Bahan
Organik dan Organisme Tanah
Bahan organik tanah (BOT) à salah satu komponen penyusun tanah
Di dalam tanah mineral jumlahnya relatif
sedikit tetapi peranannya sangat besar.
Berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia
dan biologi tanah
Sumber BOT: sisa tumbuhan/hewan,
ditambahkan dalam bentuk pupuk kandang, pupuk hijau
Umur, jenis, kelembaban dari bahan, sumber BO mempengaruhi sifat BOT
Bentuk dalam tanah: serasah (~5%),
nekromass (+ 20%), humus (+ 70%), dan biomass (+ 5%)
Susunan Bahan Organik Tanah
75% Air
25% Tanah
UNSUR
11% C
10 % O
2 % H
2 % ABU
SENYAWA
60 % HIDRAT ARANG
25 % LIGNIN
10% PROTEIN
5% LEMAK, TANIN &
WAKS/ LILIN
HIDRAT ARANG:
GULA & PATI 1-5 %
SELULOSA (20-50%), HEMISELUSLOSA (10-30%),
HUMUS
Definisi
•
Campuran Senyawa Kompleks
•
Senyawa Relatif Resisten
Berasal dari Tanaman/Hewan
•
Senyawa Resintesis
Humus Adalah:
Senyawa Kompleks Agak Resisten, Berwarna Coklat-hitam, Amorphus,
Koloidal, Berasal dari Tumbuhan dan Binatang yang Telah Dimodifikasi atau
Disintesiskan oleh Mikroba
Sifat dan Ciri Humus
•
Koloidal
•
Permukaan sangat luas
•
KTK tinggi (150-300
meq/100g)
1%
humus ~ 2 meq/100 g
•
Daya jerap air tinggi sekali
(à 4 - 5 x bobot)
•
Sifat plastisitas dan sifat
kohesi rendah
•
Mempengaruhi warna tanah
Sifat-sifat ini menyebabkan humus
memainkan peranan penting dalam tanah
PENGARUH B.O.T. TERHADAP SIFAT TANAH:
q Pengaruh terhadap tumbuhan:
Auksin, hormon tumbuh lainnya, vitamin
q Sifat fisik:
Warna,
merangsang granulasi, plastisitas, konsistensi/kohesi, water holding
capacity (whc), ketersediaan air
q Sifat kimia:
KTK,
Daya sangga, suplai dan ketersediaan hara (N, P, S dan Mikro)
q Sifat biologi:
Sumber
energi à Aktifitas dan populasi mikroba
HUBUNGAN LINGKUNGAN DENGAN B.O.T. DAN
NITROGEN
§ Suhu : makin rendah
suhu makin tinggi B.O.T.
§ Curah hujan : makin tinggi
curah hujan makin tinggi B.O.T.
§ Tekstur : makin halus
tekstur makin tinggi B.O.T.
§ Drainase : makin buruk
drainase makin tinggi B.O.T.
ü Pengaruh faktor lingkungan bekerja bersama-sama
ü Topografi mempengaruhi B.O.T.
ü Peningkatan kadar B.O.T. diikuti oleh peningkatan kadar nitrogen
ORGANISMA TANAH:
q Berupa Fauna, Flora dan Virus
q Berukuran: mikro, meso dan makro serta mega
q Hidup di dalam dan dari tanah
q Siklus hidup: transient, temporary, periodik, permanen
q Mereka berperan dalam perombakan bahan organik
q Berperan dalam distribusi bahan tanah (Bioturbasi)
q Berperan juga dalam proses pembentukan tanah
q Peranan khusus dalam ketersediaan hara, faktor tumbuh (IAA,
gibberelin)
q Bisa merugikan (hama dan penyakit)
KELOMPOK ORGANISMA TANAH
Binatang
1.
Makro
·
Hidup Dari Bahan Tumbuhan
-
Mamalia
-
Keong
-
Cacing, dsb
·
Umumnya Predator
-
Serangga
-
Celurut
-
Tungau
2.
Meso
·
Predator, Parasit, Saprofit
-
Colembola
-
Acari
-
Tardigrada
3.
Mikro
·
Predator, Parasit, Saprofit
-
Protozoa
-
Rotifera
Tumbuhan
1.
Akar Tumbuhan
2.
Algae (Hijau, Biru
Hijau, Diatom)
3.
Fungi (Jamur, Ragi,
Kapang)
4.
Aktinomisetes
5.
Bakteri (Aerobik,
Anaerobik, Autotropik, Heterotropik)
PENENTU KEGIATAN JAZAD MIKRO:
Jumlahnya (Populasi) à mikroba (flora & fauna) penting
q Bobotnya (Biomassa)à
mikroflora penting
q Kegiatan metabolismenya à cacing + mikroflora dominan
JUMLAH DAN BIOMASSA FLORA DAN FAUNA
TANAH
(PADA LAPISAN ATAS TANAH)
Jumlah
Tiap m2
|
Jumlah
Tiap g
|
Biomassa (kg/HLB)
|
|
MIKROFLORA
|
|||
Bakteri
|
1013-1014
|
108-109
|
450-4500
|
Aktinomisetes
|
1012-1013
|
107-108
|
450-4500
|
Fungi
|
1010-1011
|
105-106
|
560-5600
|
Algae
|
104-1010
|
104-105
|
56-560
|
MIKRO dan MAKRO FAUNA
|
|||
Protozoa
|
109-1010
|
104-105
|
17-170
|
Nematoda
|
106-107
|
10-102
|
11-110
|
Cacing Tanah
|
30-300
|
-
|
110-1100
|
CACING TANAH
•
Spesies yang banyak dijumpai
dalam tanah:
–
Lumbricus terrestis Temperate
–
Allolobophora caliginosa
–
Pheretima Tropika
–
Pontoscolex Tropika
•
Mereka berperan mengaduk dan
mencampur tanah dengan bahan organik dengan cara menelan dan mengeluarkannya
kembali à Bioturbation
•
Tanah dengan populasi cacing
tinggi menyebabkan tanah menjadi lebih subur karena:
–
Kotoran cacing mengandung
•
Bahan organik tinggi
•
Unsur hara tinggi
•
Plant growth promoting
hormon
–
Memperbaiki aerasi dan drainase
CONTOH PERBANDINGAN ANTARA KOTORAN
CACING
DENGAN LAPISAN ATAS TANAH
DENGAN LAPISAN ATAS TANAH
Satuan
|
Kotoran
|
Tanah 0-15 Cm
|
|
N Total
|
%
|
0.35
|
0.25
|
C-org.
|
%
|
5.17
|
3.35
|
NO3
|
ppm
|
21.9
|
4.7
|
P-tersedia
|
ppm P2O5
|
150.0
|
20.8
|
Ca-dd
|
ppm Ca
|
2793
|
1993
|
Ca total
|
%
|
1.19
|
0.88
|
Mg-dd
|
ppm Mg
|
492
|
162
|
KTK
|
me/100g
|
4.70
|
3.82
|
KB
|
%
|
92.7
|
74.1
|
•
Jumlah kotoran (casting) bisa
mencapai 15 ton/ha
•
Jumlah cacing di dalam tanah
tergantung pada:
v Kelembaban tanah à
cacing tanah menyukai tanah lembab, tetapi tidak tergenang
v Kapur, pH (tersedianya Ca lebih penting)
v Bahan organik à
makanan, habitat
v Vegetasi à
sumber pakan dan sebagai pelindung
Fauna makro lainnya
Ø Semut
Ø Rayap
(Agen pemindah tanah setelah cacing tanah à terutama di tropik )
Arthropoda lainnya
Ø Milipeda
Ø Centipeda
Ø Diplopoda
FAUNA MESO TANAH
•
Colembola
•
Acari
•
Tardigrada
•
Nematoda
Cara hidup:
–
Parasit
–
Pemangsa
–
Pemakan bahan organik
à Grazing effect pada mikrob
à Kotorannya merupakan bahan dasar humus
FAUNA MIKRO TANAH
•
Protozoa à pemakan mikroflora
•
Rotifera à pemakan bahan organik
FLORA TANAH
Peranannya lebih penting dari fauna
DEKOMPOSISI
BAHAN ORGANIK
PEMBENTUKAN SENY.
SEDERHANA
HUMUS
Flora makro contohnya: akar tanaman
Peranan akar:
Ø Suplai bahan organik tanah
Ø Penyeimbang hara dalam tanah
Ø Aerasi
Flora mikro:
v Algae
v Fungi – kapang – cendawan mikoriza
v Aktinomisetes
v Bakteri
ARTI FLORA MIKRO BAGI PERTANIAN:
1.
Distribusi dan Dekomposisi B.O.
2.
Mineralisasi B.O.
ü Aminisasi, Amonifikasi, Nitrifikasi
3.
Sintesis:
ü Asam-asam dalam pelarutan fosfat
ü Senyawa baru (humus)
ü Enzim-enzim (urease, fosfatase, selulase, dll), antibiotik, faktor
tumbuh (hormon: IAA, auxin)
4.
Oksidasi-reduksi
ü Nitrifikasi dan denitrifikasi
ü Oksidasi dan reduksi besi
ü Oksidasi dan reduksi belerang
5.
Penyedia hara
ü Fiksasi N2: Simbiotik dan Non-simbiotik
ü Pelarutan mineral
ü Mikorhiza
6.
Lain-lain (parasit, penyakit, pesaing
O2 atau unsur hara)
PENGARUH BUDIDAYA TERHADAP JAZAD
TANAH
q Pengolahan tanah: mengurangi jumlah cacing
q Penambahan bahan organik:
ü Meningkatkan jumlah cacing
ü Meningkatkan aktivitas mikroba
q Penambahan pupuk: meningkatkan jumlah akar
q Penambahan kapur:
ü Meningkatkan jumlah cacing
ü Meningkatkan aktivitas mikroba
q Peningkatan kelembaban:
ü Peningkatan jumlah cacing
ü Peningkatan aktivitas mikroba
q Peningkatan pestisida: jumlah cacing/biota menurun
BIOTEKNOLOGI TANAH
•
“Produksi barang dan jasa
melalui proses yang menggunakan/ melibatkan organisme tanah atau melalui
pemanfaatan pengetahuan tentang sistem dan proses biologis di dalam tanah”
Bidang-bidang kajian yang
memanfaatkan mikrob tanah
•
Bioleaching dan Biooxidation
di bidang pertambangan
•
Industri antibiotika,
metabolit primer dan sekunder dibidang kedokteran dan farmasi
•
Bioremediation dibidang
lingkungan
•
Biokatalisator &
Bioaugmentation dibidang pertanian
•
Biological control dibidang
pertanian
•
Biobleaching dibidang
industri
•
Biosafety dibidang keamanan
pangan dan lingkungan
PERTAMBANGAN BIOLEACHING
•
Pelarutan biologis bahan
tambang
•
Penambangan tembaga (Cu),
seng (Zn), nikel (Ni), Uranium (U).
BIOOXIDATION
Pembersihan bahan pencemar secara
biologis Þ pemurnian bahan tambang
•
Penambangan emas dan perak
Mikroba:
- Thiobacillus ferrooxidans
- Thiobacillus thiooxidans
- Leptospirillum ferrooxidans
INDUSTRI
METABOLIT PRIMER
#
Asam laktat, asam asetat, ethanol, asam sitrat, enzim-enzim, asam amino,
vitamin.
BIDANG INDUSTRI: ANTIBIOTIK DARI MIKROB
TANAH
•
Isolasi kelompok mikrob dari
tanah yang diketahui memiliki potensi menghasilkan antibiotik
–
Aktinomisetes
–
Fungi
–
Bacillus
–
Myxobacteria
•
Isolat murni diuji apakah
menghasilkan antibiotik atau tidak
–
Uji terhadap mikrob target:
mikrob pewakil atau mirip patogen
BIOREMEDIASI
Penanggulangan pencemaran lingkungan
secara hayati
•
Perombakan fenol
•
Perombakan hidrokarbon
•
Perombakan senyawa khlor-benzen
•
Perombakan limbah biologis
•
Presipitasi logam berat
BIOFERTILIZER/BIOKATALISATOR
PENGOMPOSAN
Mikoba penambat N2
n Rhizobium
n Azospirillum, Azotobacter
n Ganggang hijau – biru
n Anabaena azolae ® simbiosis dengan Azolla pinata
Mikroba Pelarut Fosfat
n Pseudomonas
Mikorhiza
n Ektomikorhiza
n Endomikorhiza
BIOLOGICAL CONTROL
l Pengendalian hayati penyakit tanaman root – rot pathogen vs
Pseudomonas.
l Pengendalian hayati hama tanaman Bacillus thuringiensis Þ menyerang ulat.
BIOBLEACHING
l Pemutihan pulp secara biologis pada industri kertas Þ menggunakan enzim xylanase ® dari Streptomyces
BIOSAFETY
l Pelepasan GMO (genetically modified organism)
l Kajian dinamika DNA tanah
MORFOLOGI DAN KLASIFIKASI TANAH
l Morfologi Tanah
l Morfologi tanah à
sifat-sifat tanah yang dapat diamati di lapang, seperti horisonisasi, warna
tanah, struktur, tekstur, konsistensi
1.
HORISONISASI
–
Tanah memiliki lapisan-lapisan à disebut horison bila memiliki hubungan genesis satu dengan lapinnya
–
Horison utama à O, A, E, B, C dan R
–
Horison-horison dapat dibedakan
berdasarkan warna, struktur, terkstur, konsistensi, dll
–
Ditetapkan di lapang à jenis horison, ketebalan (dalam cm) dan batas horison (kejelasan
dan topografi)
–
Horison O àhorison penumpukan bahan organik, baik sudah terlapuk ataupun belum,
di permukaan tanah mineral atau tanah organik
–
Horison A à horison yang terbentuk di permukaan atau di bawah hor. O,
menunjukkan aktivitas mikroorganisme dan kadar BOT yang tinggi, terjadi
pelapukan intensif, subur
–
Horison E à horison yang memperlihatkan warna cerah, terdiri dari
partikel-partikel pasir dan debu karena tercucinya liat-liat silikat, besi,
aluminium atau kombinasinya,
–
Horison B àhorison yang memperlihatkan adanya dominasi satu atau beberapa hal
berikut: penumpukan liat, besi, alumnium, karbonat, gipsum, humus, dll
–
Horison C àhorison yang memperlihatkan sedikitnya proses pembentukan tanah,
dapat merupakan bahan induk tanah
–
Horison R à lapisan batuan keras, seperti granit, basalt, batupasir, batukapur,
dll
2. WARNA
TANAH
–
Mudah dikenali dan ditetapkan
–
Memberikan arti tertentu pada
sifat-sifat tanah
–
Mencermikan proses-proses
tertentu dalam tanah
–
Ditetapkan dengan menggunakan Munsell
Soil Color Chart à saat
penetapan warna sebaiknya tanah dalam kondisi lembab dan terlindung dari sinar
matahari langsung
Contoh Lembar Warna dalam Munsell Soil
Color Chart
Hue: menunjukkan panjang gelombang
Value: menunjukkan gelap terangnya
warna, makin ke bawah makin gelap, angka mengecil
Chroma: menunjukkan kemurnian warna,
makin ke kiri makin kotor.
Contoh: 5 YR 5/6
Merah kekuningan
l Beberapa Arti Warna Tanah
–
Menunjukkan kadar bahan organik
dalam tanah à lapisan atas tanah umumnya berwarna
gelap karena kadar bahan organik yang tinggi
–
Menunjukkan kondisi drainase
tanah à drainase tanah yang baik dicirikan
oleh lapisan-lapisan tanah yang berwarna kemerahan atau kecoklatan seragam,
drainase buruk dicirikan oleh warna kelabu à terjadi akibat proses oksidasi-reduksi besi
3.
TEKSTUR
–
Tekstur adalah perbandingan
relatif fraksi-fraksi pasir, debu, dan liat di dalam tanah
–
Tekstur tanah hanya mencakup
butir tanah yang ukurannya < 2 mm
–
Ukuran butir tanah < 2 mm
dibagi menjadi:
§ Pasir : 50 – 2.000 µm
§ Debu : 2 – 50 µm
§ Liat : < 2
µm
–
Campuran pasir, debu dan liat
dalam tanah dengan perbandingan tertentu menghasilkan kelas-kelas tekstur
tertentu à ada 12 kelas tekstur
Segitiga tekstur à mengelompokkan tekstur ke dalam 12 kelas
Contoh:
Liat = 50 %
Debu = 45 %
Pasir = 5 %
Kelas tekstur: Liat berdebu
–
Tekstur adalah sifat tanah yang
sulit diubah à tekstur tanah lebih banyak
diwariskan dari bahan induknya
–
Kaitan tekstur tanah dengan
sifat tanah lain:
l Tanah bertekstur halus memiliki KTK lebih tinggi dibandingkan tanah
bertekstur kasar
l Pada tanah bertekstur halus à pori mikro banyak, pori makro sedikit à permeabilitas tanah rendah
4.
STRUKTUR
Struktur merupakan agregasi alami dari
partikel-partikel primer tanah
Struktur tanah dideskripsikan melalui:
(a) bentuk, (b) ukuran, dan (c) tingkat perkembangan struktur
(a)
Bentuk :
•
Granular/remah
•
Lempeng (platy)
•
Gumpal (blocky)
Gumpal
bersudut (angular blocky)
Gumpal
membulat (sub angular blocky)
•
Tiang:
Prismatik :
ujung atas tanpa lengkung
Kolumnar : ujung
atas lengkung
•
Lepas/butir tunggal
•
Masif
(b) Ukuran:
•
Halus : < 2 mm
•
Sedang : 2 – 5 mm
•
Kasar : 5 – 20 mm
•
Sangat kasar : 20 – 75 mm
•
Ekstrim kasar : > 75 mm
c) Tingkat perkembangan struktur:
0 = tanpa struktur, agregasi tidak dapat diobservasi, pada struktur
masif
dan lepas
1 = lemah à ped tidak jelas
2 = sedang
3 = kuat à ped jelas, kohesi kuat
l Bentuk struktur tanah dapat mencerminkan lokasi tanah.
‒
remah atau granular umumnya di
permukaan tanah à bahan
pengikat banyak (BOT, besioksida)
‒
gumpal membulat, gumpal
bersudut banyak ditemukan di lapisan di
bawah
l Struktur tanah menunjukkan perkembangan tanah à semakin berkembang struktur tanah semakin berkembang pula tanah
yang bersangkutan. Perkembangan struktur sangat erat kaitannya dengan bahan
organik tanah
l Struktur tanah dapat menunjukkan kondisi pori tanah à semakin baik struktur tanah, pori makro tanah semakin banyak.
5.
KONSISTENSI
‒
Manifestasi dari tenaga-tenaga
fisik adhesi dan kohesi yang bekerja dalam tanah pada kelembaban yang berbeda
‒
Manifestasi à (1).
Tingkah laku terhadap gaya berat, tekanan, tarikan, (2). Tendensi massa tanah
melekat pada benda lain
‒
Konsistensi dinyatakan dalam
tiga kondisi kelembaban, yaitu: basah, lembab, kering
‒
Kondisi Basah à kadar air “sedikit” di atas kapasitas lapang, dilihat kelekatan dan
plastisitasnya
Kelekatan/Plastisitas:
1. Kesanggupan berubah bentuk di bawah
pengaruh tekanan
2. Mempertahankan kesan bentuk terhadap
tekanan yang berubah-ubah
‒
Kondisi Lembab à kadar air antara kapasitas lapang – kering udara, dilihat
kegemburan atau keteguhan tanah
Ciri-ciri :
1. Cenderung pecah jadi bentuk-bentuk
kecil
2. Beberapa perubahan bentuk sebelum
pecah
3. Non tegar
4. Sanggup melekat kembali
‒
Kondisi Kering
Ciri-ciri
1. Tegar/keras
2. Ketahanan maksimum
3. Cenderung Hancur
4. Tak sanggup melekat
l Konsistensi tanah sangat berkaitan dengan tekstur tanah. Semakin
halus tekstur tanah, konsistensinya semakin lekat.
l Konsistensi juga dipengaruhi oleh jenis liat. Tipe liat 2:1
mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan tipe liat lainnya.
l Pengetahuan konsistensi sangat penting untuk pengolahan tanah, baik
dari segi kadar air yang harus diatur maupun jenis peralatannya.
Klasifikasi Tanah
•
Apakah tanah-tanah ini sama?
•
Untuk memudahkan komunikasi
bagaimana menyebut masing-masing tanah
ini à perlu klasifikasi tanah untuk
menentukan nama
Pengertian Klasifikasi Tanah
1.
Penggolongan tanah berdasarkan
ciri-ciri tertentu secara bertingkat-tingkat dan disusun secara sistematik
2.
Klasifikasi tanah merupakan
cara untuk mempermudah mengingat sifat-sifat tanah. Klasifikasi tanah bersifat
dinamis artinya terus berkembang mengikuti kemajuan ilmu-ilmu lainnya.
3.
Klasifikasi tanah merupakan
sarana penting dalam mempersiapkan rencana pengembangan pertanian.
Kegunaan klasifikasi tanah
1.
Mengetahui sifat, ciri, dan
kemampuan sesuatu jenis tanah,
2.
Mengetahui hubungan antara
jenis tanah satu dengan yang lain,
3.
Dapat meramalkan sifat,
kemampuan dan keadaan tanah pada masa yang akan datang
l Klasifikasi Tanah
1. Umum:
Klasifikasi tanah
untuk tujuan penggunaan secara luas berdasarkan sifat-sifat tanah umum.
Klasifikasi tanah yang akan dibicarakan dalam arti ini.
2. Khusus:
Klasifikasi tanah untuk penggunaan
khusus berdasarkan sifat-sifat tertentu. Misalnya klasifikasi tanah untuk penggunaan
sawah.
l Klasifikasi Umum
1.
Taksonomi Tanah (Soil
Taxonomy) oleh USDA
2.
FAO UNESCO (1974)
3. Pusat Penelitian Tanah (1983) à sebelumnya ada sistem klasifikasi Dudal & Supraptohardjo
SISTEM KLASIFIKASI TAKSONOMI TANAH
1. Dikembangkan oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA)
2. Dirilis pertama kali
tahun 1975 setelah mengalami perbaikan ke-7 (Seventh Approximation).
3.
Terus mengalami perbaikan dari tahun ke tahun sampai saat ini à kini sudah ada buku Key to Soil Taxonomy 2006 edisi ke-10
4.
Mula-mula ada 10 order kemudian berkembang menjadi 11 dan saat ini ada
12 order
5.
Sistem ini cepat berkembang karena sistematikanya sangat baik
Penamaan tanah dalam Taksonomi Tanah
dibagi menjadi 6 kategori
Kategori tinggi
1. Order
2.
Suborder
3.
Greatgroup
4.
Subgroup
Kategori rendah
5. Family
6.
Seri
Penamaan order tanah didasarkan pada:
1.
Jenis epipedon (lapisan atas
tanah yang umumnya berwarna lebih gelap)
2.
Jenis horison penciri bawah
3.
Regim kelembaban tanah
4.
Regim temperatur tanah
5.
Sifat-sifat bahan tanah khusus,
misalnya sulfidic material
1. Jenis-jenis epipedon:
Molik :
tebal, gelap, bahan organik tinggi, KB tinggi, perkembangan struktur kuat, jika
kering tidak keras, kadar P rendah
Umbrik :
mirip molik, tetapi KB rendah
Antropik :
mirip molik, tetapi kadar P tinggi atau diirigasi
Plaggen :
mirip molik, tetapi buatan manusia
Melanik :
mirip molik, tetapi berwarna lebih hitam
O k r i k : tidak memenuhi persyaratan epipedon yang disebut diatas;
warna muda, BO rendah, keras dan masif bila kering
H i s t i k : BO tinggi, jenuh air selama > 30 hari
Folistik :
mirip histik tetapi penggenangan kurang dari 30 hari
Ada kriteria kuantitatif untuk
mengekspresikan
ketebalan, warna, kadar BOT, KB, kadar
P, dll
2. Horison penciri bawah à horison yang berada di bawah epipedon
Albik :
horison berwarna pucat
Argilik :
horison B penimbunan liat, umumnya ada selaput iat, struktur kuat, dan tekstur
lebih halus
Kandik :
penimbunan liat, KTK rendah
Natrik :
penimbunan liat, kadar Na tinggi, struktur kolumnar
Spodik :
penimbunan bahan organik, besi dan aluminium oksida
Kalsik :
penimbunan CaCO3, membuih bila ditetesi HCl
Gipsik :
penimbunan CaSO4
Oksik :
penimbunan relatif Fe dan Al oksida
Kambik :
tidak memenuhi kriteria horison yang diatas
3. Regim Kelembaban Tanah
à merujuk pada ada tidaknya air yang dipegang pada tegangan < 1500
kPa dalam tanah pada horison tertentu dalam periode 1 tahun. Terkait dengan
ketersediaan untuk tanaman
Regim Kelembaban
|
Kriteria
|
Aquic
|
Tanah yang sering jenuh air,
sehingga terjadi reduksi yang ditunjukkan oleh adanya karatan dengan chroma
rendah
|
Aridic atau Torric
|
Sangat kering, tidak pernah
lembab lebih dari 90 hari berturut-turut setiap tahun
|
Udic
|
Tanah tidak pernah kering 90
hari (kumulatif) setiap tahun
|
Ustic
|
anah setiap tahun kering
lebih dari 90 hari (kumulatif) tetapi kurang dari 180 hari.
|
Xeric
|
Hanya terdapat di daerah
beriklim Mediteran (non Iso). Setiap tahun kering lebih dari 45 hari
berturut-turut di musim panas, lembab lebih dari 45 hari berturut-turut di
musim dingin
|
4.
Regim Temperatur Tanah
à berdasarkan rata-rata temperatur
tanah tahunan
Nama
|
Suhu Tahunan (oC)
|
Selisih Suhu pada Musim Panas - Musim Dingin (oC)
|
Pergilic
|
< 0
|
-
|
Cryic
|
< 8
|
Tanpa permafrost
|
Frigid
|
< 8
|
> 6
|
Mesic
|
8 -15
|
> 6
|
Thermic
|
15 - 22
|
> 6
|
Hyperthermic
|
> 22
|
> 6
|
Isofrigid
|
< 8
|
< 6
|
Isomesic
|
8 - 15
|
< 6
|
Isothermic
|
15 - 22
|
< 6
|
Isohyperthermic
|
> 22
|
< 6
|
Ada 12 order tanah dalam Taksonomi
Tanah:
Gelisol : Gelic (membeku), adanya permafrost (selalu beku dalam 100 cm)
Histosol : dari histos (jaringan); berbahan tanah organik
Spodosol : dari spodos (abu kayu); memiliki horison spodik
Andisol : dari andosol (ando = tanah hitam);
memiliki sifat andik
Oksisol : dari oksida; memiliki harison
oksik
Vertisol : vert dari verto/invert; ada liat mengembang-mengkerut
sehingga retak bila kering
Aridisol : arid dari aridus (kering); di daerah kering
Ultisol : dari ultimus (akhir); memiliki horison
argilik, KB rendah
Mollisol : dari mollis (lembut, lunak); memiliki epipedon molik
Alfisol : dari pedalfer (Al dan Fe); horison argilik,
KB tinggi
Inceptisol : dari inceptum (permulaan); ada horison
kambik
Entisol :
ent dari recent (baru); tanpa atau hanya satu horison
Sub order:
Penamaan sub order terdiri dari dua suku kata, suku kata pertama menunjukkan sifat order dan suku kata kedua menunjukkan sifat order
Contoh:
Alfisol yang selalu tergenang à Aqualf
Penamaan sub order terdiri dari dua suku kata, suku kata pertama menunjukkan sifat order dan suku kata kedua menunjukkan sifat order
Contoh:
Alfisol yang selalu tergenang à Aqualf
Inceptisol di regim kelembaban udik à Udept
Histosol dengan tingkat kematangan
fibrik à Fibrist
Andisol dengan regim kelembaban udik à Udand
Aquult à….…?
Humult à ……?
Udult à ..….?
l SISTEM KLASIFIKASI TANAH MENURUT
FAO/UNESCO (1974)
1. Dibuat berdasarkan rekomendasi Soil Science Society
2. Usaha Internasional untuk
membuat klasifikasi internasional dan peta tanah dunia
3. Hanya dikenal nama tanah
yang setara dengan Greatgroup dan Subgroup
4. Mengadopsi dari berbagai
nama tanah di berbagai negara
Sistem Klasifikasi Tanah PPT 1983
1. Sistem ini merupakan pengembangan dari sistem klasifikasi yang
disusun oleh Dudal dan Soepraptohardjo.
2. Pengembangan sistem PPT
bertujuan untuk mencari tanah-tanah untuk permukiman transmigrasi.
3. Mula-mula dikembangkan
sistem penamaan dengan 2 kategori jenis dan macam tanah (setara dengan
greatgroup dan subgroup). Penamaan subgroup sebagian besar menggunakan warna
tanah.
4. Akhirnya diketahui bahwa
warna tanah tidak selalu terkait erat dengan sifat tanah. Panamaan tanah tidak
langsung mengkaitkan dengan warna tanah.
Sistem klasifikasi Pusat Penelitian
Tanah menggunakan enam kategori yaitu
1 Golongan (order) :
tanah dibedakan menjadi 2, tanah belum mengalami perkembangan profil dan tanah dengan perkembangan profil.
2. Kumpulan (suborder)
: tanah yang telah mengalami perkembangan profil dibedakan atas dasar susunan
horison tanah, yaitu: H, AC, ABC, AB2C, AbtC AbtGC AbodC dan AboxC
3. Jenis (great group),
4. Macam (subgroup),
5. Rupa (family), dan
6 Seri.
Pada katagori rendah (rupa dan seri)
penciri utamanya adalah tekstur dan
drainase tanah.
Sebagai contoh penamaan tanah menurut
PPT (1983) adalah sebagai berikut.
Golongan :
Dengan perkembangan profil
Kumpulan :
Horison ABC
Jenis Tanah : Latosol
Macam Tanah : Latosol Humik
Rupa :
Latosol Humik, tekstur, liat, drainase baik.
Seri :
Bogor (Latosol Humik, tekstur liat, drainase
baik).
Padanan Sistem PPT, FAO, dan Soil
Taxonomy
FAO/UNESCO
|
Taksonomi Tanah
|
|
Tanah Aluvial
|
Fluvisol
|
Entisol/Inceptisol
|
Andosol
|
Andosol
|
Andisol
|
Kambisol
|
Cambisol
|
Inceptisol
|
Latosol
|
Cambisol
|
Inceptisol, Oksisol
|
Grumusol
|
Vertisol
|
Vertisol
|
Litosol
|
Litosol
|
Entisol (Lithic)
|
Mediteran
|
Luvisol
|
Alfisol/Inceptisol
|
Organosol
|
Histosol
|
Histosol
|
Podsol
|
Podsol
|
Spodosol
|
Podsolik
|
Acrisol
|
Ultisol
|
Regosol
|
Regosol
|
Entisol
|
Renzina
|
Renzina
|
Rendoll
|
Gleisol
|
Gleysol
|
Aquic suborder
|
Planosol
|
Planosol
|
Aqualf
|
Beberapa tanah “penting”
ENTISOL (Aluvial, regosol, litosol)
•
Entisol (Aluvial) à hasil dari endapan sungai, topografi datar, sebagian besar digunakan untuk untuk sawah.
•
Di daerah tertentu konversi
penggunaan lahan menjadi non pertanian sangat tinggi
•
Entisol (Litosol) à tanah tipis, banyak ditemui di daerah pegunungan kapur dan daerah
kars di Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara dan Maluku Selatan.
•
Saat ini belum banyak
dimanfaatkan untuk pertanian. Sebaiknya ditanam tanaman hutan yang tahan
terhadap kekeringan dan solum dangkal: cendana, jati.
INCEPTISOL (Latosol, Kambisol)
•
Dicirikan oleh adanya horison
kambik.
•
Tanah yang mulai berkembang
tetapi belum matang yang ditandai oleh perkembangan profil yang lebih lemah
•
Daerah penyebaran tanah jenis
ini: Jawa, Sumatera, Kalimantan
•
Inceptisol yang mengandung
horison sulfurik yang sangat masam à tanah
sulfat masam (Sulfaquept)
ULTISOL (Podsolik)
•
Kandungan bahan organik,
kejenuhan basa dan pH rendah (pH 4,2-4,8)
•
Dijumpai horison argilik
(horison iluviasi liat)
•
Terbentuk dalam daerah iklim
seperti Latosol, perbedaan karena bahan induk: Latosol terutama berasal dari
batuan volkanik basa dan intermediate, sedang tanah Ultisol berasal dari batuan
beku masam dan tuff.
OKSISOL
•
Tanah yang telah mengalami
pelapukan lanjut à kaya
akan seskuioksida.
•
Dicirikan oleh adanya horison
oksik pada kedalaman kurang dari 1.5 m
Ciri morfologi Oksisol yang umum: (1)
solum yang dangkal, kurang dari 1 meter, (2) susunan horison A, B, dan C dengan
horizon B spesifik berwarna merah kuning sampai kuning coklat dan bertekstur
paling halus liat, dan (3) mengandung konkresi Fe/Mn lapisan kuarsa.
· Banyak digunakan untuk perladangan, pertanian subsisten
penggembalaan dengan intensitas rendah, dan perkebunan yang intensif seperti
perkebunan tebu, nanas, pisang dan kopi.
ANDISOL (Andosol)
•
Tanah umumnya berwarna gelap
(kaya bahan organik), sangat gembur, fraksi liat didominasi bahan amorf
(alofan), bobot isi < 0.85 g/cm3
•
Bahan induk dari abu volkan,
umumnya dijumpai di dataran tinggi
•
Banyak dimanfaatkan untuk
budidaya hortikultura, kebun teh
HISTOSOL (Organosol, Gambut)
•
Gambut berasal dari lapukan
bahan organik yang menumpuk dalam waktu jutaan tahun
•
Ketebalan gambut bisa mencapai
belasan meter
•
Tingkat kematangan dibedakan
fibrik, hemik, saprik
•
Luas gambut di Indonesia
sekitar 20 juta hektar menyebar di Sumatra, Kalimantan, Papua
•
Digunakan untuk kebun sawit,
HTI, sawah, palawija, dll
SURVEI DAN PEMETAAN TANAH
SURVEI TANAH
Survei tanah adalah penjelajahan wilayah secara sistematik dalam rangka
pendataan individu tanah dan faktor-faktor lingkungan untuk mendapat gambaran
/informasi menyeluruh dari daerah survei
è lokasi pengamatan /pengambilan
contoh tanah harus
representatif
è kerapatan pengamatan tergantung
skala.
Survei tanah dilakukan dengan cermat dan
teliti, baik dari segi pemetaan tanahnya maupun segi klasifikasi tanahnya. è
Artinya: pengamatan di lapangan harus
teliti dan penempatan titik pengamatan ke dalam peta harus tepat.
Pengamatan representatif è Keragaman lingkungan dipertimbangkan dalam penentuan lokasi
pengamatan
K1 = datar K2 = berombak
K3 = bergelombang K4 = berbukit
Pemetaan Skala kecil
Seluruh keragaman bentuk wilayah
terwakili è pengamatan representatif, informasi tidak detil
Pemetaan Skala Besar
Seluruh keragaman bentuk wilayah
terwakili è pengamatan representatif, informasi lebih detil
R1 =
Curah hujan rendah
R2 = Curah hujan sedang
R3 = Curah hujan tinggi
Pemetaan Skala kecil
Seluruh keragaman bentuk wilayah dan
curah hujan terwakili è pengamatan representatif, informasi tidak detil
Tahapan Survei Tanah:
a.
Persiapan
b.
Survei Pendahuluan
c.
Survei Utama
d.
Pengolahan dan Penyusunan
Laporan
Persiapan:
Tahap ini merupakan : tahap studi
pustaka yaitu meneliti dan mangkaji pustaka yang telah ada tentang keadaan
tanah di daerah survei. Sarana yang cukup penting pada tahap ini adalah
penyiapan peta kerja (perencanaan sampling/titik pengamatan (bor, pedon yang
representatif sesuai dengan skala yang diinginkan) yang berisi tentang keadaan
daerah survei (hasil dari studi pustaka).
Survei Pendahuluan:
Survei pendahuluan dilakukan untuk
mempersiapkan survei utama dengan tujuan: memperoleh gambaran menyeluruh daerah
survei dan identifikasi permasalahan yang ada di daerah survei. Adapun hal-hal
perlu disiapkan antara lain:
a. adminstrasi
b. selama survei pendahuluan perlu
dilakukan beberapa
pengamatan tentang jenis tanah dan keadaan lingkungan
c. modifikasi terhadap rencana kerja
Survei Utama:
Survei utama: melakukan identifikasi
jenis tanah dan faktor lain yang mempengaruhi kemampuan lahan (seperti lereng,
keadaan batu, bahaya banjir dsb.) serta menentukan penyebarannya di daerah
survei
Jenis tanah ditentukan berdasarkan atas pengamatan
profil tanah di lapang dibantu dengan hasil analisis di laboratorium terhadap
contoh-contoh tanah yang diambil dari masing-masing tanah tersebut.
Pengolahan dan Penyusunan Laporan
a.
Melakukan perbaikkan terhadap
peta tanah berdasarkan pada hasil survei dan hasil laboratorium
b.
Menyusunan naskah laporan yang
menguraikan lebih detil tentang metodologi dan hasil selama survei dan pemetaan
tanah ini berlangsung.
DEFINISI PETA :
Peta adalah gambaran sebagian unsur alam maupun buatan manusia, baik yang
berada di atas atau di bawah permukaan
bumi, yang disajikan dalam bentuk simbol-simbol, melalui proses generalisasi pada suatu media dengan skala dan sistem koordinat tertentu
Peta
menyajikan sebaran geografis dari sejumlah fenomena, sehingga pola,
keterkaitan maupun hubungan timbal balik antara
fenomena-fenomena lingkungan di suatu lokasi dengan lokasi lainnya lebih mudah
difahami.
Sebagian unsur alam atau buatan
manusia: artinya tidak seluruh fenomena / obyek yang ada di permukaan bumi yang
dapat dipetakan pada suatu media yang terbatas (A4, A3, A0 dsb. ) atau skala
tertentu, misalnya hanya tanah, atau penggunaan lahan, atau lereng saja dll.
Berada di atas permukaan bumi: unsur
yang akan dipetakan hanya unsur-unsur yang berada di permukaan bumi (seperti
tanah)
Generalisasi: suatu proses untuk
menyederhanakan data / informasi menjadi lebih sederhana, dengan tetap
mempertahankan kesesuaian dengan kondisi lapang, sesuai dengan skala peta yang
diinginkan. Dengan demikian, peta menjadi lebih jelas dan mudah dimengerti oleh
pengguna peta.
PETA
TANAH: GENERALISASI SEBARAN
JENIS-JENIS TANAH
Proses generalisasi menyebabkan obyek /
fenomena yang disajikan pada peta akan berbeda dengan keadaan sesungguhnya di
lapangan, akan tetapi terdapat hubungan
keruangan yang sistematik antara obyek / fenomena yang disajikan pada
peta dengan keadaan sesungguhnya di lapangan (bentuk, jarak, arah maupun
luas).
PETA DAPAT DIBEDAKAN:
FUNGSI
Peta Topografi atau Peta Rupa Bumi
(RBI)
Peta Tematik
SKALA:
Skala besar
Skala sedang
Skala kecil
PETA TOPOGRAFI atau RBI
Fungsi peta topografi dalam pemetaan
tanah:
sebagai PETA DASAR artinya informasi yang ada pada topografi akan
digunakan sebagai informasi dasar dalam pemetaan tanah. Informasi tersebut
antara lain: sungai, jalan, koordinat, nama, kontur dsb.
Informasi yang disajikan dalam peta
topografi:
a.
Batas administrasi (desa,
kecamatan, kabupaten, provinsi)
b.
Ketinggian tempat yang
disajikan dengan kontur, titik ketinggian. Kontur adalah garis khayal yang
menghubungkan titik-titik yang memiliki ketinggian yang sama dari pemukaan air
laut.
c.
Toponimi (nama daerah
administrasi, nama kota, nama sungai,
gunung)
d.
Penggunan lahan
e.
Sungai, jalan
Diagram Peta Topografi
a.
Judul Peta, tahun pembuatan
peta
b.
Diagram lokasi
c.
Sistem yang digunakan
(proyeksi, datum dll)
d.
Penerbit dan pembuat peta
e.
Legenda (keterangan tentang
simbol dalam peta)
f.
Riwayat peta
g.
Petunnjuk transformasi
koordinat
h.
Pembagian daerah
administrasi
i.
Selang kontur, skala grafis
dan skala numerik
j.
Arah mata angin
k.
Isi (informasi) peta
Peta Topografi yang tersedia di
BAKOSURTANAL
(Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan
Nasional):
a.
Skala 1:10.000 (wilayah
tertentu, saat ini tdak produksi)
b.
Skala 1:25.000 (terutama
Jawa, BALI, MADURA, ntt,ntb)
c.
Skala 1:50.000 (SUMATRA,
KALIMANTAN, SULAWESI)
d.
SKALA 1:100.000 (Maluku)
e.
Skala 1:250.000 (jawa dan
luar jawa)
SKALA PETA :
Perbandingan antara jarak/panjang
suatu obyek di peta dengan jarak/panjang
obyek yang sama di lapang
S = ab/AB dimana
S = skala
ab =
jarak/panjang obyek di peta
AB = jarak/panjang obyek di lapang
Peta skala 1: 25.000
1 cm di peta = 25.000 cm di
lapang atau
1 cm di peta = 250 m di lapang
1 cm2 di peta =
(25.000 x 25.000) cm2 di lapang atau
= 62.500 m2 di lapang atau
= 6. 25 hektar di lapang
PENYAJIAN SKALA DALAM PETA (pada
umumnya):
1.
SKALA NUMERIS
2.
SKALA GRAFIS
SKALA NUMERIS : Ditampilkan dalam
bentuk bilangan (Numeris)
SKALA GRAFIS : Ditampilkan dalam bentuk gambar (Grafis)
SKALA PETA
|
JARAK DI LAPANGAN
1 Cm di Peta =
|
TINGKAT KEDETILAN
INFORMASI DALAM PETA
|
CAKUPAN WILAYAH PADA UKURAN
PETA YANG SAMA
|
|
Besar
|
< 1:10.000
s/d
1:25.000
|
< 1 m
10 m
|
||
Sedang
|
1:25.000
1:50.000
|
250 m
500 m
|
||
Kecil
|
1:100.000
1:250.000
|
1.000 m
> 2.500 m
|
PETA TEMATIK
PETA TEMATIK adalah peta yang
memiliki satu tema yang disajikan
dalam peta tersebut
CONTOH PETA TEMATIK :
a.
Peta kemiringan lereng
adalah peta yang menggambarkan penyebaran kelas kemiringan lereng pada suatu
daerah. Adapun kelas kemiringan lereng tercantum dalam legenda.
b.
Peta geologi adalah peta
yang menggambarkan penyebaran formasi batuan pada suatu daerah. Peta ini
dilengkapi legenda yang menerangkan susunan batuan pada setiap formasi batuan
serta penampang melintang pada beberapa lokasi.
c.
Peta tanah adalah peta yang
menggambarkan penyebaran jenis-jenis tanah di suatu daerah. Peta ini dilengkapi
dengan legenda yang secara singkat menerangkan sifat-sifat dari masing-masing
satuan peta.
Peta Kemiringan Lereng
Informasi yang dibutuhkan dari peta
ini, terkait dengan pemetaan tanah adalah kelas kemiringan lereng, karena
kemiringan lereng merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses
pembentukan tanah, sehingga dapat berpengaruh terhadap karakteristik tanah.
Kelas kemiringan lereng dapat DIBUAT
dari GARIS KONTUR yang ada pada peta topografi.
Kemiringan lereng dapat dinyatakan dalam % atau derajad
Kemiringan lereng dapat dinyatakan dalam % atau derajad
Semakin rapat jarak antar kontur,
maka semakin curam kemiringan lerengnya
Permukaan antara 2 kontur dianggap
sebagai garis lurus
Kontur (peta topografi skala 1:25000)à semakin rapat garis kontur, maka semakin curam kemiringan lereng
Cuplikan peta kemiringan lereng
dibuat dari peta topografi skala 1:25000
Peta
Informasi yang dibutuhkan dari peta ini,
terkait dengan pemetaan tanah adalah jenis batuan, karena jenis batuan ini
merupakan bahan induk pembentuk tanah.
Qr: merupakan endapan pada Rawa Danau
yang berupa kerikil, pasir, lempung, lumpur yang berasal dari batuan gunungapi
Qvtb: merupakan tufa berbatuapung dan
tufa pasiran .
Kedua jenis batuan tersebut akan
memberikan jenis tanah yang berbeda
Peta Tanah
Tujuan Pemetaan Tanah: melakukan
pengelompokkan tanah ke dalam satuan-satuan peta tanah yang masing-masing
mempunyai sifat-sifat yang sama
Kaitan antara Jenis Peta Tanah dengan
Skala Peta dan Satuan Peta (Lembaga Penelitian Tanah)
Peta Tanah
Tujuan Pemetaan Tanah: melakukan
pengelompokkan tanah ke dalam satuan-satuan peta tanah yang masing-masing
mempunyai sifat-sifat yang sama
Kaitan antara Jenis Peta Tanah dengan
Skala Peta dan Satuan Peta (Lembaga Penelitian Tanah)
n Asosiasi tanah : Beberapa jenis tanah dalam satu satuan peta
yang arealnya jelas, tapi batas penyebarannya tidak dapat ditetapkan karena
rumit dan sempit (skala peta terlalu kecil untuk memisahkannya), tetapi terlalu
luas untuk dihilangkan (di generalisisasi)
n Kompleks tanah : satuan peta yang tersusun atas beberapa
jenis tanah yang sulit ditentukan batasnya secara tegas
EVALUASI SUMBERDAYA LAHAN
II. Pengertian Evaluasi Sumberdaya
Lahan
q Evaluasi lahan adalah proses penilaian sumber daya lahan untuk
tujuan tertentu dengan menggunakan pendekatan atau cara yang sudah teruji
q FAO (1985): Evaluasi Sumberdaya Lahan adalah proses penilaian
kondisi lahan ketika (lahan) digunakan untuk suatu penggunaan tertentu
q Van Diepen, et al. (1991): Evaluasi Sumberdaya Lahan adalah
metoda yang digunakan untuk menilai lahan, yang kemudian digunakan untuk
memprediksi potensi penggunaan lahan tersebut
q Setelah potensinya diketahui, hasilnya kemudian digunakan sebagai
dasar untuk perencanaan penggunaan lahan secara rasional. Dengan demikian,
lahan dapat direncanakan untuk digunakan berdasarkan potensi yang ia dapat
berikan
2.1. Pentingnya Evaluasi Sumberdaya Lahan
TANAH
DAN LAHAN: sumberdaya alam harus diperhatikan dalam perencanaan penggunaannya (antara lain melalui
evaluasi kemampuannya), karena ia dapat rusak
Evaluasi
Lahan diperlukan karena:
1.
Sumberdaya lahan terbatas,
merupakan sumberdaya non renewable ® manusia yg memerlukan lahan jumlahnya .
2.
pembangunan dan taraf hidup masyarakat
dapat persaingan penggunaan ruang (lahan) Þ konflik
3.
Penggunaan
lahan yg tidak sesuai dengan kemampuannya dan daya dukungnya ®
kerusakan lahan;
4.
Setiap
komoditas memiliki tuntutan sifat tanah dan lahan yang berbeda
5.
Konversi lahan hutan menjadi lahan pertanian tanpa
memperhatikan azas kesesuaian lahan ® lahan dan lingkungan rusak
6.
Tanah
dan lahan yang semata-mata dianggap merupakan faktor produksi cenderung
mengabaikan pemeliharaan kelestarian sumberdaya lahan
2.2. Logika
Dilakukannya Evaluasi Sumberdaya Lahan
1.
Sifat
lahan beragam, namun dapat dibuat menjadi satuan-satuan yang lebih seragam;
2.
Keragaman
mencerminkan jenis-jenis kesesuaian
penggunaan lahan yang berbeda-beda;
3.
Keragaman
bersifat sistematik, sehingga dapat dipetakan (ingat: Bab 10);
4.
Kesesuaian
lahan dapat dievaluasi dengan ketepatan tinggi bila data cukup
tersedia dan berkualitas baik.
5.
Pengambil
keputusan/pengguna lahan dapat menggunakan peta kesesuaian lahan sebagai salah
satu dasar untuk mengambil keputusan dalam perencanaan penggunaan lahan.
Contoh
Penampang Tanah: (a) Oxic Hapludult; (b) Oxic Dystrudept; dan (c) Spodic
Udipsamment
Ciri tanah yang berbeda-beda
mencerminkan kemampuan atau kesesuaian untuk penggunaan tertentu yang berbeda
pula
2.3. Kemampuan Lahan dan Kesesuaian
Lahan
Ø Lahan: Lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan
vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaannya.
Termasuk didalamnya adalah akibat-akibat kegiatan manusia, baik pada masa lalu
maupun sekarang (reklamasi pantai, penebangan hutan, erosi).
•
Kemampuan Lahan (Land
Capability): potensi lahan yang didasarkan atas kecocokan lahan
untuk penggunaan pertanian secara umum yaitu daerah pertanian, padang
penggembalaan (ternak), hutan dan cagar alam.
Ø
Dep. Pertanian AS (USDA):
satuan peta tanah dikelompokkan atas dasar kemampuannya (adaptability)
untuk memproduksi tanpa menimbulkan kerusakan dalam jangka panjang
Ø
Kesesuaian Lahan (Land
Suitability): kecocokan (adaptability)
untuk tipe penggunaan lahan (jenis tanaman dan tingkat pengelolaan) tertentu
Ø
Digunakan terutama oleh FAO
•
Pengelompokan lahan dilakukan
oleh ilmuwan tanah, dalam bentuk SATUAN PETA TANAH (SPT), ATAU SATUAN PETA
LAHAN (SPL)
•
INTI EVALUASI SUMBERDAYA
LAHAN: membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan, dengan
sifat-sifat atau kualitas lahan yang dimiliki lahan yg akan digunakan ® potensi lahan atau kelas kesesuaian/kemampuan lahan
untuk jenis penggunaan lahan tersebut
•
Satuan Peta Lahan: kelompok lahan yang mempunyai sifat-sifat yang sama atau hampir
sama, yang penyebarannya digambarkan dalam peta sebagai hasil dari suatu survei
sumberdaya alam (seperti survei tanah, inventarisasi hutan dan sebagainya).
2.4. Beberapa Pengertian
Ø Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan saat ini dalam
keadaan alami, tanpa ada perbaikan lahan.
Ø Kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan setelah dilakukan
perbaikan pada lahan.
Ø Kesesuaian lahan fisik adalah kesesuaian lahan yang didasarkan
atas faktor-faktor fisik, tanpa memperhatikan faktor ekonomi.
Ø Kesesuaian lahan ekonomik adalah kesesuaian lahan yang didasarkan
atas faktor-faktor fisik dan pertimbangan ekonomi (biaya dan keuntungan).
Ø Karakteristik lahan adalah sifat-sifat lahan yang dapat diukur
besarnya seperti lereng, pH tanah, tekstur tanah, curah hujan, kadar N, P, K,
kejenuhan basa dan lain-lain.
Ø Kualitas lahan adalah sifat lahan yang berpengaruh terhadap
sesuatu tipe penggunaan lahan tetapi biasanya sulit diukur karena merupakan
sifat akumulatif dari beberapa karakteristik lahan.
Ø Satu jenis karakteristik lahan dapat
berpengaruh terhadap lebih dari satu jenis kualitas lahan, misalnya tekstur
tanah dapat berpengaruh terhadap tersedianya air, mudah tidaknya tanah diolah,
kepekaan erosi dan lain-lain
Ø .Satu jenis kualitas lahan dapat disebabkan
oleh beberapa karakteristik lahan, misalnya ketersediaan hara dapat ditentukan
berdasarkan ketersediaan P dan K-dapat ditukar, dan sebagainya.
Contoh Kualitas lahan
A. Kualitas Lahan
untuk Pertumbuhan Tanaman
|
|
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh banyak
karakteristik lahan berikut:
|
|
·
Tersedianya air
|
·
Hama dan penyakit tanaman
|
·
Tersedianya unsur hara
|
·
Bahaya banjir
|
·
Tersedianya oksigen di perakaran
|
·
Suhu
|
·
Daya memegang unsur hara
|
·
Sinar matahari dan photo period
|
·
Kondisi untuk perkecambahan
|
·
Iklim
|
·
Mudah tidaknya diolah
|
·
Kelembaban udara
|
·
Kadar garam
|
·
Masa kering untuk pematangan tanaman
|
·
Unsur-unsur beracun
|
·
Kepekaan erosi
|
|
|
B. Kualitas
Lahan untuk Produksi Ternak
|
|
·
Semua kualitas lahan pada A
(mempengaruhi pertumbuhan tanaman/rumput ternak)
|
|
·
Kesulitan-kesulitan iklim yang
mempengaruhi hewan ternak
|
|
·
Penyakit-penyakit hewan
|
|
·
Nilai nutrisi dari rumput
|
|
·
Sifat racun dari rumput
|
|
·
Ketahanan terhadap kerusakan rumput
|
|
·
Ketahanan terhadap erosi akibat
penggembalaan
|
|
·
Tersedianya air minum untuk ternak
|
|
|
|
C. Kualitas Lahan untuk Kehutanan
|
|
·
Semua kualitas lahan pada A
|
|
·
Hama dan penyakit
|
|
·
Jenis dan jumlah vegetasi asli
|
|
·
Bahaya kebakaran
|
|
|
|
D. Kualitas
Lahan yang Berhubungan dengan Pengelolaan dan Input (berlaku untuk A B dan C)
|
|
·
Faktor medan yang mempengaruhi
mekanisasi (trafficability)
|
|
·
Faktor medan yang mempengaruhi
pembuatan dan pemeliharaan jalan (accessability)
|
|
·
Ukuran satuan pengelolaan yang
potensial
|
|
·
Lokasi terhadap pasar dan penyediaan
input
|
•
Tipe penggunaan lahan adalah jenis
penggunaan lahan, berikut tingkat pengelolaannya. Misalnya, tanaman padi sawah
dengan irigasi dan pemupukan lengkap; tanaman kedelai dengan mekanisasi; dan
sebagainya.
•
Persyaratan penggunaan lahan adalah persyaratan terhadap kualitas atau karakteristik lahan yang diperlukan
agar suatu tipe penggunaan lahan yang diterapkan dapat berhasil dengan baik
II. Pendekatan dalam Evaluasi Lahan
2.1. DUA
PENDEKATAN CARA DALAM EVALUASI LAHAN:
q Secara Langsung
Ø Lahan dievaluasi langsung melalui
percobaan-percobaan, yaitu dengan menanam tanaman atau membangun jalan atau
pipa-pipa minyak misalnya, untuk melihat apa yang akan terjadi.
Ø Dalam penggunaan praktisnya, hasil-hasil
tersebut sering juga digunakan/diekstrapolasikan kepada suatu satuan lingkungan
alami secara keseluruhan seperti misalnya satuan peta tanah.
q Secara Tidak Langsung
Ø Diasumsikan bahwa tanah tertentu dan sifat-sifat lain yang terdapat
pada suatu lokasi akan mempengaruhi keberhasilan dari perencanaan penggunaan
lahan tertentu.
Ø Keadaan ini dapat
diprediksi/diramalkan, karena kualitas lahan dapat dideduksi dari
observasi/pengamatan ciri lahan tersebut.
2.2.
PROSEDUR EVALUASI LAHAN TIDAK LANGSUNG :
•
Menentukan jenis penggunaan lahan (jenis tanaman) yang akan diterapkan,
•
Menentukan persyaratan & pembatas pertumbuhannya,
•
Membandingkan persyaratan penggunaan lahan (pertumbuhan tanaman) dengan
kualitas lahan masing-masing satuan peta lahan Þ kelas kesesuaian lahannya secara
fisik.
•
Dalam evaluasi lahan ekonomi (kuantitatif), kegiatan dilanjutkan dengan
analisa ekonomi (serta sosial dan lingkungan) ® didapatkan penggunaan lahan yang
OPTIMAL DAN BERKELANJUTAN.
2.3. PENDEKATAN PENTAHAPAN DALAM
EVALUASI LAHAN
•
Pendekatan Dua Tahap: Tahap
pertama adalah evaluasi lahan kualitatif, sedangkan tahap kedua adalah analisis
ekonomi dan sosial
•
Pendekatan Paralel: analisis
sosial-ekonomi terhadap suatu penggunaan lahan dilakukan bersamaan dengan
analisis fisik-lingkungan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar