi menjadi busuk, kemudian mengering, mengalami mummifikasi, dan
menjadi sangat keras.
PENYEBAB
Botryodiplodia
theobromae (dulu disebut Diplodia gossypina)
membentuk piknidia di dalam stroma di permukaan bagian umbi yang mengalami pembusukan.
Di dalam piknidia,
konidia yang masih muda hialin dan satu sel, tetapi bila sudah tua menjadi coklat
gelap dan bersekat.
BIOEKOLOGI
Konidia berdinding
tebal dan dapat bertahan hidup pada tanah sampai beberapa tahun.
Cendawan tidak
dapat menginfeksi umbi secara langsung.
Konidia pada tanah
terinvestasi yang terbawa pada umbi saat panen dapat menginfeksi melalui luka.
Bila suhu di penyimpanan
tinggi maka gejala akan cepat muncul.
Penyakit tidak
dapat berkembang pada suhu agak rendah.
PENCEGAHAN
Menghindari kerusakan
mekanik pada umbi, menyimpan umbi pada tempat bersuhu agak rendah mungkin dapat
mengurangi penyakit.
BUSUK HITAM
CERATOCYSTIS
GEJALA
Infeksi terjadi
pada waktu umbi masih di lapang.
Mula-mula pada
umbi terjadi bercak coklat, bulat, dengan garis tengah + 0,5 cm, agak cekung.
Kerusakan ini hanya dangkal.
Bercak membesar
sehingga ukurannya dapat mencapai 5 cm, hitam kehijauan, pada permukaannya terdapat
miselium kelabu dengan peritesium hitam yang berleher panjang.
Bagian yang busuk
menjadi padat dan biasanya tetap dangkal saja.
GEJALA
Pembusukan
yang dalam biasanya sebagai akibat dari adanya organisme lain.
Jika dimasak jaringan
yang terinfeksi terasa pahit
PENYEBAB
Ceratocystis
fimbriata membentuk endokonidium bersel 1, 9-50 x
3-5 um, yang dibentuk satu per satu dalam konidiofor. Konidiofor hialin, 50-100 x 4-6 um.
Peritesium pada
bercak umbi sakit; berbentuk botol 105-140 um, dengan leher panjang, 350-800 x
20-3- um, mempunyai rumbai-rumbai pada mulutnya. Askus berbentuk buah jambu, berisi
8 askospora bersel 1, hialin, 5-7 um. Spora
dipencarkan oleh air.
Dari umbi sakit
atau dari tanah patogen dapat menginfeksi tunas yang masih muda, menyebabkan jaringan
yang nekrotik yang dapat menggelang batang.
Tanaman yang terinfeksi
ini menghasilkan umbi yang akan membusuk dalam simpanan.
Patogen terutama
mengadakan infeksi melalui luka-luka, meskipun infeksi mungkin dapat terjadi tanpa
adanya luka.
BERCAK
ALTERNARIA
GEJALA
Bercak biasanya
terjadi pada daun-daun yang agak tua. Bercak berwarna coklat dengan lingkaran-lingkaran
kon-sentris khas Alternaria. Bagian yang mengalami nekrotik mungkin robek.
Bila serangan terjadi
hanya pada daun, kehilangan hasil tidak terlalu nyata karena gejala umumnya terjadi
pada daun yang sudah agak tua.
Tetapi kadang-kadang
gejala dapat muncul pada tangkai.
Bila ini terjadi,
kerusakan mungkin lebih berat.
PENYEBAB
Konidia Alternaria
spp. berbentuk seperti buah alpokat, berwarna kecoklatan, bersekat melintang dan
ada yang membujur.
Cuaca yang lembab
membantu perkem-bangan penyakit.
Di Indonesia, penyakit
ini belum perlu dikendalikan.
BERCAK
CERCOSPORA
GEJALA
Gejala tergantung
pada spesies Cercospora yang menginfeksi.
Cercospora ipomoeae menyebabkan bercak bulat berwarna abu-abu dengan pinggir coklat.
Sedangkan bercak
oleh Cercospora timorensis awalnya berwana kekuningan lalu coklat gelap berbentuk
tidak teratur.
PENYEBAB
Sporululasi cendawan
terjadi pada kedua permukaan bercak. Konidia hialin, bersekat 3-15 tergantung spesies
cendawan.
Konidia dapat disebarkan
oleh angin atau percikan air hujan ke tanaman di sebelahnya.
Cendawan dapat
bertahan pada sisa-sisa tanaman atau gulma inang alternatif.
Cuaca agak panas
dan lembab sesuai untuk perkembangan penyakit. Bercak jarang ditemukan pada musim/daerah
kering.
PENGELOLAAN
Belum ada laporan
mengenai cara pengendalian khusus untuk penyakit ini.
Klon Kaya dilaporkan
tahan terhadap Cercospora spp.
Sanitasi dengan
memusnahkan sumber inokulum mungkin dapat mengurangi insiden penyakit.
LAYU
FUSARIUM
GEJALA
Gejala awal terlihat
sebagai menguningnya daun-daun tanaman yang sedang tumbuh pesat.
Selanjutnya diikuti
kelayuan tanaman, daun-daun yang lebih tua mulai berguguran.
Kelayuan tanaman
terjadi karena jaringan pembuluh batang telah terinfeksi yang ditandai dengan warna
coklat pada bagian yang mengalami nekrotik.
PENYEBAB
Fusarium oxysporum f.sp. batatas bertahan sebagai klamidospora di dalam tanah.
Beberapa jenis
tanaman dan gulma dapat terinfeksi tanpa menimbulkan gejala, dan berfungsi sebagai
sumber inokulum.
Infeksi dapat terjadi
bila kelembaban cukup untuk mendukung pertumbuhan
ubi jalar. Tetapi gejala lebih berat bila kelembaban tanah rendah.
PENGELOLAAN
Menggunakan kultivar
resisten adalah cara yang paling berhasil untuk menanggulangi penyakit ini.
Populasi patogen
dalam tanah dapat dikurangi tetapi tidak tereliminasi dengan rotasi tanaman.
Bibit harus diambil
dari tanaman yang sehat.
PENYAKIT PADA UBI KAYU
Hawar daun, Mosaik,
PENYAKIT PADA TALAS
Hawar, daun, DASHEEN MOSAIC VIRUS
BERCAK COKLAT
Selain di
Indonesia, penyakit bercak juga terdapat di Malaysia dan di negara Kepulauan Pasifik
Selatan termasuk Hawaii.
Gejala khas berupa
bercak bulat, coklat kemerahan, bergaris tengah 0.5-1.5 cm, terdapat pada kedua
sisi daun.
Cladosporium
colocasiae bersporulasi di permukaan bercak membentuk
konidia pada konidiofora.
Cendawan ini adalah
parasit lemah, yang mulai berkem-bang pada sekresi kutu daun yang umum terdapat
pada talas.
Penyakit ini tidak
terlalu merugikan, umumnya tidak dikendalikan.
BUSUK UMBI
FUSARIUM
Penyakit ini mungkin
telah lama terdapat di Indonesia, tetapi baru dilaporkan pada tahun 2001 di
Bogor. Di luar negeri, telah tercatat terdapat di Hawaii dan Kepulauan Solomons.
Gejala di permukaan
tanah berupa kelayuan pada tangkai daun, daun menjadi coklat dan menggulung ke atas.
Umbi dari tanaman
sakit biasanya busuk, jika dibelah maka akan tampak seperti bekas gerekan serangga.
Jika tangkai daun
dibelah maka akan tampak garis-garis nekrotik berwarna coklat memanjang.
Tanaman yang terserang
mudah dicabut karena umbinya mengalami pembusukan, apalagi jika umbinya sudah benar-benar
hancur.
Gejala lain juga
dapat timbul yaitu terjadinya khlorosis pada daun, berupa variasi warna hijau
dan kuning.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar