Selasa, 15 Januari 2013

pitpit

Bahan Organik dan Organisme Tanah

Bahan organik tanah (BOT) à salah satu komponen penyusun tanah
Di dalam tanah mineral jumlahnya relatif sedikit tetapi peranannya sangat besar.
Berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah
Sumber BOT: sisa tumbuhan/hewan, ditambahkan dalam bentuk pupuk kandang, pupuk hijau
Umur, jenis, kelembaban dari bahan,  sumber BO mempengaruhi sifat BOT
Bentuk dalam tanah: serasah (~5%), nekromass (+ 20%), humus (+ 70%), dan biomass (+ 5%)

Susunan Bahan Organik Tanah
75% Air
25% Tanah

UNSUR
11% C
10 % O
2 % H
2 % ABU

SENYAWA
60 % HIDRAT ARANG
25 % LIGNIN
10% PROTEIN
5% LEMAK, TANIN & WAKS/ LILIN

HIDRAT ARANG:
      GULA & PATI 1-5 %
      SELULOSA (20-50%), HEMISELUSLOSA (10-30%),

HUMUS
Definisi
         Campuran Senyawa Kompleks
         Senyawa Relatif Resisten Berasal dari Tanaman/Hewan
         Senyawa Resintesis
Humus Adalah:
   Senyawa Kompleks Agak Resisten, Berwarna Coklat-hitam, Amorphus, Koloidal, Berasal dari Tumbuhan dan Binatang yang Telah Dimodifikasi atau Disintesiskan oleh Mikroba

Sifat dan Ciri Humus
         Koloidal
         Permukaan sangat luas
         KTK tinggi (150-300 meq/100g)
            1% humus ~ 2 meq/100 g
         Daya jerap air tinggi sekali (à 4 - 5 x bobot)
         Sifat plastisitas dan sifat kohesi rendah
         Mempengaruhi warna tanah
Sifat-sifat ini menyebabkan humus memainkan peranan penting dalam tanah

PENGARUH B.O.T. TERHADAP SIFAT TANAH:
q  Pengaruh terhadap tumbuhan:
              Auksin, hormon tumbuh lainnya, vitamin
q  Sifat fisik:
            Warna, merangsang granulasi, plastisitas, konsistensi/kohesi, water holding capacity (whc), ketersediaan air
q  Sifat kimia:
            KTK, Daya sangga, suplai dan ketersediaan hara (N, P, S dan Mikro)
q  Sifat biologi:
            Sumber energi à Aktifitas dan populasi mikroba

HUBUNGAN LINGKUNGAN DENGAN B.O.T. DAN NITROGEN
§  Suhu         : makin rendah suhu makin tinggi B.O.T.
§  Curah hujan  : makin tinggi curah hujan makin tinggi            B.O.T.
§  Tekstur     : makin halus tekstur makin tinggi B.O.T.
§  Drainase   : makin buruk drainase makin tinggi B.O.T.

ü  Pengaruh faktor lingkungan bekerja bersama-sama
ü  Topografi mempengaruhi B.O.T.
ü  Peningkatan kadar B.O.T. diikuti oleh peningkatan kadar nitrogen

ORGANISMA TANAH:
q  Berupa Fauna, Flora dan Virus
q  Berukuran: mikro, meso dan makro serta mega
q  Hidup di dalam dan dari tanah
q  Siklus hidup: transient, temporary, periodik, permanen
q  Mereka berperan dalam perombakan bahan organik
q  Berperan dalam distribusi bahan tanah (Bioturbasi)
q  Berperan juga dalam proses pembentukan tanah
q  Peranan khusus dalam ketersediaan hara, faktor tumbuh (IAA, gibberelin)
q  Bisa merugikan (hama dan penyakit)

KELOMPOK ORGANISMA TANAH
Binatang
1.      Makro
·         Hidup Dari Bahan Tumbuhan
-        Mamalia
-        Keong
-        Cacing, dsb
·         Umumnya Predator
-        Serangga
-        Celurut
-        Tungau
2.      Meso
·         Predator, Parasit, Saprofit
-        Colembola
-        Acari
-        Tardigrada
3.      Mikro
·         Predator, Parasit, Saprofit
-        Protozoa
-        Rotifera

Tumbuhan
1.      Akar Tumbuhan
2.      Algae (Hijau, Biru Hijau, Diatom)
3.      Fungi (Jamur, Ragi, Kapang)
4.      Aktinomisetes
5.      Bakteri (Aerobik, Anaerobik, Autotropik, Heterotropik)

PENENTU KEGIATAN JAZAD MIKRO:
Jumlahnya (Populasi) à mikroba (flora & fauna) penting
q  Bobotnya (Biomassa)à mikroflora penting
q  Kegiatan metabolismenya à cacing + mikroflora dominan

JUMLAH DAN BIOMASSA FLORA DAN FAUNA TANAH
(PADA LAPISAN ATAS TANAH)


Jumlah
Tiap m2
Jumlah
Tiap g
Biomassa (kg/HLB)
MIKROFLORA



            Bakteri
1013-1014
108-109
450-4500
            Aktinomisetes
1012-1013
107-108
450-4500
            Fungi
1010-1011
105-106
560-5600
            Algae
104-1010
104-105
56-560
MIKRO dan MAKRO FAUNA



            Protozoa
109-1010
104-105
17-170
            Nematoda
106-107
10-102
11-110
            Cacing Tanah
30-300
-
110-1100

CACING TANAH
         Spesies yang banyak dijumpai dalam tanah:
        Lumbricus terrestis                       Temperate
        Allolobophora caliginosa
        Pheretima                                     Tropika
        Pontoscolex  Tropika
         Mereka berperan mengaduk dan mencampur tanah dengan bahan organik dengan cara menelan dan mengeluarkannya kembali à Bioturbation
         Tanah dengan populasi cacing tinggi menyebabkan tanah menjadi lebih subur karena:
        Kotoran cacing mengandung
         Bahan organik tinggi
         Unsur hara tinggi
         Plant growth promoting hormon
        Memperbaiki aerasi dan drainase

CONTOH PERBANDINGAN ANTARA KOTORAN CACING
DENGAN LAPISAN ATAS TANAH

Satuan
Kotoran
Tanah 0-15 Cm
N Total
%
0.35
0.25
C-org.
%
5.17
3.35
NO3
ppm
21.9
4.7
P-tersedia
ppm P2O5
150.0
20.8
Ca-dd
ppm Ca
2793
1993
Ca total
%
1.19
0.88
Mg-dd
ppm Mg
492
162
KTK
me/100g
4.70
3.82
KB
%
92.7
74.1


         Jumlah kotoran (casting) bisa mencapai 15 ton/ha
         Jumlah cacing di dalam tanah tergantung pada:
v  Kelembaban tanah à cacing tanah menyukai tanah lembab, tetapi tidak tergenang
v  Kapur, pH (tersedianya Ca lebih penting)
v  Bahan organik à makanan, habitat
v  Vegetasi à sumber pakan dan sebagai pelindung

Fauna makro lainnya
Ø   Semut                 
Ø   Rayap
(Agen pemindah tanah setelah cacing tanah à terutama di tropik )

Arthropoda lainnya
Ø   Milipeda
Ø   Centipeda
Ø   Diplopoda

FAUNA MESO TANAH
         Colembola
         Acari
         Tardigrada
         Nematoda

Cara hidup:
        Parasit
        Pemangsa
        Pemakan bahan organik
à Grazing effect pada mikrob
à Kotorannya merupakan bahan dasar humus

FAUNA MIKRO TANAH
         Protozoa à pemakan mikroflora
         Rotifera à pemakan bahan organik

FLORA TANAH
Peranannya lebih penting dari fauna

DEKOMPOSISI
BAHAN ORGANIK
PEMBENTUKAN SENY. SEDERHANA
HUMUS

Flora makro contohnya: akar tanaman
Peranan akar:
Ø  Suplai bahan organik tanah
Ø  Penyeimbang hara dalam tanah
Ø  Aerasi

Flora mikro:
v  Algae
v  Fungi – kapang – cendawan mikoriza
v  Aktinomisetes
v  Bakteri

ARTI FLORA MIKRO BAGI PERTANIAN:
1.      Distribusi dan Dekomposisi B.O.
2.      Mineralisasi B.O.
ü  Aminisasi, Amonifikasi, Nitrifikasi
3.      Sintesis:
ü  Asam-asam dalam pelarutan fosfat
ü  Senyawa baru (humus)
ü  Enzim-enzim (urease, fosfatase, selulase, dll), antibiotik, faktor tumbuh (hormon: IAA, auxin)
4.      Oksidasi-reduksi
ü  Nitrifikasi dan denitrifikasi
ü  Oksidasi dan reduksi besi
ü  Oksidasi dan reduksi belerang
5.      Penyedia hara
ü  Fiksasi N2: Simbiotik dan Non-simbiotik
ü  Pelarutan mineral
ü  Mikorhiza
6.      Lain-lain (parasit, penyakit, pesaing O2 atau unsur hara)

PENGARUH BUDIDAYA TERHADAP JAZAD TANAH
q  Pengolahan tanah: mengurangi jumlah cacing
q  Penambahan bahan organik:
ü  Meningkatkan jumlah cacing
ü  Meningkatkan aktivitas mikroba
q  Penambahan pupuk: meningkatkan jumlah akar
q  Penambahan kapur:
ü  Meningkatkan jumlah cacing
ü  Meningkatkan aktivitas mikroba
q  Peningkatan kelembaban:
ü  Peningkatan jumlah cacing
ü  Peningkatan aktivitas mikroba
q  Peningkatan pestisida: jumlah cacing/biota menurun

BIOTEKNOLOGI  TANAH
         “Produksi barang dan jasa melalui proses yang menggunakan/ melibatkan organisme tanah atau melalui pemanfaatan pengetahuan tentang sistem dan proses biologis di dalam tanah”
Bidang-bidang kajian yang memanfaatkan mikrob tanah
         Bioleaching dan Biooxidation di bidang pertambangan
         Industri antibiotika, metabolit primer dan sekunder dibidang kedokteran dan farmasi
         Bioremediation dibidang lingkungan
         Biokatalisator & Bioaugmentation dibidang pertanian
         Biological control dibidang pertanian
         Biobleaching dibidang industri
         Biosafety dibidang keamanan pangan dan lingkungan

PERTAMBANGAN BIOLEACHING
         Pelarutan biologis bahan tambang
         Penambangan tembaga (Cu), seng (Zn), nikel (Ni), Uranium (U).

BIOOXIDATION
Pembersihan bahan pencemar secara biologis Þ pemurnian bahan tambang
          Penambangan emas dan perak
  Mikroba:
 - Thiobacillus ferrooxidans
- Thiobacillus thiooxidans
- Leptospirillum  ferrooxidans

INDUSTRI
 METABOLIT PRIMER
#  Asam laktat, asam asetat, ethanol, asam sitrat, enzim-enzim, asam amino, vitamin.

BIDANG INDUSTRI: ANTIBIOTIK DARI MIKROB TANAH
         Isolasi kelompok mikrob dari tanah yang diketahui memiliki potensi menghasilkan antibiotik
        Aktinomisetes
        Fungi
        Bacillus
        Myxobacteria
         Isolat murni diuji apakah menghasilkan antibiotik atau tidak
        Uji terhadap mikrob target: mikrob pewakil atau mirip patogen

BIOREMEDIASI
Penanggulangan pencemaran lingkungan secara hayati
          Perombakan fenol
          Perombakan hidrokarbon
          Perombakan senyawa khlor-benzen
          Perombakan limbah biologis
          Presipitasi logam berat

BIOFERTILIZER/BIOKATALISATOR
*       PENGOMPOSAN
*       Mikoba penambat N2
n  Rhizobium
n  Azospirillum, Azotobacter
n  Ganggang hijau – biru
n  Anabaena azolae ® simbiosis dengan Azolla pinata
*       Mikroba Pelarut Fosfat
n  Pseudomonas
*       Mikorhiza
n  Ektomikorhiza
n  Endomikorhiza

BIOLOGICAL CONTROL
l  Pengendalian hayati penyakit tanaman root – rot pathogen vs Pseudomonas.
l  Pengendalian hayati hama tanaman Bacillus thuringiensis Þ menyerang ulat.
BIOBLEACHING
l  Pemutihan pulp secara biologis pada industri kertas Þ menggunakan enzim xylanase ® dari Streptomyces
BIOSAFETY
l  Pelepasan GMO (genetically modified organism)
l  Kajian dinamika DNA tanah





MORFOLOGI DAN KLASIFIKASI TANAH

l  Morfologi Tanah
l  Morfologi tanah à sifat-sifat tanah yang dapat diamati di lapang, seperti horisonisasi, warna tanah, struktur, tekstur, konsistensi
1.      HORISONISASI
        Tanah memiliki lapisan-lapisan à disebut horison bila memiliki hubungan genesis satu dengan lapinnya
        Horison utama à O, A, E, B, C dan R
        Horison-horison dapat dibedakan berdasarkan warna, struktur, terkstur, konsistensi, dll
        Ditetapkan di lapang à jenis horison, ketebalan (dalam cm) dan batas horison (kejelasan dan topografi)
        Horison O àhorison penumpukan bahan organik, baik sudah terlapuk ataupun belum, di permukaan tanah mineral atau tanah organik
        Horison A à horison yang terbentuk di permukaan atau di bawah hor. O, menunjukkan aktivitas mikroorganisme dan kadar BOT yang tinggi, terjadi pelapukan intensif, subur
        Horison E à horison yang memperlihatkan warna cerah, terdiri dari partikel-partikel pasir dan debu karena tercucinya liat-liat silikat, besi, aluminium atau kombinasinya,
        Horison B àhorison yang memperlihatkan adanya dominasi satu atau beberapa hal berikut: penumpukan liat, besi, alumnium, karbonat, gipsum, humus, dll
        Horison C àhorison yang memperlihatkan sedikitnya proses pembentukan tanah, dapat merupakan bahan induk tanah
        Horison R à lapisan batuan keras, seperti granit, basalt, batupasir, batukapur, dll

2.         WARNA TANAH
        Mudah dikenali dan ditetapkan
        Memberikan arti tertentu pada sifat-sifat tanah
        Mencermikan proses-proses tertentu dalam tanah
        Ditetapkan dengan menggunakan Munsell Soil Color Chart à saat penetapan warna sebaiknya tanah dalam kondisi lembab dan terlindung dari sinar matahari langsung

Contoh Lembar Warna dalam Munsell Soil Color Chart
Hue: menunjukkan panjang gelombang
Value: menunjukkan gelap terangnya warna, makin ke bawah makin gelap, angka mengecil
Chroma: menunjukkan kemurnian warna, makin ke kiri makin kotor.
Contoh: 5 YR 5/6
               Merah kekuningan

l  Beberapa Arti Warna Tanah
        Menunjukkan kadar bahan organik dalam tanah à lapisan atas tanah umumnya berwarna gelap karena kadar bahan organik yang tinggi
        Menunjukkan kondisi drainase tanah à drainase tanah yang baik dicirikan oleh lapisan-lapisan tanah yang berwarna kemerahan atau kecoklatan seragam, drainase buruk dicirikan oleh warna kelabu à terjadi akibat proses oksidasi-reduksi besi

3.  TEKSTUR
        Tekstur adalah perbandingan relatif fraksi-fraksi pasir, debu, dan liat di dalam tanah
        Tekstur tanah hanya mencakup butir tanah yang ukurannya < 2 mm
        Ukuran butir tanah < 2 mm dibagi menjadi:
§  Pasir    : 50 – 2.000 µm          
§  Debu   : 2 – 50 µm
§  Liat                  : < 2 µm
        Campuran pasir, debu dan liat dalam tanah dengan perbandingan tertentu menghasilkan kelas-kelas tekstur tertentu  à ada 12 kelas tekstur

Segitiga tekstur à mengelompokkan tekstur ke dalam 12 kelas

Contoh:
Liat = 50  %
Debu = 45 %
Pasir = 5 %
Kelas tekstur: Liat berdebu
        Tekstur adalah sifat tanah yang sulit diubah à tekstur tanah lebih banyak diwariskan dari bahan induknya
        Kaitan tekstur tanah dengan sifat tanah lain:
l  Tanah bertekstur halus memiliki KTK lebih tinggi dibandingkan tanah bertekstur kasar
l  Pada tanah bertekstur halus à pori mikro banyak, pori makro sedikit à permeabilitas tanah rendah

4.  STRUKTUR
Struktur merupakan agregasi alami dari partikel-partikel primer tanah
Struktur tanah dideskripsikan melalui: (a) bentuk, (b) ukuran, dan (c) tingkat perkembangan struktur
(a)    Bentuk :
      Granular/remah
      Lempeng (platy)
      Gumpal (blocky)
            Gumpal bersudut (angular blocky)
            Gumpal membulat (sub angular blocky)
      Tiang:
Prismatik : ujung atas tanpa lengkung
        Kolumnar : ujung atas lengkung
      Lepas/butir tunggal
      Masif  

(b) Ukuran:
      Halus : < 2 mm
      Sedang : 2 – 5 mm
      Kasar : 5 – 20 mm
      Sangat kasar : 20 – 75 mm
      Ekstrim kasar : > 75 mm
           
c) Tingkat perkembangan struktur:
0 = tanpa struktur, agregasi tidak       dapat diobservasi, pada struktur
            masif dan lepas
1 = lemah à ped tidak jelas
2 = sedang
3 = kuat à ped jelas, kohesi kuat
           
l  Bentuk struktur tanah dapat mencerminkan lokasi tanah.
     remah atau granular umumnya di permukaan tanah à bahan pengikat banyak (BOT, besioksida)
     gumpal membulat, gumpal bersudut banyak  ditemukan di lapisan di bawah

l  Struktur tanah menunjukkan perkembangan tanah à semakin berkembang struktur tanah semakin berkembang pula tanah yang bersangkutan. Perkembangan struktur sangat erat kaitannya dengan bahan organik tanah
l  Struktur tanah dapat menunjukkan kondisi pori tanah à semakin baik struktur tanah, pori makro tanah semakin banyak.

5.  KONSISTENSI
     Manifestasi dari tenaga-tenaga fisik adhesi dan kohesi yang bekerja dalam tanah pada kelembaban yang berbeda
     Manifestasi  à (1). Tingkah laku terhadap gaya berat, tekanan, tarikan, (2). Tendensi massa tanah melekat pada benda lain
     Konsistensi dinyatakan dalam tiga kondisi kelembaban, yaitu: basah, lembab, kering

     Kondisi Basah à kadar air “sedikit” di atas kapasitas lapang, dilihat kelekatan dan plastisitasnya
           
Kelekatan/Plastisitas:
1. Kesanggupan berubah bentuk di bawah pengaruh tekanan
2. Mempertahankan kesan bentuk terhadap tekanan yang berubah-ubah
                       
     Kondisi Lembab à kadar air antara kapasitas lapang – kering udara, dilihat kegemburan atau keteguhan tanah
Ciri-ciri :
1. Cenderung pecah jadi bentuk-bentuk kecil
2. Beberapa perubahan bentuk sebelum pecah
3. Non tegar
4. Sanggup melekat kembali
      Kondisi Kering
Ciri-ciri           
1. Tegar/keras
2. Ketahanan maksimum
3. Cenderung Hancur 
4. Tak sanggup melekat

l  Konsistensi tanah sangat berkaitan dengan tekstur tanah. Semakin halus tekstur tanah, konsistensinya semakin lekat.
l  Konsistensi juga dipengaruhi oleh jenis liat. Tipe liat 2:1 mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan tipe liat lainnya.
l  Pengetahuan konsistensi sangat penting untuk pengolahan tanah, baik dari segi kadar air yang harus diatur maupun jenis peralatannya.
           
Klasifikasi Tanah
      Apakah tanah-tanah ini sama?
      Untuk memudahkan komunikasi bagaimana menyebut   masing-masing tanah ini à perlu klasifikasi tanah untuk menentukan nama
                                               
Pengertian Klasifikasi Tanah
1.      Penggolongan tanah berdasarkan ciri-ciri tertentu secara bertingkat-tingkat dan disusun secara sistematik
2.      Klasifikasi tanah merupakan cara untuk mempermudah mengingat sifat-sifat tanah. Klasifikasi tanah bersifat dinamis artinya terus berkembang mengikuti kemajuan ilmu-ilmu lainnya.
3.      Klasifikasi tanah merupakan sarana penting dalam mempersiapkan rencana pengembangan pertanian.

Kegunaan klasifikasi tanah
1.      Mengetahui sifat, ciri, dan kemampuan sesuatu jenis tanah,
2.      Mengetahui hubungan antara jenis tanah satu dengan yang lain,
3.      Dapat meramalkan sifat, kemampuan dan keadaan tanah pada masa yang akan datang

l  Klasifikasi Tanah
1.      Umum:
 Klasifikasi tanah untuk tujuan penggunaan secara luas berdasarkan sifat-sifat tanah umum. Klasifikasi tanah yang akan dibicarakan dalam arti ini.
2.       Khusus:
Klasifikasi tanah untuk penggunaan khusus berdasarkan sifat-sifat tertentu. Misalnya klasifikasi tanah untuk penggunaan sawah.

l  Klasifikasi Umum
1.      Taksonomi Tanah (Soil Taxonomy) oleh USDA
2.      FAO UNESCO (1974)
3. Pusat Penelitian Tanah (1983) à sebelumnya ada sistem klasifikasi Dudal & Supraptohardjo

SISTEM  KLASIFIKASI TAKSONOMI  TANAH                                                                                                                                                           
1. Dikembangkan oleh Departemen Pertanian Amerika  Serikat (USDA)
2. Dirilis pertama kali tahun 1975 setelah mengalami perbaikan ke-7 (Seventh Approximation).
3.  Terus mengalami perbaikan dari tahun ke tahun sampai saat ini à kini sudah ada buku Key to Soil Taxonomy 2006 edisi ke-10
4.  Mula-mula ada 10 order kemudian berkembang menjadi 11 dan saat ini ada 12 order
5.  Sistem ini cepat berkembang karena sistematikanya sangat baik

Penamaan tanah dalam Taksonomi Tanah dibagi menjadi 6 kategori
Kategori tinggi
1. Order
2.  Suborder
3.  Greatgroup
4.  Subgroup           
Kategori rendah
5.  Family
6.  Seri

Penamaan order tanah didasarkan pada:
1.      Jenis epipedon (lapisan atas tanah yang umumnya berwarna lebih gelap)
2.      Jenis horison penciri bawah
3.      Regim kelembaban tanah
4.      Regim temperatur tanah
5.      Sifat-sifat bahan tanah khusus, misalnya sulfidic material
  
1. Jenis-jenis epipedon:
Molik   : tebal, gelap, bahan organik tinggi, KB tinggi, perkembangan struktur kuat, jika kering tidak keras, kadar P rendah
Umbrik            : mirip molik, tetapi KB rendah
Antropik          : mirip molik, tetapi kadar P tinggi atau diirigasi
Plaggen           : mirip molik, tetapi buatan manusia
Melanik           : mirip molik, tetapi berwarna lebih hitam
O k r i k           : tidak memenuhi persyaratan epipedon yang disebut diatas; warna muda, BO rendah, keras dan masif bila kering
H i s t i k         : BO tinggi, jenuh air selama > 30 hari
Folistik            : mirip histik tetapi penggenangan kurang dari 30 hari
Ada kriteria kuantitatif untuk mengekspresikan
ketebalan, warna, kadar BOT, KB, kadar P, dll

2. Horison penciri bawah à horison yang berada di bawah epipedon
Albik   : horison berwarna pucat
Argilik : horison B penimbunan liat, umumnya ada selaput iat, struktur kuat, dan tekstur lebih halus
Kandik            : penimbunan liat, KTK rendah
Natrik  : penimbunan liat, kadar Na tinggi, struktur kolumnar
Spodik : penimbunan bahan organik, besi dan aluminium oksida
Kalsik  : penimbunan CaCO3, membuih bila ditetesi HCl
Gipsik  : penimbunan CaSO4
Oksik   : penimbunan relatif Fe dan Al oksida
Kambik           : tidak memenuhi kriteria horison yang diatas


3.  Regim Kelembaban Tanah
à merujuk pada ada tidaknya air yang dipegang pada tegangan < 1500 kPa dalam tanah pada horison tertentu dalam periode 1 tahun. Terkait dengan ketersediaan untuk tanaman
  
Regim Kelembaban
Kriteria
Aquic
Tanah yang sering jenuh air, sehingga terjadi reduksi yang ditunjukkan oleh adanya karatan dengan chroma rendah
Aridic atau Torric
Sangat kering, tidak pernah lembab lebih dari 90 hari berturut-turut setiap tahun
Udic
Tanah tidak pernah kering 90 hari (kumulatif)  setiap tahun
Ustic
anah setiap tahun kering lebih dari 90 hari (kumulatif) tetapi kurang dari 180 hari.
Xeric
Hanya terdapat di daerah beriklim Mediteran (non Iso). Setiap tahun kering lebih dari 45 hari berturut-turut di musim panas, lembab lebih dari 45 hari berturut-turut di musim dingin

4.      Regim Temperatur Tanah
à berdasarkan rata-rata temperatur tanah tahunan
Nama
Suhu Tahunan (oC)
Selisih Suhu pada Musim Panas - Musim Dingin (oC)
Pergilic
< 0
-
Cryic
< 8
Tanpa permafrost
Frigid
< 8
> 6
Mesic
8 -15
> 6
Thermic
15 - 22
> 6
Hyperthermic
> 22
> 6
Isofrigid
< 8
< 6
Isomesic
8 - 15
< 6
Isothermic
15 - 22
< 6
Isohyperthermic
> 22
< 6

Ada 12 order tanah dalam Taksonomi Tanah:
Gelisol : Gelic (membeku), adanya permafrost (selalu beku dalam 100 cm)
Histosol           : dari histos (jaringan); berbahan tanah organik
Spodosol         : dari spodos (abu kayu); memiliki horison spodik
Andisol           : dari andosol (ando = tanah hitam); memiliki sifat andik
Oksisol            : dari oksida; memiliki harison oksik
Vertisol           : vert dari verto/invert; ada liat mengembang-mengkerut sehingga retak bila kering
Aridisol           : arid dari aridus (kering); di daerah kering
Ultisol : dari ultimus (akhir); memiliki horison argilik, KB rendah
Mollisol           : dari mollis (lembut, lunak); memiliki epipedon molik
Alfisol : dari pedalfer (Al dan Fe); horison argilik, KB tinggi
Inceptisol        : dari inceptum (permulaan); ada horison kambik
Entisol            : ent dari recent (baru); tanpa atau hanya satu horison

Sub order:
Penamaan sub order terdiri dari dua suku kata, suku kata pertama menunjukkan sifat order dan suku kata kedua menunjukkan sifat order

Contoh:
Alfisol yang selalu tergenang
à Aqualf
Inceptisol di regim kelembaban udik à Udept
Histosol dengan tingkat kematangan fibrik à Fibrist
Andisol dengan regim kelembaban udik à Udand
Aquult à….…?
Humult à ……?
Udult à ..….?

l  SISTEM KLASIFIKASI TANAH MENURUT  FAO/UNESCO (1974)
1. Dibuat berdasarkan rekomendasi Soil Science Society
2. Usaha Internasional untuk membuat klasifikasi internasional dan peta tanah dunia
3. Hanya dikenal nama tanah yang setara dengan Greatgroup dan Subgroup
4. Mengadopsi dari berbagai nama tanah di berbagai negara

Sistem Klasifikasi Tanah PPT 1983
1.  Sistem ini merupakan pengembangan dari sistem klasifikasi yang disusun oleh Dudal dan Soepraptohardjo.
2. Pengembangan sistem PPT bertujuan untuk mencari tanah-tanah untuk permukiman transmigrasi.
3. Mula-mula dikembangkan sistem penamaan dengan 2 kategori jenis dan macam tanah (setara dengan greatgroup dan subgroup). Penamaan subgroup sebagian besar menggunakan warna tanah.
4. Akhirnya diketahui bahwa warna tanah tidak selalu terkait erat dengan sifat tanah. Panamaan tanah tidak langsung mengkaitkan dengan warna tanah.

Sistem klasifikasi Pusat Penelitian Tanah menggunakan enam kategori yaitu  
1 Golongan (order) : tanah dibedakan menjadi 2, tanah belum mengalami perkembangan profil  dan tanah dengan perkembangan profil.
2. Kumpulan (suborder) : tanah yang telah mengalami perkembangan profil dibedakan atas dasar susunan horison tanah, yaitu: H, AC, ABC, AB2C, AbtC AbtGC AbodC dan AboxC
3.  Jenis (great group),
4. Macam (subgroup),
5. Rupa (family), dan
6 Seri.

Pada katagori rendah (rupa dan seri) penciri utamanya  adalah tekstur dan drainase tanah.
Sebagai contoh penamaan tanah menurut PPT (1983) adalah sebagai berikut.
Golongan                    : Dengan perkembangan profil
Kumpulan                   : Horison ABC
Jenis Tanah                  : Latosol
Macam Tanah  : Latosol Humik
Rupa                            : Latosol Humik, tekstur, liat, drainase  baik.
Seri                              : Bogor (Latosol Humik, tekstur liat, drainase  baik).

Padanan Sistem PPT, FAO, dan Soil Taxonomy

 FAO/UNESCO
Taksonomi Tanah
Tanah Aluvial
Fluvisol
Entisol/Inceptisol
Andosol
Andosol
Andisol
Kambisol
Cambisol
Inceptisol
Latosol
Cambisol
Inceptisol, Oksisol
Grumusol
Vertisol
Vertisol
Litosol
Litosol
Entisol (Lithic)
Mediteran
Luvisol
Alfisol/Inceptisol
Organosol
Histosol
Histosol
Podsol
Podsol
Spodosol
Podsolik
Acrisol
Ultisol
Regosol
Regosol
Entisol
Renzina
Renzina
Rendoll
Gleisol
Gleysol
Aquic suborder
Planosol
Planosol
Aqualf

Beberapa tanah “penting”
ENTISOL (Aluvial, regosol, litosol)
         Entisol (Aluvial) à hasil dari endapan sungai, topografi datar, sebagian besar  digunakan untuk untuk sawah.
         Di daerah tertentu konversi penggunaan lahan menjadi non pertanian sangat tinggi

         Entisol (Litosol) à tanah tipis, banyak ditemui di daerah pegunungan kapur dan daerah kars di Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara dan Maluku Selatan.
 
         Saat ini belum banyak dimanfaatkan untuk pertanian. Sebaiknya ditanam tanaman hutan yang tahan terhadap kekeringan dan solum dangkal: cendana, jati.

INCEPTISOL (Latosol, Kambisol)
         Dicirikan oleh adanya horison kambik.
         Tanah yang mulai berkembang tetapi belum matang yang ditandai oleh perkembangan profil yang lebih lemah
         Daerah penyebaran tanah jenis ini: Jawa, Sumatera, Kalimantan
         Inceptisol yang mengandung horison sulfurik yang sangat masam à tanah sulfat masam (Sulfaquept)

ULTISOL  (Podsolik)
         Kandungan bahan organik, kejenuhan basa dan pH rendah (pH 4,2-4,8)
         Dijumpai horison argilik (horison iluviasi liat)
         Terbentuk dalam daerah iklim seperti Latosol, perbedaan karena bahan induk: Latosol terutama berasal dari batuan volkanik basa dan intermediate, sedang tanah Ultisol berasal dari batuan beku masam dan tuff.

OKSISOL
      Tanah yang telah mengalami pelapukan lanjut à kaya akan seskuioksida.
      Dicirikan oleh adanya horison oksik pada kedalaman kurang dari 1.5 m
  
Ciri morfologi Oksisol yang umum: (1) solum yang dangkal, kurang dari 1 meter, (2) susunan horison A, B, dan C dengan horizon B spesifik berwarna merah kuning sampai kuning coklat dan bertekstur paling halus liat, dan (3) mengandung konkresi Fe/Mn lapisan kuarsa.
·           Banyak digunakan untuk perladangan, pertanian subsisten penggembalaan dengan intensitas rendah, dan perkebunan yang intensif seperti perkebunan tebu, nanas, pisang dan kopi.

ANDISOL (Andosol)
      Tanah umumnya berwarna gelap (kaya bahan organik), sangat gembur, fraksi liat didominasi bahan amorf (alofan), bobot isi < 0.85 g/cm3
      Bahan induk dari abu volkan, umumnya dijumpai di dataran tinggi
      Banyak dimanfaatkan untuk budidaya hortikultura, kebun teh

HISTOSOL (Organosol, Gambut)
      Gambut berasal dari lapukan bahan organik yang menumpuk dalam waktu jutaan tahun
      Ketebalan gambut bisa mencapai belasan meter
      Tingkat kematangan dibedakan fibrik, hemik, saprik
      Luas gambut di Indonesia sekitar 20 juta hektar menyebar di Sumatra, Kalimantan, Papua
      Digunakan untuk kebun sawit, HTI, sawah, palawija, dll





SURVEI DAN PEMETAAN TANAH

SURVEI TANAH
Survei tanah adalah penjelajahan wilayah secara sistematik dalam rangka pendataan individu tanah dan faktor-faktor lingkungan untuk mendapat gambaran /informasi menyeluruh dari daerah survei
è lokasi pengamatan /pengambilan contoh tanah harus
     representatif
è kerapatan pengamatan tergantung skala.
Survei tanah dilakukan dengan cermat dan teliti, baik dari segi pemetaan tanahnya maupun segi klasifikasi tanahnya. è
Artinya: pengamatan di lapangan harus teliti dan penempatan titik pengamatan ke dalam peta harus tepat.

Pengamatan representatif è Keragaman lingkungan dipertimbangkan dalam penentuan lokasi pengamatan
K1 = datar                  K2 =  berombak
K3 = bergelombang   K4 = berbukit
Pemetaan Skala kecil
Seluruh keragaman bentuk wilayah terwakili  è pengamatan representatif, informasi tidak detil
Pemetaan Skala Besar
Seluruh keragaman bentuk wilayah terwakili  è pengamatan representatif, informasi lebih detil

R1 =  Curah hujan rendah                   R2 = Curah hujan sedang
R3 = Curah hujan  tinggi
Pemetaan Skala kecil
Seluruh keragaman bentuk wilayah dan curah hujan terwakili  è pengamatan representatif, informasi tidak detil

Tahapan Survei Tanah:
a.       Persiapan
b.      Survei Pendahuluan
c.       Survei Utama
d.      Pengolahan dan Penyusunan Laporan
Persiapan:
Tahap ini merupakan : tahap studi pustaka yaitu meneliti dan mangkaji pustaka yang telah ada tentang keadaan tanah di daerah survei. Sarana yang cukup penting pada tahap ini adalah penyiapan peta kerja (perencanaan sampling/titik pengamatan (bor, pedon yang representatif sesuai dengan skala yang diinginkan) yang berisi tentang keadaan daerah survei (hasil dari studi pustaka).

Survei Pendahuluan:
Survei pendahuluan dilakukan untuk mempersiapkan survei utama dengan tujuan: memperoleh gambaran menyeluruh daerah survei dan identifikasi permasalahan yang ada di daerah survei. Adapun hal-hal perlu disiapkan antara lain:
a. adminstrasi
b. selama survei pendahuluan perlu dilakukan beberapa
        pengamatan tentang jenis tanah dan keadaan lingkungan
c. modifikasi terhadap rencana kerja

Survei Utama:
Survei utama: melakukan identifikasi jenis tanah dan faktor lain yang mempengaruhi kemampuan lahan (seperti lereng, keadaan batu, bahaya banjir dsb.) serta menentukan penyebarannya di daerah survei
Jenis tanah ditentukan berdasarkan atas pengamatan profil tanah di lapang dibantu dengan hasil analisis di laboratorium terhadap contoh-contoh tanah yang diambil dari masing-masing tanah tersebut.
Pengolahan dan Penyusunan Laporan
a.       Melakukan perbaikkan terhadap peta tanah berdasarkan pada hasil survei dan hasil laboratorium
b.      Menyusunan naskah laporan yang menguraikan lebih detil tentang metodologi dan hasil selama survei dan pemetaan tanah ini berlangsung.

DEFINISI PETA :
Peta adalah gambaran sebagian  unsur alam maupun buatan manusia, baik yang berada  di atas atau di bawah permukaan bumi, yang disajikan dalam bentuk simbol-simbol, melalui proses generalisasi pada suatu media dengan skala dan sistem koordinat  tertentu
Peta menyajikan sebaran geografis dari sejumlah fenomena, sehingga pola, keterkaitan maupun hubungan timbal balik antara fenomena-fenomena lingkungan di suatu lokasi dengan lokasi lainnya lebih mudah difahami.
Sebagian unsur alam atau buatan manusia: artinya tidak seluruh fenomena / obyek yang ada di permukaan bumi yang dapat dipetakan pada suatu media yang terbatas (A4, A3, A0 dsb. ) atau skala tertentu, misalnya hanya tanah, atau penggunaan lahan, atau lereng saja dll.

Berada di atas permukaan bumi: unsur yang akan dipetakan hanya unsur-unsur yang berada di permukaan bumi (seperti tanah)
Generalisasi: suatu proses untuk menyederhanakan data / informasi menjadi lebih sederhana, dengan tetap mempertahankan kesesuaian dengan kondisi lapang, sesuai dengan skala peta yang diinginkan. Dengan demikian, peta menjadi lebih jelas dan mudah dimengerti oleh pengguna peta.
PETA  TANAH:  GENERALISASI SEBARAN JENIS-JENIS TANAH

Proses generalisasi menyebabkan obyek / fenomena yang disajikan pada peta akan berbeda dengan keadaan sesungguhnya di lapangan, akan tetapi terdapat hubungan  keruangan yang sistematik antara obyek / fenomena yang disajikan pada peta dengan keadaan sesungguhnya  di lapangan (bentuk, jarak, arah maupun luas).

PETA DAPAT DIBEDAKAN:
FUNGSI
Peta Topografi atau Peta Rupa Bumi (RBI)
Peta Tematik

SKALA:
Skala besar
Skala sedang
Skala kecil

PETA TOPOGRAFI atau RBI
Fungsi peta topografi dalam pemetaan tanah:
sebagai PETA DASAR artinya  informasi yang ada pada topografi akan digunakan sebagai informasi dasar dalam pemetaan tanah. Informasi tersebut antara lain: sungai, jalan, koordinat, nama, kontur dsb.
Informasi yang disajikan dalam peta topografi:
a.       Batas administrasi (desa, kecamatan, kabupaten, provinsi)
b.      Ketinggian tempat yang disajikan dengan kontur, titik ketinggian. Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang memiliki ketinggian yang sama dari pemukaan air laut.
c.       Toponimi (nama daerah administrasi, nama kota,  nama sungai, gunung)
d.      Penggunan lahan
e.       Sungai, jalan

Diagram Peta Topografi
a.       Judul Peta, tahun pembuatan peta
b.      Diagram lokasi
c.       Sistem yang digunakan (proyeksi, datum dll)
d.      Penerbit dan pembuat peta
e.       Legenda (keterangan tentang simbol dalam peta)
f.       Riwayat peta
g.      Petunnjuk transformasi koordinat
h.      Pembagian daerah administrasi
i.        Selang kontur, skala grafis dan skala numerik
j.        Arah mata angin
k.      Isi (informasi) peta
Peta Topografi yang tersedia di BAKOSURTANAL
(Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional):
a.       Skala 1:10.000 (wilayah tertentu, saat ini tdak produksi)
b.      Skala 1:25.000 (terutama Jawa, BALI, MADURA, ntt,ntb)
c.       Skala 1:50.000 (SUMATRA, KALIMANTAN, SULAWESI)
d.      SKALA 1:100.000 (Maluku)
e.       Skala 1:250.000 (jawa dan luar jawa)

SKALA PETA :
Perbandingan antara jarak/panjang suatu  obyek di peta dengan jarak/panjang obyek yang sama di lapang
S = ab/AB      dimana  S  =  skala
                                   ab =  jarak/panjang obyek di peta
                                  AB = jarak/panjang obyek di lapang
Peta skala 1: 25.000
1 cm di peta = 25.000 cm di lapang  atau   
 1 cm di peta = 250 m di lapang
1 cm2 di peta  =  (25.000 x 25.000) cm2 di lapang atau
                         =  62.500 m2 di lapang  atau
                          =  6. 25 hektar di lapang

PENYAJIAN SKALA DALAM PETA (pada umumnya):
1.      SKALA NUMERIS
2.      SKALA GRAFIS
SKALA NUMERIS : Ditampilkan dalam bentuk bilangan (Numeris)
SKALA GRAFIS    : Ditampilkan dalam bentuk gambar (Grafis)


SKALA PETA
JARAK DI LAPANGAN
1 Cm di Peta =
TINGKAT KEDETILAN
INFORMASI DALAM PETA
CAKUPAN WILAYAH PADA UKURAN PETA YANG SAMA
Besar
< 1:10.000
        s/d
    1:25.000
    < 1 m
       10 m


Sedang
  
    1:25.000
    1:50.000
      
       250 m
        500 m


Kecil
 
   1:100.000
   1:250.000
        1.000 m
      > 2.500 m



PETA TEMATIK
PETA TEMATIK adalah peta yang memiliki satu tema yang disajikan
                            dalam peta tersebut
CONTOH PETA TEMATIK :
a.       Peta kemiringan lereng adalah peta yang menggambarkan penyebaran kelas kemiringan lereng pada suatu daerah. Adapun kelas kemiringan lereng tercantum dalam legenda.
b.      Peta geologi adalah peta yang menggambarkan penyebaran formasi batuan pada suatu daerah. Peta ini dilengkapi legenda yang menerangkan susunan batuan pada setiap formasi batuan serta penampang melintang pada beberapa lokasi.
c.       Peta tanah adalah peta yang menggambarkan penyebaran jenis-jenis tanah di suatu daerah. Peta ini dilengkapi dengan legenda yang secara singkat menerangkan sifat-sifat dari masing-masing satuan peta.

Peta Kemiringan Lereng
Informasi yang dibutuhkan dari peta ini, terkait dengan pemetaan tanah adalah kelas kemiringan lereng, karena kemiringan lereng merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah, sehingga dapat berpengaruh terhadap karakteristik tanah.
Kelas kemiringan lereng dapat DIBUAT dari GARIS KONTUR yang ada pada peta topografi.

Kemiringan lereng dapat dinyatakan dalam % atau derajad
Semakin rapat jarak antar kontur, maka semakin curam kemiringan lerengnya
Permukaan antara 2 kontur dianggap sebagai garis lurus

Kontur (peta topografi skala 1:25000)à semakin rapat garis kontur, maka semakin curam kemiringan lereng
Cuplikan peta kemiringan lereng dibuat dari peta topografi skala 1:25000

Peta
Informasi yang dibutuhkan dari peta ini, terkait dengan pemetaan tanah adalah jenis batuan, karena jenis batuan ini merupakan bahan induk pembentuk tanah.
Qr: merupakan endapan pada Rawa Danau yang berupa kerikil, pasir, lempung, lumpur yang berasal dari batuan gunungapi
Qvtb: merupakan tufa berbatuapung dan tufa pasiran .
Kedua jenis batuan tersebut akan memberikan jenis tanah yang berbeda

Peta Tanah
Tujuan Pemetaan Tanah: melakukan pengelompokkan tanah ke dalam satuan-satuan peta tanah yang masing-masing mempunyai sifat-sifat yang sama
Kaitan antara Jenis Peta Tanah dengan Skala Peta dan Satuan Peta (Lembaga Penelitian Tanah)

Peta Tanah
Tujuan Pemetaan Tanah: melakukan pengelompokkan tanah ke dalam satuan-satuan peta tanah yang masing-masing mempunyai sifat-sifat yang sama
Kaitan antara Jenis Peta Tanah dengan Skala Peta dan Satuan Peta (Lembaga Penelitian Tanah)

n  Asosiasi tanah : Beberapa jenis tanah dalam satu satuan peta yang arealnya jelas, tapi batas penyebarannya tidak dapat ditetapkan karena rumit dan sempit (skala peta terlalu kecil untuk memisahkannya), tetapi terlalu luas untuk dihilangkan (di generalisisasi)
n  Kompleks tanah : satuan peta yang tersusun atas beberapa jenis tanah yang sulit ditentukan batasnya secara tegas






EVALUASI SUMBERDAYA LAHAN

II. Pengertian Evaluasi Sumberdaya Lahan
q  Evaluasi lahan adalah proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan pendekatan atau cara yang sudah teruji
q  FAO (1985): Evaluasi Sumberdaya Lahan adalah proses penilaian kondisi lahan ketika (lahan) digunakan untuk suatu penggunaan tertentu
q  Van Diepen, et al. (1991): Evaluasi Sumberdaya Lahan adalah metoda yang digunakan untuk menilai lahan, yang kemudian digunakan untuk memprediksi potensi penggunaan lahan tersebut
q  Setelah potensinya diketahui, hasilnya kemudian digunakan sebagai dasar untuk perencanaan penggunaan lahan secara rasional. Dengan demikian, lahan dapat direncanakan untuk digunakan berdasarkan potensi yang ia dapat berikan 

2.1. Pentingnya Evaluasi Sumberdaya Lahan
TANAH DAN LAHAN: sumberdaya alam harus diperhatikan dalam perencanaan penggunaannya (antara lain melalui evaluasi kemampuannya), karena ia dapat rusak
Evaluasi Lahan diperlukan karena:
1.      Sumberdaya lahan terbatas, merupakan sumberdaya non renewable ® manusia yg memerlukan lahan jumlahnya ­.
2.      ­ pembangunan dan taraf hidup masyarakat dapat ­ persaingan penggunaan ruang (lahan) Þ konflik
3.      Penggunaan lahan yg tidak sesuai dengan kemampuannya dan daya dukungnya ®  kerusakan lahan;
4.      Setiap komoditas memiliki tuntutan sifat tanah dan lahan yang berbeda
5.      Konversi lahan hutan menjadi lahan pertanian tanpa memperhatikan azas kesesuaian lahan ® lahan dan lingkungan rusak
6.      Tanah dan lahan yang semata-mata dianggap merupakan faktor produksi cenderung mengabaikan pemeliharaan kelestarian sumberdaya lahan

2.2. Logika Dilakukannya Evaluasi Sumberdaya Lahan
1.      Sifat lahan beragam, namun dapat dibuat menjadi satuan-satuan yang lebih seragam;
2.      Keragaman mencerminkan jenis-jenis kesesuaian  penggunaan lahan yang berbeda-beda;
3.      Keragaman bersifat sistematik, sehingga dapat dipetakan (ingat: Bab 10);
4.      Kesesuaian lahan dapat dievaluasi dengan ketepatan tinggi bila data cukup tersedia dan berkualitas baik.
5.      Pengambil keputusan/pengguna lahan dapat menggunakan peta kesesuaian lahan sebagai salah satu dasar untuk mengambil keputusan dalam perencanaan penggunaan lahan.

Contoh Penampang Tanah: (a) Oxic Hapludult; (b) Oxic Dystrudept; dan (c) Spodic Udipsamment
Ciri tanah yang berbeda-beda mencerminkan kemampuan atau kesesuaian untuk penggunaan tertentu yang berbeda pula

2.3. Kemampuan Lahan dan Kesesuaian Lahan
Ø  Lahan: Lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaannya. Termasuk didalamnya adalah akibat-akibat kegiatan manusia, baik pada masa lalu maupun sekarang (reklamasi pantai, penebangan hutan, erosi).
         Kemampuan Lahan (Land Capability): potensi lahan yang didasarkan atas kecocokan lahan untuk penggunaan pertanian secara umum yaitu daerah pertanian, padang penggembalaan (ternak), hutan dan cagar alam.
Ø  Dep. Pertanian AS (USDA): satuan peta tanah dikelompokkan atas dasar kemampuannya (adaptability) untuk memproduksi tanpa menimbulkan kerusakan dalam jangka panjang
Ø  Kesesuaian Lahan (Land Suitability): kecocokan (adaptability) untuk tipe penggunaan lahan (jenis tanaman dan tingkat pengelolaan) tertentu
Ø  Digunakan terutama oleh FAO

         Pengelompokan lahan dilakukan oleh ilmuwan tanah, dalam bentuk SATUAN PETA TANAH (SPT), ATAU SATUAN PETA LAHAN (SPL)
         INTI EVALUASI SUMBERDAYA LAHAN: membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan, dengan sifat-sifat atau kualitas lahan yang dimiliki lahan yg akan digunakan ® potensi lahan atau kelas kesesuaian/kemampuan lahan untuk jenis penggunaan lahan tersebut
         Satuan Peta Lahan: kelompok lahan yang mempunyai sifat-sifat yang sama atau hampir sama, yang penyebarannya digambarkan dalam peta sebagai hasil dari suatu survei sumberdaya alam (seperti survei tanah, inventarisasi hutan dan sebagainya).

2.4. Beberapa Pengertian
Ø  Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan saat ini dalam keadaan alami, tanpa ada perbaikan lahan.
Ø  Kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan setelah dilakukan perbaikan pada lahan.
Ø  Kesesuaian lahan fisik adalah kesesuaian lahan yang didasarkan atas faktor-faktor fisik, tanpa memperhatikan faktor ekonomi.
Ø  Kesesuaian lahan ekonomik adalah kesesuaian lahan yang didasarkan atas faktor-faktor fisik dan pertimbangan ekonomi (biaya dan keuntungan).
Ø  Karakteristik lahan adalah sifat-sifat lahan yang dapat diukur besarnya seperti lereng, pH tanah, tekstur tanah, curah hujan, kadar N, P, K, kejenuhan basa dan lain-lain.
Ø  Kualitas lahan adalah sifat lahan yang berpengaruh terhadap sesuatu tipe penggunaan lahan tetapi biasanya sulit diukur karena merupakan sifat akumulatif dari beberapa karakteristik lahan.
Ø  Satu jenis karakteristik lahan dapat berpengaruh terhadap lebih dari satu jenis kualitas lahan, misalnya tekstur tanah dapat berpengaruh terhadap tersedianya air, mudah tidaknya tanah diolah, kepekaan erosi dan lain-lain
Ø  .Satu jenis kualitas lahan dapat disebabkan oleh beberapa karakteristik lahan, misalnya ketersediaan hara dapat ditentukan berdasarkan ketersediaan P dan K-dapat ditukar, dan sebagainya.

Contoh Kualitas lahan


A.    Kualitas Lahan untuk Pertumbuhan Tanaman

Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh banyak karakteristik lahan berikut:
·    Tersedianya air
·    Hama dan penyakit tanaman
·    Tersedianya unsur hara
·    Bahaya banjir
·    Tersedianya oksigen di perakaran
·    Suhu
·    Daya memegang unsur hara
·    Sinar matahari dan photo period
·    Kondisi untuk perkecambahan
·    Iklim
·    Mudah tidaknya diolah
·    Kelembaban udara
·    Kadar garam
·    Masa kering untuk pematangan tanaman
·    Unsur-unsur beracun
·    Kepekaan erosi


B.   Kualitas Lahan untuk Produksi Ternak

·    Semua kualitas lahan pada A (mempengaruhi pertumbuhan tanaman/rumput ternak)
·    Kesulitan-kesulitan iklim yang mempengaruhi hewan ternak
·    Penyakit-penyakit hewan
·    Nilai nutrisi dari rumput
·    Sifat racun dari rumput
·    Ketahanan terhadap kerusakan rumput
·    Ketahanan terhadap erosi akibat penggembalaan
·    Tersedianya air minum untuk ternak

C.   Kualitas Lahan untuk Kehutanan

·    Semua kualitas lahan pada A
·    Hama dan penyakit
·    Jenis dan jumlah vegetasi asli
·    Bahaya kebakaran

D.  Kualitas Lahan yang Berhubungan dengan Pengelolaan dan Input (berlaku untuk A B dan C)

·    Faktor medan yang mempengaruhi mekanisasi (trafficability)
·    Faktor medan yang mempengaruhi pembuatan dan pemeliharaan jalan (accessability)
·    Ukuran satuan pengelolaan yang potensial
·    Lokasi terhadap pasar dan penyediaan input


         Tipe penggunaan lahan adalah jenis penggunaan lahan, berikut tingkat pengelolaannya. Misalnya, tanaman padi sawah dengan irigasi dan pemupukan lengkap; tanaman kedelai dengan mekanisasi; dan sebagainya.
         Persyaratan penggunaan lahan adalah persyaratan terhadap kualitas atau karakteristik lahan yang diperlukan agar suatu tipe penggunaan lahan yang diterapkan dapat berhasil dengan baik

II. Pendekatan dalam Evaluasi Lahan
2.1. DUA PENDEKATAN CARA DALAM EVALUASI LAHAN:
q  Secara Langsung
Ø  Lahan dievaluasi langsung melalui percobaan-percobaan, yaitu dengan menanam tanaman atau membangun jalan atau pipa-pipa minyak misalnya, untuk melihat apa yang akan terjadi.
Ø   Dalam penggunaan praktisnya, hasil-hasil tersebut sering juga digunakan/diekstrapolasikan kepada suatu satuan lingkungan alami secara keseluruhan seperti misalnya satuan peta tanah.
q  Secara Tidak Langsung
Ø  Diasumsikan bahwa tanah tertentu dan sifat-sifat lain yang terdapat pada suatu lokasi akan mempengaruhi keberhasilan dari perencanaan penggunaan lahan tertentu.
Ø   Keadaan ini dapat diprediksi/diramalkan, karena kualitas lahan dapat dideduksi dari observasi/pengamatan ciri lahan tersebut.

2.2. PROSEDUR EVALUASI LAHAN TIDAK LANGSUNG :
         Menentukan jenis penggunaan lahan (jenis tanaman) yang akan diterapkan,
         Menentukan persyaratan & pembatas pertumbuhannya,
         Membandingkan persyaratan penggunaan lahan (pertumbuhan tanaman) dengan kualitas lahan masing-masing satuan peta lahan Þ kelas kesesuaian lahannya secara fisik.
         Dalam evaluasi lahan ekonomi (kuantitatif), kegiatan dilanjutkan dengan analisa ekonomi (serta sosial dan lingkungan) ® didapatkan penggunaan lahan yang OPTIMAL DAN BERKELANJUTAN.

2.3. PENDEKATAN PENTAHAPAN DALAM EVALUASI LAHAN
         Pendekatan Dua Tahap: Tahap pertama adalah evaluasi lahan kualitatif, sedangkan tahap kedua adalah analisis ekonomi dan sosial
         Pendekatan Paralel: analisis sosial-ekonomi terhadap suatu penggunaan lahan dilakukan bersamaan dengan analisis fisik-lingkungan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar